Semarak Ramadhan di Pesantren Nurul Jadid: Berkah Ibadah dan Kreativitas Santri

berita.nuruljadid.net- Pondok Pesantren Nurul Jadid (PPNJ) kembali menggelar kegiatan Semarak Ramadhan sebagai bagian dari tradisi tahunan dalam menyambut bulan suci. Acara ini resmi dibuka pada Selasa (25/02) di Aula 1 PPNJ dan akan berlangsung hingga 15 Ramadhan, dua hari sebelum kepulangan santri.

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas ibadah dan memperkaya pengalaman spiritual santri. Sebelum acara utama dimulai, panitia menampilkan berbagai kreasi seni dari perwakilan lembaga guna menambah semarak dan menghilangkan kejenuhan santri.

Sekretaris Pondok Pesantren Nurul Jadid, Tahiruddin, dalam sambutannya menjelaskan bahwa Semarak Ramadhan akan diisi dengan berbagai program utama, seperti pengajian kitab yang dilaksanakan pagi, siang, dan sore hari sesuai jadwal pengampu.

“Selain pengajian, kami juga menggelar bazar ta’jil menjelang berbuka puasa, iftar bersama, patroli sahur, serta santunan untuk anak yatim,” ujar Tahiruddin.

Tak hanya berfokus pada ibadah, Semarak Ramadhan juga menghadirkan program pengembangan keterampilan bagi santri, seperti jurnalistik, desain grafis, dan public speaking. Selain itu, kelas intensif penguatan bahasa Arab, ilmu alat, serta pembinaan Al-Qur’an turut menjadi bagian dari rangkaian acara. Sebagai puncak kegiatan, acara akan ditutup dengan majelis sholawat bersama Majelis Ahbabul Musthofa.

Tahiruddin berharap kegiatan ini dapat membentuk santri yang lebih terampil dan berkembang, baik dalam aspek spiritual maupun keterampilan praktis, sehingga mereka siap menghadapi tantangan di masa depan.

Pewarta : Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor     : Ponirin Mika

Pelantikan Anggota Pramuka Penggalang Ramu Angkatan VI MI Nurul Mun’im Berlangsung Khidmat

berita.nuruljadid.net– Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Mun’im menggelar pelantikan anggota Pramuka Penggalang Tingkat Ramu Angkatan VI pada Ahad, 23 Februari 2025. Acara yang berlangsung dari pukul 14.00 hingga 15.00 WIB ini diikuti oleh 15 peserta didik yang telah menyelesaikan Syarat Kecakapan Umum (SKU) tingkat Ramu.

Pelantikan dipimpin langsung oleh Bapak Mujiburahman Bakri, selaku Pembina Apel Pelantikan Pramuka Penggalang MI Nurul Mun’im. Turut hadir dalam acara tersebut para pembina lainnya, yakni Kak Umar Falas (Wakil Kepala Bidang Kesiswaan), Kak Muhammad Syarqowi (Pembina Gugus Depan), Kak Roisul Arifin (Pembina Satuan Putra), dan Kak Wildatus Sholehah (Pembina Satuan Putri).

Prosesi pelantikan berlangsung khidmat, diawali dengan pembacaan Ikrar Trisatya oleh para peserta. Selanjutnya, penyematan Tanda Kecakapan Umum (TKU) Ramu dilakukan oleh Bapak Mujiburahman Bakri, diikuti prosesi siraman bunga sebagai simbol penyegaran dan harapan agar para anggota baru dapat mengharumkan nama baik almamater serta menjadi pemimpin di masa depan.

Selain pelantikan, acara ini juga menjadi ajang penghargaan bagi peserta didik teraktif selama semester ganjil tahun ajaran 2024/2025. Penghargaan diberikan kepada peserta dengan tingkat kehadiran 100% dalam kegiatan Pramuka, sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi dan kedisiplinan mereka.

Dalam sambutannya, Bapak Mujiburahman Bakri menyampaikan rasa bangga atas keaktifan serta eksistensi kegiatan Pramuka di MI Nurul Mun’im. Beliau berharap semangat dan prestasi ini dapat menjadi contoh bagi lembaga-lembaga lain. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada pihak madrasah dan pimpinan, khususnya di lingkungan Pondok Pesantren Nurul Jadid, atas dukungan penuh terhadap kegiatan Pramuka.

Pelantikan ini menjadi momen bersejarah bagi anggota Pramuka Penggalang Ramu Angkatan VI, sekaligus motivasi bagi mereka untuk terus berkembang serta berkontribusi positif bagi madrasah dan masyarakat.

Pewarta : Kadafi Ananda
Editor     : Ponirin Mika

Wisuda Mahasantri Ma’had Aly: Gus Fayyadl Tekankan Pentingnya Belajar dan Mengaji Sepanjang Hayat

berita.nuruljadid.net– Mudir Ma’had Aly Pondok Pesantren Nurul Jadid, Kiai Muhammad Al-Fayyadl, secara resmi melantik 93 wisudawan dan wisudawati program Marhalah Ula (M.1) dan Marhalah Tsani (M.2) dalam acara wisuda tahunan yang berlangsung pada 22-23 Februari 2025. Wisuda ini menjadi momentum penting dalam mencetak kader ulama dan intelektual yang siap menghadapi tantangan zaman.

Dalam sambutannya, Gus Fayyadl menyampaikan bahwa wisuda bukan sekadar seremoni akademik, tetapi juga bentuk rasa syukur atas nikmat ilmu yang telah diberikan Allah melalui bimbingan para masyayikh, dosen, dan pengurus Ma’had Aly selama satu tahun terakhir.

“Acara ini adalah ungkapan rasa syukur atas ilmu yang telah dianugerahkan Allah kepada para mahasantri melalui bimbingan para guru. Ini juga menjadi ajang silaturahmi dan refleksi atas perjalanan panjang mereka dalam menuntut ilmu,” tuturnya.

Beliau menjelaskan bahwa sebelum mencapai tahap ini, para mahasantri telah melalui berbagai fase pendidikan, dimulai dari pra-Ma’had Aly, di mana mereka dibimbing dengan kitab-kitab dasar, hingga proses pembelajaran intensif selama empat tahun atau lebih. Wisuda ini menjadi penanda keberhasilan mereka dalam menyelesaikan tugas akhir berupa kajian ilmiah dalam bahasa Arab atau syarah atas kitab-kitab klasik.

Gus Fayyadl menekankan bahwa wisuda bukanlah akhir dari perjalanan ilmu. Ia mengingatkan para mahasantri untuk terus belajar dan mengaji sepanjang hayat, sebagaimana tujuan didirikannya Ma’had Aly oleh para masyayikh.

“Ma’had Aly ini didirikan bukan hanya untuk mencetak lulusan, tetapi untuk melahirkan orang-orang yang tekun mengaji, terus belajar, dan mengajarkan kitab kuning,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu, Gus Fayyadl juga menyampaikan pesan dari Mudir ke-2 Ma’had Aly, almarhum Kiai Romzi Al-Amiri Mannan, yang menekankan pentingnya pengembangan lembaga ini sejak didirikan pada tahun 2004. Salah satu amanatnya adalah agar para mahasantri tidak hanya menjadi kader ulama, tetapi juga intelektual yang mampu menulis karya ilmiah.

“Almarhum Kiai Romzi berpesan, kalau bisa, anak-anak diajari menulis. Karena itu, saya mewajibkan mahasantri untuk menulis, agar mereka bisa menjadi mushonnif (pengarang) yang andal, bukan sekadar ulama, tetapi juga intelektual,” ujarnya.

Selama tahun ajaran berlangsung, Ma’had Aly telah menjalin kerja sama dengan Lembaga Pengembangan Pesantren dan Diniyah (LPPD) Provinsi Jawa Timur serta Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) sejak tahun 2021. Selain itu, Ma’had Aly juga mengirimkan mahasantri dalam program pengabdian ke 13 pondok pesantren di Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sumatera.

“Ini adalah harapan dari pondok pesantren, agar kebermanfaatan ilmu yang diperoleh para mahasantri juga bisa dirasakan oleh masyarakat luas,” pungkas Gus Fayyadl.

Pewarta : Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor     : Ponirin Mika

Dalam Sepekan, LIPS Nurul Jadid Sabet Enam Gelar Juara Nasional

berita.nuruljadid.net – Prestasi gemilang kembali ditorehkan oleh siswa Language Intensive Programs of SMP Nurul Jadid (LIPS). Dalam kurun waktu sepekan, mereka berhasil meraih enam gelar juara dalam ajang kompetisi kebahasaan tingkat nasional yang digelar di dua lokasi berbeda, yakni MBI Big Fair Mojokerto dan Gebyar Nasional MA Annuqayah Madura.

Kejuaraan yang berlangsung pada 15–22 Februari 2025 itu melibatkan kompetisi pidato dan bercerita dalam Bahasa Inggris dan Arab. Di ajang Gebyar Nasional MA Annuqayah Madura, tiga siswa LIPS menunjukkan kepiawaian mereka, yakni M. Ubaidillah meraih Juara 1 Pidato Bahasa Inggris, Azman Ribbyl Hasan meraih Juara 2 Pidato Bahasa Arab, dan Reifal Aprilio Juara 3 Pidato Bahasa Inggris.

Sementara itu, pada MBI Big Fair Mojokerto, Azman Ribbyl Hasan kembali meraih trofi, yakni Juara 1 Pidato Bahasa Arab, kemudian Selviana Risvi meraih Juara 2 Pidato Bahasa Inggris, serta Siti Hafizzahro Putri M.O. meraih gelar Runner-Up dalam kategori Bercerita Bahasa Inggris.

Pembina lomba, Ridwan Adi Wijaya, mengungkapkan bahwa setiap dari mereka menghadapi tantangan berbeda dalam tiap kompetisi. Khusus di ajang Gebyar Nasional MA Annuqayah Madura, peserta harus melewati seleksi daring sebelum bertanding secara langsung di babak grand final. Sementara itu, di MBI Big Fair Mojokerto, para peserta langsung berkompetisi secara tatap muka.

“Masing-masing event memiliki tantangan tersendiri. Ada peserta yang menghadapi kesulitan dalam proses perekaman video untuk seleksi daring, sementara yang bertanding langsung di lokasi harus berhadapan dengan rasa gugup sebelum tampil,” ungkap Ridwan.

Namun, lanjut Ridwan, berkat kerja keras dan ketekunan dalam latihan, para santri mampu membuktikan bahwa mereka layak bersaing di kancah nasional. Ridwan menambahkan bahwa selain berlatih, santri tersebut juga tekun mengikuti program-program pembelajaran bahasa di Asrama LIPS, sehingga mereka mampu tampil sejajar dengan peserta dari berbagai lembaga di luar pesantren.

“Semoga pencapaian ini menjadi motivasi bagi teman-teman santri lainnya untuk terus mengasah bakat dan keberanian untuk berkompetisi di tingkat yang lebih luas,” pungkasnya.

 

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

Pengurus Daerah dan Wilayah Resmi Dilantik, Gus Hilman Beri Motivasi Pengabdian

berita.nuruljadid.net – Kepala Biro Kepesantrenan Pondok Pesantren Nurul Jadid, Kiai Ahmad Madarik, resmi melantik 205 Pengurus Daerah dan Wilayah Syekh Jumadil Kubro periode 2025-2027 di Masjid Jami’ Nurul Jadid pada Sabtu (21/02/25). Pelantikan ini merupakan kegiatan rutin Biro Kepesantrenan yang diadakan setiap dua tahun sekali demi menjaga keberlanjutan generasi pengurus wilayah maupun daerah.

Dalam kesempatan tersebut, Wakil Kepala I Biro Kepesantrenan, KH. M. Zidny Hilman menekankan bahwa melakukan pengabdian di tempat dirinya menimba ilmu adalah kesempatan yang tak semua orang bisa dapatkan.

“Banyak santri yang memiliki kesempatan untuk belajar dan menimba ilmu di pesantren, namun tidak semua orang memiliki kesempatan untuk melakukan pengabdian kepada pesantren,” tuturnya.

Selain itu, Gus Hilman juga menjabarkan berbagai jenis pengabdian, yaitu mengabdi kepada Allah SWT dengan melakukan ibadah atau melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya. Kemudian pengabdian terhadap pesantren, yakni bukan tentang diangkatnya seseorang tersebut menjadi pengurus melainkan bagaimana cara ia mengemban tugas pengabdian dengan baik.

Menurut Gus Hilman, seorang muslim memiliki sesuatu yang begitu mahal di dalam dirinya. Sesuatu tersebut adalah hidayah, sebab tidak semua orang bisa mendapatkan sebuah hidayah. Beliau memberi contoh Abu Thalib yang selalu menjadi tameng Nabi Muhammad SAW dalam melakukan dakwah, namun wafat tanpa membawa iman.

“Semoga dengan adanya pengabdian ini, kita semua bisa mendapatkan hidayah,” ujarnya disusul oleh para calon pengurus yang mengamini.

Tidak ada rasa nyaman dan enak, lanjut beliau, selama pengabdian tersebut dilakukan dengan sungguh-sungguh. Menurut beliau, apabila terdapat pengurus yang begitu nyaman dengan dedikasinya, maka pengurus tersebut telah keliru dalam memahami arti pengabdian itu sendiri.

Tak hanya itu, Gus Hilman juga mewanti-wanti calon pengurus untuk kembali memperbaiki niat pengabdian.

“Perbaiki niatnya menjadi baik. Niatkan dalam hati bahwa saya ingin diakui sebagai Santri Nurul Jadid dan membantu meringankan beban-beban masyayikh dalam mengurus santri,” pungkasnya.

 

Pewarta: Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Ma’had Aly Nurul Jadid Akan Gelar Wisuda Akbar ke-11, Sebanyak 113 Mahasantri Siap Diwisuda

berita.nuruljadid.net – Ma’had Aly Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, akan menggelar Wisuda Akbar ke-XI bagi mahasiswa program Marhalah Ula (M.1) dan Marhalah Tsani (M.2) pada 22-23 Februari 2025. Acara ini menjadi momentum penting dalam meneguhkan komitmen lembaga dalam mencetak kader ulama yang memiliki wawasan keislaman mendalam serta mampu menjawab tantangan zaman.

Ketua Panitia Wisuda Akbar ke-XI, Sairafi mengungkapkan bahwa, acara wisuda ini akan dihadiri oleh berbagai tokoh, termasuk Dr. KH. A. Muhyiddin Khatib, M.HI, yang merupakan anggota Majelis Masyayikh Kementerian Agama RI bidang Fikih dan Ushul Fikih.

“Sementara, kegiatan wisuda akan dibagi menjadi dua rangkaian besar, yakni pada Sabtu malam (22/02) yang berfokus pada demonstrasi wisudawan mahasantri pra Ma’had aly. Sedangkan acara inti wisuda akan dilaksanakan pada keesokan harinya, yakni Ahad (23/02), dengan rangkaian utama: prosesi pengukuhan, ikrar, serta orasi ilmiah,” imbuh Sairafi.

Menurut Sairafi, data wisudawan Ma’had Aly Nurul Jadid pada tahun ini terdiri dari Mahasantri Pra Ma’had Aly sebanyak 15 Mahasantri program tamhidiyah, 5 Mahasantri program I’dadiyah; Mahasantri Marhalah Ula (M1/S1) sebanyak 85 Mahasantri; dan Mahasantri Marhalah Tsani (M2/S2) sebanyak 8 Mahasantri.

Informasi Program Pembelajaran di Ma’had Aly Nurul Jadid

Selain itu, Sairafi menerangkan tentang program pembelajaran di Ma’had Aly. Menurutnya program pra Mahad Aly merupakan pembelajaran persiapan bagi Mahasantri yang belum memiliki skill keilmuan dasar untuk memahami kitab kuning. Program pra Mahad Aly ada dua kelas, yakni kelas tamhidiyah dan I’dadiyah.

“Sebenarnya materi yang dipelajari oleh mahasantri di program pra Mahad Aly memiliki kesamaan, yakni para mahasantri wajib mempelajari kitab Fathul Qorib. Sedangkan yang membedakan adalah di kelas tamhidiyah, para mahasantri fokus mempelajari cara membaca kitab tanpa harakat beserta kedudukan nahwu shorofnya. Sedangkan di kelas I’dadiyah, para mahasantri fokus memahami dan menjelaskan makna teks kitab Fathul Qorib,” terangnya.

Untuk program M1, lanjut Sairafi, pembelajaran perkuliahan yang ditempuh selama 4 tahun. Para mahasantri wajib menuntaskan pembelajaran kurikulum akademik dan takhossus sesuai dengan kriteria minimal nilai yang telah ditetapkan. Di akhir semester, para mahasantri wajib mengerjakan tugas akhir berbahasa arab berupa Syarah kitab, nadzam, skripsi (Bahtsul ilmi) atau jurnal (risalah ilmiah).

“Sedangkan untuk Marhalah Tsaniyah merupakan program setara S2 di perguruan tinggi. Waktu pembelajaran ditempuh selama dua tahun sesuai dengan kurikulum pembelajaran yang telah ditetapkan. Di akhir semester, para mahasantri wajib membuat tugas akhir berupa tesis atau Syarah kitab,” katanya.

Dengan digelarnya Wisuda Akbar ke-XI ini, Ma’had Aly Nurul Jadid semakin meneguhkan perannya sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam yang berkomitmen melahirkan generasi tafaqquh fi ad-din, siap mengemban amanah sebagai ulama yang kompeten dan berkontribusi bagi masyarakat.

 

Pewarta: Alfin Haidar Ali
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Pesantren Sunan Drajat Lamongan Kunjungi Nurul Jadid, Bahas Program Khusus Santri Baru

berita.nuruljadid.net – Sebanyak 34 pimpinan yayasan dan lembaga pendidikan dari Pondok Pesantren Sunan Drajat, Lamongan, Jawa Timur, melakukan kunjungan studi Pengenalan Lingkungan Pesantren (PLP) ke Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, pada Rabu (19/02/2025). Rombongan terdiri dari 24 peserta putra dan 10 peserta putri.

Koordinator rombongan, Ainur Rofiq, menyampaikan bahwa kunjungan ini bertujuan untuk mempelajari sistem pengenalan lingkungan pesantren bagi santri baru yang diterapkan di Pesantren Nurul Jadid.

“Saya mendengar bahwa Pesantren Nurul Jadid memiliki program pendalaman furudlul ‘ainiyah bagi santri baru selama tiga bulan. Program ini menarik untuk kami pelajari karena mampu membantu santri beradaptasi dengan lingkungan pesantren dengan lebih baik,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa pendekatan yang diterapkan di Pesantren Nurul Jadid dalam program ini menjadi salah satu faktor yang membuat santri merasa nyaman dan betah di lingkungan pondok. Hal inilah yang mendorong pihaknya untuk melakukan studi banding.

Rofiq berharap agar kunjungan ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan lebih lanjut mengenai konsep serta tata laksana pengenalan lingkungan pesantren yang diterapkan di Nurul Jadid.

“Kami berharap Pesantren Nurul Jadid dapat berbagi pengalaman serta memberikan pembekalan terkait strategi yang telah mereka terapkan dalam mengenalkan lingkungan pesantren kepada santri baru,” tambahnya.

Sementara itu, perwakilan dari Pesantren Nurul Jadid, Kepala Biro Pendidikan, Kiai Ahmad Zaki, mengapresiasi kunjungan ilmiah tersebut. Beliau menilai bahwa pertukaran wawasan semacam ini sangat bermanfaat bagi kedua pihak.

“Kami menganggap ini sebagai kesempatan untuk saling berbagi pengetahuan. Banyak juga program unggulan dari Pesantren Sunan Drajat yang bisa kami pelajari dan terapkan,” ujarnya.

Menyoal acara, kegiatan kunjungan belajar ini dikemas dalam bentuk dialog interaktif antara pimpinan yayasan dan lembaga pendidikan dari kedua pesantren.

“Melalui diskusi dan dialog interaktif ini, diharapkan materi yang dibutuhkan dapat tersampaikan dengan baik, sehingga bisa menjadi referensi bagi pengembangan sistem pengenalan lingkungan pesantren di masing-masing lembaga,” kata Miftahul Huda, Kepala Bagian I Sekretariat Pesantren Nurul Jadid.

Sebelum sesi dialog berlangsung, Miftahul Huda juga memberikan pemaparan mengenai struktur organisasi, tugas pokok, serta fungsi dari sistem pengenalan lingkungan pesantren yang telah diterapkan di Pesantren Nurul Jadid.

Kunjungan ini diharapkan dapat memperkuat kolaborasi antar lembaga pesantren dalam mengembangkan sistem pendidikan berbasis pesantren yang lebih baik dan adaptif terhadap kebutuhan santri.

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

Pesantren Nurul Jadid Gandeng Yayasan Haji Mohammad Cheng Hoo Indonesia Gagas Program ToSan untuk Pemberdayaan Santri

berita.nuruljadid.net – Pesantren Nurul Jadid bersama Yayasan Haji Mohammad Cheng Hoo Indonesia menggagas program ToSan (Toko Santri) dan Karang Taruna dalam rangka pemberdayaan ekonomi santri dan masyarakat sekitar. Pembicaraan mengenai konsep ini sebenarnya sudah dilakukan sejak lama dengan KH. Abdul Hamid Wahid, namun sempat tertunda karena kesibukan masing-masing pihak. Alhamdulillah, pada Harlah ke-76 Pondok Pesantren Nurul Jadid, program ini akhirnya terlaksana dan disambut baik oleh banyak pihak, termasuk H.M Turino Junaidi, Ketua Forum Komunikasi Pengusaha (Forkas) yang anggotanya terdiri dari lebih 60 asosiasi di Jawa Timur dan Jakarta. Hal ini disampaikan oleh H. Nurawi, Ketua Yayasan Haji Moh Cheng Hoo Indonesia pada Ahad (26/01/2025).

H. Nurawi mengungkapkan bahwa kolaborasi antara asosiasi perusahaan, terutama yang ada di Pondok Pesantren, akan memperkuat program ToSan di Pesantren Nurul Jadid. Yang lebih menggembirakan lagi, pengusaha nasional, seperti Alim Markus dari Maspion Group, juga memberikan dukungan penuh terhadap konsep ini. Menurut H. Nurawi ini adalah bentuk komitmen dari kalangan pengusaha yang mendukung perkembangan Pondok Pesantren Nurul Jadid yang semakin modern dan bijak dalam mengikuti perkembangan zaman.

“Semoga dengan terlaksananya program ini, Pesantren Nurul Jadid dan alumni-alumninya dapat memperoleh manfaat yang besar dan kontribusi positif bagi kemajuan masyarakat, umat Islam, dan bangsa,” harap H. Nurawi

Subiyantoro/pak bin Pengurus Yayasan Haji Moh Cheng Hoo di bidang pemberdayaan ekonomi, menyampaikan bahwa pertemuan dengan Bapak HM Turino Junaidi sebagai Ketua Forkas, Bu April Widayanti sebagai Ketua Hippindo Jatim, serta pengusaha Gedung, kemarin sangat bermanfaat. Dalam pertemuan tersebut, baik Kiai Hamid maupun H Nurawi menyampaikan pemikiran-pemikiran yang penting, yang akan berkolaborasi antara Yayasan Haji Moh Cheng Hoo Indonesia Pesantren Nurul Jadid, Hebitren, dan Forkas untuk menciptakan dampak luar biasa terhadap kemajuan Pesantren. Pertemuan lanjutan pun akan dilakukan untuk lebih merumuskan konsep-konsep yang dapat diterapkan secara konkret.

“Pertemuan ini sangat memberi manfaat, karena kami percaya jaringan yang kuat di Jawa Timur akan memberikan dampak positif yang signifikan bagi Pesantren Nurul Jadid,” tambah Subiyantoro/pak bin

KH. Abdul Hamid, melalui akun Facebook-nya, mengungkapkan kegembiraannya atas kedatangan Pak Torino Junaidi dan Bu April Wahyu. “Alhamdulillah, kita menjajaki kerjasama dan kolaborasi dalam pengembangan ekonomi masyarakat,” tulisnya.

Dengan adanya program ToSan dan kolaborasi ini, diharapkan Pesantren Nurul Jadid dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi umat, bangsa, dan negara.

 

Pewarta     : Kadafi Ananda

Editor        : Ponirin Mika

Pesantren Nurul Jadid Paiton Capai Prestasi Internasional dengan Sertifikat ISO 21001:2018

berita.nuruljadid.net– Jutaan pasang mata alumni, wali santri, dan masyarakat menyaksikan penyerahan Sertifikat ISO 21001:2018 kepada Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton dari PT Global Certification Indonesia, baik secara langsung maupun virtual, pada acara Haul Masyayikh dan Hari Lahir (Harlah) ke-76 Pondok Pesantren Nurul Jadid, Ahad (25/01/25). Penyerahan sertifikat dilakukan oleh Ir. Titis Arganto Aryoseno, M.M., dan Ir. Sunarwanto kepada KH. Moh. Zuhri Zaini (Pengasuh) dan KH. Abdul Hamid Wahid (Kepala Pesantren).

Kepala Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Abdul Hamid Wahid, mengungkapkan bahwa keberhasilan memperoleh sertifikat ISO ini merupakan langkah konkret untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan manajemen di pesantren.

“Pondok Pesantren Nurul Jadid berhasil memperoleh sertifikat ISO 21001:2018, standar internasional untuk sistem manajemen organisasi pendidikan. Dengan penerapan ISO ini, kami berharap dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan manajemen di pesantren serta memastikan bahwa setiap program yang kami jalankan benar-benar bermanfaat bagi umat dan masyarakat,” ungkapnya.

KH. Hamid menambahkan, penerapan ISO 21001:2018 bertujuan untuk memastikan bahwa seluruh kegiatan pendidikan di pesantren berjalan dengan lebih terstruktur, terukur, efisien, dan profesional.

“Dengan sistem manajemen yang lebih baik, kami berharap dapat memberikan pengalaman belajar yang optimal dan maksimal bagi para santri, serta memperbaiki pelayanan sosial, ekonomi, dan kesehatan yang kami jalankan untuk masyarakat,” imbuhnya. Ia juga berharap, dengan standar internasional ini, kemanfaatan Pondok Pesantren Nurul Jadid untuk umat dapat semakin dirasakan dan lebih luas lagi. Apalagi, dalam Pengembangan Induk Pesantren (PIP), pondok menetapkan bahwa pada tahun 2040 lembaga ini akan menjadi institusi dengan reputasi dunia.

Selanjutnya, Bupati Bondowoso yang baru saja terpilih menegaskan, ISO dalam Sistem Manajemen Operasional Pendidikan (SMOP) akan mendudukkan pembelajaran dan pengajaran di Pondok Pesantren Nurul Jadid sebagai bagian penting dalam peningkatan manajemen melalui penyusunan PDCA (Plan, Do, Check, Act) atau PPEPP (Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan, Evaluasi, dan Pengendalian) secara saksama.

“Pengelolaan pendidikan di pesantren tidak hanya diaudit oleh auditor internal, tetapi juga eksternal. Dengan demikian, penjaminan mutu menjadi pondasi kuat untuk pengelolaan pesantren, yang selama ini dilakukan secara alamiah,” pungkasnya.

Sebagai inisiator, Dody Heral Ardiansyah, S.Psi, menegaskan bahwa sertifikat ISO bukan hanya sekadar selembar kertas, melainkan sebagai bukti penerapan pola kerja keras, cerdas, dan tuntas dalam mengelola pesantren.

“Pesantren Nurul Jadid Paiton dengan pengelolaan manajemen yang baik dan berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang bermutu, layak untuk mendapatkan sertifikat ISO 21001:2018,” ujarnya.

Pewarta : Shelma Nasywa Ramadhani Munir
Editor     : Ponirin Mika

Refleksi Harlah ke-76 Ponpes Nurul Jadid: Dari Santri untuk Negeri

berita.nuruljadid.net- Pengajian umum dalam rangka memperingati Haul Masyayikh dan Hari Lahir ke-76 Pondok Pesantren Nurul Jadid (PPNJ) berlangsung khidmat. Kegiatan tersebut dihadiri oleh ribuan wali santri, simpatisan, dan alumni, Ahad (26/01/2025).

KH. Najiburrahman mewakili Kepala Ponpes Nurul Jadid KH Abdul Hamid untuk menyampaikan amanatnya terkait perjalanan PPNJ di usianya yang telah menginjak 76 tahun.

“Di usia yang sudah cukup matang ini, Ponpes Nurul Jadid senantiasa berusaha untuk memberikan sumbangan yang nyata bagi umat, khususnya dalam mendidik generasi yang tidak hanya cerdas dalam ilmu keagamaan tapi juga mampu memikul memanggul tanggung jawab sosial, kultural, dan politik untuk mewujudkan kemaslahatan kehidupan manusia,”, ungkap Kiai Najib.

Beliau juga mengungkapkan alasan mengapa harlah tahun ini mengusung tema “Pesantren Berdaya, Indonesia Jaya”, adalah untuk menegaskan bahwa pesantren yang berdaya tidak hanya mampu mewujudkan generasi yang berilmu, tapi juga mengamalkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk pengembangan berbagai aspek di kehidupan masyarakat.

Wakil Kepala satu PPNJ itu menegaskan kembali bahwa dalam perjalananya, PPNJ tidak hanya memfokuskan pengajaran pada ilmu agama namun juga mengajarkan beberapa ilmu yang menjadi faktor pendukung pemberdayaan pesantren.

Di sela-sela sambutannya, beliau mengucapkan rasa syukur karena (PPNJ) telah mendapat sertifikasi ISO yang merupakan standar internasional untuk sistem manajemen orgasnisasi pendidikan. Kiai Najib juga mengatakan bahwa PPNJ selalu berusaha memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam penutupnya Kiai Najib berharap agar PPNJ semakin berjaya, semakin berkembang dan terus memberi sumbangan nyata bagi kemajuan masyarakat, umat islam, dan bangsa dan negara.

Pewarta : Kadafi Ananda
Editor     : Ponirin Mika

Momentum Suka Cita Terpahat di Hari Sambang Haul, Harlah, dan Santri

berita.nuruljadid.net- Acara Haul Masyayikh dan Harlah ke-76 Pondok Pesantren Nurul Jadid (PPNJ) menjadi momentum yang membekas. Pasalnya, acara tahunan PPNJ ini tidak hanya dihadiri oleh alumni, tetapi juga merupakan waktu bagi para wali santri untuk melepas kerinduan dengan putra-putri mereka, pada Minggu (26/01).

Seperti pada acara Haul dan Harlah sebelumnya, ribuan santri sangat bersemangat menyambut kedatangan orang tua mereka. Sejak pagi menjelang siang, wali santri beserta rombongan mulai berdatangan. Banyak di antaranya yang membawa tikar dan makanan untuk kemudian menuju lokasi sambang.

Suasana di pondok pesantren pun mulai membeludak, dipadati oleh wali santri. Jumlah mereka melebihi jadwal sambang pada hari-hari sebelumnya, bahkan merembes hingga ke luar area persambangan pada hari-hari normal.

Sepanjang kawasan pesantren dipenuhi oleh para santri yang asyik berbincang-bincang dan menghabiskan waktu bersama keluarga. Hal tersebut diungkapkan oleh salah satu santri, Ahmad, yang tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya saat bertemu dengan sanak keluarga.

“Saya sangat senang ketika orang tua saya datang. Sudah lama saya tidak bertemu mereka, jadi sekarang saya menghabiskan waktu untuk melepas rasa rindu saya,” ucapnya dengan wajah sumringah.

Suka cita tersebut rupanya tidak hanya dirasakan oleh para santri, tetapi juga oleh wali santri yang datang menjenguk.

“Untuk menghilangkan rasa rindu ini, berbagai cara saya lakukan demi tetap berkomunikasi dengan anak saya, seperti telepon dan video call lewat wali asuhnya,” ungkap salah satu wali santri, Bapak Supri.

Dengan adanya sambang Haul dan Harlah, Bapak Supri bisa menghilangkan rasa rindunya kepada anaknya yang sedang menuntut ilmu di pesantren. “Walaupun hanya beberapa jam saja, tapi bisa bertemu dengan anak saya seperti sekarang sudah cukup untuk mengobati rasa rindu saya,” pungkasnya.

Pewarta : Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor     : Ponirin Mika

Kiai Musleh: Pendiri Pesantren Tidak Punya Impian Santrinya Jadi Kiai, Tapi Jadi Sosok yang Bermanfaat di Masyarakat

berita.nuruljadid.net- Pengasuh Pondok Pesantren Nahdlatut Ta’limiyah Pamekasan sekaligus alumni Pondok Pesantren Nurul Jadid (PPNJ), KH. Musleh Adnan, menyampaikan bahwa pendiri pesantren tidak memiliki cita-cita santrinya menjadi kiai, melainkan menjadi sosok yang bermanfaat di masyarakat.

Ungkapan ini disampaikan Kiai Musleh dalam acara Haul Masyayikh dan Harlah ke-76 PPNJ yang diselenggarakan di halaman PPNJ pada hari Minggu (26/01) saat beliau diperintah untuk mengisi acara ceramah.

“Muassis tidak punya cita-cita santrinya ingin jadi kiai, tapi beliau bercita-cita santrinya bisa menjadi mukmin dan muslim yang bermanfaat ketika terjun ke masyarakat,” tuturnya.

Menukil dari guru besar Thariqoh Syadziliyah, Syeikh Abdul Abbas Al Mursyi, Kiai Musleh menyatakan bahwa murid bukanlah orang yang hanya membanggakan gurunya, melainkan sebenar-benarnya murid adalah orang yang dibanggakan oleh gurunya.

“Kita harus berusaha menjadi orang yang dibanggakan oleh guru-guru kita,” pesannya kepada seluruh alumni yang menghadiri acara.

Memetik dawuh Kiai Zuhri Zaini, Kiai Musleh juga menyampaikan bahwa orang yang baru lahir penglihatannya terbatas. Mereka tidak bisa melihat sesuatu di balik benda, melainkan hanya sebatas pada benda tersebut. Namun berbeda dengan orang yang sudah meninggal, maka penglihatannya akan tembus ke segala penjuru arah.

Dalam ceramahnya, beliau menegaskan kepada seluruh alumni untuk tidak membedakan antara kiai yang masih muda dan sepuh. “Beliau semua adalah guru kita, karena sejatinya kiai muda adalah darah dari guru kita,” tegasnya.

Kiai Musleh mewanti-wanti untuk selalu berhati-hati dalam bertindak, khawatir tindakan tersebut menjadi cerita yang tidak baik saat sudah meninggal dunia.

“Mari kita buat cerita yang baik semasa hidup agar kala sudah meninggal, bisa beristirahat dari kepenatan dunia menuju rahmat Allah SWT,” pungkasnya.

Pewarta : Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor     : Ponirin Mika

Alumni Senior, Kyai Junaedi Ungkap Perjalanan Spiritual Pendiri untuk Kejayaan Pesantren

berita.nuruljadid.net- Dalam rangka melihat kilas balik perjalanan serta perjuangan pendiri Pondok Pesantren Nurul Jadid (PPNJ), Ketua Pembantu Pengurus Pondok Pesantren Nurul Jadid (P4NJ) Pusat, KH. Junaedi Mu’ti, mengisi acara pembacaan manaqib pada Haul Masyayikh, yang berlangsung di halaman PPNJ pada Minggu (26/01).

Mengawali dialognya, Kiai Junaedi mengutarakan keberatannya dalam menjalankan amanat yang diberikan oleh pengasuh untuk menyampaikan perjalanan hidup sang pendiri.

“Saya lebih baik bekerja tanpa dibayar daripada disuruh pidato sekarang. Karena, ini adalah tugas terberat bagi saya,” tuturnya di depan ribuan wali santri, alumni, dan simpatisan.

Lebih lanjut alumni pondok pesantren Nurul Jadid Paiton ini mengutip dari dawuh Kyai Wahid Zaini yang sering disampaikan di banyak forum, Kiai Junaedi menegaskan kepada seluruh alumni bahwa jika tidak ada yang mendidik seseorang, maka situasi itulah yang akan mendidiknya.

Kiai Junaedi juga mengajak para wali santri untuk tidak segan-segan memondokkan anaknya di pesantren dan mendesak anaknya meskipun tidak betah di dalamnya.

“Jangan ragu-ragu untuk mondokkan anak di pesantren. Walau tidak betah, paksakan. Bisa jadi barokah para masyayikh terletak di belakangnya,” ucap beliau.

Demi kejayaan pesantren, Kiai Zaini pernah berdoa agar diberikan kemakmuran dalam tiga hal, yaitu keseimbangan ilmu agama dan umum, kamar serta bangunan-bangunan yang bertingkat, dan anugerah lampu listrik yang menyala secara persisten.

Menukil dari dawuh Kiai Syamsul Miftah Arifin, Kyai Junaedi menjelaskan bahwa jika seseorang ingin mengetahui presensi Kiai Zaini, maka seseorang tersebut harus membaca dan melihat karangan beliau.

“Jika ingin tahu keberadaan Kyai Zaini, lihat dan bacalah tulisan-tulisan beliau seperti Qosidah Tawasul, Kitab Syuabul Iman, dan karya-karya beliau lainnya,” pungkasnya.

Pewarta : Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor     : Ponirin Mika

Kunjungi ‘Rumahnya’ Sejarah NU di Expo Pendidikan HARLAH NU ke-102

penasantri.nuruljadid.net– Tampilan yang unik memikat perhatian pengunjung stan yang satu ini. Berbeda dengan stan-stan lainnya yang memamerkan produk unggulan atau berbagai jenis street food, stan ini menyuguhkan koleksi foto-foto sejarah para pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Foto-foto para Muassis NU, dari KH. Hasyim Asy’ari yang dikenal sebagai pendiri NU hingga KH. Umar Burhan, sang arsiparis NU, menghiasi dinding stan.

Di tengah stan, terdapat meja dengan deretan arsip yang memamerkan dokumen-dokumen bersejarah NU. Beberapa arsip tersebut tercetak dalam berbagai bahasa, mulai dari Bahasa Indonesia dengan ejaan lama, hingga Bahasa Belanda yang digunakan pada masa penjajahan. Teks-teks arsip ini menunjukkan seberapa jauh perjalanan panjang sejarah NU.

Begitu memasuki stan, tim redaksi disambut ramah oleh dua orang penjaga stan, M. Ali Yusuf dan Gus Yunus. Meski tampak biasa-biasa saja, redaksi segera menyadari bahwa mereka bukan orang sembarangan. M. Ali Yusuf dikenal sebagai pencetus ide stan pameran Muassis NU dan Rumah Arsip, sekaligus penjaga stan.

Meskipun pengunjung stan ini tidak sebanyak stan lain, para pengunjung yang datang terlihat berasal dari berbagai kalangan, mulai dari pengurus NU hingga masyarakat umum yang tertarik dengan sejarah. Tim Redaksi kemudian melanjutkan liputannya dan mendapati bahwa Rumah Arsip NU yang ada di stan ini merupakan inisiatif dari KH. Hisni, putra KH. Umar Burhan, sang arsiparis NU yang banyak memberikan kontribusi terhadap pelestarian arsip sejarah NU.

“Arsip-arsip ini berasal dari catatan KH. Umar Burhan dan KH. Wahid Hasyim, yang tergabung dalam Tim Arsip NU. Saat ini, arsip-arsip tersebut hampir mencapai tiga lemari dan disimpan di kediaman KH. Umar Burhan di Gresik,” kata M. Ali Yusuf.

Ia melanjutkan, “Rumah Arsip NU ini bertujuan untuk menggali dan menyimpan data primer sebelum dan sesudah berdirinya NU. Tujuannya adalah mengedukasi masyarakat, khususnya nahdliyin dan nahdliyat, untuk mengetahui sejarah NU yang sesungguhnya serta mengembalikan marwah para Muassis NU.”

Selain menampilkan arsip-arsip bersejarah, Rumah Arsip NU juga telah mencetak arsip-arsip tersebut menjadi beberapa buku, seperti H. Umar Burhan Sang Arsiparis NU dan Minal Muktamar Ilal Muktamar (Pidato-Pidato Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari).

Dalam penjelasannya, M. Ali Yusuf yang juga merupakan anggota Banser menambahkan, “NU tidak berdiri begitu saja. Di balik berdirinya NU, terdapat perjuangan besar. NU berdiri untuk kemaslahatan umat dan kemerdekaan Indonesia. Proses berdirinya NU juga melibatkan berbagai elemen, termasuk keluarga besar Sunan Ampel, Sunan Giri, dan Sunan Kudus, serta jaringan pesantren dan saudagar.”

Dijelaskan pula bahwa meskipun NU didirikan pada 1926, organisasi ini baru memperoleh legalitas dari pemerintah Belanda pada tahun 1930. Proses berdirinya NU berawal dari beberapa organisasi dan jaringan, seperti Serikat Dagang Ampel, Ta’mirul Masajid, Jam’iyah Pesantren, dan banyak lagi.

“Proses berdirinya NU memang tidak mudah, namun dengan adanya embrio-embrio tersebut, NU terus berjuang hingga kini,” ujar Ali Yusuf menutup penjelasannya.

Pewarta : Wahdana Nafisatuz Zahra
Editor     : Ponirin Mika

Bedah Buku Alumni Pesantren Nurul Jadid: Peluncuran ‘Pena Emas untuk Kertas Kehidupan’ Mengenang Rafiuddin Munis Tamar

berita.nuruljadid.net- Pengurus Pembantu Pondok Pesantren Nurul Jadid (P4NJ) wilayah Jakarta Bogor Depok dan Bekasi (JABODETABEK) bekerja sama dengan Lembaga Pers ALFIKR dan Mahkamah Konstitusi (MK) Republik Indonesia menyelenggarakan Bedah Buku “Pena Emas untuk Kertas Kehidupan”. Buku ini mengupas tentang biografi dan pemikiran Almarhum Rafiuddin Munis Tamar, yang lebih dikenal dengan sebutan Mas Rafi. Acara ini berlangsung di Auditorium I PPNJ pada Sabtu (25/01/25).

Abdurrahman Wahid, Ketua P4NJ Jabodetabek, menyampaikan bahwa peluncuran buku ini merupakan kegiatan perdana P4NJ yang diadakan di lingkungan PPNJ, bekerja sama dengan Alfikr dan Mahkamah Konstitusi.

Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan Timeline P4NJ, yaitu “Berkumpul, Bergerak, dan Berdampak”. “Kami sangat mengapresiasi karena dapat mengadakan kegiatan bedah buku ini di lingkungan PPNJ, dan ingin memberitahukan kepada seluruh P4NJ lainnya bahwa kami hadir dengan timeline ‘berkumpul, bergerak, dan berdampak’,” ungkapnya dalam sambutannya.

Heru Setiawan turut memberikan sambutan melalui video online dan mengucapkan selamat atas diselenggarakannya Haul dan Harlah PPNJ ke-76, serta peluncuran dan bedah buku Pena Emas untuk Kertas Kehidupan. Kegiatan ini juga dihadiri langsung oleh Ibu Atik Muayati, M.Pd, istri dari Almarhum Mas Rafi, Bapak Dr. H. Rofiqul Umam Ahmad, M.Hum, Wakil Sekretaris Jendral MUI, serta Bapak Ahmad Sahidah, Ph.D.

Judul buku ini diambil dari perjuangan hidup dan pemikiran Almarhum Saifuddin dalam menggeluti dunia tulis-menulis. Buku tersebut mencakup berbagai topik, mulai dari hukum, agama, ekonomi, politik, sastra, hingga cerita pendek. “Judul buku ini diambil untuk mengenang 48 tahun perjuangan beliau dalam menekuni dunia tulis-menulis,” kata Ibu Atik saat memaparkan buku suaminya.

Bapak Ahmad Sahidah, Ph.D, dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa untuk menekuni sebuah bidang, seseorang harus terus belajar sehingga akhirnya akan mencapai apa yang diinginkan. “Orang yang menekuni filsafat itu mampu menekuni apa saja dan menjadi apa saja. Jadi kita harus terus belajar, maka lambat laun kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan,” imbuhnya.

Kegiatan peluncuran dan bedah buku ini ditutup dengan sesi tanya jawab antara audiens dan pemateri, serta sesi foto bersama sebagai penutup acara.

Pewarta : Maria Al Faradela
Editor     : Ponirin Mika