PPIQ Adakan Penobatan Bintang Kelas Madrasatul Qur’an, Dorong Semangat Belajar Santri

Berita.NurulJadid.net – Pusat Pendidikan Ilmu Qur’an (PPIQ) Pondok Pesantren Nurul Jadid kembali menggelar penobatan bintang kelas bagi santri Madrasatul Qur’an (MQ), Kamis malam (12/06), yang dilangsungkan di depan daerah An-Nuriyah, wilayah Al-Hasyimiyah.

Acara ini merupakan bentuk apresiasi kepada santri yang meraih nilai tinggi dan menunjukkan semangat belajar selama satu semester. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan memotivasi seluruh santri agar semakin giat menuntut ilmu.

“Bagi santri yang beruntung, jangan pernah merasa cukup atas pencapaian yang telah diraih. Bagi yang belum beruntung, semoga lebih giat lagi, dan jangan berkecil hati,” pesan Nur Endah Dian Rosyadani, Kepala Bagian MQ, dalam sambutannya.

Penobatan bintang kelas ini merupakan bagian dari program kerja tahunan MQ. Sebelum dinobatkan, para santri terlebih dahulu harus mengikuti ujian evaluasi setelah menyelesaikan makna kitab masing-masing. Kitab tersebut akan dikumpulkan oleh Divisi Kegiatan Belajar untuk diperiksa kelengkapannya.

MQ terdiri dari enam kelas: Ula 1, Ula 2, Wustho 1, Wustho 2, Ulya 1, dan Ulya 2. Setiap tingkatan memiliki materi berbeda.

  • Ula 1 dan 2 mempelajari Tafsir Jalalain dan At-Tibyan,
  • Wustho 1 dan 2 mendalami Mukhtashorun Jiddan dan Qowa’idul Asasiyah,
  • Ulya 1 dan 2 mempelajari Tafsir Al-Fatihah dan Khulashoh Nurul Yaqin 1.

Menariknya, penilaian bintang kelas tidak hanya berdasarkan hasil ujian, tetapi juga mempertimbangkan keaktifan santri di kelas. “Jika ada nilai yang sama, kami akan lihat siapa yang lebih rajin. Jika ada yang sering tidak hadir, tentu nilainya akan dikurangi,” jelas Nur Endah.

MQ sendiri merupakan kegiatan wajib bagi seluruh santri PPIQ, yang dilaksanakan setiap malam Ahad dan Senin. Program ini menjadi sarana penting untuk memperluas pemahaman Al-Qur’an, baik dalam bacaan, tafsir, maupun pengamalan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari.

 

Pewarta: Haura Dzil Izza El Bayu

Editor.   : Ponirin Mika

 

Perkuat Tata Kelola SDM, Pesantren Nurul Abror Banyuwangi Studi Banding ke Nurul Jadid Paiton

berita.nuruljadid.net – Pondok Pesantren Nurul Abror Arobbaniyyin yang berlokasi di Alasbuluh, Wongsorejo, Banyuwangi, melakukan kunjungan studi banding ke Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, pada Selasa (10/06/2025).

Kunjungan ini merupakan rangkaian kegiatan silaturahmi sekaligus studi strategis dalam rangka menggali wawasan tentang pengembangan manajemen mutu sumber daya manusia (SDM) di lingkungan pesantren, khususnya dalam aspek pendidikan, pengasuhan, dan tata kelola kelembagaan.

Rombongan dari Nurul Abror Arobbaniyyin terdiri atas para Kepala Biro Kepesantrenan, jajaran pengurus pesantren, serta tenaga pendidik. Mereka disambut hangat oleh pengurus Pondok Pesantren Nurul Jadid di ruang pertemuan utama yang biasa digunakan untuk menerima tamu lembaga dan kunjungan studi banding.

Kepala Biro Kepesantrenan Pondok Pesantren Nurul Abror Arobbaniyyin Muhammad Diddiq Amin menyampaikan bahwa kunjungan ini bertujuan mempererat silaturahmi antarpesantren serta mempelajari strategi pengelolaan SDM yang telah diterapkan di Nurul Jadid.

“Kunjungan ini adalah bagian dari silaturahim dan studi tiru ke Pesantren Nurul Jadid Paiton,” ungkapnya. Ia juga menambahkan bahwa hasil dari kunjungan ini akan dijadikan bahan implementasi di lembaga mereka.

Sementara itu, Sekretaris Pesantren Nurul Jadid, Thohiruddin, menyambut baik kedatangan tamu dan menyampaikan bahwa hubungan kedua pesantren sangat istimewa, mengingat pengasuh kedua lembaga tersebut merupakan saudara.

“Kita sama-sama belajar. Bahkan, Nurul Jadid pun bisa banyak belajar dari Pesantren Nurul Abror,” ujarnya.

Kegiatan ini di isi dengan pemaparan sistem manajemen SDM yang disampaikan oleh Abdul Manaf Firdaus dari Bagian Ortala dan Kepegawaian Pesantren Nurul Jadid, dilanjutkan sesi diskusi dan tanya jawab seputar pengelolaan organisasi di lingkungan pesantren.

Diharapkan dari kegiatan ini terjalin sinergi yang kuat antar-lembaga pesantren dan lahir semangat pembaruan dalam pengelolaan SDM menuju arah yang lebih profesional, adaptif, dan berkelanjutan.

 

Pewarta.  : Ahmad Zainul Khofi

Editor.      : Ponirin Mika

Sidang Pleno Santri Kalpataru Gagas Program Lingkungan Berkelanjutan

berita.nuruljadid.net – Biro Pekerjaan Umum dan Lingkungan Hidup (PULH) Pondok Pesantren Nurul Jadid menggelar Sidang Pleno Santri Kalpataru perdana di Aula Mini Pesantren pada Kamis (05/06/25). Kegiatan ini diikuti oleh 30 peserta dari berbagai divisi Santri Kalpataru. Kegiatan ini juga turut dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun 2025.

“Dalam forum ini, masing-masing divisi akan merancang program yang selaras dengan visi pendirian Santri Kalpataru. Gebrakan kawan-kawan sangat dinanti oleh seluruh warga pesantren,” ujar Sekretaris Biro PULH, Saifur Rizal, dalam pidato pembukaannya.

Rizal menegaskan bahwa sidang ini merupakan langkah awal untuk memulai rangkaian kegiatan Santri Kalpataru dalam membangun kesadaran dan aksi nyata menjaga lingkungan secara berkelanjutan. Forum ini merupakan pijakan terbentuknya program kerja Santri Kalpataru demi kelestarian lingkungan di lingkungan pesantren.

Menindaklanjuti hal tersebut, Komandan Santri Kalpataru, Ahmad Rifaldi, menjelaskan bahwa sidang pleno dibagi dalam dua sesi utama. Sesi pertama diisi dengan diskusi terpisah oleh masing-masing dari lima divisi guna merancang program kerja. Sesi kedua dilanjutkan dengan pleno di aula untuk mempresentasikan dan mengesahkan hasil rumusan bersama.

“Kelima divisi tersebut meliputi: Divisi Research, Development, and Learning (RDL), Divisi 3R (Reduce, Reuse, Recycle), Divisi Perubahan Iklim, Divisi Konservasi Keanekaragaman Hayati, dan Divisi Kebersihan, Kerapian, dan Keindahan,” terang Rifaldi kepada Pewarta Humas Infokom NJ.

Komandan Santri Kalpataru, Ahmad Rifaldi, tengah memimpin topik diskusi pada FGD terpisah Sidang Pleno.

Dengan metode Forum Group Discussion (FGD), setiap divisi difokuskan untuk merancang program yang relevan dengan bidang masing-masing. Rifaldi mencontohkan, Divisi 3R menginisiasi program komposting, daur ulang, dan bank sampah, sementara Divisi Perubahan Iklim fokus pada isu konservasi energi dan transportasi ramah lingkungan.

“Dari pantauan kami, ada divisi yang menyusun program identifikasi dan pelabelan tumbuhan di lingkungan pesantren, ada pula yang membahas kampanye hemat energi dan pembaruan sistem pengelolaan sampah. Semua peserta tampak aktif berpikir dan berdialog,” imbuhnya.

Program-program yang digagas dalam sidang ini mencerminkan semangat dan komitmen para santri untuk menciptakan lingkungan pesantren yang bersih, sehat, dan lestari. Rifaldi menambahkan, keberhasilan program-program ini sangat bergantung pada partisipasi seluruh warga pesantren dalam menjaga dan merawat lingkungan secara kolektif.

 

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

Hari Arafah, Momentum Terbaik untuk Doa, Dzikir, dan Cinta kepada Allah

berita.nuruljadid.net — Dalam suasana penuh kekhusyukan, KH. Muhammad Al-Fayyadl menyampaikan tausiah bermakna dalam acara Istighotsah Hari Arafah 1446 H. Acara tersebut diikuti oleh para santri, pengasuh, dan jamaah dari berbagai kalangan yang berkumpul untuk menyambut salah satu hari paling agung dalam kalender Islam.

Dalam tausiahnya, Kiai Al-Fayyadl mengingatkan bahwa Hari Arafah adalah “hari terbaik untuk berdoa”, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ. Ia mengajak seluruh jamaah untuk memperbanyak membaca Surah Al-Ikhlas sebanyak 1000 kali, berdasarkan riwayat dari Ibnu Abbas RA, sebagai bentuk keyakinan penuh akan janji Allah: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan.”

Kiai Al-Fayyadl juga menekankan pentingnya dzikir yang diajarkan Rasulullah ﷺ:

“Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariikalah, lahul mulku wa lahul hamdu wahuwa ‘ala kulli syai’in qadiir.”
(HR. Tirmidzi)

Ia mengajak seluruh umat untuk memperbanyak dzikir tersebut dengan hati yang ikhlas dan penuh harapan.

Dalam doa bersama, Kiai Al-Fayyadl memanjatkan permohonan kepada Allah agar umat Islam:

Diberi tambahan iman dan kecintaan kepada Allah, Rasul-Nya, serta para wali dan orang-orang sholih.

Diberi husnul khotimah dan wafat dalam keadaan iman.

Mampu berbakti kepada orang tua hingga akhir hayat.

Diberi ilmu yang bermanfaat dan keberkahan dalam kehidupan.

Diberi kemudahan untuk menunaikan haji dan umrah ke Baitullah.

Diberi rezeki yang halal dan barokah.

Diberi kekuatan lahir dan batin dalam belajar dan berdakwah.Secara khusus, beliau mendoakan Pesantren Nurul Jadid agar menjadi lembaga pendidikan yang diridhai Allah, dan agar para pengasuh, pengurus, serta santri diberikan taufik dan ma’unah dalam menunaikan amanah.

Tak lupa, Kiai Al-Fayyadl menyerukan doa khusus untuk saudara-saudara seiman di Palestina:

“Semoga Allah memberikan mereka kemenangan, keamanan, dan kemuliaan.”

Di akhir tausiahnya, beliau berdoa agar Hari Arafah ini menjadi titik balik bagi umat Islam menuju keberkahan, keselamatan dunia dan akhirat.

Pewarta: Saniri
Editor: Ponirin Mika

Panduan Lengkap Berkurban Jelang Idul Adha: Syarat, Ketentuan, dan Adab yang Perlu Diperhatikan

nuruljadid.net – Ibadah kurban merupakan salah satu amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam, terutama saat Hari Raya Idul Adha.  Dikutip dari laman NU Online, untuk menjalankan ibadah ini dengan benar, terdapat beberapa syarat penyembelihan hewan kurban yang telah diatur sedemikian rupa oleh syari’at Islam, mulai dari waktu, tempat, kriteria hewan yang disembelih, dan kepada siapa daging kurban dibagikan, semua ini juga telah dibahas oleh para ulama’ fikih terdahulu.

Berkurban atau udhiyyah merupakan syiar Islam dan termasuk dalam bentuk ketaatan yang paling utama. Bagi mereka yang hendak melakukan penyembelihan hewan kurban setidaknya dilakukan setelah Salat Idul Adha atau pada hari tasyrik tanggal 10-13 Dzulhijjah. Adapun syarat orang yang boleh berkurban, yakni muslim, baligh dan berakal, serta mampu.

Kriteria Hewan Layak Kurban

Di dalam syariat Islam, terdapat sejumlah kriteria yang harus dipenuhi untuk memilih hewan kurban. Pertama, hewan kurban harus berasal dari golongan hewan ternak; yang paling diutamakan yakni unta, sapi, kambing atau domba (Ibnu Rusyd: tt: I:315). Perkara ini juga terdapat dalam Al-Quran:

 وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ

Yang artinya, “Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka.” (QS. Al-Hajj: 34)

Kemudian kriteria kedua mengenai hewan kurban, yakni usianya mesti telah mencapai umur minimal yang ditentukan oleh syariat Islam. Berikut ulasan kriterianya:

  • Unta minimal berumur lima tahun dan telah masuk tahun keenam.
  • Sapi minimal berumur dua tahun dan telah masuk tahun ketiga.
  • Kambing jenis domba atau biri-biri berumur satu tahun, atau minimal berumur enam bulan bagi yang sulit mendapatkan domba yang berumur satu tahun.
  • Sedangkan bagi kambing biasa (bukan jenis domba atau biri-biri, semisal kambing jawa), maka minimal berumur satu tahun dan telah masuk tahun kedua.

Perkara ini juga diterangkan dalam kitab Kifayatul Akhyar,

ويجزئ فيها الجذع من الضأن والثني من المعز والثني من الإبل والثني من البقر

“Umur hewan kurban adalah Al-Jadza’u (Domba yang berumur 6 bulan-1 tahun), dan Al-Ma’iz (Kambing jawa yang berumur 1-2 tahun), dan Al-Ibil (Unta yang berumur 5-6 tahun), dan Al-Baqar (Sapi yang berumur 2-3 tahun)”.

Maka, bila kriteria-kriteria tersebut tidak terpenuhi, pelaksanaan kurban dalam rangkaian Hari Raya Idul Adha tersebut tidak sah. Karena syariat telah menentukan standar minimal usia dari masing-masing jenis hewan kurban yang dimaksud. Sedangkan jika telah sampai pada batas usia atau bahkan lebih, hewan itu masih boleh dikurbankan, asal tidak terlalu tua sehingga dagingnya kurang begitu empuk untuk dimakan.

Disamping itu, Islam juga menganjurkan untuk memilih hewan yang paling baik untuk dikurbankan, yaitu dalam kondisi sehat dan tidak cacat. Terdapat empat macam kondisi hewan yang tidak sah dijadikan hewan kurban (Hadis Hasan Shahih, riwayat At-Tirmidzi: 1417 dan Abu Dawud: 2420):

  1. Hewan yang (matanya) jelas-jelas buta (picek),
  2. Hewan yang (fisiknya) jelas-jelas dalam keadaan sakit,
  3. Hewan yang (kakinya) jelas-jelas pincang,
  4. Hewan yang (badannya) kurus lagi tak berlemak.

Akan tetapi, cacat hewan yang dikebiri dan hewan yang pecah tanduknya tidak menghalangi sahnya ibadah kurban. Sedangkan cacat hewan yang putus telinga dan ekornya tidak sah untuk dijadikan kurban (Dr. Musthafa, Dib al-Bigha: 1978:243). Hal ini karena cacat yang pertama tidak mengurangi daging hewan (cacat batin), sedangkan yang kedua itu mengurangi daging hewan tersebut (cacat fisik).

Ketentuan Pekurban dan Pembagian Kurban

Adapun ketentuan untuk berkurban seekor kambing atau domba hanya diperuntukkan bagi satu orang. Sementara jika seekor unta, sapi dan kerbau maka diperuntukkan berkurban bagi tujuh orang. Ketentuan ini terdapat dalam hadits:

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ نَحَرْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ الْحُدَيْبِيَةِ الْبَدَنَةَ عَنْ سَبْعَةٍ وَالْبَقَرَةَ عَنْ سَبْعَةٍ

“Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah, “Kami telah menyembelih kurban bersama Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam pada tahun Hudaibiyah seekor unta untuk tujuh orang dan seekor sapi juga untuk tujuh orang.” (Hadits Shahih, riwayat Muslim: 2322, Abu Dawud: 2426, al-Tirmidzi: 1422 dan Ibn Majah: 3123)”.

Sementara itu, perihal ketentuan pembagian kurban terbagi menjadi dua hal. Pertama, bagi mereka yang berkurban sunnah, maka boleh untuk mengambil bagian dari hewan kurban atas nama dirinya, sebab pembagian yang wajib hanya sebatas kadar minimal daging yang memenuhi standar kelayakan, misalnya seperti satu kantong plastik, dan selebihnya berhak dikonsumsi atau disedekahkan pada orang lain.

Meskipun demikian, hal yang dianjurkan bagi pekurban adalah tidak mengambil bagian daging terlalu banyak, kecuali sebatas satu-dua suapan untuk mengharap berkah. Tidak lebih dari tiga suapan. Selebihnya memprioritaskan golongan yang betul-betul membutuhkan, seperti para fakit miskin. Dalam kitab Fath al-Mu’in dijelaskan:

ويجب التصدق ولو على فقير واحد بشيء نيئا ولو يسيرا من المتطوع بها والأفضل: التصدق بكله إلا لقما يتبرك بأكلها وأن تكون من الكبد وأن لا يأكل فوق ثلاث

“Wajib menyedekahkan kurban sunnah, meskipun hanya pada satu orang fakir, dengan daging yang mentah, meskipun hanya sedikit. Hal yang lebih utama adalah menyedekahkan keseluruhan daging kurban kecuali satu suapan dengan niatan mengharap berkah dengan mengonsumsi daging tersebut. Hendaknya daging tersebut dari bagian hati. Hendaknya orang yang berkurban tidak mengonsumsi lebih dari tiga suapan.”

Sedangkan untuk kurban wajib, sepeti seperti kurban nazar, maka pekurban tidak boleh mengambil bagian dari hewan kurbannya meskipun hanya sedikit. Melainkan wajib membagikan keseluruhan daging kurban tersebut pada fakir. Jika sampai terlanjur mengambil bagian dari hewan kurban wajibnya, maka ia wajib untuk mengganti kadar daging tersebut dan dibagikannya pada orang fakir. Ketentuan ini sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Abu Bakar Muhammad Syatha:

.ويحرم الأكل من أضحية أو هدي وجبا بنذره

 .إي يحرم أكل المضحى والمهدي من ذلك، فيجب عليه التصدق بجميعها، حتى قرنها، وظلفها a (قوله: ويحرم الأكل إلخ)

 .فلو أكل شيئا من ذلك غرم بدله للفقراء

“Haram mengonsumsi kurban dan hadiah yang wajib sebab nazar. Maksudnya, haram bagi orang yang berkurban dan berhadiah mengonsumsi daging kurban dan hadiah yang wajib sebab nazar. Maka wajib menyedekahkan seluruhnya, termasuk tanduk dan kuku hewan. Jika ia mengonsumsi sebagian dari hewan tersebut, maka wajib menggantinya dan diberikan pada orang fakir” (Syekh Abu Bakar Muhammad Syatha, Hasyiyah I’anah at-Thalibin, juz 2, hal. 378).

Demikian ketentuan dan syarat berkurban, dari kriteria hewan layak kurban hingga ketentuan pekurban dan pembagian kurban. Menjalankan ibadah kurban bukan sekadar menyembelih hewan, melainkan sebuah ibadah penuh makna yang sarat nilai ketakwaan dan solidaritas sosial. Semoga pelaksanaan kurban tahun ini membawa keberkahan bagi kita semua dan mempererat kepedulian terhadap sesama.

Selamat Hari Raya Idul Adha 1446 H.
Taqabbalallahu minna wa minkum.
Wallahu a’lam bish-shawab.

 

Penulis: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

SMA Nurul Jadid Antar Puluhan Siswa ke PTN Favorit, Salah Satunya Universitas Indonesia!

berita.nuruljadid.net – Sekolah Menengah Atas Nurul Jadid (SMANJ) sukses membawa 27 peserta didik lolos masuk di sejumlah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) favorit tahun 2025. Kesuksesan ini salah satunya berkat program pembinaan dan pendidikan SMANJ yang efektif.

Kepala SMA Nurul Jadid, Rahardjo, mengungkapkan bahwa para peserta didik kelas akhir tidak hanya menerima pembelajaran reguler di kelas, tetapi juga menerima program pendampingan yang intensif saat menjelang kelulusan.

“Kami memberikan program pendampingan yang berisi pengayaan soal UTBK, simulasi ujian secara berkala, dan bimbingan konseling rutin,” jelasnya kepada Pewarta Humas Infokom Pesantren pada Senin (2/6/25).

Di samping program pendampingan akademik, Koordinator Bimbingan Konseling SMANJ, Juwariyah juga mengimbuhkan program pengembangan mental. Menurutnya hal ini bertujuan agar para peserta didik tidak hanya siap secara intelektual tetapi juga secara mental untuk mengikuti ujian tes masuk perguruan tinggi.

“Kami berfokus pada pengembangan holistik untuk mendorong kesiapan mental siswa. Kami melakukan konseling rutin dalam membantu mereka memilih jurusan yang tepat dan memantapkan mental sebelum menghadapi ujian,” imbuhnya.

Salah satu hasil kesuksesannya datang dari Griselda Valensia, santri sekaligus siswi SMANJ yang berhasil lolos ke Program Studi Ilmu Hubungan Internasional UI. Grieselda mengaku bahwa kelulusannya tidak lepas dari dukungan sekolah, keluarga, dan lingkungan pesantren yang kondusif.

“Program sekolah sangat mendukung, ditambah lagi dengan motivasi dan doa dari orang tua, para guru, serta teman-teman di sekolah dan asrama. Semua itu sangat membantu saya dalam menghadapi proses seleksi,” ungkapnya.

Dengan keberhasilan ini, Grieselda turut memotivasi kawan santri lainnya. Sebanyak 27 peserta didik juga berhasil lolos ke berbagai PTN favorit, sementara sejumlah lainnya tengah berjuang dalam proses seleksi masuk perguruan tinggi luar negeri.

Pewarta: Juwaeni
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Wali Asuh Putri Dibekali Tips Mengelola Emosi

berita.nuruljadid.net – Biro Kepesantrenan Putri Pondok Pesantren Nurul Jadid menggelar kegiatan Pelatihan Wali Asuh di Aula Wilayah Al-Hasyimiyah, Jumat (30/05/25). Kegiatan ini bertujuan untuk mendidik wali asuh agar dapat menggantikan posisi orang tua dengan baik selama santri bermukim di pesantren.

Hal tersebut sesuai dengan harapan Pengasuh, KH. Moh. Zuhri Zaini, bahwa wali asuh harus bisa mengontrol emosi, sabar dan telaten dalam mendidik dan mengayomi santri.

“Telaten artinya pengurus harus cermat, hati-hati, teliti, rajin dan tekun untuk membimbing para santri. Sebab mereka adalah amanah dari para orang tua juga masyarakat,” terang Kiai Zuhri dalam acara Ngaji Bareng Pengurus Wilayah dan Wali Asuh pada dua tahun silam.

Menyoal acara, Pelatihan Wali Asuh ini menghadirkan Sherly Mega Paranti sebagai pemateri. Dalam pemateriannya, Sherly mengawali forum dengan mengajak peserta untuk fokus pada bagaimana mendidik anak asuh dengan mengontrol emosi.

“Yang terpenting dalam mendidik anak asuh adalah bagaimana kita bisa mengubah intensitas, durasi emosi dengan cara yang sehat,” ungkapnya.

Sherly juga memperlihatkan sebuah video berisi fenomena seseorang yang tidak mampu mengontrol emosi sehingga berdampak buruk bagi dirinya sekaligus orang lain.

“Maka dengan itu, ketika kita sedih, marah, maupun bahagia, kita harus bisa mengontrolnya. Jangan berlebihan dalam menyikapinya,” jelasnya usai menonton video tersebut.

Dalam waktu yang sama, Sherly memaparkan empat materi yang sangat penting untuk dipelajari dan diamalkan oleh para wali asuh. Menurutnya, tanggungjawab, kepekaan, kontrol emosi, dan jujur merupakan empat hal yang wajib menjadi bekal dalam mendidik serta mengayomi anak asuh.

Dengan dilaksanakannya kegiatan tersebut, Biro Kepesantrenan Putri berharap kepada wali asuh agar menyerap dengan maksimal dan mengamalkan ilmunya usai mengikuti acara pelatihan tersebut, sekaligus menjadi dorongan untuk lebih semangat dalam mengabdi.

Pewarta: Zaituna Farah Kamila
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Santri SMK Bulugading Jember Betah Prakerin di Pesantren Nurul Jadid

berita.nuruljadid.net – Biro Pendidikan Pondok Pesantren Nurul Jadid menerima 29 siswi Praktik Kerja Industri (Prakerin) dari SMK Bulugading Jember di Aula Mini Pesantren, Senin (02/06/25).

Muhammad Zainullah, Koordinator Rombongan sekaligus Pembina, dalam kesempatan tersebut mengungkapkan bahwa para siswi yang mengikuti program prakerin di Pesantren Nurul Jadid merasa sangat betah. “Mereka tidak hanya ingin mempraktikkan teori yang didapat di ruang kelas, tetapi juga ingin mendapatkan barokah dari kegiatan yang mereka lakukan di pesantren,” jelas Zainullah.

Pernyataan Zainullah menggambarkan antusiasme tinggi para siswi yang terlibat dalam prakerin. Bagi mereka, prakerin bukan hanya sekadar kesempatan untuk mengasah keterampilan teknis, tetapi juga sebagai peluang untuk mendapatkan pengalaman hidup yang lebih bermakna melalui pendekatan spiritual dan barokah yang diajarkan di pesantren.

Ahmad Zaki, Kepala Biro Pendidikan Pesantren Nurul Jadid, dalam sambutannya menyampaikan bahwa program prakerin ini merupakan amanah yang diberikan kepada Pesantren Nurul Jadid. “InsyaAllah, kami akan menjaga amanah ini dengan baik dan berkomitmen untuk memberikan pengalaman terbaik bagi para siswi yang menjalani prakerin di sini,” ujar Kiai Zaki.

Kiai Zaki juga berharap agar para siswi yang mengikuti prakerin dapat mematuhi aturan yang berlaku di pesantren dengan baik. “Kami ingin mereka belajar tidak hanya dalam hal keterampilan, tetapi juga dalam hal ketaatan terhadap aturan dan tradisi yang ada di pesantren,” tambahnya.

Untuk mempersiapkan para siswi yang akan mengikuti prakerin, Bidang Kelembagaan dan Peserta Didik Biro Pendidikan, yang dipimpin oleh Mujiburrahman, telah mensosialisasikan jadwal kegiatan matrikulasi serta jadwal umum yang akan dijalani oleh para siswi selama prakerin. “Matrikulasi ini sangat penting agar siswi lebih siap saat diterjunkan ke seluruh satuan kerja dan satuan pendidikan, serta memahami kultur pesantren dan budaya organisasi yang ada di sini,” ujar Mujiburrohman.

Matrikulasi yang diberikan kepada para siswi prakerin tidak hanya mencakup pembekalan teori, tetapi juga bagaimana mereka dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan pesantren yang memiliki nilai-nilai keagamaan yang kuat. Di pesantren, setiap aktivitas dilandasi oleh dasar spiritual yang tinggi, dan hal ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan pribadi para siswi.

Program prakerin ini diharapkan dapat menjadi titik awal bagi para siswi untuk mengembangkan potensi diri mereka, baik dari sisi keterampilan maupun sisi moral dan spiritual. Kegiatan prakerin di Pesantren Nurul Jadid menjadi sarana efektif untuk menggabungkan teori dengan praktik, serta memberikan pengalaman hidup yang tak terlupakan bagi para siswi.

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

 

Tingkatkan Mutu Pendampingan, Biro Kepesantrenan: Anggap Santri sebagai Keluarga Sendiri

berita.nuruljadid.net – Dalam upaya meningkatkan mutu layanan pendampingan kepada santri, Bidang Konseling dan Wali Asuh (BK-WA) Biro Kepesantrenan (Biktren) Pondok Pesantren Nurul Jadid menyelenggarakan Pelatihan Bimbingan Konseling dan Kewaliasuhan selama dua hari, Sabtu–Ahad (31/05–01/06/25), bertempat di Ruang Rapat Pesantren.

Wakil Kepala Biro Kepesantrenan, Gus M. Hilman Zidny Romzi, menyampaikan pesan dari Kepala Biro Kepesantrenan, Gus Ahmad Madarik, yang menekankan pentingnya peran wali asuh dalam mendampingi santri dengan pendekatan kekeluargaan.

“Dalam menjalankan amanah sebagai wali asuh, santri harus dipandang sebagai bagian dari keluarga kita sendiri. Bayangkan jika pelanggaran yang dilakukan santri terjadi pada anggota keluarga kita, tentu kita akan menanganinya dengan penuh kasih sayang dan kepedulian,” tutur Gus Hilman mengutip pesan Gus Madarik.

Lebih lanjut, Gus Hilman mengingatkan pentingnya pendekatan yang humanis dalam menyikapi perilaku santri, termasuk mereka yang melakukan pelanggaran.

“Jangan meremehkan santri yang dianggap nakal. Sebaliknya, doakan dan bimbing mereka dengan nasihat yang baik. Sebab, perubahan perilaku adalah urusan antara dia dan Allah,” imbuhnya.

Potret Gus Hilman (tengah) bersama KH. Moh. Mahfudz Faqih (kanan) mengisi acara Pelatihan Konseling dan Kewaliasuhan.

Pelatihan ini menghadirkan dua pemateri utama: KH. Moh. Mahfudz Faqih dan Miftahul Huda. Keduanya memberikan pembekalan seputar prinsip-prinsip konseling efektif dan peran strategis wali asuh dalam menyelesaikan persoalan santri.

Dalam sesinya, Miftahul Huda menekankan bahwa wali asuh bukan sekadar pengawas, melainkan figur pendamping dan pemecah masalah pertama bagi santri.

“Wali asuh adalah garda terdepan dalam mendampingi santri. Setiap masalah yang muncul harus direspons dengan kehadiran yang solutif dan empatik,” jelasnya.

Biktren berharap, melalui pelatihan ini para wali asuh mampu mengubah paradigma pendampingan yang lebih inklusif, suportif, dan solutif—guna mencetak santri yang berakhlak, berdaya saing, dan siap menghadapi tantangan zaman.

 

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

Guru BTQ Sidoarjo Studi Tiru ke Pondok Pesantren Nurul Jadid

berita.nuruljadid.net – Sebanyak 45 guru yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) SMP Negeri se-Kabupaten Sidoarjo melaksanakan kegiatan studi lapangan ke Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo. Kegiatan yang berlangsung pada Sabtu (31/05) ini bertujuan untuk memperkuat kompetensi, menjalin silaturahmi, serta mengambil inspirasi dari sistem pembelajaran BTQ di pesantren tersebut.

Ali Hadi, selaku Pembina MGMP BTQ Sidoarjo, menyampaikan bahwa kunjungan ini merupakan bagian dari upaya peningkatan kapasitas guru dalam mengajarkan Al-Qur’an di sekolah. “Ponpes Nurul Jadid kami pilih karena telah terbukti berhasil dalam menerapkan metode BTQ yang baik dan efektif. Kami berharap bisa membawa pulang ilmu dan semangat baru untuk meningkatkan profesionalisme kami sebagai guru BTQ,” ungkapnya.

Kunjungan ini disambut hangat oleh jajaran pengurus Pondok Pesantren Nurul Jadid. Sekretaris Pesantren, Thohiruddin, menyampaikan rasa syukurnya atas kunjungan ini dan menekankan bahwa silaturahmi antar pendidik adalah pintu keberkahan bagi kemajuan pendidikan.

“Mengajar Al-Qur’an adalah kemuliaan, karena kita sedang menyampaikan firman Allah. Rasulullah SAW pun menganjurkan untuk belajar dan mengajarkan Al-Qur’an,” tegas Thohir dalam sambutannya.

Dalam kesempatan tersebut, Thohir juga memperkenalkan sistem pendidikan yang ada di Pesantren Nurul Jadid. Ia menjelaskan bahwa pesantren ini memiliki jenjang pendidikan yang lengkap, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Salah satu ciri khas yang ditekankan adalah pentingnya ketuntasan Furudhul Ainiyah (kewajiban dasar agama).

“Santri yang belum tuntas FA tidak diperkenankan masuk ke jurusan unggulan,” ujarnya tegas.

Di akhir sesi, Thohir berharap dialog dan diskusi yang dilakukan antara guru-guru BTQ dengan pengajar di Nurul Jadid dapat menjadi sarana tukar pengalaman dan penguatan peran guru sebagai pendidik agama.

“Kita semua adalah pengajar. Mari saling berbagi dan memperkaya pengalaman demi kemajuan pendidikan Islam, khususnya dalam pembelajaran Al-Qur’an,” pungkasnya.

Kegiatan ini diharapkan menjadi awal dari kerja sama yang lebih erat antara lembaga pendidikan formal dan pesantren dalam misi mencerdaskan kehidupan bangsa melalui nilai-nilai Qur’ani.

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

Gerakan Santri Kalpataru Rawat Kebersihan Lingkungan Pesantren

berita.nuruljadid.net – Komitmen menjaga kelestarian lingkungan terus digelorakan oleh para santri Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo. Salah satunya melalui kegiatan patroli lingkungan yang digelar oleh Santri Kalpataru pada Kamis (29/5/2025).

Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya edukatif dan preventif untuk menumbuhkan kesadaran santri akan pentingnya menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan pesantren.

Santri Kalpataru merupakan komunitas pelopor lingkungan yang dibentuk oleh Biro Pekerjaan Umum dan Lingkungan Hidup (PULH) Nurul Jadid. Sejak pelantikannya pada April lalu, kelompok ini aktif menjalankan program-program konservasi lingkungan, termasuk patroli rutin, edukasi kebersihan, hingga kampanye sadar sampah di pesantren.

“Patroli ini bukan sekadar bersih-bersih. Ini juga bentuk ajakan kepada santri lainnya untuk membangun budaya peduli lingkungan di pesantren,” ujar Saifur Rizal, Sekretaris Biro PULH.

Menurut Rizal, kesadaran terhadap lingkungan ini tidak selalu tumbuh dengan sendirinya. Terkadang perlu ada langkah-langkah yang menginspirasi, memberi contoh, sekaligus menggerakkan.

“Inisiatif kadang muncul setelah ada yang mempelopori. Di sinilah peran Santri Kalpataru, untuk mengajak, memberi teladan, dan merawat semangat kepedulian terhadap lingkungan,” tuturnya.

Lebih lanjut, Rizal menjelaskan bahwa Santri Kalpataru juga memiliki berbagai program lainnya untuk menjangkau wilayah hingga daerah tempat tinggal para santri di pesantren. Dengan upaya ini, mereka berharap pesan penting tentang kebersihan dan pelestarian lingkungan bisa menjangkau lebih banyak pihak.

“Upaya ini kami kemas dalam kegiatan yang edukatif dan memberi teladan, agar santri tidak hanya paham, tapi juga terbiasa menjaga lingkungan sebagai bagian dari akhlak keseharian,” imbuhnya.

Langkah kecil para Santri Kalpataru ini menjadi bagian dari ikhtiar besar membangun ekosistem pesantren yang sehat, bersih, dan berwawasan lingkungan.

 

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

Biro Pengembangan Putri Gelar Pelatihan Kader Dakwah

berita.nuruljadid.net – Biro Pengembangan Putri Pondok Pesantren Nurul Jadid sukses menyelenggarakan Pelatihan Kader Dakwah pada Kamis, 29 Mei 2025. Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan dari setiap Pengurus Daerah di wilayah Az-Zainiyah dan Al-Hasyimiyah, dan berlangsung di Aula Mahrom, wilayah Al-Hasyimiyah.

Acara dibuka dengan penuh khidmat oleh Nur Azizah selaku pembawa acara. Para peserta menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Pondok Pesantren Nurul Jadid dengan semangat tinggi sebagai wujud rasa nasionalisme dan kebanggaan terhadap pesantren.

Sambutan pertama disampaikan oleh Nyai Hj. Umi Hani’ah, yang memberikan motivasi kepada para peserta untuk menyerap ilmu sebaik mungkin. “Mari mengambil ilmu yang bermanfaat dari beliau. Semoga teman-teman bisa mengamalkan ilmu yang diserap dengan baik,” tuturnya.

Pelatihan ini menghadirkan Nyai Hj. Siti Khodijah Nur Salim sebagai pemateri utama. Beliau juga merupakan ibunda dari Nyai Hj. Umi Hani’ah. Dalam sambutannya, beliau mengapresiasi pesantren yang tetap menjaga nilai-nilai kebangsaan. “Saya sangat mengapresiasi pesantren ini karena masih tetap menyanyikan lagu Indonesia Raya di awal kegiatan,” ujarnya.

Dalam sesi materi bertema “Strategi Berdakwah dengan Baik”, Nyai Hj. Siti Khodijah menguraikan tiga pilar utama dalam dakwah berdasarkan Surah An-Nahl ayat 125, yaitu hikmah (kebijaksanaan), mau’idhah hasanah (nasihat yang baik), dan mujadalah (berdebat dengan cara yang baik).

Beliau juga menekankan pentingnya kedisiplinan waktu sebagai bagian dari karakter seorang pendakwah. “Sebagai pendakwah itu harus belajar disiplin waktu,” pesannya, yang disambut antusias oleh para peserta.

Melalui kegiatan ini, diharapkan semangat dan keterampilan berdakwah para santri putri Pondok Pesantren Nurul Jadid, khususnya di wilayah Az-Zainiyah dan Al-Hasyimiyah, dapat semakin tumbuh dan berkembang, sejalan dengan nilai-nilai keislaman dan kebangsaan yang dijunjung tinggi.

Pewarta : Maria Al Faradela
Editor : Ponirin Mika

Kepala Pesantren Sahkan PerKep Nomor 8 Tahun 2024 Tentang Antiperundungan

berita.nuruljadid.net – Dalam upaya menciptakan lingkungan belajar yang aman, inklusif, dan bermartabat, Kepala Pondok Pesantren Nurul Jadid resmi menetapkan peraturan Nomor 08 Tahun 2024 tentang Antiperundungan. Peraturan ini menjadi tonggak penting dalam mencegah dan menindak segala bentuk perundungan, baik secara fisik, verbal, maupun simbolik, di lingkungan pesantren.

Peraturan ini lahir dari kepedulian pesantren terhadap hak setiap santri untuk tumbuh dan berkembang tanpa tekanan atau intimidasi. Kepala Pesantren, KH. Abd. Hamid Wahid, menegaskan bahwa semua santri memiliki hak yang sama untuk mendapatkan perlakuan adil, tanpa diskriminasi atas dasar latar belakang sosial, identitas, atau status pribadi. Hal itu disampaikan Kasubbag. Hukum dan Advokasi Ainul Yakin, Kamis (29/05/25).

Dalam peraturan tersebut, perundungan didefinisikan sebagai tindakan agresif yang dilakukan secara sengaja dan berulang, dengan tujuan merugikan fisik maupun psikis korban. Jenis perundungan mencakup penghinaan verbal, kekerasan fisik, pelecehan, penyebaran gosip, hingga intimidasi melalui media sosial. Menariknya, ruang lingkup pengawasan tidak hanya terbatas di asrama atau kelas, tapi juga menjangkau area virtual.

“Sebagai bentuk pencegahan, pesantren akan melaksanakan pelatihan antiperundungan, kampanye kesadaran, serta integrasi materi antiperundungan dalam kurikulum. Selain itu, telah dibentuk Satgas Antiperundungan yang melibatkan berbagai unit mulai dari Biro Kepesantrenan, Biro Pendidikan, hingga Mahkamah Pesantren,” terang Yakin.

Ainul Yakin juga mengungkapkan, dalam penanganannya, korban diberikan saluran pelaporan yang aman dan rahasia melalui wali asuh, komisi etik, hingga KAMTIB yang bertugas menyusun Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Setiap kasus harus ditindaklanjuti maksimal dalam tiga hari kerja oleh Mahkamah Pesantren. Korban juga berhak mendapatkan dukungan psikologis dan konseling profesional.

Selain itu, Yakin mengungkapkan, Pesantren Nurul Jadid juga menjanjikan penghargaan kepada pihak-pihak yang aktif menciptakan lingkungan bebas perundungan. Tidak hanya menjadi langkah protektif, regulasi ini juga menjadi inspirasi bagi lembaga pendidikan lainnya untuk serius membangun budaya aman dan beradab.

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

Kepala Pesantren Teken Perkep 07/2024, Wujud Pesantren Bersih dan Sehat

berita.nuruljadid.net – Pondok Pesantren Nurul Jadid menerbitkan Peraturan Kepala Pesantren Nomor 07 Tahun 2024 tentang Pengelolaan Sampah pada 28 Oktober 2024. Kebijakan ini merupakan salah satu wujud dalam melahirkan lingkungan pesantren yang bersih dan sehat.

“Peraturan ini hadir sebagai jawaban atas meningkatnya volume dan jenis sampah akibat bertambahnya jumlah santri dan perubahan pola konsumsi di lingkungan pesantren,” kata Kasubbag. Hukum dan Advokasi, Ainul Yakin di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Rabu (29/05/25).

Melalui Perkep No. 07 Tahun 2024, pesantren mengatur pengelolaan sampah dari hulu ke hilir dengan pendekatan 3R (Reduce, Reuse, Recycle), mulai dari pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, hingga pemrosesan akhir sampah. Pesantren juga menetapkan larangan keras membuang sampah sembarangan, mencampur sampah berbahaya, hingga membakar sampah secara terbuka tanpa prosedur teknis yang benar.

“Dalam hal ini, santri dan seluruh warga pesantren wajib terlibat aktif menjaga kebersihan lingkungan,” tegas Yakin.

Menariknya, Yakin menambahkan, peraturan ini tak hanya mengatur larangan, tapi juga memberi hak bagi warga pesantren untuk mendapatkan lingkungan yang sehat dan memperoleh pembinaan serta edukasi tentang pengelolaan sampah yang ramah lingkungan.

“Unit usaha seperti kantin dan koperasi juga diwajibkan membatasi penggunaan plastik serta menyusun program ramah lingkungan dalam kegiatan mereka,” katanya.

Tak hanya itu, pesantren juga membuka peluang kerja sama dan kemitraan dengan pemerintah, pesantren lain, dan sektor swasta dalam pengelolaan sampah. Hal ini menunjukkan keseriusan Pondok Pesantren Nurul Jadid dalam membangun sistem pengelolaan sampah yang terpadu, mandiri, dan berkelanjutan, bahkan menjadi model nasional bagi pesantren lainnya.

Pesantren berharap kebijakan ini dapat mengubah cara pandang santri terhadap sampah—dari sesuatu yang kotor dan dibuang, menjadi sumber daya yang bernilai ekonomi dan sarana pembelajaran hidup bersih dan bertanggung jawab. Pesantren yang bersih, santri yang sehat, adalah visi yang kini mulai diwujudkan melalui langkah nyata dan regulasi yang kuat.

“Kebijakan ini memotivasi warga pesantren untuk menginisiasi kegiatan peduli lingkungan, seperti Pemilihan Duta Lingkungan Santri, Penghargaan Santri Kalpataru, Bank Sampah, lomba kebersihan antar asrama dan pelatihan daur ulang sampah,” pungkasnya.

 

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

Resmi Dilantik, 11 Pegawai Baru Nurul Jadid Diminta Niatkan Pengabdian dan Profesional

berita.nuruljadid.net – Sebanyak 11 pegawai baru resmi dilantik menjadi Pegawai Tetap Pondok Pesantren Nurul Jadid dalam sebuah prosesi yang digelar di Aula Mini Pesantren, Rabu (28/05/2025). Pelantikan tersebut dipimpin langsung oleh Sekretaris Pesantren, Tahiruddin.

Dalam amanatnya, Tahiruddin menekankan pentingnya menata niat sebelum mulai bekerja. Menurutnya, bekerja di lingkungan pesantren harus dimaknai sebagai bentuk pengabdian.

“Kita berada di pesantren. Niatkan bekerja untuk mengabdi kepada pesantren dan para guru atau masyayikh,” ujarnya.

Ia menambahkan, jika pekerjaan diniatkan untuk pengabdian, maka hasilnya tidak hanya berdampak pada kehidupan dunia, tetapi juga bernilai ibadah.

“Dengan diniatkan mengabdi, maka kerja kita akan bernilai ibadah, dan insyaAllah akan memeroleh barokah,” imbuhnya.

Selain menata niat, Tahir juga menekankan pentingnya menjaga profesionalitas. Ia mengingatkan para pegawai agar memahami hak dan kewajiban mereka sebagaimana yang telah tertuang dalam buku peraturan pesantren.

“Peraturan, hak, dan kewajiban kerja pegawai sudah lengkap terkompilasi di buku peraturan pesantren. Saya berharap saudara semua mempelajarinya dan menjadikannya sebagai pedoman dalam menjalankan tugas,” tegasnya.

Dalam prosesi pelantikan ini, seluruh pegawai yang dilantik turut mengambil sumpah jabatan di hadapan sejumlah pimpinan pesantren dan perwakilan lembaga. Dengan pelantikan ini, mereka resmi menjadi bagian dari struktur kepegawaian Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika