Ketika Muharram Jadi Ruang Ekspresi Santri Putri Dalbar

berita.nuruljadid.net – Di bawah lampu-lampu taman yang temaram, selepas Isya, halaman wilayah Az-Zainiyah (Dalbar) Pondok Pesantren Nurul Jadid berangsur dipadati ribuan santri putri. Mereka datang membawa buku catatan kecil dan sebatang pulpen untuk mengikuti acara inti Peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram yang bertajuk “Bersatu dalam Iman, Bergerak Bersama dalam Kebaikan”, Kamis (26/06/25).

Di panggung sederhana yang dihias ornamen kuning-putih, sekelompok santri melantunkan salawat bergantian sembari menunggu kehadiran peserta komplit. Di sisi depan panggung, deretan hantaran warna-warni terpajang rapi, hasil kreativitas para santri dari berbagai daerah dalam wilayah Az-Zainiyah.

“Ini momen kami. Bukan hanya duduk mendengarkan, tapi kami yang menyiapkan, memimpin, dan mengekspresikan diri,” kata Dewi Putri Maharani, santri kelas akhir yang tahun ini didapuk menjadi ketua panitia.

Selama dua pekan sebelum acara, Dewi dan tim kepanitiaan berjibaku merancang konsep peringatan Muharram. Dari tema, susunan acara, hingga komunikasi antardaerah. Semuanya ditangani oleh kepanitiaan yang keseluruhan adalah santri putri.

Malam itu, di balik panggung, santri seperti Qorirotul Bisyaroh, bercerita dengan sangat semangat kepada tim jurnalis nuruljadid.net, seperti ekspresi anak kecil yang menemukan hal baru pertamakali dalam hidupnya. Qori ikut dalam tim lomba hantaran untuk Daerah Halimatus Sa’diyah, yang malam itu diumumkan sebagai juara satu. Bukan kemenangan yang paling ia ingat.

“Saya baru sadar, ternyata bikin hantaran itu bukan cuma soal estetika. Tapi proses kami diskusi, saling menghargai ide, belajar mendengarkan,” ujarnya. Kelompoknya membuat hantaran dari rangkaian buah, bunga, dan miniatur lentera.

Puncak acara malam itu ditandai dengan tausiyah dari Ummi Mahmudah, seorang guru senior yang dikenal dengan wejangan-wejangannya yang mengena. Dalam ceramahnya, beliau tidak bicara panjang soal sejarah hijrah, tapi lebih menyoroti maknanya dalam kehidupan santri hari ini.

“Kita bukan hanya memperingati perpindahan Nabi dari Mekkah ke Madinah,” ucapnya lirih, “tetapi berpindah dari kelalaian menuju kesadaran. Dari stagnan menuju kemajuan iman.”

Di antara ribuan santri yang menyimak tausiyah, tampak Nabila Kamalia Putri, santri baru berusia 13 tahun, duduk dengan mata berkaca. Ini tahun pertamanya merayakan Muharram jauh dari keluarga. Tapi ia merasa tenang. “Ternyata persaudaraan (ukhuwah) itu bisa tumbuh cepat, asal kita saling terbuka,” katanya.

Meski kegiatan ini hanya berlangsung beberapa jam, dampaknya terasa lebih lama. Setiap santri tidak hanya menjadi peserta, tapi juga diberi kesempatan untuk berekspresi dalam lomba membuat hantaran.

Bagi Dewi Putri Maharani, ini adalah momen ekspresi. “Pesantren sering dilihat sebagai ruang tafakur dan sunyi,” ujarnya, “padahal kami di sini berekspresi untuk belajar kepemimpinan, kerja tim, dan menyampaikan ide.”

Dan ketika Muharram berjalan, para santri tahu bahwa hijrah bukan sekedar momen tahunan. Ia adalah panggilan untuk bertumbuh tiap detiknya. Dalam doa, dalam aksi, dan dalam kreativitas yang terus mereka asah.

Pewarta: Isfahany Marsha Surya
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Santri Memaknai 1 Muharram

berita.nuruljadid.net – Ribuan santri Wilayah Al-Hasyimiyah Pondok Pesantren Nurul Jadid memadati Aula I Pesantren, Senin malam (07/07/25), dalam peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 H. Mereka berkumpul dalam suasana reflektif, menyimak kajian bertajuk “Hijrahkan Luka, Bangunkan Asa: Muharram Menjadi Titik Cahaya”.

Panitia kegiatan dari Angkatan 22 Al-Hasyimiyah mengangkat tema ini sebagai respon atas kegelisahan batin santri menghadapi zaman yang sarat goncangan. Mereka menghadirkan Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Paiton, Zainul Arifin Adam, sebagai pemateri kegiatan.

Dalam penyampaian materinya, Zain mengulas peristiwa hijrah Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa sallam dari Makkah ke Madinah pada 622 Masehi sebagai titik awal penanggalan Hijriyah. Ia menekankan bahwa hijrah bukan sekadar perpindahan fisik, tetapi juga spiritual dan sosial.

“Hijrah Rasulullah terjadi karena tekanan dan pemboikotan kaum Quraisy,” katanya. “Kalau kalian disakiti orang, pindah saja! Tapi kalau kalian punya tugas dan tanggung jawab, jangan asal pergi.”

Ia juga membedakan makna “Hijrah” dan “Hijriah”. “Hijrah adalah tindakan berpindah, sedangkan Hijriah adalah sistem penanggalan umat Islam,” jelasnya.

Sesi tanya jawab di akhir acara menyoroti persoalan batin, seperti penyakit hati. Salah satu santri bertanya bagaimana cara mengatasinya. Zain kemudian menegaskan pentingnya kembali kepada Al-Qur’an.

“Obat hati yang paling mujarab adalah membaca Al-Qur’an, terutama beserta maknanya,” kata dia. “Karena saat kita membaca Al-Qur’an, itu artinya Allah sedang berfirman kepada kita. Sedangkan dalam salat, kita yang berbicara kepada-Nya.”

Beliau juga mengingatkan pentingnya menyeimbangkan tiga aspek manusia: otak, hati, dan perut. “Otak harus diisi ilmu, hati dengan dzikir, dan perut secukupnya saja,” ujarnya. “Terlalu banyak makan bisa jadi pemicu penyakit hati.”

Acara ini merupakan agenda Wilayah Al-Hasyimiyah yang menekankan pentingnya nilai-nilai spiritualitas dalam membangun kesadaran dan ketahanan diri santri di tengah tantangan zaman.

Pewarta: Farhah Robbaniyah Izzah Dzikri

Editor: Ahmad Zainul Khofi

Gus Hilman Terangkan Keistimewaan Muharram di Hari Asyura

berita.nuruljadid.net – Suasana pagi di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Ahad, 6 Juli 2025, terasa berbeda. Selepas subuh, gerombolan santri putra berbaris memenuhi ruang utama Masjid Jami’. Sementara santri putri berdatangan memadati langgar-langgar wilayah. Mereka datang untuk mengikuti istighosah hari Asyura dan menyimak tausiah keutamaan bulan Muharram dari Wakil Kepala Biro Kepesantrenan, Gus Muhammad Hilman Zidni Romzi.

Hari itu, 10 Muharram 1447 Hijriah adalah hari Asyura. Di depan ribuan santri, nasihat-nasihat mendengung dari mikrofon dan corong masjid, Gus Hilman mengajak santri merenungi keistimewaan bulan Muharram, tentang bulan yang menyimpan kesunnahan, bulan bersejarah, dan bulan penuh peluang ampunan.

“Ketika kita puasa Tasu’a, Allah menghapuskan dosa tahun lalu. Puasa Asyura, Allah hapus dosa tahun berikutnya,” ujar beliau, seraya mengutip sabda Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi wa Sallam. Beliau menyampaikan wejangan seperti seorang ayah kepada anak-anaknya. Tenang, hangat, dan membatin.

Bagi Gus Hilman, keutamaan puasa Asyura bukan semata soal pahala. “Efeknya besar, salah satunya bisa menurunkan hawa nafsu,” tuturnya. Maka, Asyura bukan hanya puasa. Beliau juga menyebut daftar kesunnahan Asyura lainnya, seperti memperluas nafkah kepada keluarga, menyantuni anak yatim, membaca Surah Al-Ikhlas 1.000 kali, silaturrahmi, menjenguk orang sakit, bersedekah, mandi sunnah, bercelak, ziarah ke maqbarah ulama, dan mengelus kepala anak yatim.

Sontak santri tersenyum kecil saat Gus Hilman menyelipkan candaan khas pesantren. “Kalau masih ada santri yang tanya di mana maqbarah (astah) orang alim, berarti dia belum pernah ke astah,” ujarnya, mengacu pada kompleks pemakaman ulama di lingkungan pondok.

Di sela pengajian, Gus Hilman juga menyampaikan sejarah para nabi yang berkelindan dengan Muharram. Nabi Ibrahim diselamatkan dari api Namrud. Nabi Adam diterima tobatnya. Nabi Isa diangkat ke langit. Semua itu, katanya, bukan dongeng. Tapi bukti bahwa bulan ini menyimpan banyak keistimewaan.

Di akhir, Gus Hilman menutup dengan doa bersama memohon keberkahan dan keselamatan seluruh umat Islam, sekaligus keberkahan bagi santri. “Semoga seluruh santri Nurul Jadid diakui sebagai santri oleh pendiri pondok, K.H. Zaini Mun’im,” ucapnya lirih.

Selepas pengajian, kegiatan dilanjutkan dengan pembacaan Surah Al-Ikhlas 1.000 kali secara berjamaah sejak pukul 08.25 WIB hingga 11.17 WIB. Suara bacaan serempak diikuti oleh santri memenuhi rongga-rongga masjid dan langgar wilayah.

Di Nurul Jadid, hari Asyura bukan sekadar ritual. Ia menjadi ruang temu antara tradisi, spiritualitas, dan sejarah para pendahulu. Dan di tengah semuanya, Gus Hilman mendenyutkan makna yang tak mau membiarkan bulan ini berlalu begitu saja pada santri.

 

Pewarta: Farhah Robbaniyah Izzah Dzikri
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Di Balik Bersihnya Lantai-lantai PSB Satu Atap

berita.nuruljadid.net – Seorang balita berlari kecil menuju karung sampah berwarna hitam, menggenggam bungkus air gelas plastik di tangannya. Di sampingnya, sang ibu tersenyum dan menjamu tangan belita ke karung sampah tepat di depannya. Di kejauhan, beberapa santri berseragam hijau tua tampak memunguti botol plastik dan bungkus bekas makanan. Hari itu, area Penerimaan Santri Baru (PSB) Satu Atap Pondok Pesantren Nurul Jadid bersih dari sampah berserakan sedikitpun, Senin (07/07/25).

Mereka disebut Santri Kalpataru, satuan kecil santri pecinta lingkungan yang tahun ini turun langsung di PSB Satu Atap. Bukan sekadar memungut sampah, mereka juga membawa misi menghidupkan kembali kesadaran ekologis di tengah hiruk-pikuk ribuan wali santri yang datang dari berbagai penjuru.

“Dulu, habis PSB, lantai-lantai penuh plastik dan sisa makanan. Sekarang, bersih,” ujar Ahmad Rifaldi, Komandan Kalpataru, saat ditemui di gerbang masuk PSB Satu Atap. Ia tampak masih mengenakan rompi bertuliskan “Santri Kalpataru,” dengan tangan kiri membawa kantong besar berisi kumpulan sampah yang telah dipungutnya.

Gerakan yang mereka sebut Layanan Hijau (Green Service) ini lahir dari keprihatinan atas kebiasaan membuang sampah sembarangan, terutama di momentum besar seperti PSB. Maka, sejak hari pertama PSB Satu Atap, tim Kalpataru disebar ke berbagai titik. Tugas mereka sederhana namun strategis, mereka berkeliling membawa tempat sampah portabel, memisahkan sampah organik dan anorganik, serta, yang terpenting, memberi edukasi pada tamu yang memadati halaman area PSB Satu Atap.

“Bukan menyuruh, tapi menunjukkan,” kata Rifaldi. “Kami percaya, ketika orang melihat yang muda peduli, mereka akan ikut menjaga.”

Dan benar saja. Pemandangan menarik terjadi di hari kedua. Seorang ayah yang baru saja mengantarkan anaknya ke ruang registrasi, mendekati anggota Kalpataru. Ia bertanya, “Ini botol plastik masuk mana, Mas?” Sejurus kemudian, ia mengantarkan bungkus air itu ke tempat yang tepat.

Gerakan kecil itu menjalar cepat. Di berbagai sudut, para tamu, wali santri, bahkan anak-anak kecil ikut menjaga kebersihan. Bukan karena ada larangan keras, tapi karena mereka merasa ini adalah ruang bersama yang layak dijaga.

Menurut Rifaldi, keberhasilan Layanan Hijau tak lepas dari pendekatan persuasif. Tidak ada spanduk peringatan keras. Tidak ada suara marah-marah. Hanya aksi nyata dan wajah ramah.

“Ini bukan soal kebersihan saja,” ujar Rifaldi. “Tapi tentang pendidikan sosial. Kami ingin tunjukkan bahwa pesantren bukan sekadar tempat ibadah dan belajar, tapi juga tempat merawat bumi.”

Hari itu, terik panas matahari yang mengendap di dinding-dinding ruang registrasi tak menghambat keringat santri Kalpataru menyucur deras. Halaman pesantren tetap bersih. Tak ada sampah berserakan. Hanya suara anak-anak yang berlarian, petugas-petugas PSB yang melayani dan para santri Kalpataru yang tetap berjalan nikmat dengan karung dan alat pemungut sampahnya.

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

BIP Asrama Putri MANJ-PK Gelar Ngaji Literasi Perdana Bersama K.M Faizi

www.nuruljadid.net — Badan Informasi dan Penerbitan (BIP) Asrama Putri Madrasah Aliyah Nurul Jadid Peminatan Keagamaan sukses menggelar kegiatan perdana bertajuk Ngaji Literasi dengan tema “Kitabku, Ceritaku: Menulis dengan Rasa, Literasi ala Tafaqqquh fi Din”, pada Jumat (04/07), bertempat di Aula Mini Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Kegiatan ini menghadirkan K.M. Faizi, pengasuh pesantren yang juga dikenal sebagai penyair, penulis, sastrawan, dan musisi dari pulau Madura sebagai narasumber utama. Acara dimoderatori oleh Ustaz Reval Mhaulana Aminullah, dan diikuti oleh seluruh siswi Asrama Putri MANJ-PK, perwakilan pers pesantren, serta alumni BIP.

Dalam sambutannya, Farhah Robbaniyah Izzah Dzikri, selaku Pemimpin Redaksi BIP, mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan langkah awal dalam mewujudkan ruang kreatif literasi berbasis nilai-nilai kepesantrenan.

“Ini kegiatan perdana BIP. Kami ingin mengajak santri menulis dengan rasa, membaca kehidupan dengan hati, dan tetap berpijak pada semangat tafaqquh fi din,”ujarnya.

Sementara itu, K.M. Faizi dalam pemaparannya menyampaikan bahwa literasi bukan sekadar kemampuan baca-tulis, melainkan juga mencintai, memahami, dan mengamalkan bacaan.

“Di dunia ini tidak semua ilmu harus dikaji. Lebih penting untuk tekun dan rajin, bukan sekadar banyak membaca,” ungkap beliau.
“Allah menyuruh kita untuk belajar, bukan sekadar berprestasi,” sambungnya, disambut anggukan para peserta.

Suasana berlangsung hangat dan penuh inspirasi. Peserta antusias mengikuti jalannya diskusi yang membahas pentingnya rasa dalam setiap tulisan. Beberapa santri juga berkesempatan bertanya langsung mengenai cara menulis yang jujur, menyentuh, dan berakar dari pengalaman hidup.

Kegiatan ditutup dengan sesi foto bersama serta penandatanganan buku-buku karya K.M. Faizi, yang menjadi momen paling dinanti para peserta. Tak sedikit santri yang mengantre meminta pesan langsung dari beliau di halaman bukunya.

Melalui kegiatan ini, BIP Asrama Putri berharap semangat literasi santri dapat terus tumbuh bukan hanya sebagai keterampilan teknis, tetapi juga sebagai sarana tafakkur dan dakwah kultural.

Pewarta : Farhah Robbaniyah Izzah Dzikri

Editor : Maria Al Faradela

Intip Pendaftaran Santri Baru di Pondok Pesantren Nurul Jadid

www.nuruljadid.net-berita – Pondok Pesantren Nurul Jadid (PPNJ) kembali membuka gerbang bagi calon santri melalui program Penerimaan Santri Baru (PSB). Pendaftaran berlangsung selama empat hari, terhitung mulai 4 Juli hingga 9 Juli, bertempat di kompleks Madrasah Aliyah Nurul Jadid, dengan pembagian jadwal berdasarkan masing-masing lembaga.

“Pendaftaran di PP. Nurul Jadid hanya melalui satu metode, yaitu secara online melalui website resmi yang sudah kami sebarluaskan,” jelas salah satu staf sekretariat PSB. Para wali santri diharuskan mendaftarkan anaknya secara mandiri melalui situs tersebut untuk mendapatkan nomor registrasi awal.

Namun demikian, pihak pesantren tetap menyediakan layanan pendaftaran offline bagi wali santri yang mengalami kesulitan mengakses sistem daring. “Bagi orang tua yang tidak bisa mendaftar lewat website, kami persilakan datang langsung ke lokasi untuk melakukan pendaftaran manual,” imbuhnya.

Menariknya, kewajiban mendaftar tidak hanya berlaku bagi santri baru yang mondok. Siswa-siswi dari lembaga di bawah naungan pesantren seperti MI Nurul Mun’im, TPA, dan TK juga tetap harus mengikuti proses pendaftaran. Bahkan, santri yang berdomisili di wilayah satelit pun diwajibkan datang untuk mengurus kartu E-Bekal mereka.

“E-Bekal bukan sekadar alat transaksi, tapi juga kartu identitas resmi santri,” terang narasumber. Ia menambahkan bahwa santri wilayah satelit biasanya menggunakan kendaraan pribadi untuk datang ke lokasi karena jaraknya yang cukup jauh.

Adapun pembagian jadwal lembaga dalam PSB bertujuan untuk menghindari antrean panjang. Meski begitu, calon santri tetap diperbolehkan mendaftar di hari yang berbeda dari jadwal lembaganya. “Fleksibel saja, yang penting tetap terlayani dengan baik,” tuturnya.

Terkait kepanitiaan, tidak dibentuk struktur khusus untuk PSB tahun ini. Panitia menggunakan sistem ex officio, di mana setiap petugas menjalankan peran sesuai dengan jabatannya di pesantren. “Saya bagian sekretariat pesantren, otomatis juga jadi sekretariat PSB,” pungkasnya. Beberapa staf dan pegawai lembaga lainnya pun dilibatkan sebagai bagian dari tim registrasi.

Pewarta : Farhah Robbaniyah Izzah Dzikri

Editor : Maria Al Faradela

Ngaji Qasidah KH. Zaini Santri Mun’im, Pengurus Nurul Jadid Sambung Sanad Keilmuan

www.nuruljadid.net.berita – Sekitar 200 pengurus dan wali asuh Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton mengikuti kegiatan Ngaji Karya Muassis yang digelar di Aula I pesantren pada Kamis malam (03/07/25). Kegiatan ini menjadi momen penting untuk menyambung sanad keilmuan secara langsung kepada KH. Zaini Mun’im melalui pengkajian qasidah-qasidah karya beliau.

Qasidah yang dikaji berjudul Tawassul, sebuah karya yang ditulis oleh KH. Zaini Mun’im pada tahun 1971, menjelang masa Pemilu. Dalam syair ini, beliau memohon perlindungan kepada Allah dari kaum mu’tadin — pihak yang menzalimi, merampas hak, dan menabur kerusakan. Qasidah ini mencerminkan kedalaman spiritual serta semangat doa yang kuat dalam konteks sosial keumatan.

KH. Moh. Zuhri Zaini, putra KH. Zaini Mun’im, memimpin langsung pengajian tersebut. Beliau menjelaskan bahwa tawassul dalam pandangan ayahandanya bukan bentuk pengultusan perantara, melainkan wujud kesadaran akan keterbatasan diri dan keagungan Allah. Dalam kesempatan itu, beliau juga menegaskan bahwa kewalian sejati terletak pada istiqamah dalam beramal, bukan pada karamah atau keajaiban.

Menurut Gus Muhammad Hilman Zidni, pengkajian qasidah ini bukan sekadar pembacaan teks. Melainkan menjadi upaya nyata dalam menyambung sanad ilmu kepada KH. Zaini, karena kitab ini dibaca dan dijelaskan langsung oleh putra beliau. “Dengan ngaji kitab ini, semoga kita diakui sebagai santri dan keluarga besar PPNJ, bukan karena status, tapi karena sebab ilmu yang bersambung,” ujarnya.

KH. Zaini Mun’im dikenal sebagai ulama yang mencintai ilmu syair dan mendalami ilmu ‘arudh. Banyak karya beliau berupa doa-doa dan nadzoman, termasuk penataan ulang kitab-kitab penting seperti Safinatun Najah dan Ghayatul Ushul dalam bentuk syair, guna memudahkan pemahaman bagi para santri.

Kegiatan Ngaji Karya Muassis ini diharapkan terus berlanjut sebagai bagian dari tradisi intelektual pesantren, sekaligus menjadi ruang pembentukan jiwa santri yang memiliki sanad ilmu, spiritualitas, dan tanggung jawab keummatan.

KH. Zaini Mun’im dan Syair yang Tak Pernah Mati

www.nuruljadid.net-berita- Di tengah hiruk pikuk zaman yang terus bergerak cepat, Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, menghadirkan jeda yang penuh makna lewat Ngaji Karya Muassis, Kamis malam (3/7). Sekitar 200 pengurus dan wali asuh berkumpul di Aula I untuk menghidupkan kembali jejak spiritual KH. Zaini Mun’im melalui qasidah-qasidah sarat ruh dan pesan.

Pengajian malam itu bukan hanya rutinitas, tapi menjadi ruang perjumpaan batin dengan warisan keteladanan yang abadi. KH. Moh. Zuhri Zaini, yang memimpin langsung pengajian, membedah qasidah berjudul Tawassul — karya yang mencerminkan kepasrahan total kepada Allah, disertai permohonan perlindungan dari kaum mu’tadin, yakni mereka yang menzalimi dan merampas hak sesama.

Namun lebih dari itu, Tawassul membuka pemahaman spiritual yang mendalam: bahwa berdoa melalui perantara para kekasih Allah bukanlah bentuk pengultusan, melainkan wujud kesadaran akan keterbatasan diri dan keagungan Ilahi.

KH. Zuhri menegaskan bahwa spiritualitas KH. Zaini Mun’im bukan bertumpu pada karamah atau keajaiban, melainkan pada istiqamah — keteguhan dalam taat dan konsisten dalam kebaikan. Pesan ini selaras dengan firman Allah: “Alaa inna auliyaa Allahi laa khaufun ‘alaihim walaa hum yahzanuun”, bahwa para wali Allah itu adalah mereka yang hidupnya penuh keyakinan, tanpa rasa takut dan sedih.

Tidak hanya menggubah qasidah, KH. Zaini juga menadhom kitab-kitab penting seperti Safinatun Najah dan Ghayatul Ushul, agar ilmu agama bisa lebih mudah diserap melalui keindahan syair. Di sinilah tampak jelas, bahwa syair-syair beliau bukan sekadar karya sastra, tapi media dakwah yang hidup dan menyentuh.

“KH. Zaini menulis dengan hati, dan setiap baitnya mengalirkan cahaya,” ungkap KH. Zuhri.

Kegiatan Ngaji Karya Muassis bukan hanya bentuk penghormatan pada sang pendiri, melainkan upaya konkret menanamkan kembali nilai-nilai keikhlasan, ketekunan, dan cinta ilmu dalam kehidupan pesantren hari ini.

Syair KH. Zaini Mun’im memang telah lama ditulis, namun maknanya tetap menyala — menghidupkan jiwa yang haus makna, dan membimbing langkah generasi yang mencari arah. Sebab bagi yang menghayati, syair beliau bukan sekadar untaian kata. Ia adalah warisan jiwa. Dan jiwa yang tulus… tak pernah mati.

Pewarta  : Ponirin Mika

Pesantren Nurul Jadid Studi Tiru ke Pemkab Probolinggo, Perkuat Tata Kelola Ex Officio

berita.nuruljadid.net – Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan kelembagaan, Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton melaksanakan studi tiru ke Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo pada Senin (23/6/2025). Studi ini difokuskan pada sistem tata kelola organisasi berbasis ex officio sebagai bagian dari transformasi kelembagaan pesantren menuju sistem yang profesional dan berkelanjutan.

Kegiatan yang berlangsung mulai pukul 08.00 hingga 11.00 WIB tersebut diikuti oleh delapan perwakilan pesantren, di antaranya Sekretaris Pesantren H. Thohiruddin, Kepala Bagian Keuangan dan Aset Abdul Hamid, serta sejumlah kepala bidang terkait.

Dalam sambutannya, H. Thohiruddin menyampaikan bahwa studi tiru ini bertujuan untuk memahami lebih dalam sistem organisasi pemerintahan, khususnya dalam pelaksanaan tugas ex officio—yakni penugasan berdasarkan jabatan yang melekat pada struktur organisasi tetap, bukan melalui pembentukan panitia ad hoc.

“Kami berharap pelaksanaan tugas di lingkungan pesantren bisa dijalankan secara efisien dan langsung terintegrasi dalam struktur kepengurusan yang ada. Ini adalah bagian dari ikhtiar membangun sistem kelembagaan yang lebih tertata, transparan, dan berorientasi jangka panjang,” ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Thohiruddin juga memperkenalkan seluruh delegasi kepada pihak Pemkab Probolinggo, seraya menekankan pentingnya sinergi antara lembaga pendidikan pesantren dan institusi pemerintahan dalam membangun sistem organisasi yang adaptif dan modern.

Mewakili Pemkab Probolinggo, Kepala Bidang Keorganisasian, Sholehudin Hamid, menyambut baik kunjungan tim Pesantren Nurul Jadid. Ia mengapresiasi inisiatif pesantren dalam menggali pengetahuan langsung dari praktik kelembagaan pemerintah daerah.

“Kunjungan ini menjadi bentuk kolaborasi positif antara lembaga pendidikan dan pemerintahan. Kami terbuka untuk berbagi pengalaman, baik dalam hal struktur kelembagaan, tata tugas, hingga mekanisme koordinasi dan pelaporan,” ujar Sholehudin.

Adapun metode studi tiru meliputi observasi lapangan, wawancara, analisis dokumen kelembagaan, serta diskusi strategis mengenai pengelolaan ex officio. Fokus utama meliputi pembagian tugas, sistem koordinasi internal, pengelolaan aset, dan pemetaan solusi atas kendala kelembagaan.

Melalui kegiatan ini, tim Pesantren Nurul Jadid bertekad untuk menyusun laporan evaluatif sekaligus rekomendasi perbaikan yang relevan dengan kultur organisasi pesantren. Hasil akhir dari studi tiru ini akan dirumuskan sebagai dasar penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) pelaksanaan ex officio di lingkungan pesantren.

Langkah strategis ini diharapkan menjadi titik tolak pembenahan tata kelola pesantren yang lebih sistematis, akuntabel, dan selaras dengan prinsip manajemen kelembagaan modern.

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

PPIQ Putri Gelar Sholat Hifdzil Quran sebagai Ikhtiar Menjaga Hafalan Santri

berita.nuruljadid.net – Santri Pusat Pendidikan Ilmu Qur’an (PPIQ) wilayah Al-Hasyimiyah Pondok Pesantren Nurul Jadid melaksanakan Sholat Hifdzil Qur’an pada Jumat (20/6) dini hari pukul 01.00 WIB. Kegiatan ibadah tersebut bertempat di teras An-Annuriyah dan menjadi agenda rutin bulanan yang telah terjadwal dengan baik.

Sholat Hifdzil Qur’an merupakan bentuk ikhtiar spiritual untuk memperkuat hafalan Al-Qur’an para santri. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan menumbuhkan ketenangan batin serta menguatkan daya ingat dalam proses menghafal ayat-ayat suci.

“Sholat Hifdzil Qur’an memiliki banyak manfaat. Di antaranya adalah membantu memperkuat ingatan, serta mengurangi kecemasan dan tekanan psikologis yang kerap dialami para penghafal Al-Qur’an,” terang Shofi Aqidatul Izzah, Kepala Bagian Tahfidzul Qur’an PPIQ.

Meskipun pelaksanaannya tidak harus pada malam hari, namun para santri PPIQ memilih waktu malam, khususnya malam Jumat, sebagai momentum terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah.

“Malam Jumat dipilih karena diyakini sebagai malam yang penuh keberkahan dan ketenangan,” tambahnya.

Sholat Hifdzil Qur’an dilaksanakan sebanyak empat rakaat dengan dua salam. Pada rakaat pertama, setelah membaca surah Al-Fatihah, dilanjutkan dengan Surah As-Sajadah. Rakaat kedua membaca Surah Yasin. Rakaat ketiga Surah Ad-Dukhon, dan rakaat keempat Surah Al-Mulk.

Pemilihan surah-surah tersebut bukan tanpa alasan. Masing-masing memiliki nilai spiritual dan keutamaan tersendiri.

“Surah As-Sajadah mengandung nilai ketundukan dan makna sujud yang dalam. Surah Yasin dikenal sebagai jantung Al-Qur’an. Adapun Surah Ad-Dukhon dan Al-Mulk memuat peringatan akan kematian dan hari akhir, sehingga menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga hafalan sebagai bekal hidup,” jelas Shofi lebih lanjut.

Imam dalam pelaksanaan sholat ini telah ditentukan beberapa hari sebelumnya, untuk memastikan kesiapan dalam membaca surah panjang secara tepat. Selain itu, satu orang santri ditunjuk sebagai penyimak untuk mengantisipasi adanya kesalahan dalam bacaan.

Sholat Hifdzil Qur’an bukan hanya menjadi rutinitas ibadah, tetapi juga bagian dari pendekatan psikologis dan spiritual dalam proses pendidikan tahfidz. Kegiatan ini mencerminkan upaya berkelanjutan dalam menumbuhkan kecintaan santri terhadap Al-Qur’an secara utuh—baik secara hafalan maupun penghayatan makna.

 

Pewarta: Haura Dzil Izza El Bayu
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Gali Potensi Mahasiswi, Tamhidiyah Putri Nurul Jadid Rutin Gelar Forum Bulanan

berita.nuruljadid.net – Lembaga Tamhidiyah Mahasiswi Pondok Pesantren Nurul Jadid kembali menggelar kegiatan rutin bulanan yang bertujuan mengembangkan pola pikir dan potensi diri para mahasiswi. Acara ini berlangsung pada Kamis (19/6), bertempat di depan Asrama Patriot Panji Pelopor Putri, dan dihadiri oleh seluruh mahasiswi anggota Tamhidiyah.

Forum bulanan ini dilaksanakan secara berkala dengan tema dan penyaji yang selalu berganti, guna menjaga antusiasme peserta serta menyesuaikan dengan isu-isu yang relevan.

“Tempat dan waktu pelaksanaan forum menyesuaikan kondisi, dan kami selalu mengusung tema yang berbeda setiap bulannya agar tidak monoton,” jelas Dewi Wuryan, selaku moderator.

Penentuan tema ditetapkan oleh Koordinator Tamhidiyah, Azizah. Untuk forum kali ini, tema yang diangkat adalah “Menggugah Semangat dan Menemukan Potensi Mahasiswi”, dengan harapan dapat mendorong peserta untuk lebih mengenali diri dan termotivasi dalam menjalani peran sebagai santri dan mahasiswa.

Mengisi forum tersebut, hadir Neng Muthmainnah Waqid—akrab disapa Neng Iin—yang juga menjabat sebagai Sekretaris Putri Nurul Jadid. Dalam penyampaiannya, beliau mempresentasikan materi berjudul “Happiness Journey: Seni Menjalani Hidup dengan Seimbang”, yang disajikan melalui tayangan PowerPoint.

Dalam penjelasannya, Neng Iin menekankan pentingnya membangun keseimbangan dalam hidup, serta mengelola energi positif dalam menghadapi tantangan.

“Memang seperti itu pengaturannya. Ketika ingin melakukan kebaikan, terasa berat karena banyak godaan. Sebaliknya, keburukan terasa ringan karena setan justru mempermudah jalannya,” ungkapnya.

Forum ini tidak hanya menjadi ajang diskusi, tetapi juga sarana penguatan karakter dan aktualisasi diri bagi para mahasiswi. Selain itu, kehadiran penyaji juga mendorong relevansi isu yang perlu disorot oleh pesantren.

 

Pewarta: Nabilatul Hikmah
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Santri Nurul Jadid Dibekali Edukasi Pengobatan Alternatif Berbasis Tumbuhan oleh LP3L Semarang

berita.nuruljadid.net – Kamis (19/6), Lembaga Penelitian, Pengembangan, dan Pemberdayaan Lingkungan (LP3L) Semarang menggelar penyuluhan bertema “Pemanfaatan Tumbuhan untuk Kesehatan” di Aula I Pondok Pesantren Nurul Jadid (PPNJ). Kegiatan ini merupakan upaya meningkatkan kesadaran santri terhadap pemanfaatan tanaman sebagai sumber pengobatan alternatif.

Kegiatan edukatif ini diikuti oleh para santri serta anggota Kalpataru dari dua wilayah, yakni Al-Hasyimiyah dan Az-Zainiyah. Materi utama disampaikan oleh Drs. Sudaryo, praktisi lingkungan dan narasumber tetap LP3L, yang telah berpengalaman lebih dari dua dekade dalam bidang penyuluhan pemanfaatan tanaman obat.

Dalam paparannya, Sudaryo menjelaskan berbagai manfaat dari tanaman herbal yang mudah dijumpai di lingkungan sekitar, namun belum sepenuhnya dimanfaatkan masyarakat. Ia juga membawa sejumlah contoh tanaman sebagai media praktik langsung.

“Sering kali, masyarakat mengenal manfaat suatu tanaman tanpa mengetahui namanya. Atau sebaliknya, mengenal namanya tapi belum memahami khasiatnya,” ungkap Sudaryo.

Beberapa tanaman yang disorot antara lain lidah mertua, yang dinilai efektif menyerap radiasi dan menjaga kesehatan mata; mentimun, yang membantu merawat kulit berjerawat; serta lidah buaya, yang dikenal berkhasiat untuk menyuburkan rambut dan mengobati luka bakar tanpa meninggalkan bekas.

Dinda Dwi Fadhilah, Ketua Kalpataru Wilayah Al-Hasyimiyah sekaligus moderator acara, menyampaikan pentingnya kesadaran ekologis dan pemanfaatan potensi alam sebagai bagian dari gaya hidup sehat.

“Sering kali kita abai terhadap kekayaan hayati di sekitar kita, padahal banyak tanaman memiliki nilai manfaat tinggi untuk kesehatan,” tuturnya.

Kegiatan ini juga menjadi bagian dari program silaturahmi dan penguatan jejaring LP3L dengan lembaga pendidikan berbasis pesantren. Sudaryo sendiri mengungkapkan bahwa kunjungannya ke PPNJ kali ini merupakan yang ketiga kalinya, setelah sebelumnya berkunjung pada 2002.

“Dulu saya pernah ke sini, sekitar tahun 2002. Saat itu, belum banyak gedung seperti sekarang. Alhamdulillah, perkembangan pesantren ini luar biasa,” kenangnya.

Selama kurang lebih 25 tahun terakhir, Sudaryo bersama LP3L telah mengunjungi sekitar 5.000 pondok pesantren di berbagai daerah untuk memberikan penyuluhan serupa, sebagai bagian dari komitmen edukasi lingkungan dan kesehatan berbasis kearifan lokal.

 

Pewarta: Haura Dzil Izza El Bayu
Editor: Ahmad Zainul Khofi

PPIQ Adakan Penobatan Bintang Kelas Madrasatul Qur’an, Dorong Semangat Belajar Santri

Berita.NurulJadid.net – Pusat Pendidikan Ilmu Qur’an (PPIQ) Pondok Pesantren Nurul Jadid kembali menggelar penobatan bintang kelas bagi santri Madrasatul Qur’an (MQ), Kamis malam (12/06), yang dilangsungkan di depan daerah An-Nuriyah, wilayah Al-Hasyimiyah.

Acara ini merupakan bentuk apresiasi kepada santri yang meraih nilai tinggi dan menunjukkan semangat belajar selama satu semester. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan memotivasi seluruh santri agar semakin giat menuntut ilmu.

“Bagi santri yang beruntung, jangan pernah merasa cukup atas pencapaian yang telah diraih. Bagi yang belum beruntung, semoga lebih giat lagi, dan jangan berkecil hati,” pesan Nur Endah Dian Rosyadani, Kepala Bagian MQ, dalam sambutannya.

Penobatan bintang kelas ini merupakan bagian dari program kerja tahunan MQ. Sebelum dinobatkan, para santri terlebih dahulu harus mengikuti ujian evaluasi setelah menyelesaikan makna kitab masing-masing. Kitab tersebut akan dikumpulkan oleh Divisi Kegiatan Belajar untuk diperiksa kelengkapannya.

MQ terdiri dari enam kelas: Ula 1, Ula 2, Wustho 1, Wustho 2, Ulya 1, dan Ulya 2. Setiap tingkatan memiliki materi berbeda.

  • Ula 1 dan 2 mempelajari Tafsir Jalalain dan At-Tibyan,
  • Wustho 1 dan 2 mendalami Mukhtashorun Jiddan dan Qowa’idul Asasiyah,
  • Ulya 1 dan 2 mempelajari Tafsir Al-Fatihah dan Khulashoh Nurul Yaqin 1.

Menariknya, penilaian bintang kelas tidak hanya berdasarkan hasil ujian, tetapi juga mempertimbangkan keaktifan santri di kelas. “Jika ada nilai yang sama, kami akan lihat siapa yang lebih rajin. Jika ada yang sering tidak hadir, tentu nilainya akan dikurangi,” jelas Nur Endah.

MQ sendiri merupakan kegiatan wajib bagi seluruh santri PPIQ, yang dilaksanakan setiap malam Ahad dan Senin. Program ini menjadi sarana penting untuk memperluas pemahaman Al-Qur’an, baik dalam bacaan, tafsir, maupun pengamalan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari.

 

Pewarta: Haura Dzil Izza El Bayu

Editor.   : Ponirin Mika

 

Perkuat Tata Kelola SDM, Pesantren Nurul Abror Banyuwangi Studi Banding ke Nurul Jadid Paiton

berita.nuruljadid.net – Pondok Pesantren Nurul Abror Arobbaniyyin yang berlokasi di Alasbuluh, Wongsorejo, Banyuwangi, melakukan kunjungan studi banding ke Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, pada Selasa (10/06/2025).

Kunjungan ini merupakan rangkaian kegiatan silaturahmi sekaligus studi strategis dalam rangka menggali wawasan tentang pengembangan manajemen mutu sumber daya manusia (SDM) di lingkungan pesantren, khususnya dalam aspek pendidikan, pengasuhan, dan tata kelola kelembagaan.

Rombongan dari Nurul Abror Arobbaniyyin terdiri atas para Kepala Biro Kepesantrenan, jajaran pengurus pesantren, serta tenaga pendidik. Mereka disambut hangat oleh pengurus Pondok Pesantren Nurul Jadid di ruang pertemuan utama yang biasa digunakan untuk menerima tamu lembaga dan kunjungan studi banding.

Kepala Biro Kepesantrenan Pondok Pesantren Nurul Abror Arobbaniyyin Muhammad Diddiq Amin menyampaikan bahwa kunjungan ini bertujuan mempererat silaturahmi antarpesantren serta mempelajari strategi pengelolaan SDM yang telah diterapkan di Nurul Jadid.

“Kunjungan ini adalah bagian dari silaturahim dan studi tiru ke Pesantren Nurul Jadid Paiton,” ungkapnya. Ia juga menambahkan bahwa hasil dari kunjungan ini akan dijadikan bahan implementasi di lembaga mereka.

Sementara itu, Sekretaris Pesantren Nurul Jadid, Thohiruddin, menyambut baik kedatangan tamu dan menyampaikan bahwa hubungan kedua pesantren sangat istimewa, mengingat pengasuh kedua lembaga tersebut merupakan saudara.

“Kita sama-sama belajar. Bahkan, Nurul Jadid pun bisa banyak belajar dari Pesantren Nurul Abror,” ujarnya.

Kegiatan ini di isi dengan pemaparan sistem manajemen SDM yang disampaikan oleh Abdul Manaf Firdaus dari Bagian Ortala dan Kepegawaian Pesantren Nurul Jadid, dilanjutkan sesi diskusi dan tanya jawab seputar pengelolaan organisasi di lingkungan pesantren.

Diharapkan dari kegiatan ini terjalin sinergi yang kuat antar-lembaga pesantren dan lahir semangat pembaruan dalam pengelolaan SDM menuju arah yang lebih profesional, adaptif, dan berkelanjutan.

 

Pewarta.  : Ahmad Zainul Khofi

Editor.      : Ponirin Mika

Sidang Pleno Santri Kalpataru Gagas Program Lingkungan Berkelanjutan

berita.nuruljadid.net – Biro Pekerjaan Umum dan Lingkungan Hidup (PULH) Pondok Pesantren Nurul Jadid menggelar Sidang Pleno Santri Kalpataru perdana di Aula Mini Pesantren pada Kamis (05/06/25). Kegiatan ini diikuti oleh 30 peserta dari berbagai divisi Santri Kalpataru. Kegiatan ini juga turut dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun 2025.

“Dalam forum ini, masing-masing divisi akan merancang program yang selaras dengan visi pendirian Santri Kalpataru. Gebrakan kawan-kawan sangat dinanti oleh seluruh warga pesantren,” ujar Sekretaris Biro PULH, Saifur Rizal, dalam pidato pembukaannya.

Rizal menegaskan bahwa sidang ini merupakan langkah awal untuk memulai rangkaian kegiatan Santri Kalpataru dalam membangun kesadaran dan aksi nyata menjaga lingkungan secara berkelanjutan. Forum ini merupakan pijakan terbentuknya program kerja Santri Kalpataru demi kelestarian lingkungan di lingkungan pesantren.

Menindaklanjuti hal tersebut, Komandan Santri Kalpataru, Ahmad Rifaldi, menjelaskan bahwa sidang pleno dibagi dalam dua sesi utama. Sesi pertama diisi dengan diskusi terpisah oleh masing-masing dari lima divisi guna merancang program kerja. Sesi kedua dilanjutkan dengan pleno di aula untuk mempresentasikan dan mengesahkan hasil rumusan bersama.

“Kelima divisi tersebut meliputi: Divisi Research, Development, and Learning (RDL), Divisi 3R (Reduce, Reuse, Recycle), Divisi Perubahan Iklim, Divisi Konservasi Keanekaragaman Hayati, dan Divisi Kebersihan, Kerapian, dan Keindahan,” terang Rifaldi kepada Pewarta Humas Infokom NJ.

Komandan Santri Kalpataru, Ahmad Rifaldi, tengah memimpin topik diskusi pada FGD terpisah Sidang Pleno.

Dengan metode Forum Group Discussion (FGD), setiap divisi difokuskan untuk merancang program yang relevan dengan bidang masing-masing. Rifaldi mencontohkan, Divisi 3R menginisiasi program komposting, daur ulang, dan bank sampah, sementara Divisi Perubahan Iklim fokus pada isu konservasi energi dan transportasi ramah lingkungan.

“Dari pantauan kami, ada divisi yang menyusun program identifikasi dan pelabelan tumbuhan di lingkungan pesantren, ada pula yang membahas kampanye hemat energi dan pembaruan sistem pengelolaan sampah. Semua peserta tampak aktif berpikir dan berdialog,” imbuhnya.

Program-program yang digagas dalam sidang ini mencerminkan semangat dan komitmen para santri untuk menciptakan lingkungan pesantren yang bersih, sehat, dan lestari. Rifaldi menambahkan, keberhasilan program-program ini sangat bergantung pada partisipasi seluruh warga pesantren dalam menjaga dan merawat lingkungan secara kolektif.

 

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika