Jadi Tuan Rumah Harlah NU Ke-102, Kyai Hamid Ungkapkan Rasa Syukur

berita.nuruljadid.net- Pondok Pesantren Nurul Jadid (PPNJ) merasa terhormat terpilih sebagai tuan rumah perayaan Harlah NU ke-102 dan Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur yang digelar di halaman pesantren pada Jumat-Sabtu (24-25/01).

Kepala PPNJ, Kyai Abdul Hamid Wahid, yang juga mewakili pengasuh dalam sambutannya, mengungkapkan rasa syukur dan kebanggaannya. “Acara ini merupakan kesempatan bagi kami untuk terus berhidmat, melayani, dan berkontribusi bagi kemajuan NU,” kata Kyai Hamid.

Lebih lanjut, beliau menyatakan, “NU adalah jiwa dan darah daging kita bersama. Bagi warga Nurul Jadid, jika dada dibelah, insyaAllah yang muncul adalah gambar NU.”

Dalam kesempatan tersebut, Kyai Hamid juga menjelaskan salah satu agenda utama perayaan Harlah NU kali ini, yakni Expo yang tidak hanya menampilkan pameran, penjualan, dan pemasaran, tetapi juga menjadi wadah bagi perkembangan ekonomi, khususnya UMKM. Expo ini juga diwarnai dengan berbagai seminar, pelatihan, dan kegiatan pengabdian masyarakat.

“Kami berharap kegiatan ini dapat memulai kebersamaan yang lebih luas, sekaligus mengimplementasikan salah satu gerakan dasar NU, yakni Nahdlatut Tujjar,” ungkap Kyai Hamid.
Beliau juga menegaskan pentingnya mengapresiasi setiap upaya yang dilakukan, sekecil apapun. “Ikhtiar ini, sekecil apapun, bisa menjadi batu loncatan yang memperkuat khidmat kita dalam bidang ekonomi,” ujarnya.

Rektor Universitas Nurul Jadid ini juga melaporkan bahwa baru-baru ini telah dideklarasikan Asosiasi Perguruan Tinggi Berbasis Pesantren. Kyai Hamid menegaskan bahwa asosiasi ini bukan bertujuan menjadi pesaing LPTNU, melainkan sebagai sinergi, penunjang, dan pendukung LPTNU dalam memperkuat dunia pendidikan berbasis pesantren.

Acara yang berlangsung meriah ini turut dihadiri oleh sejumlah ulama dan tokoh penting, di antaranya KH. Anwar Iskandar (Wakil Rais Aam), KH. Anwar Mansur (Rais Syuriah PWNU Jatim), KH. Zulfa Musthofa (Wakil Ketua Umum PBNU), KH. Abdul Hakim Mahfudz (Ketua PWNU Jatim), serta Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.

Pewarta : Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor     : Ponirin Mika

Meriahkan Harlah NU ke-102 dan PPNJ ke-76 dengan Talkshow Fiqh Peradaban

berita.nuruljadid.net- Talkshow Fiqh Peradaban digelar untuk memeriahkan rangkaian Harlah NU ke-102 dan Harlah Pondok Pesantren Nurul Jadid (PPNJ) ke-76. Muktamar Pemikiran Mahasantri dengan tema “Krisis Negara Bangsa: Relevansi Fiqh Peradaban dalam Menghadapi Tantangan Global” diselenggarakan pada 24 Januari 2025, bertempat di Halaman Kampus Universitas Nurul Jadid.

Acara ini diselenggarakan untuk menyebarluaskan dan mengenalkan nuansa fiqh yang tidak hanya tentang Ibadah, Munakahat, ataupun Siyasah. ” Sebagai ajang untuk membuka pemikiran tentang fiqh secara meluas karna fiqh yg kita kenal hanya tentang muamalah, munakahat, fiqh siyasah, fiqh bi’ah,sehingga belum pernah mellek tentang fiqh peradaban.” Ungkap Mochammad Nur Faqih K.H selaku Pemimpin Redaksi Majalah Kamal Ma’had Aly Nurul Jadid.

Kegiatan yang dimoderatori oleh Faiq Julia Iqna’a ini dihadiri oleh berbagai Mahasantri dari seluruh Indonesia. Acara ini juga menampilkan Ustaz Ahmad Husain Fahasbu sebagai pemateri. Dalam pemaparannya, beliau menyampaikan bahwa fiqh adalah sebuah nilai yang mengatur hubungan antar sesama manusia maupun hubungan manusia dengan Tuhan.

“Selama ini pandangan kita tentang fiqh seringkali terbatas pada hal-hal seperti wudhu dan junub saja, padahal fiqh tidak sesempit itu. Ada banyak pembahasan dalam fiqh yang bisa kita kaji, seperti yang kita bahas sekarang ini, yakni fiqh peradaban atau ‘Fiqh ‘Alaqah Al-Dauliyah’,” ujarnya.

Ustaz Ahmad yang juga dosen di Ma’had Aly Nurul Jadid ini menyampaikan lima aspek yang dapat diterapkan untuk melestarikan hubungan antar negara, yaitu menjaga perdamaian, menjaga komitmen dan perjanjian, menjaga nilai kemanusiaan dan hak asasi manusia, menjaga akhlak dan budi pekerti yang baik, serta memastikan relasi antar manusia didasari dengan cinta dan kasih sayang.

“Beberapa aspek dalam hubungan antar negara yang perlu dijaga adalah perdamaian, komitmen dan perjanjian, nilai kemanusiaan serta hak mereka, akhlak dan budi pekerti yang baik, serta relasi antar manusia yang didasari dengan cinta dan kasih sayang,” ungkapnya.

Acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang melibatkan peserta yang hadir, sebelum akhirnya ditutup dengan pemberian cinderamata kepada pemateri oleh saudara Mochammad Nur Faqih Khalilullah.

Pewarta : Maria Al Faradela
Editor     : Ponirin Mika

Kyai Zuhri: Bahtsul Masa’il Sebagai Pelestari Tradisi Pesantren

berita.nuruljadid.net- Salah satu cara dalam mempertahankan tradisi pesantren dan para pendahulu dalam aspek mengkaji problematika di bidang agama, Pondok Pesantren Nurul Jadid (PPNJ) menggelar bahtsul Masa’il (BM) yang bertempat di aula 1 PPNJ, Kamis (23/01). Bahtsul Masail ini bertujuan untuk membahas problem keummatan dan kebangsaan.

Selain dari itu, bahtsul Masail menjadi tempat bagi para santri dari berbagai pesantren untuk berdiskusi dan bertukar pemikiran satu sama lain dalam membahas serangkaian permasalahan fiqh dengan mengutamakan teks turats sebagai sebuah rujukan.

Pada kegiatan ini terdapat 22 delegasi pesantren se-Jawa Timur mulai dari Pamekasan, Pasuruan, hingga Banyuwangi. Selanjutnya, panitia memilih Kyai Muhibbul Aman Aly sebagai mushohih sedang panitia menunjuk Gus Roy fadli dan Gus Ibrahim selaku perumus BM. Dalam acara pembukaan BM, Pengasuh PPNJ, Kyai Moh. Zuhri Zaini berkesempatan menyampaikan sambutan seraya membuka kegiatan tersebut. Mengawali penyampaiannya, kyai Zuhri mengungkapkan adanya acara Harlah sebagai bentuk syukur kepada maha kuasa.

“Semoga adanya acara ini bisa mendapat tambahan nikmat dari Allah SWT,” dawuh beliau.

Menurut beliau, Nahdlatul Ulama (NU) adalah wadah untuk meneruskan perjuangan para pendahulu yang terbungkus dalam organisasi berskala nasional. Pesantren Merupakan inti NU, oleh karena itu jangan sampai orang yang bukan berlatar belakang pesantren memimpin NU.

“Ketika NU dipimpin oleh kelompok luar, maka seketika akan berubah. Maka betul yang disampaikan Kyai Miftah, NU adalah pesantren besar sedangkan pesantren adalah NU kecil,” ucap beliau.

Kyai Zuhri juga menuturkan adanya BM adalah sebagai penyemangat para santri dalam melestarikan kajian kitab turats yang merupakan tradisi ulama terdahulu. Sebagai warga NU, seseorang boleh mengembangkan pesantren sesuai dengan perkembangan zaman, akan tetapi jangan sampai pesantren itu kehilangan jati dirinya sendiri.

Ketua panitia, Ainul yakin menyatakan adanya BM sebagai syiar agama.

“Betul apa yang disampaikan pengasuh barusan, adanya Bahtsul Masa’il ini merupakan pengembangan ruh pesantren yaitu kajian kitab turats,” pungkasnya.

Pewarta : Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor    : Ponirin Mika

Lomba Debat, Siswa Beradu Argumentasi dan Pemikiran

berita.nuruljadid.net- Lomba debat ilmiah tingkat SLTA sederajat dalam rangka memperingati Harlah ke-102 Nahdlatul Ulama, Haul Masyayikh, dan Harlah ke-76 Pondok Pesantren Nurul Jadid telah usai. Lomba tersebut dilaksanakan pada hari kedua Enje Festival yang bertempat di panggung expo, Selasa (21/01).

Kompetisi ini menjadi ajang bagi para siswa SLTA/sederajat se-Jawa Timur untuk melatih kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi, menyampaikan pendapat secara efektif, dan kemampuan berargumentasi. Setiap tim yang terdiri dari 3 orang melewati seleksi online (showing argumentation) agar dapat bertanding di sesi offline (debate match) pada babak perempat final.

Dari 30 tim debat, hanya 8 tim yang dinyatakan lolos ke perempat final dan berhak mengikuti debat offline. Pada babak ini, setiap tim diharuskan berdebat di ruangan steril yang hanya ditemani oleh salah satu juri dan tidak diperkenankan membawa alat elektronik apapun untuk mencegah adanya kecurangan.

“Kami lakukan seperti ini supaya tidak ada kecurangan dari masing-masing tim,” tutur Zaki, selaku panitia lomba.

Setelah babak perempat final usai, setiap tim yang lolos ke semifinal berdebat di panggung expo Jatim hingga akhirnya terpilih dua tim yang melaju ke babak final. Setelah melewati sesi debat yang cukup sengit, akhirnya tim delegasi MA Nurul Jadid dan SMAN 1 Kraksaan maju ke babak final.

Seusai perdebatan yang sangat panas antara kedua tim, dan melewati sesi penilaian, akhirnya juri mengumumkan para pemenang serta best speaker dari lomba debat ilmiah tersebut. Juara 1 diraih oleh SMAN 1 Kraksaan, juara 2 disabet oleh MA Nurul Jadid, dan juara 3 dinobatkan kepada MA Unggulan KH. Abd Wahab Hasbulloh.

Pewarta: Kadafi Ananda
Editor   : Ponirin Mika

Menjadi Pengusaha Harus Berani Mengubah Mindset

berita.nuruljadid.net- Para siswa dari berbagai lembaga terlebih mahasiswa fakultas ekonomi berbondong-bondong menghadiri acara Talk Show bagian kedua yang tengah membahas tema kewirausahaan, bertempat di panggung expo, Rabu (22/01).

Alasan tema ini diambil karena panitia ingin menanamkan jiwa pengusaha dalam diri siswa dan mahasiswa yang berkecimpung di dunia usaha agar bisa bertranformasi dari kemandirian menuju kewirausahawan yang konstruktif. Kegiatan yang di kemas dalam bentuk talk show ini mengundang dua narasumber yang keduanya merupakan para pengusaha terkenal. Salah satunya adalah ketua umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur dan pengusaha Managing Partner of KJPP SISCO, Satria Wicaksono.

Dalam penjelasannya, Satria mengungkapkan jika ingin menjadi seorang pengusaha, maka langkah awal yang harus diambil adalah mengubah mindset.

“ketika membuat usaha, selain bekerja kita harus menanamkan mindset untuk mencoba hidup yang lebih baik dari sebelumnya,” ucapnya.

Calon pengusaha sebelum memulai karirnya haruslah menjalankan pelatihan terlebih dahulu, mulai dari mencari mentor yang tepat hingga lingkungan yang mendukung keinginan. “Kalau kita sudah mempunyai keyakinan yang kuat, maka memulai usaha dari nol bukan menjadi suatu permasalahan,” katanya.

Satria juga membeberkan alasan banyak orang yang takut memulai bisnis dikarenakan 4 hal yaitu kurangnya semangat dan motivasi, kebingungan dalam membuka usaha, kekurangan modal, serta tidak didukung oleh lingkungan dan keluarga.

Untuk menanggulangi hal tersebut, Ketum Kadin, Adik memberikan solusi dengan mempromosikan program Kadin yakni menyediakan rumah vokasi dan rumah kurasi.

“Di rumah vokasi, sebelum magang para pengusaha akan dilatih dan diberi mentor agar memiliki mental yang kuat. Sedangkan dalam rumah kurasi, para UKM akan didampingi hingga bisa naik kelas dan bisa dapat banyak karyawan,” pungkasnya.

Pewarta: Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor   : Ponirin Mika

Seminar Internasional Bersama Guru Besar Universitas Al-Azhar

berita.nuruljadid.net- Seminar Internasional merupakan salah satu agenda dalam rangkaian Muktamar yang kali ini mengundang Guru Besar Universitas Al-Azhar, Kairo, Syekh Jamal Jibril Al-Daqqaq Al-Azhari. Seminar yang diselenggarakan pada Selasa, 21 Januari 2025, ini mengangkat tema Pentingnya Pengkajian Ilmu Kalam Sebagai Pembasisan Akidah Bagi Mahasantri Ma’had Aly.

Selama seminar, Syekh Jamal menyampaikan pemikirannya mengenai pentingnya Ilmu Kalam sebagai dasar akidah umat Islam. “Setiap cabang ilmu memiliki topik pembahasan masing-masing, dan topik Ilmu Kalam adalah tentang Allah, sifat Allah, serta dasar dan pokok agama. Oleh karena itu, Ilmu Kalam adalah pimpinannya ilmu pengetahuan,” jelas beliau.

Seminar yang digelar di Aula 1 PP. Nurul Jadid ini terbuka untuk umum, dihadiri oleh para mahasantri Ma’had Aly se-Indonesia, siswa-siswi, serta pengurus pesantren yang tertarik untuk mendengarkan kajian dari guru besar tersebut.

Selain membahas pentingnya Ilmu Kalam, Syekh Jamal juga mengulas rekam jejak salah seorang ulama besar dalam bidang akidah yang ajarannya diikuti oleh lebih dari 95% umat Islam hingga saat ini. “Bahkan dalam kenyataannya, lebih dari 95% umat Islam di seluruh dunia menganut mazhabnya,” tambah beliau.

Dalam sesi tanya jawab, ketika ditanya mengenai urutan yang harus didahulukan antara akal dan wahyu, Syekh Jamal, yang juga merupakan dosen pengampu mata kuliah Ilmu Akidah dan Ilmu Kalam, lebih memilih untuk mendahulukan akal.

“Dasar akidah Islam adalah akal, karena pada awalnya kita beriman menggunakan akal,” jawab beliau dengan yakin.

Meski seminar harus diterjemahkan terlebih dahulu, acara tetap berjalan lancar dengan para peserta yang mendengarkan dengan seksama. Di penghujung acara, para peserta yang memiliki pertanyaan diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan langsung kepada Syekh Jamal.

Pewarta: Wahdana Nafisatuz Zahra
Editor   : Ponirin Mika

Cari dan Temukan Passion di Talk Show Expo Jatim 2025!

berita.nuruljadid.net- Talk show Expo Jatim pendidikan 2025 resmi dibuka dengan dimulainya sesi pematerian oleh dua narasumber ternama yakni sang writing mentor, M. Ficky Haris Ardiasyah dan cendekiawan muslim, Novi Basuki yang berlangsung di Universitas Nurul Jadid tepatnya di panggung Expo, Selasa (21/01).

acara tersebut dimulai pada jam 10.00 WIB, penonton yang mengikuti Talk Show berasal dari berbagai macam daerah dan sekolah. Meski dalam satu forum, kedua narasumber menyampaikan tema yang berbeda. Novi menjelaskan tema “bagaimana China mengubah nasibnya lewat pendidikan” sedangkan Ficky memaparkan tema “menemukan dan mengoptimalkan Passion di usia muda”.

Menurut Novi, alasan negara Tiongkok bisa menjadi negara adidaya dan kaya karena kepribadian penduduknya yang takut akan dua hal, yakni kemiskinan dan kebodohan. “karena takut miskin, mereka bekerja keras dan mengubah nasib diselingi dengan ikhtiar pada yang maha kuasa sedangkan karena takut bodoh, mereka akhirnya belajar.  menurut mereka, hal yang mustahil untuk menghilangkan kebodohan jika yang dilakukan hanya berleha-leha saja,” ucapnya.

Dalam mencari skill yang terpendam, seseorang haruslah disiplin dengan menghormati waktu. Selain itu, seseorang juga harus memiliki role model dan rajin dalam menimba ilmu. “Manusia jika tidak memandang jauh ke depan, maka dia akan menjumpai kecelakaan di belakang,” katanya diselingi dengan canda tawa.

Tak hanya Novi, Ardi pun juga memberi tips dan trik agar seseorang mengetahui passionnya yaitu dengan menggali lebih dalam lagi, uraikan rasa kekecewaan dengan tulisan dan yang paling terpenting ialah eksplorasi diri.

“Carilah Passionmu dari hal yang kamu anggap sulit atau mustahil, bisa saja passionnya ada disana. Jika ingin melakukan sesuatu, mulailah dengan tujuan akhir kita,” tuturnya.

Ardi juga menyampaikan terdapat 2 tipe malas yaitu malas karena tidak ada tujuan dan malas karena sebuah tujuan. Jika seseorang memaksakan dirinya untuk selalu bekerja keras dan belajar sehingga membuat dirinya sakit-sakitan, maka itu tidak dibenarkan.

“kita harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin selama di Nurul Jadid. Karena pondok ini telah mengajarkan dua hal yang menjadi tonggak masa depan yaitu ilmu pengetahuan dan akhlak,” pungkasnya.

Pewarta : Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor    : Ponirin Mika

 

Sambung Tali Silaturrahim dengan Muktamar Mahasantri se-Indonesia

berita.nuruljadid.net- Muktamar Pemikiran Mahasantri dengan mengusung tema ‘Kontribusi Mahasantri Bagi Pemikiran Keislaman Pasca Wacana Fikih Peradaban’ yang akan dihelat selama tiga hari sejak Senin, 20 sampai Rabu, 22 Januari yang bertempat di Aula I Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo.

Kegiatan ini merupakan rangkaian dari pekan harlah Pesantren Nurul Jadid ke 76. Tujuan perhelatan iniuntuk menyambung tali silaturrahmi dengan seluruh Mahasantri se-Indonesia. Kiai Muhammad Al-Fayadl dalam sambutannya berharap acara Muktamar Pemikiran Mahasantri bukan hanya sekedar mengejar ilmu pengetahuan tetapi merupakan ibadah agar bisa diintegritaskan dan didiamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

“Saya berharap acara ini bukan hanya identik dengan mengaji, tetapi juga mengkaji lalu mensosialisasikan kepada masyarakat diluar sana, seperti kutipan K.H Zuhri bahwasannya ilmu itu jangan ditumpuk di pikiran saja tetapi juga diamalkan,” ujar mudir Ma’had Aly tersebut.

Beliau juga menjelaskan tiga aspek yang harus dipenuhi jika ingin menjadi khalifah atau pemimpin yakni pengetahuan Islam dengan sistem matematik, pengetahuan persoalan zaman, mengetahui persoalan suatu bagian dari islam dan satu bagian lain dari zaman.

“Apabila santri ingin menjadi khalifah diharapkan sudah memiliki 3 aspek yakni mengetahui islam dengan system yang matematik, lalu mengetahui persoalan zaman, dan memahami suatu bagian dari islam dan bagian zaman,” ungkapnya.

Acara dibuka secara simbiosis oleh Kiai Muhammad Al-Fayadl dengan menabuh gong sebanyak 3 kali yang kemudian seremonial diakhiri dengan pembacaan doa oleh Kiai Makki Maimun Wafie dan dilanjutkan dengan acara seminar yang diisi oleh Narasumber K.H Imdad Rabbani (Nurul Jadid) dan K.H Idris Mubarok. (Al-Amien Prenduan)

Pewarta : Shelma Nasywa Ramadhani Munir
Editor    : Ponirin Mika

UNUJA Gagas Asosiasi Perguruan Tinggi Berbasis Pesantren

berita.nuruljadid.net- Universitas Nurul Jadid (UNUJA) menggagas dan sekaligus menjadi tuan rumah dalam pembentukan Asosiasi Perguruan Tinggi Berbasis Pesantren, Sabtu (17/01/25).

Gagasan ini merupakan sebuah inisiatif strategis yang memiliki tujuan memperkuat jejaring antar perguruan tinggi pesantren di Jawa Timur. Acara yang dihadiri oleh perwakilan dari berbagai perguruan tinggi pesantren di Jawa Timur ini bertempat di Aula Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Asosiasi ini dibentuk sebagai wadah resmi untuk mempertemukan perguruan tinggi pesantren dalam rangka menyusun kebijakan bersama, melaksanakan program strategis, dan berbagi pengalaman dalam menghadapi tantangan pendidikan di era modern.

Dalam sambutannya, Rektor UNUJA, KH. Abd. Hamid Wahid, M.Ag., yang juga terpilih sebagai Ketua Asosiasi menyatakan, Asosiasi ini diharapkan menjadi motor penggerak transformasi pendidikan pesantren di Indonesia, dengan tetap berpegang pada nilai-nilai keislaman yang menjadi identitas kita.

“Kolaborasi yang melibatkan beberapa perguruan tinggi ini sangat penting untuk mencetak generasi emas yang siap menghadapi tantangan global pada tahun 2045,” katanya.

Sebagai bagian dari kegiatan ini, seminar bertajuk “Inovasi Perguruan Tinggi Pesantren untuk Indonesia Emas 2045: Kolaborasi dan Transformasi Unggul Berbasis Pesantren” juga diselenggarakan. Seminar ini menghadirkan Dr. Basnang Said, S.Ag, M.Ag (Direktur Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Dirjen Pendis Kemenag RI).
Seminar ini bertujuan untuk memperkuat sinergi dalam pengembangan program pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat yang relevan dengan kebutuhan zaman.

Asosiasi ini juga mencakup partisipasi dari 51 perguruan tinggi pesantren di Indonesia, di antaranya Universitas Nurul Jadid, Universitas Islam KH. Mukhtar Syafaat, Universitas Al-Falah Assuniyah, Universitas KH. A. Wahab Hasbullah, Universitas Darul Ulum, Universitas Ibrahimy Situbondo, Universitas Islam Zainul Hasan, Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum, Universitas Hasyim Asy’ari, Universitas Darul Ulum Lamongan, dan Universitas Islam Syarifuddin. Selain itu, perguruan tinggi lain seperti Universitas Annuqayah Guluk Guluk, Universitas Islam Tribakti Lirboyo Kediri, dan Universitas Abdul Chalim Pacet Mojokerto juga turut ambil bagian.

Sebagai langkah awal, asosiasi ini telah menyusun beberapa agenda strategis, termasuk penyelenggaraan konferensi, pelatihan, dan publikasi ilmiah yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan pesantren. Asosiasi ini juga berkomitmen untuk mendorong digitalisasi pendidikan pesantren, memperkuat penelitian berbasis pesantren, dan mengembangkan program pemberdayaan masyarakat yang aplikatif.

Tujuan dari pembentukan Asosiasi Perguruan Tinggi Berbasis Pesantren adalah untuk memperkuat sinergi dan kolaborasi antar perguruan tinggi pesantren, mengembangkan program pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat yang relevan, mendukung digitalisasi pendidikan pesantren untuk meningkatkan efektivitas dan jangkauan pendidikan, serta meningkatkan kualitas lulusan perguruan tinggi pesantren agar kompetitif di era modern.

Ruang lingkup kegiatan asosiasi ini mencakup pembentukan struktur organisasi dan penyusunan rencana strategis, penyelenggaraan konferensi, pelatihan, dan publikasi ilmiah, serta pelaksanaan program kolaboratif untuk pengembangan pendidikan pesantren. Output yang diharapkan dari asosiasi ini adalah terbentuknya jejaring komunikasi yang kuat antar perguruan tinggi pesantren, penyusunan kebijakan strategis yang mendukung kemajuan pendidikan pesantren, dan publikasi ilmiah yang memperkuat kontribusi perguruan tinggi pesantren dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Dr. H. Hasan Baharun, M.Pd., selaku Wakil Rektor III UNUJA menyampaikan, dengan pembentukan asosiasi ini, kita berharap bisa menciptakan kolaborasi yang lebih erat antara perguruan tinggi pesantren di seluruh Indonesia.

Ini adalah langkah penting untuk memastikan bahwa pendidikan pesantren terus relevan dan mampu bersaing di era modern.

“Pembentukan Asosiasi Perguruan Tinggi Berbasis Pesantren merupakan upaya nyata dalam menjawab tantangan pembangunan bangsa yang semakin kompleks. Asosiasi ini tidak hanya menjadi wadah komunikasi, tetapi juga menjadi motor penggerak inovasi pendidikan berbasis pesantren yang siap berkontribusi bagi kemajuan bangsa menuju Indonesia Emas 2045,” ucapnya.

Pewarta : Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor    : Ponirin Mika

Pembukaan Pekan Harlah NU 102, Raker PWNU Jatim dan Harlah Ponpes Nurul Jadid

berita.nuruljadid.net- Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo sedang melaksanakan pembukaan pekan Harlah NU ke 102, Raker PWNU Jatim dan Harlah Ponpes Nurul Jadid Paiton Probolinggo di halaman Universitas Nurul Jadid, Senin (20/01/25).

Kegiatan ini dibersamakan dengan pembukaan Jatim Expo Pendidikan dan UMKM yang akan di gelar selama 6 hari kedepan. Dalam sambutannya, Dr. Tirmidzi ketua panitia menyampaikan pembukaan Jatim Expo merupakan rangkaian dari harlah NU ke 102, Raker PWNU Jatim dan Harlah Ponpes Nurul Jadid ke 76. Tirmidzi menegaskan bahwa Jatim Expo diikuti oleh universitas negeri dan swasta, Pondok Pesantren, Hebitren, Pengusaha Koperasi, pelaku UMKM sebanyak 215 stand.

“Expo ini diharapkan tidak hanya berpameran melainkan juga menjadi ruang pembelajaran, edukasi serta kolaborasi antar berbagai unsur,” ungkapnya.

Ia juga mengungkapkan bahwa adanya Jatim Expo untuk meningkatkan dan mengembangkan dunia pendidikan untuk terus mengejar mutu dan aktifitasnya yang lebih baik. “Jatim Expo ini mempertemukan dan membangun jejaring antara pengusaha UMKM, konsumen perbankan, mahasiswa, alumni dan civitas akademika se Jawa Timur,” imbuhnya.

Selain itu, Tirmidzi menambahkan, Jatim Expo bertujuan untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan di kalangan pesantren, penguasa nahdliyin dengan semangat nahdlatut tujjar atau kebangkitan para pengusaha. Pada kegiatan Jatim Expo ini, Kepala Pesantren Pondok Pesantren Nurul Jadid Kiai Abdul Hamid Wahid berharap agar akselerasi integratif antara pendidikan dan ekonomi dapat menjadi langkah dan gerak bersama warga NU.

Menurutnya, tantangan ekonomi menjadi satu hal yang harus dihadapi bersama ke depan, dan sebagai warga NU menghadapi tantangan ini, Kiai Hamid juga berpesan agar mempersiapkan diri sebaik-baiknya.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Prof Nurharisuddin, pengurus PWNU Jatim bahwa NU harus memperkuatkan ekonomi salah satunya melalui Jatim Expo agar dapat mendorong UMKM dari Nahdlatul Ulama agar usaha tidak hanya berada pada perusahaan-perusahaan besar. Tapi besok UMKM berada pada pengusaha yang bertahan hidup dari berbagai hantaman krisis ekonomi, moneter dan sebagainya.

“UMKM dari kalangan NU sangat penting,” katanya.

Pembukaan ini di hadiri oleh Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid KH. Moh. Zuhri Zaini, Kepala Pesantren KH. Abdul Hamid Wahid, pengurus PWNU Jatim, Direktur perbankan syariah dan konvensional, Kepala Kemenag Probolinggo, Kepala-kepala Sekolah dilingkungan pesantren Nurul Jadid, dosen, guru dan santri.

Pewarta : Ahmad Zainul Khofi
Editor    : Ponirin Mika

Dr. Basnang Said Sebut Pesantren Manusia Jujur dan Mandiri

berita.nuruljadid.net- Setelah melewati acara seremonial, seminar nasional pun dimulai. Konferensi tersebut memasang tema “Inovasi perguruan tinggi pesantren untuk Indonesia emas 2045: kolaborasi dan tranformasi unggul berbasis pesantren” yang bertempat di aula PPNJ 1, Sabtu (18/01).

Dalam seminar itu, panitia mengundang direktur direktorat pendidikan diniyah dan Pondok Pesantren Direktorat Jenderal Kementerian Agama RI, Basnang Said. Mengawali pemateriannya, Basnang menyampaikan bahwasanya Indonesia merupakan negara yang penuh dengan kedamaian. “Andaikan tidak damai, mana mungkin kita bisa beribadah dengan tenang apalagi dengan agama yang lainnya,” ucapnya.

Adanya perhelatan besar yang diselenggarakan oleh pesantren mampu memunculkan terobosan-terobosan baru. Untuk mengapresiasi, presiden Joko Widodo menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai hari santri nasional untuk mengenang jasa-jasa pejuang khususnya para ulama yang membantu menegakkan kemerdekaan bangsa.

Beliau menilai pesantren hanya menanamkan soft skill namun tidak dengan skill. “bayak kita temui santri yang mandiri dan jujur namun tidak memiliki keahlian. Oleh karena itu, pemerintah menyediakan platform sebagai wadah untuk pengembangan skill,” ucapnya.

Agar pesantren bisa memperjuangkan hak-haknya dan mendapat dukungan dari negara, pemerintah akhirnya menurunkan regulasi-regulasi yang termuat dalam undang-undang pesantren yang disahkan pada tahun 2019 silam. Adapun terkait pendanaan dan sejenisnya telah tercantum Perpres nomor 82 tahun 2021.

“Sudah terdapat 12 daerah termasuk Jawa Timur yang memiliki perda pesantren. Artinya, pesantren di kawasan tersebut sudah didukung semua haknya,” tuturnya.

Pondok pesantren juga memiliki 3 fungsi dalam memajukan generasi bangsa yakni fungsi pendidikan, fungsi dakwah, dan fungsi pemberdayaan masyarakat. Basnang juga menampilkan data jumlah pesantren sebanyak 42.300 dengan santri yang menembus angka 9.642.566 orang semenjak tanggal 31 Desember 2024.

Basnang juga berspekulasi jika semakin tua sebuah pesantren, maka makin banyak komponen-komponen pendidikan didalamnya. Pria kelahiran Sulawesi Selatan itu meluruskan opini menyimpang tentang dana abadi pesantren. “Dana abadi pesantren adalah dana yang dikeluarkan negara untuk pemberdayaan pesantren dalam meningkatkan sumber daya manusia,” pungkasnya.

Pewarta : Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor    : Ponirin Mika

Harlah NU ke 102 Digelar di Pesantren Nurul Jadid

berita.nuruljadid.net- Hari lahir Nahdlatul Ulama ke 102 di gelar di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo. Peringatan harlah dari ormas keagamaan terbesar di tanah air itu, akan dibingkai bersama dengan rapat kerja (raker) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama atau PWNU Jatim yang belum lama dilantik.

Peringatan harlah NU dan raker PWNU Jatim dilangsungkan pada Jumat hingga Sabtu (24-25/1/2025). Raker mangambil tema “Menguatkan Sinergi Memantapkan Bhakti untuk Negeri”. Ketua Pelaksana Harlah ke-102 NU, Prof. H. Masykuri Bakri mengatakan, penunjukan Ponpes Nurul Jadid sebagai tuan rumah didasarkan pada surat PWNU Jatim nomor 103/PW.01/B.I.01.70/16/01/2025.

Surat itu ditandatangani oleh Rais PWNU Jatim, KH Anwar Manshur; Katib, H Ahsanul Haq; Ketua PWNU Jatim, KH Abdul Hakim Machfudz atau Gus Kikin; serta sekretaris, HM. Faqih.

“Penunjukan Pesantren Nurul Jadid sebagai tuan rumah, merupakan hasil rapat pada tanggal 17 Desember 2024 di Kantor PWNU Jatim,” ucapnya.

Untuk menyukseskan peringatan harlah NU, panitia PWNU Jatim melibatkan unsur pengurus Ponpes Nurul Jadid sebagai panitia lokal dan 5 pengurus cabang Nahdlatul Ulama di tapal kuda.

Harlah ke-102 NUini akan diikuti lebih dari 2 ribu peserta. Terdiri dari beragam unsur kepengurusan NU di bawah naungan PWNU Jatim dan undangan eksternal. Termasuk pula perwakilan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) se-Jatim.

Peringatan harlah NU di Ponpes Nurul Jadid antara lain akan dihadiri Rais Am PBNU, KH Miftahul Achyar; Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf; dan Pj Gubernur Jatim, Adhi Karyono.
Di acara yang bakal dilangsungkan selepas salat jumat tersebut, KH Yahya Cholil Staquf akan menyampaikan sambutan dan arahan. Sedangkan KH Miftahul Achyar akan memberikan arahan atau panduan (taujihat).

Malamnya, acara bakal dilanjutkan dengan rapat kerja PWNU Jatim. Di sini, peserta rakar bakal dibagi ke dalam tiga komisi. Yaitu komisi Taswirul Afkar, Komisi Nahdlatul Tujjar, dan Komisi Nahdlatul Wathan.

Diketahui, NU didirikan pada 16 Rajab 1344 hijriah atau bertepatan dengan 31 Januari 1926. Pada 16 Rajab 1446 hijriah atau 16 Januari 2025, ormas yang didirikan para ulama ini genap berusia 102 tahun. Di Jawa Timur, peringatan harlah NU akan dilangsungkan di Ponpes Nurul Jadid. Pondok pesantren di ujung timur Kabupaten Probolinggo ini, didirikan oleh KH Zaini Mun’im.

Pewarta : Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor    : Ponirin Mika

Festival Banjari Nurul Jadid ke-VIII Tingkat Nasional 2025 Berlangsung Megah dan Meriah

berita.nuruljadid.net- Pondok Pesantren Nurul Jadid (PPNJ) kembali menjadi ikon kebahagiaan dan kebanggaan, khususnya bagi warga sekitar Kecamatan Paiton, Probolinggo, dan para santri dengan dibukanya Festival Banjari (Fesban) Nurul Jadid ke-VIII tingkat nasional tahun 2025. Acara pembukaan ini digelar di Aula 2 PPNJ pada Jumat (03/01/2025) lalu, yang dihadiri oleh para santri dan masyarakat sekitar.

Fesban Nurul Jadid ke-VIII merupakan ajang tahunan yang diadakan PPNJ untuk memperingati haul masyayikh dan harlah ke-76. Festival ini menjadi tempat bagi para pecinta sholawat bergenre Banjari untuk saling berkompetisi dalam memadukan irama dan harmoni seni Banjari. Tak hanya itu, Fesban juga menjadi ajang untuk saling bertukar pengalaman antar komunitas dari berbagai daerah.

Puncak dari acara ini dibumbui dengan penampilan grup Banjari dari berbagai tim di seluruh penjuru ibu pertiwi. Keindahan vokal, perpaduan, dan keselarasan musik yang disorotkan para peserta tampil memesona dan berhasil mengundang atensi penonton yang memadati aula.

Acara ini digelar selama 2 hari, tepatnya dari Jumat (03/01/2025) hingga Sabtu malam (04/01/2025). Peserta yang mendaftar pun menembus kuota batas maksimal, yakni sebanyak 60 grup yang berdomisili mulai dari berbagai kota di Pulau Jawa hingga luar Jawa, seperti Sulawesi.

Salah satu panitia, Jerry Andra, menyampaikan alasan mengapa Fesban digelar di aula karena untuk meminimalisir kendala akibat cuaca. “Meskipun sempit, tapi itu semua untuk meminimalisir adanya kendala yang dapat menghambat jalannya acara, seperti hujan,” ungkapnya.

Dalam Fesban 2025, para panitia hanya memperbolehkan santri dan warga putra untuk menonton acara tersebut secara langsung. “Kami memang tidak menyediakan fasilitas tempat bagi kalangan wanita karena faktor tidak adanya rekomendasi dari pesantren,” pungkasnya di sela-sela kesibukannya dalam menertibkan lokasi acara.

Pewarta : Moh. Wildan Dhulfahmi

Editor : Ponirin Mika

Harlah Pesantren Nurul ke 76; Berikut Rangkaian Acaranya!

berita.nuruljadid.net- Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo akan melaksanakan haul dan harlah ke 76, Ahad 26 Januari 2025 mendatang. Sebagaimana saban tahunnya pra haul dan harlah tengah di gelar kegiatan lomba, seminar, workshop dan beberapa kegiatan kreatifitas santri.

Pada tahun ini, haul dan harlah tidak ada perubahan hanya saja ada penambahan kegiatan-kegiatan sebagai rangkaian dari haul darlah tersebut. Hal itu diungkapkan sekretaris pesantren H. Tahiruddin pada saat memimpin rapat tim ex-officio.

“Kali ini banyak kegiatan tambahan yang ikut meramaikan harlah yang kita sebut dengan pekan harlah. Ini pada tahun-tahun sebelumnya tidak ada, kali ini harus dilaksanakan karena merupakan intruksi dari kepala pesantren,” sambungnya.

Ketua SC dari tim ex-officio ini berharap agar penanggung jawab dari masing-masing bagian harus bekerja secara maksimal. “Saya berharap semua PIC dari masing-masing bagian harus bekerja secara maksimal dan berkoordinasi secara bai kantar bagian,” tegasnya.

Ex-officio ini merupakan harapan besar kepala pesantren. Jadi PIC masing-masing bagian memiliki tanggung jawab untuk mendesain dan merancang sesuai dengan tupoksinya.

Filosofi Logo Haul dan Harlah PPNJ ke-76

Berikut kegiatan pekan haul dan harlah ke 76;
1. Lomba Festifal al-Banjari
2. Lomba keilmuan kreatifitas santri
3. Expo UMKM dan Pendidikan
4. Muktamar Pemikiran Mahasantri
5. Talkshow Pendidikan dan UMKM
6. EnjE Festival
7. Jalan sehat
8. Bakti Sosial
9. Panggung Gembira Santri
10. Haul Masyayikh
11. Halaqoh Alumni dan
12. Pengajian Umum (malam Puncak)

Melalui Literasi, Kita Goyangkan Dunia

berita.nuruljadid.net- Lembaga Pembinaan Pondok Mahasiswa (LP. POMAS) Universitas Nurul Jadid (Unuja) menggelar acara refleksi akhir tahun 2024 yang diadakan di Aula II Pondok Pesantren Nurul Jadid. Acara ini dihadiri oleh para mahasiswa, kepala LP. POMAS Moh. Jasri, serta Wakil Rektor III Unuja, Ustadz Hasan Baharun yang memberikan sambutan dalam kegiatan tersebut.

Dalam sambutannya, Ustadz Hasan Harun menyampaikan refleksi tentang perjalanan tahun sebelumnya, yang penuh dengan tantangan dan rintangan dalam menuntut ilmu dan berkhidmat untuk pesantren. “Tentu saja, kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan merupakan ujian untuk mengarungi ombak-ombak godaan seperti rasa malas. Semoga semua itu tenggelam di tahun 2024,” ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya literasi sebagai tolak ukur akademik yang mendorong Unuja untuk terus berkembang. Ia menyatakan bahwa Unuja telah menjadi kiblat dalam konsep literasi ilmiah, yang banyak dicontohkan oleh kampus-kampus lain.

“Sejak 2017, rektor kami menyatakan bahwa Unuja harus memiliki tugas yang berbeda. Alhamdulillah, Unuja telah meluluskan mahasiswa melalui jalur skripsi, jurnal ilmiah, hingga penerbitan buku,” tuturnya.

Selain itu, Direktur Pascasarjana ini menegaskan bahwa meski Unuja berada di lingkungan pesantren, kualitas literasi kampus tidak kalah dengan universitas lain.

“Melalui literasi, kita bisa goyangkan dunia menginspirasi mahasiswa untuk tidak merasa kecil hati,” tegasnya.

Di akhir sambutannya, juga mengajak para peserta untuk melanjutkan studi di Unuja. “Ayo bergabung di Unuja, insyaAllah kalian akan dicetak menjadi kader ilmuwan, santri, dan akademisi yang luar biasa dan berkarakter,” pungkasnya.

Pewarta : Moh. Wildan Dhulfahmi

Editor : Ponirin Mika