Kiai Imdad Tegaskan Tugas Santri di Pesantren: Pahami dan Amalkan Agama

berita.nuruljadid.net- Kepala Biro Pengembangan sekaligus pengampu pengajian sore, Kiai Imdad Rabbani, menegaskan bahwa tugas seorang santri adalah memahami ilmu agama dengan akurat dan mengamalkannya dengan cara mengajarkan ilmu tersebut kepada orang lain.

Pernyataan ini disampaikan Kiai Imdad saat mengajarkan ilmu tauhid menggunakan kitab Kharidatul Bahiyah di Masjid Jami’ Nurul Jadid, Senin (03/03).

“Tugas santri adalah memahami agama dengan baik hingga benar-benar mengerti, dan setelah itu wajib menyampaikannya kepada orang lain dengan bahasa yang mudah dipahami agar orang lain juga dapat memahami apa yang disampaikan,” ungkap Kiai Imdad.

Lebih lanjut, Kiai Imdad mengingatkan bahwa mengikuti tren tanpa pertimbangan dapat menjadikan seseorang terperangkap dalam perbudakan tren tersebut. Hingga membuat dirinya mengeluarkan banyak hal tanpa disadari.

“Ketika kita terjebak mengikuti tren, kita telah menyia-nyiakan nikmat besar yang membedakan manusia dengan binatang, yaitu akal dan kemampuan berpikir,” kata beliau.

Dalam pengajian tersebut, Kiai Imdad juga menjelaskan bahwa tujuan seseorang mempelajari ilmu tauhid adalah untuk menumbuhkan keyakinan yang benar ketika membaca kalimat syahadat, bahwa tidak ada Tuhan yang pantas disembah selain Allah, yang telah menciptakan segalanya.

Untuk menunjukkan sifat “wujud” Allah, Kiai Imdad mengutip contoh dari alam semesta yang mengalami permulaan, yang sebelumnya tidak ada menjadi ada. Menurut beliau, bukti adanya Tuhan dapat dilihat dari alam semesta yang ada.

“Bukti adanya Tuhan bisa kita lihat dari adanya alam semesta ini, yang mengalami permulaan, dari yang sebelumnya tidak ada menjadi ada,” jelas Kiai Imdad.

Di era modern ini, banyak ilmuwan Barat yang memeluk agama Islam setelah menemukan kebenaran yang terkandung dalam Al-Qur’an. Berbagai penemuan ilmiah baru kini telah membuktikan kebenaran Al-Qur’an yang sudah dijelaskan lebih dari 1400 tahun yang lalu.

Di akhir pengajian, Kiai Imdad mengingatkan bahwa seseorang yang merasa sudah tahu akan cenderung berhenti belajar.

“Bahkan seorang yang sangat alim pun, jika berhenti belajar, maka seketika itu dia akan menjadi bodoh,” pungkasnya.

Pewarta : Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor     : Ahmad Zainul Khofi

Kiai Najib Jabarkan Keterkaitan Ayat-ayat dalam Surah Al-Fatihah

berita.nuruljadid.net- Di tengah teriknya matahari, suara pengajian menggema dari Masjid Jami’ Nurul Jadid, menyebar ke segala penjuru. Dalam pengajian tersebut, Kiai Najiburrahman Wahid mengajarkan keterkaitan ayat 5 hingga 7 dari Surah Al-Fatihah kepada para santri pada Senin (03/03).

Kiai Najib menjelaskan makna petikan lafaz اِيَّاكَ نَعْبُدُ (iyyâka na‘budu), bahwa Allah mengajarkan manusia cara memohon yang benar. Dalam kitab Fathul Mun‘in dijelaskan bahwa seseorang diperbolehkan mengulang-ulang bacaan surah Al-Fatihah agar doanya semakin khusyuk.

“Gus Mus pernah memberi ijazah, salah satu cara agar doa dikabulkan adalah dengan membaca ayat kelima Surah Al-Fatihah. Lisan mengucapkan lafaznya, sementara hati meminta pertolongan sesuai dengan hajat masing-masing,” tuturnya.

Pada ayat ke-6, اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ (ihdinash-shirâthal-mustaqîm), Allah mengajarkan manusia cara meminta pertolongan terbaik, yakni dengan menjalankan ibadah yang lurus. Kiai Najib menekankan bahwa semua pekerjaan yang dilakukan dengan kepatuhan kepada Allah akan bernilai ibadah.

“Tak hanya sholat, mencari nafkah yang halal untuk keluarga juga merupakan ibadah di sisi Allah,” ucap beliau.

Lebih lanjut, Kiai Najib mengingatkan jamaah agar tidak mengubah tata cara ibadah mahdhah (ibadah murni) seperti sholat agar terhindar dari kebid‘ahan.

“Kita harus mengikuti petunjuk yang telah diajarkan Nabi. Jangan sampai mengarang sendiri,” tegasnya.

Dalam suasana siang menjelang sore itu, Kiai Najib juga menjelaskan pengertian ijtihad sebagai upaya yang dilakukan secara sungguh-sungguh oleh para pakar untuk menemukan kebenaran.

“Seorang mujtahid yang hasil ijtihadnya benar akan mendapatkan dua pahala, sedangkan jika salah tetap mendapatkan satu pahala,” jelasnya.

Terakhir, Kiai Najib menguraikan maksud dari petikan ayat ke-7, غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ (ghairil-maghdlûbi).

“Ayat ini merujuk pada mereka yang telah mengetahui kebenaran tetapi menolak untuk mengakuinya, seperti bangsa Yahudi yang menolak Nabi akhir zaman meskipun sudah diberikan petunjuk. Oleh karena itu, Allah murka kepada mereka,” pungkasnya.

Pewarta : Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor     : Ponirin Mika

Makna Sholawat dalam Kitab Kharidatul Bahiyah Karangan Syekh Ahmad Ad-Dardiri

berita.nuruljadid.net- Seusai salat Asar, terdengar lantunan nadhom dikumandangkan dari masjid, menandakan bahwa pengajian kitab sore akan segera dimulai. Dalam pengajian tersebut, Gus Imdad Rabbani yang mengampu kitab Kharidatul Bahiyah karangan Syekh Ahmad Ad-Dardiri menjelaskan makna sholawat, pada Minggu (02/03).

Gus Imdad menjelaskan bahwa definisi kata sholawat akan berubah sesuai dengan kepada siapa kata tersebut disandarkan.

“Jika sholawat disandarkan kepada Allah, maka bermakna dzikir. Jika disandarkan kepada manusia, maka bermakna doa. Sedangkan jika disandarkan kepada malaikat, maka bermakna istighfar,” ungkapnya.

Beliau juga memaparkan empat jenis pujian, yaitu:
Pujian Allah untuk diri-Nya sendiri,
Pujian Allah kepada makhluk-Nya,
Pujian makhluk kepada Allah, dan
Pujian antarsesama makhluk.

Gus Imdad menegaskan pentingnya menghormati para sahabat Nabi yang telah banyak berkorban demi Islam.

“Jangan menjadi orang yang tidak tahu berterima kasih. Penghormatan kita kepada para sahabat Nabi adalah bentuk kesadaran bahwa kita berutang budi kepada mereka atas jasa-jasa yang telah mereka berikan,” tegasnya.

Dalam sesi tanya jawab, seorang santriwati menanyakan tentang takdir yang telah ditetapkan Allah.

Gus Imdad menjawab, “Segala sesuatu terjadi karena kekuasaan Allah. Namun, manusia yang sadar dan berakal memiliki pilihan dalam menjalani hidupnya. Orang yang sudah mukalaf akan bertanggung jawab atas semua pilihannya yang berada dalam kendalinya,” ucap beliau.

Lebih lanjut, beliau menegaskan bahwa Allah tidak akan meminta pertanggungjawaban seseorang di luar batas kemampuannya. Hal ini telah Allah pertegas dalam Surah Al-Baqarah ayat 286:

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”

Gus Imdad juga menyampaikan bahwa seseorang yang sepanjang hidupnya rajin beribadah tetapi meninggal dalam keadaan su’ul khotimah biasanya memiliki niat yang tidak tulus dalam beramal.

Terakhir, beliau menuturkan bahwa tujuan utama dalam menuntut ilmu agama adalah membentuk diri menjadi seorang Muslim yang sejati.

“Belajar agama tidak boleh melompat-lompat. Harus bertahap, dan itu sangat penting. Karena belajar bertahap, maka kita harus bersabar,” pungkasnya.

Pewarta : Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor     : Ponirin Mika

Ampu Kitab Karangan Kiai Zaini Mun’im, Kiai Najib Jelaskan Keagungan Ayat Al-Fatihah

berita.nuruljadid.net- Dalam pengajian siang di Masjid Jami’ Nurul Jadid pada Minggu (02/03), Kiai Najiburrahman Wahid menguraikan setiap penggalan kalimat dalam kitab Tafsirul Fatihah karangan Kiai Zaini Mun’im. Pada kesempatan itu, beliau membahas tentang keagungan ayat pertama dalam surah Al-Fatihah.

Menurut Kiai Najib, makna dari ayat pertama Al-Fatihah, yaitu اَلْحَمْدُ (Alhamdu), menunjukkan bahwa segala bentuk pujian pada hakikatnya adalah milik Allah.

“Ketika kita mengagumi seseorang atau sesuatu, kita harus menyadari bahwa Allah-lah yang menciptakan segala hal yang kita kagumi itu. Oleh karena itu, selain memuji ciptaan-Nya, kita tidak boleh lupa kepada Sang Pencipta,” ujar beliau.

Selama di dunia, makhluk mukalaf—yakni manusia dan jin—dibebani dengan perintah dan larangan Allah sebagai ujian hidup. Jika seseorang senantiasa melaksanakan perintah-Nya, maka ia akan selamat. Sebaliknya, jika ia terus-menerus melanggar larangan-Nya, maka ia akan celaka. Agar tidak tersesat, Allah memberikan petunjuk kepada makhluk mukalaf agar mereka dapat berjalan di jalan yang benar menuju keselamatan dan kebahagiaan.

Kiai Najib juga menjelaskan bahwa Allah mendidik manusia baik secara fisik maupun rohani.

“Dari segi jasmani, manusia dirawat melalui mekanisme tubuhnya, seperti antibodi dan sistem pertahanan lainnya. Sedangkan dari segi rohani, Allah merawat manusia dengan menganugerahkan akal sehat, mengutus para rasul, serta menurunkan kitab-kitab suci,” jelasnya.

Lebih lanjut, Kiai Najib menegaskan bahwa hal terpenting dalam kehidupan adalah iman, karena iman merupakan kunci keselamatan di dunia maupun di akhirat.

“Iman seseorang akan bertambah jika ia sering mengkaji ilmu dan berbuat amal saleh. Namun, jika kebodohan dibiarkan, dikhawatirkan imannya akan goyah,” tutur beliau.

Sebagai seorang Muslim, seseorang harus memiliki visi yang jauh ke depan, bukan hanya untuk kehidupan dunia, tetapi juga kehidupan setelah kematian.

Terakhir, Kiai Najib mengungkapkan bahwa puncak kesempurnaan iman adalah kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya melebihi segala sesuatu. Orang beriman yang diberi nikmat akan bersyukur, sedangkan ketika diuji dengan cobaan, ia akan bersabar dalam menghadapinya.

“Orang yang imannya kuat akan terbebas dari rasa waswas. Namun, jika imannya lemah, ia akan menjadi penakut,” pungkasnya.

Pewarta : Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor     : Ponirin Mika

Kiai Zuhri Zaini Berikan Wejangan Menjelang Kegiatan Semarak Ramadhan

berita.nuruljadid.net- Sebelum dimulai detik-detik pembukaan kegiatan semarak Ramadhan, panitia memberikan kesempatan kepada Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, Kiai Zuhri Zaini, untuk memberikan wejangan terkait bulan Ramadhan. Acara tersebut berlangsung di Aula 2 PPNJ, Selasa (25/02).

Dalam tausiyahnya, Kiai Zuhri menyampaikan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh kemuliaan. Pasalnya, di bulan yang suci ini, Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat manusia. Al-Qur’an yang diturunkan melalui Nabi Muhammad SAW, diharapkan menjadi petunjuk hidup agar umat manusia tidak kebingungan dalam menjalani kehidupan.

“Al-Qur’an turun sebagai pedoman hidup. Tidak hanya sekadar dibaca, tetapi juga harus dikaji, dipahami, dan diamalkan,” ujar Kiai Zuhri.

Dengan diturunkannya Al-Qur’an, Allah memerintahkan umat manusia untuk mensyukuri anugerah besar tersebut dengan cara berpuasa. Menurut Kiai Zuhri, bersyukur tidak selalu harus dilakukan dengan makan bersama, melainkan melalui puasa sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Pencipta.

“Puasa merupakan bentuk syukur kepada Allah. Dengan berpuasa, kita melatih diri untuk mengendalikan nafsu, sehingga mampu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya,” tambahnya.

Kiai Zuhri menjelaskan, untuk mengamalkan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, manusia harus mampu melawan hawa nafsu. Oleh karena itu, puasa di bulan Ramadhan menjadi sarana untuk melatih diri agar mampu mengendalikan nafsu dan menahan diri dari hal-hal yang dapat merugikan.

“Jika kita dapat mengendalikan nafsu, kita akan mudah untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya,” tegasnya.

Lebih lanjut, dalam kesempatan tersebut, Kiai Zuhri mengingatkan kepada para santri untuk membiasakan diri melakukan hal-hal yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Ia menekankan bahwa apapun yang dilakukan secara rutin, akan menjadi kebiasaan.

“Tentu saja kebiasaan itu tidak selalu baik. Ada kebiasaan baik dan buruk. Maka, jika ingin terbiasa dengan sesuatu, biasakanlah hal-hal yang baik,” tuturnya.

Kiai Zuhri juga menegaskan bahwa salah satu tanda diterimanya ibadah adalah rasa semangat yang muncul untuk melaksanakan ibadah tersebut dengan lebih baik lagi. Oleh karena itu, ia mengajak para santri untuk menjalankan puasa dengan sehat agar bisa mendapatkan hikmah dari ibadah puasa.

Terakhir, Kiai Zuhri mengingatkan agar para santri tidak menganggap puasa sebagai beban yang berat.

“Puasa itu menyehatkan, baik secara fisik maupun mental, asalkan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Jadi, jangan melihat puasa sebagai hal yang berat, tetapi sambutlah dengan kegembiraan karena ini kesempatan untuk meningkatkan kesehatan dan keilmuan kita,” pungkas Kiai Zuhri.

Pewarta : Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor     : Ahmad Zainul Khofi

 

Semarak Ramadhan di Pesantren Nurul Jadid: Berkah Ibadah dan Kreativitas Santri

berita.nuruljadid.net- Pondok Pesantren Nurul Jadid (PPNJ) kembali menggelar kegiatan Semarak Ramadhan sebagai bagian dari tradisi tahunan dalam menyambut bulan suci. Acara ini resmi dibuka pada Selasa (25/02) di Aula 1 PPNJ dan akan berlangsung hingga 15 Ramadhan, dua hari sebelum kepulangan santri.

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas ibadah dan memperkaya pengalaman spiritual santri. Sebelum acara utama dimulai, panitia menampilkan berbagai kreasi seni dari perwakilan lembaga guna menambah semarak dan menghilangkan kejenuhan santri.

Sekretaris Pondok Pesantren Nurul Jadid, Tahiruddin, dalam sambutannya menjelaskan bahwa Semarak Ramadhan akan diisi dengan berbagai program utama, seperti pengajian kitab yang dilaksanakan pagi, siang, dan sore hari sesuai jadwal pengampu.

“Selain pengajian, kami juga menggelar bazar ta’jil menjelang berbuka puasa, iftar bersama, patroli sahur, serta santunan untuk anak yatim,” ujar Tahiruddin.

Tak hanya berfokus pada ibadah, Semarak Ramadhan juga menghadirkan program pengembangan keterampilan bagi santri, seperti jurnalistik, desain grafis, dan public speaking. Selain itu, kelas intensif penguatan bahasa Arab, ilmu alat, serta pembinaan Al-Qur’an turut menjadi bagian dari rangkaian acara. Sebagai puncak kegiatan, acara akan ditutup dengan majelis sholawat bersama Majelis Ahbabul Musthofa.

Tahiruddin berharap kegiatan ini dapat membentuk santri yang lebih terampil dan berkembang, baik dalam aspek spiritual maupun keterampilan praktis, sehingga mereka siap menghadapi tantangan di masa depan.

Pewarta : Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor     : Ponirin Mika

Pelantikan Anggota Pramuka Penggalang Ramu Angkatan VI MI Nurul Mun’im Berlangsung Khidmat

berita.nuruljadid.net– Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Mun’im menggelar pelantikan anggota Pramuka Penggalang Tingkat Ramu Angkatan VI pada Ahad, 23 Februari 2025. Acara yang berlangsung dari pukul 14.00 hingga 15.00 WIB ini diikuti oleh 15 peserta didik yang telah menyelesaikan Syarat Kecakapan Umum (SKU) tingkat Ramu.

Pelantikan dipimpin langsung oleh Bapak Mujiburahman Bakri, selaku Pembina Apel Pelantikan Pramuka Penggalang MI Nurul Mun’im. Turut hadir dalam acara tersebut para pembina lainnya, yakni Kak Umar Falas (Wakil Kepala Bidang Kesiswaan), Kak Muhammad Syarqowi (Pembina Gugus Depan), Kak Roisul Arifin (Pembina Satuan Putra), dan Kak Wildatus Sholehah (Pembina Satuan Putri).

Prosesi pelantikan berlangsung khidmat, diawali dengan pembacaan Ikrar Trisatya oleh para peserta. Selanjutnya, penyematan Tanda Kecakapan Umum (TKU) Ramu dilakukan oleh Bapak Mujiburahman Bakri, diikuti prosesi siraman bunga sebagai simbol penyegaran dan harapan agar para anggota baru dapat mengharumkan nama baik almamater serta menjadi pemimpin di masa depan.

Selain pelantikan, acara ini juga menjadi ajang penghargaan bagi peserta didik teraktif selama semester ganjil tahun ajaran 2024/2025. Penghargaan diberikan kepada peserta dengan tingkat kehadiran 100% dalam kegiatan Pramuka, sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi dan kedisiplinan mereka.

Dalam sambutannya, Bapak Mujiburahman Bakri menyampaikan rasa bangga atas keaktifan serta eksistensi kegiatan Pramuka di MI Nurul Mun’im. Beliau berharap semangat dan prestasi ini dapat menjadi contoh bagi lembaga-lembaga lain. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada pihak madrasah dan pimpinan, khususnya di lingkungan Pondok Pesantren Nurul Jadid, atas dukungan penuh terhadap kegiatan Pramuka.

Pelantikan ini menjadi momen bersejarah bagi anggota Pramuka Penggalang Ramu Angkatan VI, sekaligus motivasi bagi mereka untuk terus berkembang serta berkontribusi positif bagi madrasah dan masyarakat.

Pewarta : Kadafi Ananda
Editor     : Ponirin Mika

Wisuda Mahasantri Ma’had Aly: Gus Fayyadl Tekankan Pentingnya Belajar dan Mengaji Sepanjang Hayat

berita.nuruljadid.net– Mudir Ma’had Aly Pondok Pesantren Nurul Jadid, Kiai Muhammad Al-Fayyadl, secara resmi melantik 93 wisudawan dan wisudawati program Marhalah Ula (M.1) dan Marhalah Tsani (M.2) dalam acara wisuda tahunan yang berlangsung pada 22-23 Februari 2025. Wisuda ini menjadi momentum penting dalam mencetak kader ulama dan intelektual yang siap menghadapi tantangan zaman.

Dalam sambutannya, Gus Fayyadl menyampaikan bahwa wisuda bukan sekadar seremoni akademik, tetapi juga bentuk rasa syukur atas nikmat ilmu yang telah diberikan Allah melalui bimbingan para masyayikh, dosen, dan pengurus Ma’had Aly selama satu tahun terakhir.

“Acara ini adalah ungkapan rasa syukur atas ilmu yang telah dianugerahkan Allah kepada para mahasantri melalui bimbingan para guru. Ini juga menjadi ajang silaturahmi dan refleksi atas perjalanan panjang mereka dalam menuntut ilmu,” tuturnya.

Beliau menjelaskan bahwa sebelum mencapai tahap ini, para mahasantri telah melalui berbagai fase pendidikan, dimulai dari pra-Ma’had Aly, di mana mereka dibimbing dengan kitab-kitab dasar, hingga proses pembelajaran intensif selama empat tahun atau lebih. Wisuda ini menjadi penanda keberhasilan mereka dalam menyelesaikan tugas akhir berupa kajian ilmiah dalam bahasa Arab atau syarah atas kitab-kitab klasik.

Gus Fayyadl menekankan bahwa wisuda bukanlah akhir dari perjalanan ilmu. Ia mengingatkan para mahasantri untuk terus belajar dan mengaji sepanjang hayat, sebagaimana tujuan didirikannya Ma’had Aly oleh para masyayikh.

“Ma’had Aly ini didirikan bukan hanya untuk mencetak lulusan, tetapi untuk melahirkan orang-orang yang tekun mengaji, terus belajar, dan mengajarkan kitab kuning,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu, Gus Fayyadl juga menyampaikan pesan dari Mudir ke-2 Ma’had Aly, almarhum Kiai Romzi Al-Amiri Mannan, yang menekankan pentingnya pengembangan lembaga ini sejak didirikan pada tahun 2004. Salah satu amanatnya adalah agar para mahasantri tidak hanya menjadi kader ulama, tetapi juga intelektual yang mampu menulis karya ilmiah.

“Almarhum Kiai Romzi berpesan, kalau bisa, anak-anak diajari menulis. Karena itu, saya mewajibkan mahasantri untuk menulis, agar mereka bisa menjadi mushonnif (pengarang) yang andal, bukan sekadar ulama, tetapi juga intelektual,” ujarnya.

Selama tahun ajaran berlangsung, Ma’had Aly telah menjalin kerja sama dengan Lembaga Pengembangan Pesantren dan Diniyah (LPPD) Provinsi Jawa Timur serta Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) sejak tahun 2021. Selain itu, Ma’had Aly juga mengirimkan mahasantri dalam program pengabdian ke 13 pondok pesantren di Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sumatera.

“Ini adalah harapan dari pondok pesantren, agar kebermanfaatan ilmu yang diperoleh para mahasantri juga bisa dirasakan oleh masyarakat luas,” pungkas Gus Fayyadl.

Pewarta : Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor     : Ponirin Mika

Dalam Sepekan, LIPS Nurul Jadid Sabet Enam Gelar Juara Nasional

berita.nuruljadid.net – Prestasi gemilang kembali ditorehkan oleh siswa Language Intensive Programs of SMP Nurul Jadid (LIPS). Dalam kurun waktu sepekan, mereka berhasil meraih enam gelar juara dalam ajang kompetisi kebahasaan tingkat nasional yang digelar di dua lokasi berbeda, yakni MBI Big Fair Mojokerto dan Gebyar Nasional MA Annuqayah Madura.

Kejuaraan yang berlangsung pada 15–22 Februari 2025 itu melibatkan kompetisi pidato dan bercerita dalam Bahasa Inggris dan Arab. Di ajang Gebyar Nasional MA Annuqayah Madura, tiga siswa LIPS menunjukkan kepiawaian mereka, yakni M. Ubaidillah meraih Juara 1 Pidato Bahasa Inggris, Azman Ribbyl Hasan meraih Juara 2 Pidato Bahasa Arab, dan Reifal Aprilio Juara 3 Pidato Bahasa Inggris.

Sementara itu, pada MBI Big Fair Mojokerto, Azman Ribbyl Hasan kembali meraih trofi, yakni Juara 1 Pidato Bahasa Arab, kemudian Selviana Risvi meraih Juara 2 Pidato Bahasa Inggris, serta Siti Hafizzahro Putri M.O. meraih gelar Runner-Up dalam kategori Bercerita Bahasa Inggris.

Pembina lomba, Ridwan Adi Wijaya, mengungkapkan bahwa setiap dari mereka menghadapi tantangan berbeda dalam tiap kompetisi. Khusus di ajang Gebyar Nasional MA Annuqayah Madura, peserta harus melewati seleksi daring sebelum bertanding secara langsung di babak grand final. Sementara itu, di MBI Big Fair Mojokerto, para peserta langsung berkompetisi secara tatap muka.

“Masing-masing event memiliki tantangan tersendiri. Ada peserta yang menghadapi kesulitan dalam proses perekaman video untuk seleksi daring, sementara yang bertanding langsung di lokasi harus berhadapan dengan rasa gugup sebelum tampil,” ungkap Ridwan.

Namun, lanjut Ridwan, berkat kerja keras dan ketekunan dalam latihan, para santri mampu membuktikan bahwa mereka layak bersaing di kancah nasional. Ridwan menambahkan bahwa selain berlatih, santri tersebut juga tekun mengikuti program-program pembelajaran bahasa di Asrama LIPS, sehingga mereka mampu tampil sejajar dengan peserta dari berbagai lembaga di luar pesantren.

“Semoga pencapaian ini menjadi motivasi bagi teman-teman santri lainnya untuk terus mengasah bakat dan keberanian untuk berkompetisi di tingkat yang lebih luas,” pungkasnya.

 

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

Pengurus Daerah dan Wilayah Resmi Dilantik, Gus Hilman Beri Motivasi Pengabdian

berita.nuruljadid.net – Kepala Biro Kepesantrenan Pondok Pesantren Nurul Jadid, Kiai Ahmad Madarik, resmi melantik 205 Pengurus Daerah dan Wilayah Syekh Jumadil Kubro periode 2025-2027 di Masjid Jami’ Nurul Jadid pada Sabtu (21/02/25). Pelantikan ini merupakan kegiatan rutin Biro Kepesantrenan yang diadakan setiap dua tahun sekali demi menjaga keberlanjutan generasi pengurus wilayah maupun daerah.

Dalam kesempatan tersebut, Wakil Kepala I Biro Kepesantrenan, KH. M. Zidny Hilman menekankan bahwa melakukan pengabdian di tempat dirinya menimba ilmu adalah kesempatan yang tak semua orang bisa dapatkan.

“Banyak santri yang memiliki kesempatan untuk belajar dan menimba ilmu di pesantren, namun tidak semua orang memiliki kesempatan untuk melakukan pengabdian kepada pesantren,” tuturnya.

Selain itu, Gus Hilman juga menjabarkan berbagai jenis pengabdian, yaitu mengabdi kepada Allah SWT dengan melakukan ibadah atau melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya. Kemudian pengabdian terhadap pesantren, yakni bukan tentang diangkatnya seseorang tersebut menjadi pengurus melainkan bagaimana cara ia mengemban tugas pengabdian dengan baik.

Menurut Gus Hilman, seorang muslim memiliki sesuatu yang begitu mahal di dalam dirinya. Sesuatu tersebut adalah hidayah, sebab tidak semua orang bisa mendapatkan sebuah hidayah. Beliau memberi contoh Abu Thalib yang selalu menjadi tameng Nabi Muhammad SAW dalam melakukan dakwah, namun wafat tanpa membawa iman.

“Semoga dengan adanya pengabdian ini, kita semua bisa mendapatkan hidayah,” ujarnya disusul oleh para calon pengurus yang mengamini.

Tidak ada rasa nyaman dan enak, lanjut beliau, selama pengabdian tersebut dilakukan dengan sungguh-sungguh. Menurut beliau, apabila terdapat pengurus yang begitu nyaman dengan dedikasinya, maka pengurus tersebut telah keliru dalam memahami arti pengabdian itu sendiri.

Tak hanya itu, Gus Hilman juga mewanti-wanti calon pengurus untuk kembali memperbaiki niat pengabdian.

“Perbaiki niatnya menjadi baik. Niatkan dalam hati bahwa saya ingin diakui sebagai Santri Nurul Jadid dan membantu meringankan beban-beban masyayikh dalam mengurus santri,” pungkasnya.

 

Pewarta: Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Ma’had Aly Nurul Jadid Akan Gelar Wisuda Akbar ke-11, Sebanyak 113 Mahasantri Siap Diwisuda

berita.nuruljadid.net – Ma’had Aly Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, akan menggelar Wisuda Akbar ke-XI bagi mahasiswa program Marhalah Ula (M.1) dan Marhalah Tsani (M.2) pada 22-23 Februari 2025. Acara ini menjadi momentum penting dalam meneguhkan komitmen lembaga dalam mencetak kader ulama yang memiliki wawasan keislaman mendalam serta mampu menjawab tantangan zaman.

Ketua Panitia Wisuda Akbar ke-XI, Sairafi mengungkapkan bahwa, acara wisuda ini akan dihadiri oleh berbagai tokoh, termasuk Dr. KH. A. Muhyiddin Khatib, M.HI, yang merupakan anggota Majelis Masyayikh Kementerian Agama RI bidang Fikih dan Ushul Fikih.

“Sementara, kegiatan wisuda akan dibagi menjadi dua rangkaian besar, yakni pada Sabtu malam (22/02) yang berfokus pada demonstrasi wisudawan mahasantri pra Ma’had aly. Sedangkan acara inti wisuda akan dilaksanakan pada keesokan harinya, yakni Ahad (23/02), dengan rangkaian utama: prosesi pengukuhan, ikrar, serta orasi ilmiah,” imbuh Sairafi.

Menurut Sairafi, data wisudawan Ma’had Aly Nurul Jadid pada tahun ini terdiri dari Mahasantri Pra Ma’had Aly sebanyak 15 Mahasantri program tamhidiyah, 5 Mahasantri program I’dadiyah; Mahasantri Marhalah Ula (M1/S1) sebanyak 85 Mahasantri; dan Mahasantri Marhalah Tsani (M2/S2) sebanyak 8 Mahasantri.

Informasi Program Pembelajaran di Ma’had Aly Nurul Jadid

Selain itu, Sairafi menerangkan tentang program pembelajaran di Ma’had Aly. Menurutnya program pra Mahad Aly merupakan pembelajaran persiapan bagi Mahasantri yang belum memiliki skill keilmuan dasar untuk memahami kitab kuning. Program pra Mahad Aly ada dua kelas, yakni kelas tamhidiyah dan I’dadiyah.

“Sebenarnya materi yang dipelajari oleh mahasantri di program pra Mahad Aly memiliki kesamaan, yakni para mahasantri wajib mempelajari kitab Fathul Qorib. Sedangkan yang membedakan adalah di kelas tamhidiyah, para mahasantri fokus mempelajari cara membaca kitab tanpa harakat beserta kedudukan nahwu shorofnya. Sedangkan di kelas I’dadiyah, para mahasantri fokus memahami dan menjelaskan makna teks kitab Fathul Qorib,” terangnya.

Untuk program M1, lanjut Sairafi, pembelajaran perkuliahan yang ditempuh selama 4 tahun. Para mahasantri wajib menuntaskan pembelajaran kurikulum akademik dan takhossus sesuai dengan kriteria minimal nilai yang telah ditetapkan. Di akhir semester, para mahasantri wajib mengerjakan tugas akhir berbahasa arab berupa Syarah kitab, nadzam, skripsi (Bahtsul ilmi) atau jurnal (risalah ilmiah).

“Sedangkan untuk Marhalah Tsaniyah merupakan program setara S2 di perguruan tinggi. Waktu pembelajaran ditempuh selama dua tahun sesuai dengan kurikulum pembelajaran yang telah ditetapkan. Di akhir semester, para mahasantri wajib membuat tugas akhir berupa tesis atau Syarah kitab,” katanya.

Dengan digelarnya Wisuda Akbar ke-XI ini, Ma’had Aly Nurul Jadid semakin meneguhkan perannya sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam yang berkomitmen melahirkan generasi tafaqquh fi ad-din, siap mengemban amanah sebagai ulama yang kompeten dan berkontribusi bagi masyarakat.

 

Pewarta: Alfin Haidar Ali
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Pesantren Sunan Drajat Lamongan Kunjungi Nurul Jadid, Bahas Program Khusus Santri Baru

berita.nuruljadid.net – Sebanyak 34 pimpinan yayasan dan lembaga pendidikan dari Pondok Pesantren Sunan Drajat, Lamongan, Jawa Timur, melakukan kunjungan studi Pengenalan Lingkungan Pesantren (PLP) ke Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, pada Rabu (19/02/2025). Rombongan terdiri dari 24 peserta putra dan 10 peserta putri.

Koordinator rombongan, Ainur Rofiq, menyampaikan bahwa kunjungan ini bertujuan untuk mempelajari sistem pengenalan lingkungan pesantren bagi santri baru yang diterapkan di Pesantren Nurul Jadid.

“Saya mendengar bahwa Pesantren Nurul Jadid memiliki program pendalaman furudlul ‘ainiyah bagi santri baru selama tiga bulan. Program ini menarik untuk kami pelajari karena mampu membantu santri beradaptasi dengan lingkungan pesantren dengan lebih baik,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa pendekatan yang diterapkan di Pesantren Nurul Jadid dalam program ini menjadi salah satu faktor yang membuat santri merasa nyaman dan betah di lingkungan pondok. Hal inilah yang mendorong pihaknya untuk melakukan studi banding.

Rofiq berharap agar kunjungan ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan lebih lanjut mengenai konsep serta tata laksana pengenalan lingkungan pesantren yang diterapkan di Nurul Jadid.

“Kami berharap Pesantren Nurul Jadid dapat berbagi pengalaman serta memberikan pembekalan terkait strategi yang telah mereka terapkan dalam mengenalkan lingkungan pesantren kepada santri baru,” tambahnya.

Sementara itu, perwakilan dari Pesantren Nurul Jadid, Kepala Biro Pendidikan, Kiai Ahmad Zaki, mengapresiasi kunjungan ilmiah tersebut. Beliau menilai bahwa pertukaran wawasan semacam ini sangat bermanfaat bagi kedua pihak.

“Kami menganggap ini sebagai kesempatan untuk saling berbagi pengetahuan. Banyak juga program unggulan dari Pesantren Sunan Drajat yang bisa kami pelajari dan terapkan,” ujarnya.

Menyoal acara, kegiatan kunjungan belajar ini dikemas dalam bentuk dialog interaktif antara pimpinan yayasan dan lembaga pendidikan dari kedua pesantren.

“Melalui diskusi dan dialog interaktif ini, diharapkan materi yang dibutuhkan dapat tersampaikan dengan baik, sehingga bisa menjadi referensi bagi pengembangan sistem pengenalan lingkungan pesantren di masing-masing lembaga,” kata Miftahul Huda, Kepala Bagian I Sekretariat Pesantren Nurul Jadid.

Sebelum sesi dialog berlangsung, Miftahul Huda juga memberikan pemaparan mengenai struktur organisasi, tugas pokok, serta fungsi dari sistem pengenalan lingkungan pesantren yang telah diterapkan di Pesantren Nurul Jadid.

Kunjungan ini diharapkan dapat memperkuat kolaborasi antar lembaga pesantren dalam mengembangkan sistem pendidikan berbasis pesantren yang lebih baik dan adaptif terhadap kebutuhan santri.

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

Pesantren Nurul Jadid Gandeng Yayasan Haji Mohammad Cheng Hoo Indonesia Gagas Program ToSan untuk Pemberdayaan Santri

berita.nuruljadid.net – Pesantren Nurul Jadid bersama Yayasan Haji Mohammad Cheng Hoo Indonesia menggagas program ToSan (Toko Santri) dan Karang Taruna dalam rangka pemberdayaan ekonomi santri dan masyarakat sekitar. Pembicaraan mengenai konsep ini sebenarnya sudah dilakukan sejak lama dengan KH. Abdul Hamid Wahid, namun sempat tertunda karena kesibukan masing-masing pihak. Alhamdulillah, pada Harlah ke-76 Pondok Pesantren Nurul Jadid, program ini akhirnya terlaksana dan disambut baik oleh banyak pihak, termasuk H.M Turino Junaidi, Ketua Forum Komunikasi Pengusaha (Forkas) yang anggotanya terdiri dari lebih 60 asosiasi di Jawa Timur dan Jakarta. Hal ini disampaikan oleh H. Nurawi, Ketua Yayasan Haji Moh Cheng Hoo Indonesia pada Ahad (26/01/2025).

H. Nurawi mengungkapkan bahwa kolaborasi antara asosiasi perusahaan, terutama yang ada di Pondok Pesantren, akan memperkuat program ToSan di Pesantren Nurul Jadid. Yang lebih menggembirakan lagi, pengusaha nasional, seperti Alim Markus dari Maspion Group, juga memberikan dukungan penuh terhadap konsep ini. Menurut H. Nurawi ini adalah bentuk komitmen dari kalangan pengusaha yang mendukung perkembangan Pondok Pesantren Nurul Jadid yang semakin modern dan bijak dalam mengikuti perkembangan zaman.

“Semoga dengan terlaksananya program ini, Pesantren Nurul Jadid dan alumni-alumninya dapat memperoleh manfaat yang besar dan kontribusi positif bagi kemajuan masyarakat, umat Islam, dan bangsa,” harap H. Nurawi

Subiyantoro/pak bin Pengurus Yayasan Haji Moh Cheng Hoo di bidang pemberdayaan ekonomi, menyampaikan bahwa pertemuan dengan Bapak HM Turino Junaidi sebagai Ketua Forkas, Bu April Widayanti sebagai Ketua Hippindo Jatim, serta pengusaha Gedung, kemarin sangat bermanfaat. Dalam pertemuan tersebut, baik Kiai Hamid maupun H Nurawi menyampaikan pemikiran-pemikiran yang penting, yang akan berkolaborasi antara Yayasan Haji Moh Cheng Hoo Indonesia Pesantren Nurul Jadid, Hebitren, dan Forkas untuk menciptakan dampak luar biasa terhadap kemajuan Pesantren. Pertemuan lanjutan pun akan dilakukan untuk lebih merumuskan konsep-konsep yang dapat diterapkan secara konkret.

“Pertemuan ini sangat memberi manfaat, karena kami percaya jaringan yang kuat di Jawa Timur akan memberikan dampak positif yang signifikan bagi Pesantren Nurul Jadid,” tambah Subiyantoro/pak bin

KH. Abdul Hamid, melalui akun Facebook-nya, mengungkapkan kegembiraannya atas kedatangan Pak Torino Junaidi dan Bu April Wahyu. “Alhamdulillah, kita menjajaki kerjasama dan kolaborasi dalam pengembangan ekonomi masyarakat,” tulisnya.

Dengan adanya program ToSan dan kolaborasi ini, diharapkan Pesantren Nurul Jadid dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi umat, bangsa, dan negara.

 

Pewarta     : Kadafi Ananda

Editor        : Ponirin Mika

Pesantren Nurul Jadid Paiton Capai Prestasi Internasional dengan Sertifikat ISO 21001:2018

berita.nuruljadid.net– Jutaan pasang mata alumni, wali santri, dan masyarakat menyaksikan penyerahan Sertifikat ISO 21001:2018 kepada Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton dari PT Global Certification Indonesia, baik secara langsung maupun virtual, pada acara Haul Masyayikh dan Hari Lahir (Harlah) ke-76 Pondok Pesantren Nurul Jadid, Ahad (25/01/25). Penyerahan sertifikat dilakukan oleh Ir. Titis Arganto Aryoseno, M.M., dan Ir. Sunarwanto kepada KH. Moh. Zuhri Zaini (Pengasuh) dan KH. Abdul Hamid Wahid (Kepala Pesantren).

Kepala Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Abdul Hamid Wahid, mengungkapkan bahwa keberhasilan memperoleh sertifikat ISO ini merupakan langkah konkret untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan manajemen di pesantren.

“Pondok Pesantren Nurul Jadid berhasil memperoleh sertifikat ISO 21001:2018, standar internasional untuk sistem manajemen organisasi pendidikan. Dengan penerapan ISO ini, kami berharap dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan manajemen di pesantren serta memastikan bahwa setiap program yang kami jalankan benar-benar bermanfaat bagi umat dan masyarakat,” ungkapnya.

KH. Hamid menambahkan, penerapan ISO 21001:2018 bertujuan untuk memastikan bahwa seluruh kegiatan pendidikan di pesantren berjalan dengan lebih terstruktur, terukur, efisien, dan profesional.

“Dengan sistem manajemen yang lebih baik, kami berharap dapat memberikan pengalaman belajar yang optimal dan maksimal bagi para santri, serta memperbaiki pelayanan sosial, ekonomi, dan kesehatan yang kami jalankan untuk masyarakat,” imbuhnya. Ia juga berharap, dengan standar internasional ini, kemanfaatan Pondok Pesantren Nurul Jadid untuk umat dapat semakin dirasakan dan lebih luas lagi. Apalagi, dalam Pengembangan Induk Pesantren (PIP), pondok menetapkan bahwa pada tahun 2040 lembaga ini akan menjadi institusi dengan reputasi dunia.

Selanjutnya, Bupati Bondowoso yang baru saja terpilih menegaskan, ISO dalam Sistem Manajemen Operasional Pendidikan (SMOP) akan mendudukkan pembelajaran dan pengajaran di Pondok Pesantren Nurul Jadid sebagai bagian penting dalam peningkatan manajemen melalui penyusunan PDCA (Plan, Do, Check, Act) atau PPEPP (Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan, Evaluasi, dan Pengendalian) secara saksama.

“Pengelolaan pendidikan di pesantren tidak hanya diaudit oleh auditor internal, tetapi juga eksternal. Dengan demikian, penjaminan mutu menjadi pondasi kuat untuk pengelolaan pesantren, yang selama ini dilakukan secara alamiah,” pungkasnya.

Sebagai inisiator, Dody Heral Ardiansyah, S.Psi, menegaskan bahwa sertifikat ISO bukan hanya sekadar selembar kertas, melainkan sebagai bukti penerapan pola kerja keras, cerdas, dan tuntas dalam mengelola pesantren.

“Pesantren Nurul Jadid Paiton dengan pengelolaan manajemen yang baik dan berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang bermutu, layak untuk mendapatkan sertifikat ISO 21001:2018,” ujarnya.

Pewarta : Shelma Nasywa Ramadhani Munir
Editor     : Ponirin Mika

Refleksi Harlah ke-76 Ponpes Nurul Jadid: Dari Santri untuk Negeri

berita.nuruljadid.net- Pengajian umum dalam rangka memperingati Haul Masyayikh dan Hari Lahir ke-76 Pondok Pesantren Nurul Jadid (PPNJ) berlangsung khidmat. Kegiatan tersebut dihadiri oleh ribuan wali santri, simpatisan, dan alumni, Ahad (26/01/2025).

KH. Najiburrahman mewakili Kepala Ponpes Nurul Jadid KH Abdul Hamid untuk menyampaikan amanatnya terkait perjalanan PPNJ di usianya yang telah menginjak 76 tahun.

“Di usia yang sudah cukup matang ini, Ponpes Nurul Jadid senantiasa berusaha untuk memberikan sumbangan yang nyata bagi umat, khususnya dalam mendidik generasi yang tidak hanya cerdas dalam ilmu keagamaan tapi juga mampu memikul memanggul tanggung jawab sosial, kultural, dan politik untuk mewujudkan kemaslahatan kehidupan manusia,”, ungkap Kiai Najib.

Beliau juga mengungkapkan alasan mengapa harlah tahun ini mengusung tema “Pesantren Berdaya, Indonesia Jaya”, adalah untuk menegaskan bahwa pesantren yang berdaya tidak hanya mampu mewujudkan generasi yang berilmu, tapi juga mengamalkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk pengembangan berbagai aspek di kehidupan masyarakat.

Wakil Kepala satu PPNJ itu menegaskan kembali bahwa dalam perjalananya, PPNJ tidak hanya memfokuskan pengajaran pada ilmu agama namun juga mengajarkan beberapa ilmu yang menjadi faktor pendukung pemberdayaan pesantren.

Di sela-sela sambutannya, beliau mengucapkan rasa syukur karena (PPNJ) telah mendapat sertifikasi ISO yang merupakan standar internasional untuk sistem manajemen orgasnisasi pendidikan. Kiai Najib juga mengatakan bahwa PPNJ selalu berusaha memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam penutupnya Kiai Najib berharap agar PPNJ semakin berjaya, semakin berkembang dan terus memberi sumbangan nyata bagi kemajuan masyarakat, umat islam, dan bangsa dan negara.

Pewarta : Kadafi Ananda
Editor     : Ponirin Mika