Makna Sholawat dalam Kitab Kharidatul Bahiyah Karangan Syekh Ahmad Ad-Dardiri
berita.nuruljadid.net- Seusai salat Asar, terdengar lantunan nadhom dikumandangkan dari masjid, menandakan bahwa pengajian kitab sore akan segera dimulai. Dalam pengajian tersebut, Gus Imdad Rabbani yang mengampu kitab Kharidatul Bahiyah karangan Syekh Ahmad Ad-Dardiri menjelaskan makna sholawat, pada Minggu (02/03).
Gus Imdad menjelaskan bahwa definisi kata sholawat akan berubah sesuai dengan kepada siapa kata tersebut disandarkan.
“Jika sholawat disandarkan kepada Allah, maka bermakna dzikir. Jika disandarkan kepada manusia, maka bermakna doa. Sedangkan jika disandarkan kepada malaikat, maka bermakna istighfar,” ungkapnya.
Beliau juga memaparkan empat jenis pujian, yaitu:
Pujian Allah untuk diri-Nya sendiri,
Pujian Allah kepada makhluk-Nya,
Pujian makhluk kepada Allah, dan
Pujian antarsesama makhluk.
Gus Imdad menegaskan pentingnya menghormati para sahabat Nabi yang telah banyak berkorban demi Islam.
“Jangan menjadi orang yang tidak tahu berterima kasih. Penghormatan kita kepada para sahabat Nabi adalah bentuk kesadaran bahwa kita berutang budi kepada mereka atas jasa-jasa yang telah mereka berikan,” tegasnya.
Dalam sesi tanya jawab, seorang santriwati menanyakan tentang takdir yang telah ditetapkan Allah.
Gus Imdad menjawab, “Segala sesuatu terjadi karena kekuasaan Allah. Namun, manusia yang sadar dan berakal memiliki pilihan dalam menjalani hidupnya. Orang yang sudah mukalaf akan bertanggung jawab atas semua pilihannya yang berada dalam kendalinya,” ucap beliau.
Lebih lanjut, beliau menegaskan bahwa Allah tidak akan meminta pertanggungjawaban seseorang di luar batas kemampuannya. Hal ini telah Allah pertegas dalam Surah Al-Baqarah ayat 286:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
Gus Imdad juga menyampaikan bahwa seseorang yang sepanjang hidupnya rajin beribadah tetapi meninggal dalam keadaan su’ul khotimah biasanya memiliki niat yang tidak tulus dalam beramal.
Terakhir, beliau menuturkan bahwa tujuan utama dalam menuntut ilmu agama adalah membentuk diri menjadi seorang Muslim yang sejati.
“Belajar agama tidak boleh melompat-lompat. Harus bertahap, dan itu sangat penting. Karena belajar bertahap, maka kita harus bersabar,” pungkasnya.
Pewarta : Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor : Ponirin Mika
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!