Kiai Najib Wahid: Ibadah Adalah Ketundukan Batin kepada Allah

berita.nuruljadid.net- suasana pesantren kembali hidup setelah istirahat siang dengan lantunan nadham yang mengiringi para santri menuju pengajian. Dalam kesempatan itu, Kiai Najiburrahman Wahid menyampaikan bahwa ibadah sejatinya adalah bentuk ketundukan batin kepada Allah.

“Ibadah merupakan ketundukan yang muncul karena perasaan batin bahwa yang disembah adalah dzat yang maha agung, memiliki kekuasaan yang tidak bisa dicapai akal seluruh makhluk,” tutur Kiai Najib di hadapan para santri.

Menurutnya, manusia memiliki keterbatasan dalam memahami hakikat Tuhan. Bahkan, untuk mengetahui batas alam semesta pun hingga kini masih menjadi misteri. Karena itu, beliau berpesan agar santri tidak berusaha menggambarkan Tuhan secara fisik, melainkan cukup meyakini keberadaan-Nya.

“Dalam aspek dimensi ruang, kita tidak pernah tahu ujung alam semesta ini di mana. Apalagi dalam aspek waktu, apakah kita tahu apa yang terjadi miliaran tahun yang lalu? Oleh karena itu, kita jangan sok memahami Tuhan seperti apa. Makhluk-Nya saja tidak bisa kita pahami sepenuhnya, apalagi Pencipta-Nya. Kita cukup meyakini saja,” pesannya.

Lebih lanjut, Kiai Najib menjelaskan bahwa manusia secara naluriah membutuhkan agama karena menyadari keterbatasannya. Banyak hal terjadi di luar kendali manusia, seperti turunnya hujan, yang membuat mereka meyakini adanya dzat yang mengatur semuanya.

Dalam ceramahnya, beliau juga membagi hukum agama menjadi dua kategori berdasarkan logika manusia. Pertama, hukum yang mudah dipahami akal, seperti larangan mencuri dan berbuat kerusakan. Kedua, hukum yang sulit dipahami akal, seperti jumlah rakaat dalam sholat dan jumlah putaran thawaf.

“Ada hukum yang bisa diterima akal dan ada yang tidak. Namun, kita harus tetap tunduk dan menjalankannya sebagai bentuk kepatuhan kepada Allah,” tegasnya.

Melalui ceramahnya, Kiai Najib mengajak para santri untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah yang penuh kesadaran dan ketundukan.

Pewarta : Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor     : Ponirin Mika

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *