Pos

习经院是我家

我出生于它门口

身上是空白的

走进当初无法想象的新世界

看到当初没有看到过的东西

感受到当初没有感受到过的事情

老师是我老爸妈

朋友也是家人

学校和宿舍是好玩儿的花园

我家呀,我家!我的习经院!

在这里我生活

在习经院我学习

在它怀抱里我生长

 

Terjemahan Bahasa Indonesia :

Pesantrenku adalah rumahku

Aku lahir dari gerbangnya

Lahir dengan Badan kosong

Ku masuki dunia baru yang tak pernah terbayangkan sebelumnya

Melihat yang tak pernah kulihat sebelumnya

Merasa yang tak pernah kurasa sebelumnya

Guru adalah orangtua ku

Temanku adalah keluargaku

Sekolah dan asrama adalah taman bunga yang asyik

Oh rumahku! Pesantrenku!

Disini aku hidup

Di pesantrenku aku belajar

Di dalam pelukan hangatnya aku tumbuh

 

Oleh : Belgis Anzelita Mazidah (Alumni PP. Nurul Jadid Asrama Unggulan Bahasa)

seminar prawisuda

Seminar Deklarasi Anti Radikalisme Terorisme dibacakan di Aula IAI Nurul Jadid

nuruljadid.net- Seminar dengan tema Peluang dan Tantangan Lulusan Perguruan Tinggi Pesantren di Era Masyarakat Ekonomi Asia (MEA), Sabtu (28/10/2017) di Aula Institut Agama Islam Nurul Jadid (IAINJ) berlangsung khidmat. Acara tersebut dihadiri oleh Kepala Pesantren Nurul Jadid, KH Abdul Hamid Wahid, jajaran rektorat Kampus Terpadu Nurul Jadid dan ratusan peserta Wisudawan.

dalam seminar juga dihadiri  Staf Khusus Prof Dr KH Abdul Hamid Maktub dan Dr. H.M Afif Hasbullah SH M. Hum sebagai pembicara. Dalam acara seminar tersebut diisi dengan pembacaan Sumpah Pemuda.

Selain itu, sebagai bentuk kepedulian perguruan tinggi se Indonesia terhadap maraknya pergerakan radikalisme dan anti pancasila maka dibacakan Deklarasi Anti radikalisme terorisme dari pimpinan perguruan tinggi se Indonesia yang diikuti oleh seluruh peserta seminar dan mahasiswa-mahasiswi.

Hal ini karena perguruan tinggi merupakan pusat pengembangan ilmu pengetahuan bertujuan menemukan dan menegakkan kebenaran serta memberikan manfaat kepada manusia, bangsa dan negara. Bahwa muncul perkembangan ajaran radikal di Indonesia yang mengajarkan kekerasan dalam mencapai tujuan dengan mengatasnamakan suku, agama, ras dan golongan atau yang bertentangan dengan pancasila, UUD tahun 1945 maka pergutuan tinggi se-Indonesia harus mengambil sikap tegas dan melawan gerakan tersebut.

Atas dasar itu, kami pimpinan Pimpinan Perguruan Tinggi menyatakan
Satu ideologi pancasila
Satu konstitusi UUD tahun 1945
Satu semboyan Bhineka Tunggal Ika
Satu tekat melawan radikalisme dan intoleransi.

STT Nurul Jadid Adakan Kuliah Umum Perdana Untuk Semester Awal

nuruljadid.net – Dalam rangka meningkatkan pengetahuan agama, Sekolah Tinggi Teknologi Nurul Jadid (STTNJ) mengadakan kuliah umum yang diselenggarakan secara rutin tiap satu bulan sekali untuk mahasiswa semester awal. Hari ini, (27/10/2017) tepat pukul 08.00 WIB, kuliah umum awal dilaksanakan di Aula STT Nurul Jadid dan dihadiri oleh seluruh Mahasiswa dan mahasiswi semester awal.

Sebelum kegiatan ini dimulai Bapak Achmad Khairi selaku pengurus BAK menyampaikan bahwa kuliah umum yang pertama ini, wajib diikuti mahasiswa dan mahasiswi semester awal STT Nurul Jadid.

“Kuliah umum ini wajib bagi mahasiswa semester satu” tegasnya.

Tak hanya itu, Bapak Achmad Khairi juga berharap kepada mahasiswa untuk mengikuti dengan serius apa yang disampaikan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid. Dia juga berharap agar ilmu yang didapatkan untuk diamalkan serta dimanfaatkan .

“Saya mohon kepada kalian nantinya ilmu yang didapat untuk dimanfaatkan” tambah pengurus BAK tersebut.

Kuliah umum ini dilaksanakan selama 90 menit yang dibimbing langsung oleh KH. Moh. Zuhri Zaini, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid. Sebelum beliau jauh menjelaskan tentang apa itu agama, beliau menyarankan kepada para mahasiswa/i untuk memperbaiki niat, yang bertujuan agar ilmu yang didapat dapat bermanfaat dan barokah .

“Sebelum kita memulai pembelajaran kita ini, mari lebih dulu kita memperbaiki niat kita. Menata hati untuk mencari Hidayah Allah” Ungkap beliau.

Selain itu, Beliau juga menyarankan kepada mahasiswa/i untuk tidak belajar agama kepada sembarang orang ataupun pun ke internet. Agar ilmu yang didapatkan tidak menyesatkan dan memiliki sanat yang jelas. Dan juga beliau selalu mengingatkan kepada mahasiswa/i untuk mengamalkan ilmunya karena orang yang berilmu namun ilmunya tidak manfaat layaknya seperti pohon yang tidak berbuah.

“Orang belajar agama itu tidak boleh kepada orang yang sembarangan, cari guru yang sanat keilmuanya itu nyambung kepada nabi kita Nabi Muhammad SAW, karena agama itu adalah bimbingan Allah SWT” Imbuh Beliau.

Tak hanya tentang ilmu yang bermanfaat dan barokah, beliau juga menyampaikan beberapa hal seputar agama dan unsur – unsur pokoknya.

Diakhir perkuliahannya, beliau menyampaikan bahwa pertemuan awal pada kuliah umum ini merupakan sebuah pemanasan bagi mahasiswa/i untuk lebih bersemangat dalam menimba ilmu.

“ya, sudah cukup itu saja ini kan baru pertemuan awal kita pemanasan dulu”, Canda beliau mengakhiri perkuliahan kali ini.

Perkuliahan perdana ini mendapatkan respon yang positif oleh mahasiswa/i STT Nurul Jadid. Salah satu contohnya adalah Saudari Nisawatul Khoiriyah, mahasiswi semester satu STT Nurul Jadid yang merasakan kenikmatan secara langsung dalam mempelajari dan mendalami ilmu agama.

“Saya merasa sangat bangga sekali telah mengikuti kuliah umum karena saya bisa langsung mendapat ilmu dari pengasuh pondok pesantren nurul jadid sendiri itu kh. Moh. Zuhri zaini yang saya hormati. Saya juga bisa mendapatkan ilmu yang lebih dalam tentang agama islam apalagi saya sendiri itu mahsiswi dari luar pesantren” ungkapnya.

“Dan harapan saya semoga saja ilmu yang saya terima bisa bermanfaat dan barokah, dan semoga saja untuk sekolah tinggi teknologi nurul jadid ini bisa lebih maju ke depannya dan selalu sukses” tambahnya. (Qz/Salim)

Berkunjung ke PP. Nurul Jadid, YP Al Maarif Singosari Malang Pelajari Manajemen Pesantren

nuruljadid.net – Dalam rangka meningkatkan pengembangan pendidikan dan sarana prasarana, Pengurus Yayasan Pendidikan Al-Maarif Singosari Malang berkunjung ke Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Hari ini (25/10/2017) tepat pada pukul 10.30 WIB, para rombongan  Pengurus Yayasan Al Ma’arif yang disambut hangat oleh Kepala Pesantren Nurul Jadid, KH. Abdul Hamid Wahid dan Bapak Faizin Syamweil selaku Sekretaris Pesantren beserta pengurus pesantren lainnya.

Acara silaturrahim ini bukan kali pertama yang mereka adakan, kegiatan ini merupakan kunjungan kali kedua yang diadakan oleh Yayasan Al Maarif Singosari Malang di PP. Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Silaturrahim yang Pertama dilaksanakan pada tahun 1973.

“Terus terang saja kami pada tahun 1973 itu pernah kesini tapi mengatas namakan Nahdlatul Ulama. Tidak seperti ini, Perkembangan yang dilakukan Pondok Pesantren Nurul Jadid sangatlah pesat sampai semegah ini”. Ungkap Bapak KH M. Asj’ari Sarbani, Ketua Yayasan Pendidikan Al Maarif Singosari Malang.

“kami bersama-sama dengan teman-teman ini ingin menggali kesuksesan PP. Nurul Jadid disegala bidang” imbuh Ketua Yayasan Pendidikan Al Maarif Singosari Malang.

Kepala Pesantren Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Abdul Hamid Wahid turut memberikan penjelasan beberapa perkembangan yang telah dan akan dilakukan oleh Pondok Pesantren Nurul Jadid. Bebrapa program pesantren yang disosialisasikan oleh KH. Hamid (Sapaan akrab KH. Abdul Hamid Wahid) adalah struktur pengurus pesantren, badan otonom, kerjasama dengan pihak ketiga untuk peningkatan sarana pendidikan, sistem pola keuangan, manajemen berbasis IT, jadwal keseharian santri hingga perkembangan fisik pesantren dan lembaga. Dan beberapa program yang akan dilakukan oleh pesantren adalah monitoring data pesantren dengan menggunakan aplikasi berbasis android, jaringan intanet dan internet yang mencakup seluruh unit di pesantren termasuk lembaga formal.

Diakhir sambutan, beliau menjelaskan tentang pengembangan Pesantren  yang berdasarkan pada Tri Logi Santri dan Panca Kesadaran Santri, adapun yang dimaksud dengan Trilogi Santri ialah Memperhatikan Kewajiban-Kewajiban Fardlu’ain, Mawas Diri Dengan Meninggalkan Dosa-Dosa Besar dan Berakhlak Baik Kepada Allah dan Makhluk. Adapun Panca Kesadaran Santri ialah Kesadaran Beragama, Kesadaran Berilmu, Kesadaran Bermasyarakat, Kesadaran Berbangsa dan Bernegara, dan yang terakhir Kesadaran Berorganisasi.

Setelah KH. Hamid menyampaikan beberapa hal terkatit dengan Pondok Pesantren Nurul Jadid, acara dilanjutkan dengan dialog bersama dan diakhiri dengan penulisan kesan dan pesan serta pemberian cindera mata oleh kedua belah pihak. (Qz/Salim)

 

Cuplikan Foto Kegiatan Klik disini

 

Akhiri Kunjungan dengan Penuh Kenangan

nuruljadid.net – Seminggu sudah MA Nahdlatul Ulama’ berkunjung sekaligus mengikuti beberapa kegiatan yang ada di Pondok Pesantren Nurul Jadid maupun di Lembaga Pengembangan Bahasa Asing (LPBA). Hari ini (23/10/17) mereka mengakhirinya dengan kegiatan ceremonial.

“hari ini kita akan berpisah, jadikan hal yang baik sebgai panutan untuk dicontoh dan jadikan hal yang buruk sebagai angin yang berlalu. Semoga adik – adik sekalian dapat mengimplementasikan apa – apa yang telah diberikan oleh Nurul Jadid terutama oleh pihak LPBA sebagai bahan untuk memotivasi diri agar kedepannya lebih baik daripada sebelumnya. Dan jangan menjadikan hal buruk sebagai pengalaman pahit dalam perjalanan menimba ilmu, jadikanlah itu sebuah angin yang berlalu agar kalian tidak selalu terbayang olehnya” ujar Bapak Saili Aswi, wakil sekretaris pesantren.

Perubahan selama mengikuti kegiatan “nyantri”  di Pondok Pesantren Nurul Jadid dirasakan oleh Pimpinan MA NU Lekok Pasuruan, Bapak Hasan Basri. Beliau mengatakan bahwa selama ini saya merasakan perkembangan yang baik dari anak – anak. Dimulai dengan terbiasanya mereka untuk selalu berbicara dengan bahasa asing kepada temannya.

“Saya harap apa – apa yang telah didapatkan di Pondok Pesantren Nurul Jadid terutama dalam hal kebahasaan yang telah dibimbing dan dibina oleh pengurus LPBA dapat diimplementasikan di MA NU Lekok Pasuruan. Sehingga hal tersebut dapat dijadikan sebuah kebiasaan yang baik untuk mendalami sebuah bahasa” ujar Bapak Hasan Basri

“dari segi mental, mereka juga mengalami perubahan. Mereka terlihat lebih Percaya Diri daripada sebelummnya. Itu adalah hal yang bagus dan juga perlu ditingkatkan kedepannya” tambahnya.

Dipenghujung acara, kedua belah pihak saling memberikan cinderamata sebagai kenang – kenangan sekaligus membubuhkan pesan dan kesan. (Qz)

KH. Moh. Zuhri Zaini Juga Ikut Menikmati Makan Tabheg Bersama 12 Ribu Santri,

nuruljadid.net- Semula direncanakan makan tabheg bersama akan dihadiri 10 ribu santri, pada pelaksanaanya ternyata dihadiri 12.297 santri. Demikian data yang didapat dari ketua panitia Hari Santri Nasional 2017, Ustadz Ainul Yaqin dalam kegiatan makan tapegh dihadiri oleh semua santri pondok pesantren nurul jadid (PPNJ) juga para Tamu Undangan serta KH. Moh. Zuhri Zaini Pengasuh dan Kepala Pesantren  KH. Abd. Hamid Wahid Kepala PonPes Nurul Jadid.

Seusai doa dibacakan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid KH. Mohammad Zuhri Zaini, makan tapegh sebanyak 1.025 gulung nasi Tabheg mulai digelar, ribuan santri pun mulai memadati Lapangan Kampus terpadu IAI Nurul Jadid.

Para tamu undangan juga mulai mengambil posisi untuk menyantap gulungan Tabheg lengkap dengan lauk pauknya. Bukan hanya para santri dan tamu undangan, Kiai Moh. Zuhri Zaini pun ikut menikmati hidangan Tabheg bersama Ketua DPRD Jatim dan Kepala Pesantren KH. Abdul Hamid Wahid untuk memecahkan Rekor MURI Makan Nasi Tabheg terbanyak.

Sambil lalu penyerahan Piagam Rekor MURI, dengan pembacaan basmalah para santri dan tamu udangan mulai menyantap Tabheg. Suara kegembiraan santri menggema diiringi teriakan minta air karena kehausan.

Dari santri muda sampai santri sepuh ikut serta dalam barisan para pecinta Tabheg tanpa ada pemisah diantara mereka, para santri sineor diajak kembali bernostalgia mengingat masa muda mereka waktu di pondok.

Setelah makan tabheg selesai acara dilanjutkan dengan pemberian hadiah kepada pemenang lomba semarak Hari Santri Nasional 2017.(Yazid)

Ini Do’a Kiyai Zuhri Pada Puncak Peringatan HSN 2017

nuruljadid.net – Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, KH. Moh. Zuhri Zaini memimpin do’a pada acara puncak Peringatan Hari Santri Nasional di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Berikut do’a yang beliau panjatkan

Ya Allah, Ya Tuhan kami, pagi ini kami para santri berserta komponen bangsa yang lain serta bapak – bapak dari Kepolisian maupun di TNI dan para pemimpin kami berkumpul di tempat ini dalam acara peringatan Hari Santri Nasional. Kami mohon Ya Allah, mudah-mudahan perkumpulan ini menjadi perkumpulan yang Kau ridhoi dan Kau lindungi

Ya Allah, semoga apa yang kami lakukan akan menjadi bagian dari rencana besar Tuhan, sehingga keberadaan santri tidak saja menyejukkan ummat dan bangsa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tapi para santri akan menjadi jangkar penyelamat bangsa secara mandiri dalam sebuah kedaulatan NKRI seperti yang Engkau kehendaki.

Ya Allah, sungguh hanya kepadaMu kami memohon, Ya Allah Ya Robbi, semua orang paham bahwa hakikat santri adalah wajah islam nusantara yaitu islam yang rahmatan lil alamin, untuk itu dalam peringatan Hari Santri Nasional ini semoga Kau jadikan keislaman kami para santri menjadi kiblat, menjadi keislaman yang damai, yang ramah, yang menyebarkan kesejukan dan menjadi kiblat dari semua pengamalan ajaran islam dan bahkan dunia secara keseluruhan. Dan semoga paham ahlussunnah wal jamaah yaitu keselamatan para santri akan bisa meniadakan terjadinya konfik – konflik permusuhan antar ummat maupun diantara dengan pihak – pihak yang lain. Dan mudah – mudahanan keberadaan santri akan menjadi pemersatu dan perekat dalam kehidupan berbangsa, bernegara bahkan diantara sesama manusia. (Qz)

paskibra hari santri nasional

Hanya Paskibra Peringatan Hari Santri Nasional 2017 Yang Menggunakan Sandal Jepit

nuruljadid.net- Hari Santri Nasional (HSN) 2017, Minggu (22/10/2017) peringatan hari santri nasional yang diselegarakan oleh Pondok Pesantren Nurul Jadid (PPNJ) bertempat di Lapangan Raya Pondok Pesantren Nurul Jadid padat dengan manusia. Tidak hanya santri, masyarakat yang terdiri bapak-bapak dan ibu-ibu rumah tangga pun juga sangat antusias. Mereka rela dempet-dempatan di pinggir lapangan ingin menyaksikan proses upacara peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2017.

Yang menarik bukan hanya itu saja. Justru kita akan menemukan pandangan yang tak lazim seperti pengibaran di upacara memperingati hari kemerdekaan yang dilaksanakan setiap 17 Agustus. Bagaimana tidak, kita kenal biasanya pasukan pengibar bendera (PASKIBRAKA) merah putih memakai seragam lengkap dengan atribut resmi seperti sepatu dan lainnya.

Tidak seperti paskibraka  pada umunya, pasukan yang berjumlah sekitar 70 orang itu malah menampilkan nuansa yang kental ala santri. Dengan kopyah nasional, berbaju koko putih, dan sarung khas PP. Nurul Jadid mereka dengan apik memasuki lapangan upacara.

paskibra bersandal hari santri nasional

Yang menjadi sorotan masyarakat bukan baju atasannya, tapi pasukan pengibar bendera santri itu justru memakai sandal jepit merk swallow. Sandal yang dikenal dengan sandal mandi itu malah masuk juga di upacara perayaan HSN. Hal itu tidak lain dan tidak bukan hanyalah untuk mengungkapkan santri adalah sosok sederhana yang jiwa nasionalismenya tak bisa ditawar lagi.

Penulis : Sholehuddin

Editor : Co

 

istighosah malam hari santri nasional kh hamid wahid

Pesan KH. Abdul Hamid Wahid dalam Sambutan Istighosah Akbar Malam Hari Santri Nasional

nuruljadid.net- Kepala Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH Abdul Hamid Wahid menyampaikan kepada seluruh peserta istighosah akbar, Sabtu (21/10/2017) di lapangan raya Pondok Pesantren Nurul Jadid agar mensyukuri Peringatan Hari Santri Nasional, Minggu (22/10/2017). Sebab peran santri dan pesantren secara de fakto telah diakui oleh negara.

Untuk itu Hari Santri Nasional diperingati dengan pelbagai rangkaian kegiatan seperti seminar pendidikan, seminar remaja, seminar anti narkoba dan radikalisme dan lain-lainnya. Ini merupakan bagian dari tafaqquh fiddin. Tatapi yang lebih penting dari semua itu adalah bagaimana ilmu yang dipelajari saat mondok dapat disampaikan dengan baik ditengah-tengah kehidupan masyarakat.

“Ini proses kita bertafaqquh fiddin dan memahami agama sebagai laku kehidupan. Tugas santri untuk bertafaqquh fiddin sebenarnya hanyalah hantaran saja, tetapi yang terpenting adalah melakukan dakwah secara nyata di masyarakat,” jelas Kiai Hamid. Adapun istighosah akbar malam ini adalah upaya mempertegas hubungan vertikal antara manusia dengan Allah SWT.

“Bahwa yang memberikan hasil dari usaha kita adalah Allah melalui perantara Rasulullah,” tambah beliau. Oleh karenanya santri yang berani hidup dari keterbatasan bukan alasan untuk mengeluh dan merasa rendah diri. Karena ada banyak orang yang mempunyai keterbatasan fisik seperti Rafli Firdaus, pemenang lomba tartil mampu meraih prestasi tanpa merasa rendah diri.

disamping itu, Makan Tabhek 10.000 santri akan menghiasi acara puncak besok, untuk itu Kiai Hamid teringat terhadap pesan Kiai Zuhri Zaini terkait lunturnya makan Tabhek. Untuk itu perlu kiranya mempertahankan makan khas pesantren tersebut

“Pengasuh berpesan bahwa Tabhek sebagian dari kita mulai hilang, untuk itu kita harus kembali pada tradisi yang baik yang harus dipertahankan sebelum mengambil hal-hal lain dari luar” terang Rektor IAINJ ini. (Rizky)

istighosah malam hari santri nasional kh romzi

Istighosah Akbar Hari Santri Nasional

nuruljadid.net- Semarak Hari Santri Nasional di Lapangan Raya Pondok Pesantren Nurul Jadid, Sabtu, (21/10/2018) diikuti oleh ribuan santri dan masyarakat. Istighosah Akbar dalam rangka mengenang dan mendoakan jasa-jasa perjuangan para ulama terdahulu.

Dipimpin oleh KH Mohammad Romzi Al Amiri Mannan, peserta mengikutinya dengan khidmat. Kiai humoris sekaligus tegas dan sederhana ini telah mengarang 70 lebih karya berupa kitab dan buku.

Untuk mengetahui siapa sebenarnya siapa sebenarnya beliau ini, berikut profil singkatnya.

Lahir pada tanggal 12 Juli 1969 dari pasangan KH Abdul Mannan dan Nyai Hajjah Kina’ah di suatu desa terpencil di Pragaan, Kecamatan Pragaan, Sumenep. Sejak kecil telah belajar ngaji dan kitab kuning pada ayah-bundanya yang juga mengasuh Pondok Pesantren Hidayatut Thalibin.

Setelah lulus Madrasah Intidaiyah milik ayahnya, KH Romzi melanjutkan pendidikan formal di salah satu sekolah menengah pertama. Lulus dari SMP kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Akhir di Pondok Pesantren Krapyak, Jogyakarta asuhan KH Ali Maksum. Di sini ada banyak pengalaman beliau dengan KH Ali Maksum. Salah satunya sering diajak makan bersama.

Setelah tiga tahun mengenyam pendidikan di Krapyak, Kiai Romzi kemudian pulang ke tanah kelahirannya di Madura untuk melanjutkan pendidikan tinggi di STISA Anuqoyah, Guluk-Guluk, Sumenep. Di tanah kelahirannya beliau aktif di organisasi Nahdlatul Ulama.

Namun tak sampai selesai, beliau kemudian mondok di Pesantren Al Anwar, Rembang asuhan KH Maemon Zubaer. Di sini Kiai Romzi hanya tiga tahun. Setelah itu boyong dan menikah dengan Nyai Hajjah Nur Lathifah Wafi, putri kelima KH Hasan Abdul Wafi.

Kini menetap di Pondok Pesantren Nurul Jadid dan mengasuh Wilayah Lathifiyah (Gang J). Selain itu beliau juga menjadi Dekan Fakultas Dakwah, aktif mengisi pengajian, seminar dan organisasi Nahdlatul Ulama serta telah menempuh gelar doktoral di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.

Penulis : Rizky

Editor : Co

Santri Nurul Jadid Siap Menghadapi Era Digital

nuruljadid.net- Perkembangan media informasi di era digital menuntut santri untuk berperan aktif dalam penguasaan teknologi guna persaingan dalam kancah nasional maupun internasional. Santri Pondok Pesantren Nurul Jadid begitu semangat dan antusias saat mengikuti pelatihan Video Editing, Sabtu (21/10/2017) dalam rangka peringatan Hari Santri Nasional di Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Menurut Rama Yakin selaku ketua Panitia Hari Santri Nasional, pelatihan video editing ini bertujuan untuk mengasah kemampuan dan kereativitas santri di dalam dunia jurnalis agar tidak gagap teknologi.

“Sudah saatnya santri menunjukkan kemampuannya dalam perkembangan teknologi. Agar tidak ada lagi anggapan bahwa santri itu Gaptek (gagap teknologi),” ucap Rama Yakin ketika memberikan sambutan.

Hadi Sumarno, salah satu radaksi TV Nabawi Jakarta meyakinkan bahwa para pemuda zaman sekarang tidak mungkin gagap lagi terhadap perkembangan teknologi di era digital.

“Saya yakin pemuda sekarang, khusunya santri Nurul Jadid pasti banyak menguasai terhadap dunia teknologi dan tidak mungkin asing lagi mendengar Teknologi” ucap Hadi sumarno mantan kru TV Global Ini.

Lanjut hadi bahwa teknologi saat ini sudah menjadi hobi kita sehari sehari, maka dari itu gunakan kesempatan ini untuk belajar dari hobi kita.

“Pekerjaan yang di awali dari hobi akan lebih asyik, dan pekerjaan pun tidak akan merasa terbebani” ucap kru TV Nabawi Jakarta ini.

Penulis : Yani

Ediitor : Co

Rekor Muri Santri Makan Nasi Tabhek 10.000 Ala Nurul Jadid

nuruljadid.net- Pondok Pesantren Nurul Jadid akan memecahkan rekor 10.000 santri makan tabheg pada puncak peringatan Hari Santri Nasional, Minggu (22/10/2017). Tapi ada hal yang tak biasa dalam usaha memecahkan rekor muri itu.

Makan nasi tabheg tentu terdengar asing bagi siapapun yang tidak mengenal dunia pesantren. Lain halnya dengan santri Pondok Pesantren Nurul Jadid, istilah itu bukanlah sesuatu yang baru. Malahan mendengan teriakan tabheg, secara spontan santri akan merasa girang dan berkumpul mengerumuni orang tersebut, khawatir tidak mendapatkan bagian.

Entah sejak kapan nama tabheg akrab di telinga para santri Nurul Jadid. Yang jelas tabheg berasal dari Bahasa Madura yang berkembang di pesantren berlatar kultur Madura. Istilah tabheg berarti kegiatan makan bersama yang menjadi kebiasaan santri, khususnya santri Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo.

Dilihat dari bentuknya, nasi tabheg sama dengan sajian nasi pada umumnya. Tapi yang membuat beda dan khas adalah penyajiannya menggunakan gulungan daun pisang muda dan digelar sepanjang-panjangnya ketika akan dimakan bersama.

Jamaknya wali santri saat menyambangi anak-anaknya di pondok pesantren akan membawa bingkisan buat oleh-oleh. Di Pondok Pesantren Nurul Jadid, seperti ada “kewajiban tertulis” bagi wali santri membawa nasi buatan sendiri dari rumah atau tabheg lengkap dengan lauk-pauknya.

Umumnya para orang tua membawa nasi dalam keadaan panas. Nah kalau menggunakan plastik atau kertas pembungkus nasi dapat dipastikan isinya tidak akan bertahan lama, disamping juga mengurangi cita rasa. Demi menjaga keawetan nasi ketika perjalanan jauh dan tetap enak, caranya masukkan kedalam daun pisang muda setelah itu gulung dengan rapi, dijamin tetap maknyus.

Selain dibawa oleh wali santri, kepada siapapun santri yang pulang ke rumahnya kemudian balik ke pesantren “wajib” membawa tabheg. Berbeda dengan masakan santri di pondok pesantren yang menggunakan wadah dari daun pisang, tabheg lebih spesifik pada nasi gulung daun pisang bawaan orang tua atau santri dari rumah. Bisa juga masakan santri kemudian di makan bersama-sama.

Makan bersama menjadi hal lumrah di semua pondok pesantren. Cara, tempat dan sajian panganan yang disuguhkan bisa berbeda-beda. Di Sunda, Jawa Barat ada istilah adrahi. Hanya saja istilah adrahi lebih umum yakni bungkus atau wadah nasi bawaan santri bisa menggunakan daun pisang, plastik pembungkus nasi, talam atau semacamnya.

Sementara santri di daerah Jawa Tengah terkenal istilah mayoran yaitu aktifitas makan bersama menggunakan satu wadah besar, berupa pelepah daun pisang maupun nampan atau baki. Lain wadah beda pula namanya. Di Kediri, lebih dikenal istilah talaman karena menggunakan talam.

Kebiasaan santri makan bersama selain bermaksud untuk menanamkan nilai-nilai kesederhanaan, juga menjadi sarana perekat persaudaraan santri yang berasal dari berbagai daerah, suku, adat-istiadat dan bahasa. Dengan kata lain, di pesantren persaudaraan dan kesedehanaan bisa lahir dan tumbuh dari nasi.

Penulis : Yazid

Editor : Co

Pelatihan Video Editing Sambut HSN

nuruljadid.net- Pelatihan Video editing adalah salah satu rangkaian acara semarak HSN yang digelar oleh PP. Nurul Jadid.  Pelatihan yang dilaksanakan hari Sabtu, (21/10/2017) bertempat di Aula MA Nurul Jadid tersebut berlangsung penuh antusias.

Peserta Pelatihan Video Editing adalah dari perwakilan semua Lembaga Pers Putra dan Putri yang ada di Nurul Jadid, baik yang berada di bawah naungan Lembaga Pendidikan atau di bawah Wilayah. Kru media pers yang menjadi perwakilan mengikuti pelatihan dengan semangat luar biasa. Bagi mereka ini adalah momen pertama mengikuti pelatihan editing video.

“Selama ini yang ada hanya pelatihan jurnalistik, tidak pernah merambah dunia video. Jadi, kami senang sekali dengan pelatihan ini,” ujar Mutia Rahma Maulida, peserta perwakilan dari pers Al Hasyimy Wilayah Al-Hasyimiyah.

“Kedepannya, berharap mengikuti dengan semaksimal dan seoptimal mungkin agar jurnalis media di pesantren ini, tidak gagap teknologi, memiliki wawasan cara pandang skill baru yang dapat diaplikasikan dalam bidangnya masing-masing,” ujar Ainul Yakin, Ketua Umum Semarak Hari Santri Nasional 2017.

Pelatihan ini seperti dituturkan oleh Yakin, sapaan akrabnya digelar sebagai salah satu upaya berdakwah di ranah yang lain. Dalam artian dakwah di era perkembangan teknologi yang begitu pesat membutuhkan ranah Tekonologi Informasi sebagai sarana dakwah.

Hadi Sumarno, salah satu kru Nabawi TV Jakarta didatangkan untuk menjadi penyaji satu-satunya dalam pelatihan yang digelar sejak pukul 10.00 WIB itu. Menjadi Single fighter dalam pelatihan membuat Hadi Sumarno leluasa memberikan materi dengan selingan-selingan dialog interaktif bersama peserta pelatihan.

“Edit video adalah proses penyuntingan gambar dari hasil syuting dengan menambahkan beberapa ornamen seperti gambar tulisan transisi suara untuk dikemas menjadi tontonan yang enak untuk dinikmati,” tuturnya sebagai pembuka.

Software video editing yang dipakai pada pelatihan tersebut adalah adobe premier karena menurut penyaji software ini lebih mudah dan tidak kalah canggih dengan software lain yang dipakai oleh kru Global TV, salah satu channel TV yang digeluti penyaji selama enam tahun.

Dalam pelatihan kali ini penyaji super humoris tersebut menjelaskan dan langsung mempraktekkan proses edit video sejak awal sampai akhir disambut antusias oleh peserta pelatihan. (KA&AF)

Semarak HSN 2017, PK IPPNU Nurul Jadid Sukses Gelar Lomba Se Jatim

nuruljadid.net – Pelaksanaan lomba tingkat Jawa Timur yang dilaksanakan kemarin (20/10/2017) berakhir dengan penuh makna. Penutupan yang dilaksanakan sore memberikan sebuah cerita yang berarti bagi PK IPPNU Nurul Jadid terutama bagi peserta lomba.

Ada yang berbeda dengan acara penutupan lomba kali ini. Rafi Al-Firdaus, peserta yang berasal dari MI Zahrotul Islam ini menjadi seseorang yang berhasil menciptakan suasana beda di acara penutupan lomba kali ini. Pasalnya, dia yang masih bersatus sebagai peserta lomba diberikan kesempatan untuk menjadi Qiro’ah di acara ini.

Dengan suara emasnya, dia melantunan kalam Illahi yang membuat suasana Aula SMA Nurul Jadid menjadi isak tangis yang tak terbendung. Dengan kekurangan yang dimilikinya, dia berhasil mempersembahkan sesuatu yang sempurna di acara penutupan lomba kali ini.

Tergugah, itulah yang dirasakan para hadirin yang hadir pada acara penutupan ini. Sejak pertama Rafi melantunkan kalam Illahi, para hadirin nampak sangat tenang dalam menikmati Ayat – Ayat Suci Al Qur’an yang dilantunkan oleh Rafi. Rafi, dengan keterbatasan penglihatan mampu melantunkan Surat At Takwir dengan suara yang hampir menyamai Qiro’ah ternama, H. Muammar MA.

Setelah pembacaan kalam Illahi, Pembacaan SK Pemenang dibacakan oleh Saudari Siti Anisa yang dilanjutkan dengan pembagian hadiah kepada para pemenang oleh Ny. Hj. Khodijatul Qodriyah.

Mengawali sambutannya, beliau mengucapkan banyak terimakasih kepada semuanya yang telah ikut serta menyemarakkan Hari Santri Nasional. Beliau menambah, tujuan dilaksanakannya kegiatan kali ini adalah sebagai wahana untuk melatih dan menggali potensi dari anak didik.

Anak – anak yang sebenarnya memiliki potensi yang terpendam harus dipancing agar mereka mampu untuk menunjukkan potensi mereka yang terpendam. Oleh karenanya, lomba se Jawa Timur yang diadakan oleh PK IPPNU Nurul Jadid ini adalah salah satu fasilitas untuk memancing potensi tersebut agar bisa terwujud.

“Potensi adalah sebuah daya, keahlian, kepandaian, kekuatan yan dimiliki manusia baik yang terlihat maupun tidak terlihat, tersembunyi maupun tidak. Anak – anak kita sebenarnya memiliki potensi yang tak terlihat yang potensinya bisa kita fasilitasi dengan men-stimulan atau memancing potensi yang tersembunyi bisa keluar” dawuh Neng I’ah (sapaan akrab Ny. Hj. Khodijatul Qodriyah).

Selain itu, Neng I’ah juga menngucapkan selamat kepada pemenang atas apa yang diraihnya dan untuk peserta yang belum bisa mencapai targetnya, beliau memberikan sebuah arahan sebagai pembangun rasa optimisme dalam benak mereka sekaligus sebagai motivasi.

“Bagi para peserta yang belum menang, ini bukanlah latihan yang kita anggap tidak berguna, sebab apapun pengalaman, gagal atau sukses, itu merupakan hal untuk mendewasakan kita dan juga sebagai bahan perbaikan kedepannya. Kalian juga selangkah lebih maju daripada mereka yang tidak ikut lomba. Kalian semuanya adalah pemenang” dawuh beliau mengakhiri sambutan beliau.

Setelah memberikan sambutan, beliau mengakhiri kegiatan penutupan lomba ini dengan do’a yang dilanjutkan dengan foto bersama semua peserta lomba. (Qz)

 

 DAFTAR NAMA NAMA PEMENANG LOMBA

NO

JENIS LOMBA

NAMA PEMENANG

DELEGASI

KETERANGAN

1

Lomba Mewarnai Tingkat SD/MI Se Jawa Timur Chelsea Kamal SD Plus Al Islah Juara I
Ulfatun Nafisah SD Plus Al Islah Juara II
Inayatul Maghfiroh MI Nurul Mun’im Juara III

2

Lomba Mewarnai Tingkat TK/RA Se Jawa Timur Putri Husna Ramadhani TK At-Taqwa Juara I
Nadifa Alisia R TK Kartika Juara II
Almas Ronaa TK Kartika Juara III

3

Lomba Pildacil Tingkat SD/MI Se Jawa Timur Sofiatuz Zahro MI Mikhrojul Ulum Juara I
Rafi Al-Firdaus MI Zahrotul Islam Juara II
Desi Anggraini MI Nizhamul Islam Juara III

4

Lomba Tartil Tingkat SD/MI Se Jawa Timur Ifatul Lutfiah MI Mikhrojul Ulum Juara I
Mutimatul Faidah MI Mikhrojul Ulum Juara II
Islami Sabita MI Raudatul Munadirin Juara III

 

Rafi Al-Firdaus Menggetarkan Hati Melalui Kalam Illahi

nuruljadid.net – Setelah Ananda Sofiatuz Zahro menggetarkan panggung perlombaan, kali ini giliran Ananda Rafi Al-Firdaus yang meberikan sebuah kejutan dalam perlombaan tartil pada perlombaan memperingati Hari Santri Nasional ini. Pasalnya, Rafi (Sapaan akrab Rafi Al-Firdaus) yang memiliki kekurangan fisik (tunanetra) membuat luluh hati para penonton yang berada di Mushalla “Thariq bin Ziyad” SMA Nurul Jadid.

Tercengang dengan kemampuannya dalam olah suara dengan melantunkan kalam Illahi, segenap peserta dan penonton yang berada disekitar lokasi perlombaan semakin antusias untuk menyaksikan penampilan dari Ananda Rafi.

Rafi yang pada perlombaan kali ini membacakan Surat Yasin sedikit membuat orang orang sekitar bertanya tanya. Sebab, Rafi membacakan surat diluar ketentuan yang diberikan oleh panitia. Namun hal itu bukan menjadi sebuah permasalahan yang signifikan dalam perlombaan ini. Panitia dan dewan jurilah yang menentukan hasil akhir tentang nasib Rafi.

“Memang suara dan irama Rafi dalam melantunkan Ayat Al Qur’an bisa dikatakan luar biasa, melebihi dari peserta lainnya. Namun sayang, dia membacakan ayat Al Qur’an diluar ketentuan yang ditetapkan oleh panitia” ujar Ust. Sa’ari, juri Lomba Tartil.

Diakhir perlombaan, nampak terjadi perbincangan yang cukup serius antara pihak panitia dan dewan juri untuk menentukan pemenang. Al hasil, keputusan antara kedua belah pihak, dewan juri dan panitia memutuskan untuk tidak memenangkan Rafi dalam lomba tartil namun menjadikan Rafi sebagai The Best Qiroah ada perlombaan kali ini.

Raffi mendapatkan ciuman hangat dari sang bunda setelah diumumkan sebagai The Best Qiro’ah

“Ini merupakan salah satu bentuk penghargaan dari panitia kepada Rafi yang kualitas suaranya melebihi suara dari peserta lainnya” tambah juri.

Rafi yang dinobatkan sebagai The Best Qiroah memperoleh kesempatan yang besar dari panitia. Pasalnya, dia terpilih untuk membacakan kembali kalam Illahi pada acara penutupan lomba yang dilaksanakan sore tadi (20/10/2017).

Rafi pun tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut, dengan mengenakan kopyah putih, gamis putih dan celana putih serta surban putih dengan variasi biru berdiri didepan para dewan juri dan peserta lomba lainnya pada acara penutupan lomba.

Kali ini, dia (Rafi,red) melantukan kalam Illahi dengan membacakan Surat At Takwir. Suara Rafi hampir mirip dengan suara Qiroah ternama, H. Muammar ZA. Ayat demi ayat yang dilantukan dengan tenang dan bersuara keras membuat hati para undangan bergetar. Sejak awal Rafi melantunkan Surat At Takwir, para hadirin nampak sibuk mendokumentasikannya di ponsel mereka masing – masing.

Rafi Al-Firdaus saat melantunkan Surat At Takwir pada acara Penutupan Lomba se Jawa Timur

“Ini merupakan sebuah anugerah dari Allah SWT yang memberikan pencerahan kepada kita semua bahwa dibalik kekurangan Allah memberikan kesempurnaan dan kelebihan. Hal itu dapat kita lihat dari penampilan Rafi sejak perlombaan hingga maju menjadi Qiro’ah pada acara penutupan lomba se Jawa Tmur ini” ujar Ust. Sa’ari ketika diwawancarai oleh redaksi.

Selain menyabet gelar The Best Qiroah, Rafi juga membawa pulang piala lomba pildacil. Dalam perlombaan pildacil, Rafi berhasil menjadi juara kedua setelah kalah 13 poin dari Ananda Sofiatuz Zahro. (Qz)