Pos

KH. Najiburrohman Wahid : Jangan Merasa Terbebani Dengan Kegiatan Membaca Al Qur’an

nuruljadid.net – Pelaksanaan kegiatan besar Pondok Pesantren Nurul Jadid akan dilaksanakan 16 hari lagi. Peringatan Haul Pendiri dan Hari Lahir Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo ini merupakan salah satu dari kegiatan besar Pesantren yang dilaksanakan rutin tahunan. Dalam rangka mensukseskan acara tahunan ini, banyak cara yang dilakukan oleh pengurus pesantren. Contohnya adalah mengadakan Khotmil Qur’an dan Pembacaan Surat Al Ikhlas.

Malam hari ini (06/04) Wakil Kepala Pesantren Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Najiburrohman Wahid memberikan tausiyah kepada santri tentang kegiatan yang dilaksanakan oleh pengurus Biro Kepesantrenan Pondok Pesantren Nurul Jadid yang bertempat di Masjid Jami’ Nurul Jadid.

Pada awal tausiyah beliau, beliau menyampaikan bahwa Khotmil Qur’an dan Pembacaan Surat Al Ikhlas merupakan sebuah cara untuk bermunajat kepada Allah SWT agar Pondok Pesantren Nurul Jadid dan seluruh warganya (Dewan Pengasuh, Pengurus, Santri, Alumni dan Walisantri) senantiasa diberikan hidayah, pertolongan, kemudahan dalam menjalan tugas dan kesuksesan oleh Allah SWT. Selain itu tujuan dilaksanakannya kegiatan Khotmil Qur’an dan Pembacaan Surat Al Ikhlas adalah dikhususkan untuk kesuksesan acara Haul Pendiri dan Harlah ke 68 Pondok Pesantren Nurul Jadid.

“Kita boleh memohon kepada Allah agar hajat kita dikabulkan dengan perbuatan yang sholeh. Dan kegiatan ini adalah bentuk bermunajat kita kepadaNya dengan berharap Haul Pendiri dan Harlah berjalan dengan lancar dan barokah.” Dawuh Beliau.

Kegiatan Khotmil Qur’an dan Pembacaan Surat Al Ikhlas sebanyak 6.800.000 kali merupakan sebuah tradisi Pesantren yang baik dan harus dipertahankan. Dalam tausiyah beliau, beliau berdawuh kepada santri untuk jangan terbebani dengan membaca Al Qur’an.

“Kita tidak selayaknya berberat hati untuk membaca Al Qur’an beserta fadilahnya. Karena dengan membacanya kita akan senantiasa bersemangat dan merasakan pertolongan Allah SWT.” Dawuh beliau selaku Wakil Kepala Pesantren.

“Hati manusia bisa berkarat, karat bisa hilang hingga bersih karena membaca Al Qur’an. Orang yang sibuk membaca Al Qur’an dan tidak sempat untuk berdoa kepada Allah SWT, maka Allah akan memberikan orang itu dengan pemberian yang terbaik tanpa harus diminta” Dawuh beliau dengan mengutip sebuah hadist.

Menghatamkan Al Qur’an merupakan salah satu ciri orang yang sholeh. Oleh karenanya beliau menganjurkan kepada santri untuk selalu menghatamkan Al Qur’an sekalipun sudah berkali kali hatam dalam membacanya. Banyak sekali contoh orang sholeh yang rajin dalam menghatamkan Al Qur’an. Ada yang menghatamkan dengan waktu bulanan, mingguan bahkan sampai harian. Seperti halnya dengan anjuran Nabi yang menganjurkan ummatnya untuk menghatamkan Al Qur’an.

“Jangan sampai santri yang mondok 3 tahun tidak pernah hatam membaca Al Qur’an. Karena satu huruf Al Qur’an bernilai 10 kebaikan (mengutip dari sebuah Hadits). Selain itu Al Qur’an juga sebagai obat dari penyakit dhohir dan batin.” Pesan beliau kepada santri.

Banyak sekali bukti tentang kemukjizatan Al Qur’an salah satu diantaranya adalah dalam pengobatan penyakit. Bahkan Al Qur’an telah digunakan oleh orang non muslim sebagai terapi untuk menyembuhkan orang sakit dengan cara mendengarkan Al Qur’an dengan penuh perhatian.

“Membaca Al Qur’an dengan mushaf dapat meringankan beban siksa orang tua dalam kubur (apabila orang tuanya non muslim). Al Qur’an dapat mengampuni dosa kedua orang tua dengan membaca Al Qur’an (apabila orang tuanya muslim). Terakhir, Al Qur’an dapat memberikan syafaat bagi mereka yang membacanya”. Dawuh Beliau dalam menjelaskan Fadilah membaca Al Qur’an dengan bersumber pada hadist.

“Semoga kita bersama dapat menjadi ahlul Qur’an. Setidaknya, kita dapat memahami Al Qur’an. Santri dianjurkan untuk menghatamkan Al Qur’an minimal sebulan sekali” Imbuh beliau.

Selain memberikan contoh fadilah dalam membaca Al Qur’an, beliau juga memberikan sebuah contoh dari fadilah membaca surat Al Ikhlas. Salah satu contohnya adalah jaminan masuk surga untuk mereka yang membacanya.

“Membaca 3x surat Al Ikhlas sama dengan sekali menghatamkan Al Qur’an. Tapi jangan sampai santri beranggapan bahwa hanya cukup dengan membaca Al Ikhlas sebanyak 3x maka sudah hatam membaca Al Qur’an. Santri harus tetap membaca keduanya” Dawuh Beliau.

“Kegiatan Khotmil Qur’an yang dilaksanakan pada malam ini merupakan sebuah pemanasan bagi kita bersama untuk mempersiapkan diri menghadapi Bulan Ramadhan” Dawuh Beliau sekaligus menjadi penutup dalan tausiyah beliau. (Zaky/Red).

680 kali Khotmil Al Qur’an dan 6.800.000 kali Pembacaan Surat Al Ikhlas Dalam Rangka Menyambut Haul Pendiri & Harlah PPNJ ke 68 Tahun.

nuruljadid.net – Beberapa persiapan telah dilakukan menjelang Peringatan Haul Pendiri dan Harlah Ke 68 Pondok Pesantren Nurul Jadid. Panitia yang selama ini telah bekerja keras untuk mensukseskan acara tahunan ini mendapatkan dukungan yang penuh dari pengurus pesantren. Terbukti dengan terlaksananya kegiatan Pembukaan Khotmil Al Qur’an dan Pembacaan Surat Al Ikhlas yang dilaksanakan oleh Pengurus Biro Kepesantrenan Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Acara Pembukaan Khotmil Qur’an dan Pembacaan Surat Al Ikhlas ini merupakan bentuk antusias dari warga Nurul Jadid diluar kepanitiaan harlah ke 68 untuk mensukseskan dan menyemarakkan Acara Haul Pendiri dan Hari Lahir Pondok Pesantren Nurul Jadid ke 68 Tahun. Acara Khotmil Al Qur’an dan Pembacaan Surat Al Ikhlas yang dilaksanakan malam hari ini (06/04) bertempat di masjid jami’ Nurul Jadid yang diikuti oleh semua santri Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Pada Kegiatan ini, KH. Najiburrohman Wahid selaku Wakil Kepala Pesantren Pondok Pesantren Nurul Jadid membuka sekaligus memberikan tausiyah kepada santri. Dalam kesempatan ini, Beliau juga menyampaikan maksud dan tujuan dilaksanakannya kegiatan ini.

“Khotmil Qur’an dan Pembacaan Surat Al Ikhlas merupakan sebuah cara untuk bermunajat kepada Allah SWT agar Pondok Pesantren Nurul Jadid dan seluruh warganya (Dewan Pengasuh, Pengurus, Santri, Alumni dan Walisantri) senantiasa diberikan hidayah, pertolongan, kemudahan dalam menjalan tugas dan kesuksesan oleh Allah SWT. Selain itu tujuan dilaksanakannya kegiatan Khotmil Qur’an dan Pembacaan Surat Al Ikhlas adalah dikhususkan untuk kesuksesan acara Haul Pendiri dan Harlah ke 68 Pondok Pesantren Nurul Jadid” Dawuh Beliau.

Beliau juga memberikan sedikit motivasi kepada santri Nurul Jadid tentang membiasakan diri untuk membaca Al Qur’an.

“Kita tidak selayaknya berberat hati untuk membaca Al Qur’an beserta fadilahnya. Karena dengan membacanya kita akan senantiasa bersemangat dan merasakan pertolongan Allah SWT.” Dawuh beliau selaku Wakil Kepala Pesantren.” Dawuh Beliau

“Hati manusia bisa berkarat, karat bisa hilang hingga bersih karena membaca Al Qur’an. Orang yang sibuk membaca Al Qur’an dan tidak sempat untuk berdoa kepada Allah SWT, maka Allah akan memberikan orang itu dengan pemberian yang terbaik tanpa harus diminta” Dawuh beliau dengan mengutip sebuah hadist.

Setelah beliau memberikan tausiyah kepada Santri Nurul Jadid, salah satu pengurus Biro Kepesantrenan, Ust. Moh. Badruddin Amin memberikan sedikit penjelasan sekaligus pembagian jumlah Khotmil Al Qur’an dan Pembacaan Surat Al Ikhlas di masing masing wilayah (putera dan puteri). Dalam kegiatan ini target yang telah ditentukan oleh Pengurus Pesantren untuk santri Nurul Jadid adalah Khotmil Al Qur’an sebanyak 680 kali dan Pembacaan Surat Al Ikhlas sebanyak 6.800.000 kali. Dengan klasifikasi sebagai berikut :

  1. Wilayah Putera : Khotmil Al Qur’an sebanyak 450 kali dan Pembacaan Surat Al Ikhlas sebanyak 1.700.000 kali
  2. Wilayah Puteri : Khotmil Al Qur’an sebanyak 230 kali dan Pembacaan Surat Al Ikhlas terbagi masing masing wilayah :
    1. Wilayah Az Zainiyah : 1.700.00 Kali
    2. Wilayah Al Hasyimiyah : 1.700.000 Kali
    3. Wilayah Fatimatuz Zahro : 340.000 Kali
    4. Wilayah Al Mawaddah : 340.000 Kali
    5. Wilayah Zaid bin Tsabit (K) : 340.000 Kali
    6. Wilayah Al Lathifiyah : 340.000 Kali
    7. Wilayah An Nafi’iyah : 340.000 Kali

Teknis pelaksanaan kegiatan ini dipasrahkan kepada masing masing wilayah dan waktu pelaksanaannya dimulai pada tanggal 06 s/d 20 April 2017. (Q2/Red)

Ucapan Terima Kasih Bapak Kapolres Probolinggo Kepada Pondok Pesantren Nurul Jadid

nuruljadid.net – untuk yang kesekian kalinya Bapak Kapolres Probolinggo memijakkan kaki di Pondok Pesantren Nurul Jadid dengan tujuan bersilaturrahmi kepada segenap pengurus dan dewan pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid. Namun, pada hari ini (03/04) nuansa silaturrahim sedikit berbeda. Kunjungan pada hari ini dikemas dengan adanya acara ceremonial. Sebelum Bapak Arman (Kapolres Probolinggo) hadir di Pondok Pesantren Nurul Jadid, nampak ajudannya telah mendatangi Ponpes terlebih dahulu untuk mempersiapkan acara ceremonial ini.

Acara ceremonial bertujuan sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada Pondok Pesantren Nurul Jadid yang telah membantu Polres Probolinggo dalam menjalankan tugasnya sebagai tokoh abdi masyarakat dan negara yang bertugas memberikan suasana yang aman kepada masyarakat. Acara ini bertempat di Gedung Pascasarjana IAI Nurul Jadid dengan disambut langsung oleh Pengasuh, Dewan Pengasuh dan Pengurus Pesantren Pondok Pesantren Nurul Jadid. Tak hanya itu, silaturrahmi ini juga dihadiri oleh Rektor IAI Nurul Jadid (KH. Abd. Hamid Wahid), Ketua STT Nurul Jadid (KH. Najiburrahman Wahid) dan beberapa dosen STT Nurul Jadid.

Acara ceremonial ini dilaksanakan pada pukul 15.30 WIB bersamaan dengan dikomandoi oleh Master of Ceremony (MC). Dalam acara ceremonial ini, sambutan dari Pondok Pesantren Nurul Jadid disampaikan oleh Kepala Pesantren sekaligus Rektor IAI Nurul Jadid (KH. Abd Hamid Wahid). Dalam sambutan beliau, beliau menyampaikan terimakasih kepada Bapak Kapolres beserta jajaran kepolisian yang telah hadir pada acara kali ini.

“Semoga silaturrahim yang kita laksanakan pada sore ini menjadikan jalinan kerjasama yang lebih kuat lagi antara Polres Probolinggo dengan Pondok Pesantren Nurul Jadid. Semoga silaturrahim kali ini dapat mempererat jalinan kerjasama yang selama ini terjadi dan kedepannya diharapkan akan semakin banyak hal untuk disinergikan terutama dalam kaitan amanah dan ketertiban masyarakat” Dawuh Beliau.

“Ini hanyalah sekedar ceremonial saja, diluar kegiatan ini sebenarnya sudah terjalin komunikasi dan kerjasama yang kuat antara Pondok Pesantren Nurul Jadid dengan Polisi Resort Probolinggo. Harapan kami adalah jajaran Polisi Resort Probolinggo agar dapat melakukan pembinaan kepada kami untuk mendorong terciptanya KAMTIBNAS. Semoga pertemuan kali ini dapat membawa berkah manfaat kepada bangsa dan negara khususnya dalam mendorong pembangunan melalui kemanan dan ketertiban masarakat.” dawuh beliau menutup sambutan dari perwakilan Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Setelah sambutan dari Kepala Pesantren Pondok Pesantren Nurul Jadid, Bapak AKP Arman Tasmara Syarifuddin menyampaikan sambutannya yang berisikan tentang antusiasnya masyarakat Probolinggo terhadap aplikasi Bromo Perkasa yang dibuat oleh Santri Nurul Jadid sekaligus Mahasiswa STT Nurul Jadid yang telah di launchingkan kurang lebih 2 bulan lamanya.

“Terimakasih kami ucapkan kepada Pondok Pesantren Nurul Jadid yang telah mensuport aplikasi bromo perkasa yang sangat berguna bagi masyarakat banyak. Masyarakat sangat antusias dalam menyambut kehadiran aplikasi tersebut. Bukan hanya di kota probolinggo saja namun juga masyarakat indonseia, bahkan sampai diluar negeri, mereka sangat penasaran dengan aplikasi ini. Setelah kami sampaikan aplikasi ini di tingkat Jawa Timur, alhamdulillah aplikasi ini menjadi aplikasi yang terbaik. Dan rencananya akan kami menyampaikan aplikasi ini ke tingkat Nasional” ucap Bapak Arman selaku Kapolres Probolinggo.

“Aplikasi ini sangat berguna bagi masyarakat khususnya di Kabupaten Probolinggo. Setelah aplikasi ini di launchingkan, kami mendapat 1.000 pengaduan dari masyarakat. Sehingga mereka merasa lebih nyaman dan terayomi oleh kami. Sekali lagi kami ucapkan banyak terimakasih kepada Pondok Pesantren Nurul Jadid yang telah membantu tugaas tugas kami. Dan harapan kami kedepannya akan terjalin kerjasama yang lebih baik lagi dalam berbagai aspek.” Cakap Bapak Kapolres menutup sambutan dari Jajaran Polisi Resort.

Setelah menyampaikan beberapa sambutan, acara inti pada perjumpaan kali ini adalah penandatanganan dari 2 perguruan Tinggi di Pondok Pesantren Nurul Jadid yakni IAI Nurul Jadid dan STT Nurul Jadid. Sekaligus pemberian cindera mata secara simbolis baik dari Pondok Pesantren Nurul Jadid maupun dari Pihak Kepolisian Probolinggo. Acara silaturrahim hari ini diakhiri dengan pembacaan do’a yang dipimpin oleh Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Moh. Zuhri Zaini. (Q2/Red).

renungan

Renungan

Membaca bukan hanya suatu kebutuhan bagi setiap orang. Melainkan, membaca adalah suatu kewajiban bagi setiap orang terutama di kalangan santri. Kegiatan membaca ini tidak hanya di anjurkan dikalangan santri saja, akan tetapi kewajiban untuk membaca ini dianjurkan bagi seluruh umat islam sebagaimana ayat yang pertama kali diturunkan dalam kitab suci al-Qur’an yang berbunyi IQRO’ yang berarti “bacalah”.  Allah SWT memerintahkan kepada seluruh makhluknya untuk membaca, yang mana “membaca” ini memiliki artian luas dalam kehidupan kita. Kata membaca ini tidak hanya diartikan sebagai membaca kitab atau buku bacaan saja, akan tetapi dalam kata IQRO’ kita di perintahkan untuk membaca segala bentuk macam tulisan yang ada di muka bumi ini dengan menyebut nama tuhan-Mu. Dan kegiatan membaca ini diperbolehkan bagi kita semua selama kita semua tahu batasan yang kita baca. Dengan cara kita mengetahui buku bacaan yang kita baca selama buku bacaan itu sesuai dengan ajaran agama.

Buku bacaan yang dapat kita baca dapat berupa buku-buku islami seperti buku sejarah islam, buku fiqih. Buku bacaan yang di baca santri pun berbeda-beda karena perbedaan tingkat usia mereka, seperti buku yang di baca oleh anak SD berbeda dengan buku bacaan yang di baca oleh anak SMP dan begitu pula buku bacaan yang di baca oleh anak SMA berbeda dengan buku bacaan yang di baca oleh seorang Mahasiswa. Namun, dari adanya semua perbedaan itu, yang paling penting adalah kita semua tahu batasan buku yang kita baca. Secara khusus pada tahap pra kuliah (tahap belajar) di dalam masa tersebut janganlah kita menyibukkan diri dengan hal yang tak berguna seperti melakukan pemikiran-pemikiran dalam berfilsafat, masalah yang berat, dan juga masalah politik yang berada di sekitar kita, karena untuk memikirkan semua itu ada waktunya tersendiri bagi kita. Maka dari itu, untuk saat ini apa yang sedang kita pelajari di sekolah itulah yang perlu kita tekuni mulai saat ini. Tidak perlu kita mempelajari dan membaca buku-buku tambahan yang lain, yang belum saatnya kita baca. Jika pelajaran yang kita pelajari saat ini kita dalami, maka hasilnya pun akan memuaskan. Dan lagi jika kita bandingkan dengan orang-orang dahulu, mereka tetap dapat meraih impian yang mereka inginkan dengan semangat belajar yang mereka miliki meskipun fasilitas pada saat itu kurang mendukung, berbeda halnya dengan saat ini yang kita rasakan. Maka dari itu, kita semua wajib mencontoh akan semangat yang dimiliki oleh santri-santri yang telah lama mendahului kita. Dan lagi fasilitas yang kita milki saat ini harus bisa menjadi penunjang kesuksesan kita dalam belajar.

Melihat dari fenomena kurangnya minat baca santri saat ini, semua itu berawal dari kesadaran diri kita masing-masing. Coba kita perhatikan yang di maksud dengan santri itu adalah  apa dan bagaimana? santri itu adalah seorang pencari ilmu dan dalam mencari ilmu setiap santri membutuhkan yang namanya membaca. Dan lagi kegiatan membaca di kalangan santri ini seharusnya bisa dijadikan hobi. Karena membaca itu juga termasuk dalam kriteria pembuktian identitas santri, apabila ada seorang santri yang enggan membaca berarti bisa dikatakan dia itu bukanlah seorang santri. Apalagi bagi seorang guru, kegiatan membaca haruslah menjadi salah satu dari aktivitas rutin dalam kegiatan sehari-hari, karena guru inilah yang menjadi pedoman bagi santri-santrinya.

Sedangkan di era globalisasi yang sedang carut marut ini, banyak santri yang lebih memilih membeli komik, majalah dewasa dan lain sebagainya. Padahal buku bacaan seperti komik, majalah dewasa, dan lain sebagainya itu sangatlah tidak cocok di kalangan santri. Karena semua itu sama sekali tidak ada manfaatnya bagi kita semua. Jika kita mengaca pada diri kita saat ini sangatlah pantas bagi kita untuk menyayangi diri kita sendiri, karena pada usia remaja saat ini sangatlah kritis, yang di maksud dengan kritis ini adalah jika seorang remaja seperti kita ini sudah terjerumus kepada hal negatif maka cara untuk memperbaikinya luar biasa sulit. Karena butuh perjuangan mati-matian bagi kita untuk dapat membuatnya kembali pulih seperti sedia kala, maka dari itu, bagi remaja yang belum terjerumus ke dalam hal negatif tersebut sebaiknya berusaha semaksimal mungkin untuk menjauhinya.

Cara untuk mengatasi hal tersebut ialah dengan cara sering-seringlah kita mengunjungi perpustakaan, mengikuti kegiatan pengajian, dan memperbanyak kelompok untuk  diskusi bersama teman-teman yang lainnya. Kegiatan diskusi ini dapat berupa kumpul mandiri mendiskusikan mengenai pelajaran yang dapat membuat ketertarikan teman-teman kalian untuk ikut serta dalam membahas masalah tersebut. Hal yang di diskusikan dapat berupa pelajaran yang kita pelajari di sekolah tidak harus berupa masalah-masalah politik dan lain sebagainya. Karena dengan begitu otak kita tidak terpacu untuk memikirkan hal-hal berat seperti masalah politik dan lain sebagianya.

Mengutamakan kegiatan membaca sejak dini dapat menjadi salah satu dari banyak cara untuk menghindarkan kita dari terjerumusnya pada hal negatif. Kita sebagai seorang santri haruslah memaksimalkan kegiatan membaca, entah itu membaca kitab kuning ataupun buku, tentunya dari salah satu media tersebut haruslah menjadi kebutuhan pokok santri. Dan tidak hanya salah satu dari dua media tersebut (kitab kuning dan buku) yang dapat kita pilih, keduanya pun juga dapat kita jadikan kebutuhan, itu semua tergantung dari apa yang lebih kita butuhkan. Dalam hal memprioritaskan antara kitab kuning dan buku itu semua tergantung dari banyaknya hal contohnya seperti, jika sejak awal kita telah mendalami kitab kuning, maka tidak ada salahnya jika kita juga ikut turut belajar akan pelajaran umum seperti halnya pelajaran fisika, begitu pula sebaliknya. Karena saat ini semua pelajaran wajib untuk kita ketahui walupun hanya sebagian kecil saja seperti halnya saat ini kita tengah belajar bahasa arab maka tidak ada alasan bagi kita untuk meninggalkan pelajaran bahasa inggris karena sekarang semuanya bersifat Opsional yang mana  semua itu bukanlah lagi suatu pilihan bagi kita semua, antara  memperdalam pelajaran bahasa arab ataupun pelajaran bahasa inggris. Karena kedua mata pelajaran tersebut sangatlah penting di kehidupan kita saat ini. Karena itulah patutlah bagi kita sebagai remaja penerus bangsa untuk tidak menyia-nyiakan waktu yang tersedia bagi kita untuk bermain-main melainkan, kita semua harus dapat menggunakan waktu tersebut dengan semaksimal mungkin untuk belajar dengan tekun.

Santri itu adalah seorang pencari ilmu dan dalam mencari ilmu setiap santri membutuhkan yang namanya membaca.

Penulis : K. Imdad Robbani (Wakil Kepala Biro Kepesantrenan, Wakil Direktur LPBA dan Wakil Kepala Madrasah Diniyah Nurul Jadid)

Sumber : Majalah Iqro’ Edisi April 2017arti

PPDB MANJ

Penerimaan Peserta Didik Baru MANJ 2017-2018

Informasi Penerimaan Peserta Didik Baru Madrasah Aliyah Nurul Jadid Tahun Pelajaran 2017-2018

Debat Bulan Lomba 68

Adu IQ di Lomba Final Debat Bulan Lomba Harlah 68

nuruljadid.net – Harlah Pondok Pesantren akan digelar kurang lebih satu bulan lagi. 28 Lomba akan segera selesai. Hari ini (23/03) Panitia Bulan Lomba 68 menggelar pertandingan adu IQ dengan mengandalkan fakta dan data. Perlombaan kali ini adalah Debat yang diikuti oleh perwakilan dari 15 wilayah putera. Masing masing wilayah wajib mendelegasikan satu kelompok.

“Tujuan diadakannya lomba debat ini adalah untuk mengasah dan mengetahui kemampuan santri terhadap kejadian atau isu isu yang berkembang saat ini, baik itu isu internasional maupun nasional” ucap Ust. Horik Alamsyah selaku Ketua Bulan Lomba 68.

Pada malam hari ini (23/03) adalah lomba final debat yang tersisa 3 kelompok dengan masing masing dari Wilayah Unggulan, Wilayah Diniyah dan Wilayah Zaid bin Tsabit (K). Debat kali ini berbeda dengan debat debat sebelumnya. Jika sebelumnya mereka (masing masing peserta) diberikan tema beberapa hari sebelum pertandingan dimulai, untuk malam ini tema diberikan ketika mereka (peserta final debat) sudah berada diatas panggung dan diberikan case building (waktu sesaat) untuk mempersiapkan data.

“Debat kali ini tema tergantung juri dan diberikan ketika peserta debat sudah berada diatas panggung. Hal ini bertujuan untuk melatih pikiran mereka sejauh mana mereka mampu berfikir selain itu jug abermaksud untuk menguji kesiapan mereka dalam mengikuti loma debat kali ini. Karena lomba pada malam hari ini adalah Final, maka semuanya haris berbeda dengan sebelumnya. Harus lebih extreme lagi” cakap Ust. Salman Al Farisi selaku salah satu juri debat final malam ini.

Adapun tema yang diberikan juri pada lomba final debat kali ini adalah sebagai berikut :

  1. Pancasila sudah tidak sakti lagi
  2. Feminisme telah runtuh
  3. Sosial media penyebab rusaknya sosial generasi muda
  4. Koruptor hukum mati

Debat yang dimulai pada pukul 20.30  WIB pada awalnya ini berjalan dengan alot sehingga beberapa argument mereka dapat dimentahkan dan terkadang masih jauh dari tema yang telah ditentukan. Namun setelah pertandingan awal selesai, juri memberikan arahan bagaimana mereka seharusnya memberikan argument dan membawa argument mereka. Sehingga pada pertandingan kedua mereka lebih baik lagi dalam ber-argument.

Tema tentang “Koruptor Hukum Mati” adalah tema terakhir pada lomba debat kali ini yang akan memperebutkan juara 1. Kali ini terdapat 2 kandidat yang akan adu argument. Delegasi dari Wilayah Unggulan berhadapan dengan delegasi Wilayah Diniyah. Diakhir pertandingan ini, Unggulan yang berada pada posisi Pro sedangkan Dinyah berada pada posisi Kontra.

“Mereka sudah bermain dengan bagus, namun kesalahan mereka adalah mereka terlalu terbawa emosi dengan pernyataan dari pihak lawan, sehingga pada waktu mereka menyampaikan argument, mereka hanya menentang atas apa yang menjadi pernyataan lawan dengan tanpa adanya penguatan fakta dan data dari masing masing pihak baik pro maupun kontra.” Ujara Zaky selaku juri ke 2 pada lomba final debat,

Akibat itu, juri memberikan 1 pertanyaan pada masing masing delegasi untuk memperkuat data mereka sesuai dengan posisi mereka dalam perdebatan. Dan akhirnya dengan beberapa pertimbangan, juri memutuskan Unggulan lah yang berhak mendapatkan Juara 1 lomba debat kali ini. Dengan alasan Delegasi Unggulan dapat menjawab pertanyaan dewan juri dengan bagus. (Q2/Red)

Lomba Pidato : Dakwah Santri Di Pondok Pesantren

nuruljadid.net – Bulan Lomba dalam rangka memperingati Haul Pendiri dan Harlah ke 68 Pondok Pesantren Nurul Jadid sudah mencapai puncak, pasalnya sudah banyak lomba yang terlaksana. Dan hari ini (20/03) lomba yang diselenggarakan oleh panitia adalah Lomba Pidato Campuran (Bahasa Indonesia dan Madura).

Peserta lomba yang merupakan delegasi dari masing masing wilayah dan banom memberikan penampilan yang terbaik. Selain untuk menyemarakkan  peingatan Haul Pendiri dan Harlah ke 68, mereka juga membawa nama wilayah di pundak mereka. Mereka yang tampil adalah santri yang dianggap mampu untuk membanggakan wilayahnya masing masing.

“Semua peserta lomba memiliki penampilan yang menarik, intonasi dan improvisasi kata sudah banyak mereka kuasai. Sangat bingung untuk menentukan siapa pemenang lomba kali ini” ujar salah satu juri pada lomba tersebut.

Dengan berpenampilan sesuai dengan tema yang mereka sampaikan, mereka (peserta) memberikan sebuah candaan dengan menggunakan bahasa Madura yang bertujuan untuk menghibur dan menyapa penonton. Banyak cara yang mereka lakukan, ada yang menggunakan pantun, ada pula yang menyanyikan lagu dan ada juga yang mengutip dari perkataan tokoh tokoh besar nasional maupun internasional.

“Lomba ini merupakan salah satu cara santri untuk mengemukakan pendapat mereka tentang apa yang terjadi pada dunia pada saat ini dengan berpandangan pada islam. Sehingga mereka berpendapat tidak hanya dengan berdasarkan fakta dan realita, mereka berpendapat dengan mengutip beberapa ayat Al Qur’an dan hadist serta isi kajian kitab. Ini sebuah prestasi yang gemilang dan harus dikembangkan” ujar Ust. Khorik selaku ketua Bulan Lomba 68.

Persaingan ketat yang mereka rasakan memberikan dampak yang positif bagi santri lainnya. Pasalnya dalam perlombaan kali ini ada dua klasifikasi yakni tingkat SLTA dan SLTP. Dalam pelaksanannya, tak jarang peserta SLTP mengalahkan peserta dari SLTA. Contohnya saudara Arif dari Asrama Sunan Gunug Jati (A). Dengan mengenakan gamis putih dan sorban hijau yang melingkar dikepalanya mengalahkan peserta dari tingkat SLTA. Improvisasi dan intonasi disampaikan dengan menggelegar dan semangat walaupun dengan mengenakan bahasa Madura dia masih bisa mampu membuat suasana menjadi penuh tawa. Tak hanya itu, penyampaian referensi juga dapat dikatakan sudah setara dengan peserta tingkat SLTA.

Namun, peserta tingkat SLTA pun tak mau kalah, dengan menjaga image, mereka juga menyampaikan cara berpidato dengan benar dan dapat menarik perhatian penonton. Persaingan antar level juga terjadi pada lomba kali ini. Namun hak preogatif dimiliki oleh dewan juri. Pada loma kali ini dari 15 peserta akan diambil 3 pemenang dimasing masing tingkatan. Juara 1, 2 dan 3 tingkat SLTA dan SLTP. Semoga dengan adanya perlombaan ini dan lomba yang lain kualitas dan kuantitas santri Nurul Jadid dapat berkembang dengan up to date sehingga mereka bisa melihat kondisi islam dan duni pada zaman kali ini. (Q2/Red)

Politik

Agama Dan Hegemoni Politik Kebenaran

Manusia sebagai mahluk Allah  yang mempunyai keistimewaan berupa akal, selalu mengalami perkembangan dalam menghadapi dinamika kehidupan. Keistimawan itu adalah dimana manusia diciptakan oleh Allah sebagai hamba yang harus taat dan patuh terhadap takdir dan ketentuntuanNya. Untuk itu, menuju hamba yang bijaksana, seyogyanya harus terdorong dari sikap keagamaannya. prilaku keagamaan yang baik akan menciptakan sikap yang bernilai. Disamping itu pula, manusia diberi beban tanggung jawab untuk menjadi khalifah di muka bumi. Dimana, manusia harus bertanggung jawab terhadap kenyamanan, ketentraman dan keselamatan ciptaan Allah di muka bumi. Keyakinan terhadap status manusia  ini yang akan diterpancarkan bagi manusia yang beragama. Tanpa keyakinan terhadap agama, tidak akan termanifestasikan keyakinan dalam prilaku kesehariannya. Karena, kepercayaan terhadap agama akan melahirkan prilaku penghambaan. Dengan bergama pula, seseorang akan melakukan dinamisasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang terarah.

Seringkali orang mengartikan bahwa agama itu semata-mata hanyalah satu sistem peribadatan antara mahluk dan Tuhan Yang Maha Esa saja. Defenisi ini sangatlah sempit dan memberi batas bagi keberadaan agama untuk ikut andil dalam menganalisis terhadap persoalan sosial, ekonomi dan politik. Dalam sejarahya, agama hadir berperan sebagai alat dalam mengoreksi politik yang menyimpang dari tujuan mulianya, mensejahterakan rakyat dan politik membangkitkan kesadaran manusia beragama agar tidak terbuai dalam otokritik menggunakan ajaran agama dengan membabi buta.

Meski agama sangat dibutuhkan dalam kancah perpolitikan bangsa, dengan harapan agar tidak menciderai demokrasi, juga perlu menjaga agar agama tidak terkooptasi dan disubordinasi. Karena jika agama terkooptasi oleh politik negara, maka agama akan menjadi alat kekuasaan penguasa akhirnya agama menjadi candu. Nilai kritis agama menjadi sirna ditengah kondisi perpolitikan bangsa yang semakin liar. Keserakahan tokoh agama juga para pemeluk agama dalam mengartikuasikan agama, sehingga agama kehingan identitas sebagai institusi mengawal kebearan dan keadilan. Agamapun akan menjadi bisu disaat ketimpangan sosial, ketidak adilan manusia di depan hukum meraja rela.

Agama sebagai institusi dalam masyarakat harus lantang menyuarakan segala ketimpangan-ketimpangan, agar hakikat sejati perpolitikan dalam politik tetap terjaga. Hubungan agama dan politik bagai sisi mata uang yang tak terpisahkan. Politik tanpa agama akan melakukan penyimpangan-penyimpangan, sebaliknya agama tanpa politik akan berjalan ditempat dan akan lambat dalam menyebarkan nilai-nilai kemanusiaan. Ditengah negara demokrasi saat ini, seyogyanya agama., politi dan demokrasi harus berjalan beriringan agar tercipta neara yang damai dan berkeadilan.

Agama dan Politik Kebenaran

Kebenaran dalam koneks politik sesuatu yang absurd. Artinya kebenaran dalam politik itu sangat musykil untuk di ukur objektifitasnya. Hal ini terjadi karena nalar politik yang memproduksi cenderung bersifat relativistik. Dalam politik mencari kebenaran bukanlah yang penting dan sama sekali bukan tujuan. Yang perlu dalam politik adalah bagaimana menguasai kebenaran, tentu akan mempermudah para politisi memenangkan kepentingan politiknya.

Agama sebagai suatu nilai kebenaran dan kemanusiaan, harus ditempatkan dalam sistem negara yang mengutamakan harmoni. Tanpa adanya ruang agama dalam sistem negara maka akan menghasilkan negara sekuler dan tercipta kesenjangan antara sesama. Proses dalam berdemokrasi, bukanlah kebebasan tanpa nilai, Bagaimanapun agama harus dijadikan panutan tertinggi dalam berpolitik dan berdemokrasi. Meski, tanpa menghalangi kebebesan bereksperesi, yang sesuai dengan norma agama yang menjadi ideologi bangsa.

Dalam sebagian sejarah, bahwa politik terlahir dari pemikiran agama agar tercipta kehidupan yang harmoni dan tentram dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini harus tercipta bahwa segala aktifitas manusia dalam kehidupannya tidak terkecuali politik hatus terdorong dari ajaran agama agar terwujud keadilan, keharmonisan dan kesejahteraan menyeluruh. Jika politik terutus dari agama, akan menghasilkan keserakahan dan ketidak adilan dalam menciptakan masyarakat.

Agama Sebagai Ayam Potong

Istilah agama sebagai “ayam potong” tepat segali digunakan untuk membaca fenomena agama saat ini. Agama dipotong-potong sebagai hidangan bagi pemangku kepentingan, tak ayal sebagian pesantren seringkali menjadi objek wisata bagi politisi pada saat menjelang pemilu.

Disamping itu juga, prilaku keagamaan saat ini sulit sekali untuk di pisahkan dengan kepentingan politik, menjadi kurang elok jika gerakan keagamaan tertunggangi oleh politisi demi mensukseskan kepentingan poitiknya.

Fatwa yang bernuansa agama sangatlah gampang dijadikan sebagai penguat kekuasaannya. Dulu, pada era Presiden Gusdur, istilah bughat pernah dikeluarkan untuk melawan para musuh politiknya. MUI pernah mengeluarkan fatwa haram bagi para golput dalam pemilu, dan akhir-akhirnya gerakan-gerakan bela agama, bela islam bahkan bela politik tertentu, seringkali memasukkan dalih agama.

Terkadang agama menjadi alat komoditi dalam melakukan penyimpangan-penyimpangan. Demokrasi yang disalah artikan akan melahirkan permusuhan dan ketidak stabilan dalam berbangsa dan benegara. Bisa dilihat di negara kita akhir-akhir ini, menjadi tidak karuan pada saat agama dipisahkan dari negara juga agama tidak menjadi ukuran dalam berdemokrasi. Kebebasan terkadang menjadi defenisi tunggal kata demokrasi, sehingga banyak orang melakukan prilaku yang jauh dari nilai pancasila seringkali dilakukan.

Ditengah keberagamaan masyarakat arab yang tak terarah, rasulullah berhasil membuat umat tidak terpecah belah, dengan sikap dan gagasan keummatannya Rasulullah mampu menghadirkan suasana sejuk damai di tengah perbedaan. Menghadapi kaum jahiliyah yang buta pengetahuan agama, rasulullah tidak menjadikan dirinya seagai tokoh antagonis yang bertindak tanpa memperhatikan kondisi sosial kemasyarakatan. Justru dengan gerakan rasulullah ini, Islam mampu menjadi agama penyejuk, pembeda menuju kesejahteran bagi alam semesta. Sprit rasulullah dalam melaksanakan politiknya tidak keluar dari nilai-nilai agama yang menjadi ajarannya. Wallahu’alam

Penulis : Ponirin Mika (Sekretaris Biro Kepesantrenan PP. Nurul Jadid dan Anggota Comics (Community of Critical Social Research) Probolinggo)

Santri Nurul Jadid Berfoto Bersama Kapolres Probolinggo

Santri Nurul Jadid Ikut Menyemarakkan Kegiatan Olahraga Sehat oleh Polres Probolinggo

nuruljadid.net – Pada tanggal 08 Februari 2017 lalu, bapak kapolres Probolinggo, Bapak Arman Asmara Syarifuddin berkunjung ke Pondok Pesantren Nurul Jadid dalam rangka menjalin silaturrahim dengan Pengasuh dan jajaran pengasuh. Hari ini, lagi dan lagi Bapak Arman Asmara Syarifuddin menjalin silaturrahim dengan santri Pondok Pesantren Nurul Jadid. Jika beberapa waktu yang lalu bertempat di Pondok Pesantren Nurul Jadid namun kali ini berbeda, melainkan bertempat di Lapangan PJB Paiton.

Undangan yang diperuntukkan untuk 40 santri Pondok Pesantren Nurul Jadid ini bertujuan untuk bersilaturrahim dengan beberapa elemen masyarakat dan pemerintah diantaranya adalah Anggota TNI dan POLRI, dewan guru se Paiton, Pondok Pesantren di sekitar wilayah Paiton dan organisasi masyarakat yang lainnya. Acara yang diawali dengan jalan jalan sehat ini dimulai pada pukul 06.00 WIB. Yang dilanjutkan dengan senam sehat dan pengundian doorprize. Acara yang diselenggarakan oleh Polres Probolinggo yang bekerjasama dengan PJB, YTL, JM PLTU Paiton dan Polsek Paiton ini dimeriahkan dengan banyaknya undangan yang hadir termasuk santri Pondok Pesantren Nurul Jadid didalamnya.

“Kegiatan ini terselenggara dengan adanya dukungan bersama. Kegiatan ini juga bisa menyehatkan kita bersama dengan olahraga yang dapat memupuk kesehatan sehingga dengan badan sehat aktifitas kita tidak terganggu” ujar Bapak Kapolres Probolinggo dalam sambutannya.

“Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan utuk memupuk kekompakan dalam bersinergi dalam segi sosial dan jajaran pemerintahan, masyarakat dan Pondok Pesantren” tambah Kapolres Probolinggo tersebut.

Kegiatan yang bertema “Bersama Kita memperkuat Persatuan Kesatuan dan Kebinekeaan Guna Mewujudkan Situasi Kamtibnas Yang Aman dan Intensif” berakhir pada pukul 09.00 WIB dengan acara terkahir adalah pembagian hadiah doorprize. Dan alhamdulillah santri Pondok Pesantren Nurul Jadid mendapatkan 7 hadiah dari hadiah yang disediakan, diantara hadiah yang didapat adalah Seterika, Jam dinding dan kipas angin.

“Alhamdulillah walaupun hanya 7 hadiah yang berhasil didapatkan kita masih senang dan bersyukur. Sebab selain mendapat hadiah kita juga dapat mengikuti senam bersama masyarakat dan polisi. Dan yang terpenting kita mendapatkan hadiahnya dengan gratis.” Ucap salah satu santri Nurul Jadid dengan menggunakan bahasa madura yang disertai dengan canda tawa.

Harapan demi harapan dilontarkan oleh beberapa peserta kegiatan ini. Salah satunya adalah dengan adanya kegiatan in idiharapkan silaturrahmi semakin erat dan dapat memupuk tali persaudaraan terutama dengan masyarakat dan Pondok Pesantren. (Q2/Red)

 

Biro Kepesantrenan Pondok Pesantren Nurul Jadid adakan Pelantikan Kepala Wilayah

nuruljadid.net – Senin, (06/03/2017), lantunan bacaan sholawat terdengar sangat merdu dari corongan masjid jami’ Pondok Pesantren Nurul Jadid, sholawat yang menjadi ciri khas bacaan ubudiyah setiap diadakannya acara yang bertempat di masjid jami’ tersebut.

Gemuruh suara santri mengikuti bacaan sholawat yang dipimpin ubudiyah, menambah semakin meriahnya acara pelantikan pengurus wilayah yang diadakan oleh biro kepesantrenan Pondok Pesantren Nurul Jadid, seluruh santri berbondong bondong menaiki masjid jami’ yang kurang lebih baru 35% dibangun, dengan serentak semua santri menggunakan baju putih yang menjadi paling utamnya pakayan.

Tepat jam 08.30 WIB. Acara pelantikan dimulai, yang diawali dengan pembukaan yang dipimpin oleh pembawa acara, sahabat Anam, kemudian Qori’ acara yang kedua yang dilantunkan langsung oleh salah satu Santri asal pulau Kangean, Uztad Sudirman, kemudian pembacaan surat kepurusan (SK), yang dibacakan oleh Sekretaris Biro kepesantrenan, Uztad Ponirin Mika, sekaligus bersamaan dengan acara prosesi pelantikan pengurus masa khidmat 2017-2019, yang diiqrar langsung oleh Kepala Pesantren Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Abdul Hamid Wahid.

Setelah pembacaan iqrar, kemudian dilanjut oleh sambutan Wakil Kepala Biro Kepesantrenan, K. Imdad Rabbani, dalam sambutannya beliau menyampaikan beberapa pesan kepada Kepala Wilayah yang dilantik, semoga Kepala Wilayah yang terpilih mendapat taufiq, sehingga bisa melaksanakan tugas – tugasnya. Dan semoga dapat melaksanakan tugas – tugasnya sesuai dengan visi – misi Pesantren.

Kepada Kepala Wilayah devisioner, semoga amal yang selama ini dilakukan terhadap Pondok Pesantren, dibalas oleh Allah dengan balasan yang melimpah baik di dunia maupun di akhirat.

Kepada Panitia , terimakasih kepada Kabid IV beserta Anggotanya yang telah membantu mengsukseskan acara ini, semoga semua apa yang dilakukan dibalas oleh Allah.

Kemudian sanbutan yang kedua yang disampaikan oleh Kepala Pesantren Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Abdul Hamid Wahid,dalam sambutannya beliau menyampaikan beberapa pesan.

Selamat dan kami ucapkan terimakasih kepada Kepala Wilayah yang telah mengabdikan dirinya mengurusi Santri Pondok Pesantren Nurul Jadid, semoga amal baiknya dicatat sebagai amal baik oleh Allah SWT.

Kepada Kepala Wilayah yang baru, semoga diberi kesempatan dan kemauan dalam mengurusi Santri di Pondok Pesantren Nurul Jadid. Amanah yang diberikan ini merupakan kesempatan bagi kita untuk membantu penataan dan menjalankan kegiatan kegiatan di Pondok Pesantren Nurul Jadid. Manfaatkan kesempatan ini dengan baik, insyaallah manfaatnya akan kembali kepada diri kita sendiri. Kepada seluruh Santri mari kita dukung, bahwa pengurus adalah kepanjangan dari orang tua, apapun yang dilaksanakan oleh pengurus harus kita dukung.

Tepat jam 10.00 WIB, acara serentak pelantikan Pengurus Wilayah Pondok Pesantren Nurul Jadid selesai. (Zhen/Red).

Pengajian Rutin Kitab Al Hikam di Musholla Riyadus Sholihin PP. Nurul Jadid dikaji langsung Oleh KH. Moh. Zuhri Zaini, Pengasuh PP. Nurul Jadid

KH. Moh. Zuhri Zaini : Lunturnya Nilai–Nilai Substansi Dakwah

nuruljadid.net – Manusia diciptakan dengan membawa dua misi, yang pertama adalah misi beribadah kepada allah, yang kedua adalah misi khalifatullah. Dalam bahasa lain bagaimana manusia membangun hubungannya dengan sang maha pencipta melalui ibadah – ibadah mahdhoh seperti sholat. Dan membangun hubungan kepada sesama manusia dengan ibadah – ibadah ghairu mahdhoh seperti shodaqoh.

Manusia sebagai khalifatullah, adalah manusia yang nantinya akan menjadi seorang pemimpin di muka bumi, demi tegaknnya ajaran – ajaran islam rahmatan lil’alamin, manusia yang dimanapun berada selalu siap berjuang dan berdakwah mengajak masyarakat kearah yang lebih baik.

Misi dakwah inilah merupakan manifestasi dari khalifatullah, yang menjadi tugas dari setiap manusia agar tidak hanya memikirkan urusannya sendiri, tetapi harus mampu mengajak orang lain untuk berbuat baik dan bersama sama menjunjug tingg yang namanya nilai – nilai keislaman dalam tataran masyarakat.

Fenomina dakwah di era globalisasi terkadang hanya menjadi sebatas simbolisasi bagi ormas, kelompok dan partai tertentu untuk mendapatkan apa yang menjadi keinginan dan tujuan mereka. Dan mengakibatkan lunturnya nilai – nilai substansi yang terkandung didalam dakwah itu sendiri.

Fenomina sekarang ketika kepentingan sudah di peroleh seakan akan misi dakwah sudah selesai, padahal tujuan yang demikian sangat jauh dari nilai nilai suci yang menjadi tujuan dari dakwah islamiyah.

Hal ini tentunya membuat banyak kekahwatiran dikalangan para ulama, kiai dan intelektual muslim, salah satunya adalah Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, probolinngo, KH. Moh. Zuhri Zaini, mengingatkan.” Sifat kasih sayang merupakan keberhasilan dari dakwah yang di lakukan oleh seseorang, “ kekuasaan bukan alat untuk mendapatkan kesenangan, akan tetapi kekuasaan adalah alat untuk menegakkkan yang namanya kebaikan atau dakwah islamiyah. Penjelasan beliau dalam pengajian kitab Al-Hikam karya Imam Ibnu Athoillah, senin, 06/03/17.

Kiai Zuhri melanjutka penjelasannya.” Nasehat yang baik yang datang dari hati yang tulus, maka akan mudah diterima dengan hati yang tulus pula.” Beliau melajutkan.” Inilah pentingnya keikhlasan dalam perjuangan.

Demekian pesan singkat beliau terkait fenomina dakwah, yang sekarang sering menjadi kendaraan bagi golongan atau kelompok tertetu. (Zhen/Red)

Banjir, Keangkuhan dan Keserakahan

Fenomena banjir bukanlah takdir yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Banjir merupakan sebuah kejadian akibat dari keserakahan dan keangkuhan manusia. Manusia yang berprilaku tidak terdidik dan memelihara kesombongan, melahirkan arogansi dan ketamakan. Dengan sikap seperti itu, akan menimbulkan kemurkaan kemurkaan alam. dalam sejarah, peristiwa banjir Nabi Nuh memang sangat fenomenal dan masih tetap menjadi perbincangan umat beragama sampai sekarang. Alquran dan Injil memang menceritakan banjir zaman Nabi Nuh ini. Alquran juga menceriterakan tentang umat Nabi Luth yang gemar melakukan homoseks dan akhirnya ditimpa gempa dahsyat yang diikuti dengan hujan batu. Namun, apakah banjir zaman Nabi Nuh terjadi semata-mata karena kutukan Tuhan?  mungkin saat ini, perilaku biadab manusia berbeda dengan zaman Nabi Nuh dan Nabi Luth, akan tetapi nilai kedurhakaannya bisa saja melebihi. prilaku manusia modern, terkadang bisa jauh lebih jahat dari pada perilaku manusia terdahulu. untuk itu, fenomena kemurkaan alam tidak bisa di pahami sebagi takdir, lebih dekat akiba kepada kebiadaban manusia atas prilaku tidak terpujinya.

Kesombongan membuat lupa diri, lupa akan statusnya sebagai hamba Tuhan, padahal tak seorangpun mempunyai kuasa selain atas pertolonganNya. Sikap seperti inilah yang merusak pangkat manusia dihadapan Tuhan sebagai mahluk paripurna. Keistimewaan akal yang diberikan Tuhan, di harapkan mampu mengarahkannya menjadi mahluk yang bisa menjadi wakil Tuhan di muka bumi.

Keserakahan atau ketamakan salah satu sifat “binatang” karena dengan sikap ini tidak akan mengenal arti kebersamaan, kesetaraan dan empati. Justru akan menuntun untuk membangkitkan rasa ego pada akhirnya akan menghilangkan sifat kemanusiaan.

Banjir dalam agama tidak hanya bisa di maknai adalah ujian Tuhan, namun bisa mempunyai arti sebagai balasan (azab) Tuhan bagi manusia yang sudah melupakan kewajibannya. Kewajiban kepada tugasnya untuk menjaga kelestarian lingkungan, lebih-lebih melupakan tugasnya sebagai hamba Tuhan sebagi mahluk beribadah.

Dalam alqur’an Allah berfirman yang artinya “ janganlah engkau membuat kerusakan di muka bumi setelah Allah memperbaikinya” . Imam Abu Bakar Ibnu Ayyassy Al-Kuufi, ketika ditanya tentang firman ini beliau berkata “sesungguhnya Allah mengutus Nabi Muhammad SAW kepada umat manusia sewaktu mereka dalam keadaan rusak, maka Allah memperbaiki mereka dengan petunjuk yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW.

Kerusakan sebab keserakahan

Karena sebab utama dari kerusakan adalah ulah perbuatan manusia dengan segala bentuknya, mereka tidak mampu mengoptimalkan juga memaksimalkan potensi akal dengan baik. Segala tindak tanduk perbuatannya tak beroreintasi kepada kemaslahatan ammah, justru prilakunya mengundang kemarahan Allah.

larangan atas perbuatan ini sangat tegas, berarti ada konsekwensi logis yang akan terjadi apabila manusia tidak melaksanakan perintah ini dengan baik. Terbentuknya manusia menjadi khalifah karena manusia adalah mahluk paripurna dengan kesempurnaan potensi yang diberikan Allah. Tugas untuk memakmurkan alam bukan tanpa alasan, karena dengan cara memakmurkan ini segala mahluk bisa menikmati suguhan-suguhan Allah di muka bumi. Namun jika segala ciptakan Allah di muka bumi rusak akan mengakibatkan seluruh elemen akan kebingungan. Kebingungan tersebut karena mencari tanaman-tanaman dan tetumbuhan yang layak akan mengalami kesulitan. Inilah subtansi dari perintah Allah terhadap manusia untuk menjaga dan memilihara lingkungan dengan baik.

Prilaku yang menyebabkan kerusakan dan keserakahan merupakan prilaku orang munafik, orang yang mempunyai nilai keimanan yang sangat rendah. Kemunafikan membawa keserakahan dan keserakan membawa kebiadaban, semua ini membuat mahluk akan menjauhi Tuhan Yang Maha indah. Orang munafik tidak akan membuat kedamaian dan ketentraman, karena antara hati dan ucapannya akan mencelakai lingkungan sekitar. Begitu juga fenomena banjir, ia tidak mungkin akan terjadi apabila seseorang menjunjung tinggi sikap terpuji. Ahlak terpuji bukan hanya di praktikkan kepada Allah semata, melainkan kepada sesama manusia dan lingkungan sekitar. Tidak salah jika ada seseorang yang berpendapat bahwa “ tidak sempurna keimanan seseorang, jika ia tidak menjaga lestarinya lingkungan” .

Banjir dan keangkuhan 

Ketiga hal ini, tidak bisa di pisahkan sehingga gejala alam akan membawa kepada kemudaratan. Bisa saja, segala upaya untuk meminimalisir banjir sudah dilakukannya, dengan dinamisasi sungai dan membuat alat-alat modern agar banjir tak lagi terjadi. Namun karena keangkuhan sikap dan hatinya, ia seakan mampu melakukan semuanya tanpa pertolongan Allah, maka karena sikap ini membuat murka Allah terjadi sehingga Allah memperingati dengan cara mendatangkan banjir agar ia kembali sadar bahwa kekuasaan Allah di atas segalanya.

Negeri yang damai dan terpelihara dari musibah, apabila orang-orangnya menyadari bahwa segala upaya dan kemapuan intelektualitasnya hanya sebagai sarana doa kepada Allah. Bukan di yakini sebagi tuhan, sehingga akal menjadi di pertuhankan. Allah berjanji akan menyelamatkan suatu negeri jika di negeri itu banyak orang yang beriman. Ciri-ciri orang yang beriman tidak hanya mereka yang berdikir di masjid-masjid juga bukan orang memakai gamis dan berkalung tasbih. Tapi mereka yang mampu melakukan interaksi vertikal dan horisontal. Interaksi kepada Allah dengan wujud ibadah mahdhahnya dan interaksi horisontal mampu melakukan hubungan baik kepada sesama manusia dan lingkungannya. Iman yang baik berimplikasi kepada prilaku baik, seperti ini wujud mahluk paripurna.

Mari kita kembali merenungkan, terhadap sikap kita, pengusaha  dan para pemimpin bangsa ini. Bangsa yang selalu gaduh dalam persoalan politik, keyakinan dan mencari jawara. Perbedaan sebuah keniscayaan, jika cara menyikapi dengan perilaku tak terpuji maka bisa menodai terhadap kebenaran. Akhirnya jika sebuah kebenaran tidak lagi menjadi kiblat dari segala pergerakan dan perjuangan, maka akan lahir kebiadaban-kebiadaban. Tanpa di sadari bahwa ada takdir Allah yang kita lawan, akhirnya segala hukuman Allah harus diterima dengan lapang dada, sebagai bentuk hamba yang beriman. Akhirnya semua adalah akibat ulah kebiadaban manusia, dengan pola pikir, prilaku dan keyakinannya yang jauh menyimpang dari kebenaran. Wallahu’alam

Penulis : Ponirin Mika (Sekretaris Biro Kepesantrenan PP. Nurul Jadid, dan Anggota Komunitas Critical Social Research, Paiton, Probolinggo)

Kekeringan Spiritual, Derita Manusia Modern

Semua manusia siapapun orangnya pasti mencita-citakan dan mendambakan kebahagiaan. Namun tidak semua manusia tahu dan mau serta mampu menempuh jalan menuju cita-cita tersebut. Mungkin karena tidak tahu. Mungkin tahu tapi tidak mau. Atau tahu dan mau tapi tidak mampu. Banyak orang mengira bahwa kebahagiaan dapat di raih dengan harta yang melimpah, jabatan yang tinggi atau popularitas yang luas. Namun setelah semua itu di raih, ternyata kebahagiaan tidak juga datang.

Banyak orang kaya tapi selalu di hantui ketakutan-ketakutan. Misalnya takut bangkrut. Bahkan tidak sedikit orang kaya tidak dapat menikmati kekayaannya karena ia terkena penyakit kikir. Ia hanya menumpuk-numpuk kekayaan dan sangat berat untuk membelanjakannya untuk amal-amal sosial dan bahkan untuk kepentingan dirinya sekalipun. Ada juga orang kaya yang bermewah-mewah dengan kekayaannya; namun ia tidak pernah puas ia mengidap penyakit tamak yang selalu merasa kurang dan kurang. Tidak pernah mensyukuri nikmat yang dia dapat.

Begitu pula dengan jabatan dan kekuasaan. Tidak semua orang yang mendapatkannya menjadi tenang dan bahagia. Semua itu terjadi karenan mereka telah mengalami kekeringan spiritual. Antara lain ditandai dengan kegelisahan batin, selalu tidak puas, merasa diri terasing, ketidak berartian hidup dan bahkan keputus asaan.

Kekeringan spiritual di sebabkan karena lemahnya atau bahkan hilangnya hubungan baik antara diri seseorang dengan Tuhan, penciptanya, pemberi nikmat berupa fasilitas hidup baginya. Dan lemah atau hilangnya hubungan baik dengan Tuhan itu akan berdampak negatif terhadap hubungan baik dengan sesama manusia bahkan dengan dirinya sendiri dan juga makhluk-makhluk yang lain termasuk lingkungan hidupnya. Keadaan seperti ini banyak terjadi pada manusia modern.

Memang modernitas ibarat mata uang yang mempunyai dua sisi. Disatu sisi ia (modernitas) membawa manfaat bagi kehidupan manusia. Namun disisi lain ia menimbulkan dampak samping yang negatif. Sisi positif dan negatif tersebut disebabkan sifat yang melekat pada diri manusia modern dan modernitas itu sendiri.

Manusia modern dengan modernitasnya ditandai antara lain dengan; selalu berfikir logis dan rasional (pertimbangan untung rugi terutama terkait dengan materi dan uang), bersikap dan bertindak serta bekerja secara profesional, dan mempunyai kemandirian dan kepercayaan diri yang tinggi serta cenderung individualistik.

Sikap rasional, profesional dan mandiri adalah sikap-sikap yang baik yang bisa mendorong kemajuaan dan kesuksesan terutama secara pribadi (perorangan). Namun kepercayaan diri yang berlebihan serta kecenderungan sikap individualitik dapat menyebabkan kerengggangan hubungan atau hubungan tidak baik antara diri seseorang dengan lingkungannya baik dengan sesama manusia dan makhluk yang lain bahkan dengan tuhan. Aplagi sikap individualistik dan egois (mementingkan diri sendiri) adalah merupakan sifat dasar yang tak dapat dipisahkan dari diri manusia. Maka modernitas yang tidak diimbangi dengan spiritualitas yang tinggi akan lebih memperkuat sifat egoisme dan individualisme manusia.

Memang sifat egoisme dan individualisme tidak bisa dilepaskan dari diri manusia, karena ia memang merupakan watak dasar manusia sebagai makhluk individual. Bahkan dalam urusan ibadah dan pengabdian dan urusan akhirat yang lain, kita harus mendahulukan dan mementingkan diri sendiri. Artinya sebelum kita menyuruh orang lain melakukan ibadah atau pengabdian, hendaklah kita yang melakukannya lebih dulu sebelum mengajak orang lain melakukannya.

Sebaliknya dalam urusan dunia, (harta, kedudukan dan lain-lain) sebaiknya kita mengalah, mendahulukan orang lain bahkan mengorbankan hak diri kita untuk kepentingan orang lain. Sikap ini dalam bahasa Agama disebut dengan istilah ‘Itsar (mengalah). Sikap ‘itsar ini memang sangat dianjurkan dalam hal-hal yang berkaitan dengan urusan dunia (harta dan lain-lain). Sedangkan dalam urusan akhirat seperti ibadah dan pengabdian misalnya bersedekah, maka sikap ‘itsar menjadi tidak baik.

Namun yang terjadi dalam masyarakat justru sebaliknya. Dalam urusan dunia kebanyakan kita berebutan, tidak bersikat ‘itsar. Sementara dalam urusan akhirat, misalnya dalam shalat jama’ah dan sedekah, justru saling “mengalah”. Bukannya berebut melakukannya sendiri, tetapi justru mempersilahkan orang lain melakukannya. Sementara dirinya melakukannya belakangan atau bahkan tdak melakukanya sama sekali.

Hal ini disebabkan karna mereka terbujuk oleh godaan nafsu dan keindahan dunia sehinga menjadikan kesenangan dunia sebagai tujuan hidup dan target setiap usahanya. Godaan dunia itu telah menyebabkan mereka rebutan harta, jabatan dan pengaruh yang mengakibatkan terjadinya persaingan tidak sehat, konflik dan ketegangan. Dan godaan dunia itu pula telah menjerumuskan banyak orang kepada korupsi, penipuan, pelacuran dan pelanggaran hukum dan etika yang lain.

Sering pula ketamakan akan kekayaan dan kemewahan telah menyebabkan mereka terbujuk oleh rayuan gombal dan janji-janji kekayaan sekalipun janji-janji itu tidak masuk akal. Misalnya janji-janji yang diberikan Dimas Kanjeng kepada para pengikutnya yang kemudian terbukti bohong dan palsu. Banyak orang yang mengorbankan kehormatan dirinya dan mengkhianati kebenaran yang diyakininya demi uang, kedudukan dan kesenangan sesaat.

Memang dampak modernitas tidak selamanya negatif. Berkat modernitas manusia di era modern ini telah mengalami kemajuan yang luar biasa baik dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) maupun budaya. Dan berkat kemajuan IPTEK khususnya teknologi komunikasi dan informasi (ICT) semuanya berjalan dengan mudah, murah dan cepat. Mulai dari kegiatan berkomunikasi, mencari maupun menyampaikan informasi, usaha-usaha bisnis (ekonomi), pendidikan dan dakwah bahka politik, misalnya kampanye pemilu dan lain-lain.

Namun IPTEK dengan segala perangkatnya hanyalah alat (instrument). Nilainya tergantung kepada tujuan penggunaannya dan dampaknya. Dan pengguna teknologi itu adalah manusia yang selain mempunyai potensi kearah kebaikan juga mempunyai potensi kearah keburukan/kejahatan. Karena itu peerlu penguatan potensi baik pada diri manusia itu serta menekan dan meminimalisir-walaupun tidak dapat menghilangkan-potensi jeleknya.

Penguatan potensi baik adalah dengan peningkatan aspek spiritualitas dan pengendalian sifat-sifat kebinatangan yang melekat pada diri manusia dengan cara menekan keinginan-keinginan nafsu melalui riyadoh dan mujahadah. Karena itu, kita yang hidup di era modern ini hendaknya meningkatkan aspek spiritualitas kita dengan memperkuat sambunga vertikal kita kepada Tuhan melalui pemahaman (makrifat) kita tentang Tuhan disertai perbaikan akhlak dan adab kita terutama kepada Tuhan dan kepada sesama manusia bahkan dengan makhluk yang lain.

Tentu untuk memperoleh pemahaman yang benar (makrifat) tentang Tuhan perlu sumber informasi yang akurat dan dapat dipercaya yakni informasi dari Tuhan itu sendiri melalui orang yang juga dapat dipercaya yakni RasulNya dengan bukti-bukti yang meyakinkan yakni mu’jizat yang diberikan Allah kepada RasulNya. Karena itu hendaknya kita jangan mudah percaya kepada pengakuan (klaim) kebenaran tanpa dasar yang kuat dan bukti yang meyakinkan seperti yang sering terjadi akhir-akhir ini.

Maka pemahaman ilmu wahyu (syariat) adalah suatu keniscayaan dan keharusan agar kita terhindar dari pemikiran-pemikiran yang menyesatkan dan informasi-informasi yang salah dan penipuan. Dan banyak-banyak lah melakukan taqorrub (mendekatkan diri) kepada Allah sambil memohon bimbingan dan petunjukNya.

“SEMUA MANUSIA SIAPAPUN ORANGNYA PASTI MENCITA-CITAKAN DAN MENDAMBAKAN KEBAHAGIAAN. NAMUN TIDAK SEMUA MANUSIA TAHU DAN MAU SERTA MAMPU MENEMPUH JALAN MENUJU CITA-CITA TERSEBUT. MUNGKIN KARENA TIDAK TAHU. MUNGKIN TAHU TAPI TIDAK MAU. ATAU TAHU DAN MAU TAPI TIDAK MAMPU.”

Penulis : KH. Moh. Zuhri Zaini (Pengasuh PP. Nurul Jadid)

Sumber : Majalah Al Fikr no 29 November 2016 – April 2017

PARTAI POLITIK, Antara Harapan dan Kenyataan

Sebagai salah satu tonggak demokrasi, partai politik mempunyai kedudukan dan peran yang strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tidak berfungsi atau lemahnya partai politik akan berakibat matinya kehidupan demokrasi yang ditandai dengan kesewenang-wenangan penguasa; tertindasnya rakyat atau terjadinya anarki, dimana terjadi kekacauan dan ke-sewenang-wenangan dan yang kuat menindas yang lemah. Karenanya  agar kehidupan demokrasi tetap tegak, maka partai politik harus eksis dan melakukan fungsi dan peran-perannya dengan baik sebagai representasi kepentingan rakyat demi terciptanya masyarakat madani, dimana setiap warga masyarakat  menyadari dan melaksanakan hak serta kewajibannya  menuju masyarakat adil dan makmur, sejahtera lahir batin, fisik-material maupun mental spritual didalam naungan rahmat dan ridla Allah SWT.

Diantara fungsi dan peran partai politik adalah menampung dan memperjuangkan aspirasi dan kepentingan rakyat. Dalam menjalankan peran ini, partai politik harus secara proaktif berupaya untuk mengetahui kemauan, kepentingan dan kemaslahatan rakyat. Para fungsionaris partai harus  membuka mata dan telinga lebar-lebar  serta mengasah kepekaan hati agar dapat menangkap aspirasi dan kepentingan rakyat. Mereka tidak seharusnya bersikap elitis, hidup dalam menara gading. Sebaliknya mereka harus dekat dengan rakyat baik secara fisik, terutama secara mental. Bahkan seharusnya merasa diri mereka adalah bagian yang tak terpisahkan dari rakyat, merasakan suka duka rakyat sebagai suka duka mereka sendiri. Kemudian  apa yang mereka tangkap dari rakyat, mereka perjuangkan dengan penuh amanah dan keikhlasan dengan tidak mendahulukan kepentingan pribadi diatas kepentingan orang banyak.

Selanjutnya agar kepentingan rakyat betul-betul terjaga, maka partai politik harus selalu melakukan kontrol terhadap pemegang kekuasaan (otoritas, resources dan power) dalam segala lini, mulai lembaga negara (legeslatif, eksekutif dan yudikatif) maupun lembaga non negara/pemerintah (Swasta, atau LSM dll), sehingga mereka (para pemegang kekuasaan) tidak melakukan hal-hal yang dapat merugikan kepentingan rakyat banyak (korupsi) baik yang mereka lakukan secara sendiri-sendiri  maupun bersama-sama (kolusi).

Disamping itu, demi tercapainya masyarakat madani, partai politik harus melakukan pemberdayaan masyarakat (rakyat), baik melalui pendidikan politik, bantuan hukum maupun pemberdayaan ekonomi. Pendidikan politik bertujuan untuk menyadarkan masyarakat akan hak dan kewajibannya, sehingga tidak terjadi penindasan,  kesewenang-wenangan dan anarki dimana setiap orang tidak hanya pandai menuntut hak tetapi juga harus mau memenuhi kewajibannya. Juga partai politik harus melakukan pembelaan bagi warga masyarakat yang lemah dengan memberikan  bantuan hukum kepada mereka dll.

Dalam bidang ekonomi, partai politik harus memperjuangkan hak rakyat untuk mendapatkan akses dan kesempatan usaha (produksi maupun pemasaran) dengan memberantas praktik monopoli serta akses untuk mendapatkan modal  dan pembinaan teknis, khususnya bagi pengusaha kecil. Demikian pula dalam bidang-bidang yang lain seperti kesehatan, jaminan sosial bagi anak terlantar, pengangguran dll.

Selain itu, partai politik harus berperan sebagai lembaga pemersatu dengan menyadarkan masyarakat tentang pentingnya kebersamaan dalam mencapai cita-cita dan tujuan bersama serta menciptakan budaya saling menghargai dan menerima perbedaan dan keragaman sebagai kenyataan hidup yang tidak bisa dihindari. Juga harus  mengupayakan terciptnya simpul-simpul kebersamaan melalui kegiatan dan aksi bersama antar kelompok serta berusaha meredam konflik-konflik melalui mediasi, negosiasi dan lobi-lobi. Diantara aksi bersama  tersebut adalah pembentukan kelompok usaha, seperti koperasi, kelompok tani, nelayan, pengrajin dll.

 Ini adalah beberapa peran yang diharapkan dapat dilakukan oleh partai politik demi tercapainya cita-cita bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara . Namun tidak semua yang kita harapkan menjadi kenyataan. Banyak partai politik yang semestinya menjadi ‘representasi’ kepentingan rakyat, berbalik menjadi alat kepentingan penguasa atau para elit partai untuk mencapai kepentingan mereka sendiri. Rakyat hanya dijadikan kedok. Pemilu hanya dijadikan alat legitimasi bagi partai dalam melakukan peran-peran, dan tindakan korupnya dengan menggunakan otoritas dan kewenangannya untuk kepentingan diri atau kelompoknya dan bukan untuk kepentingan  rakyat yang. diwakilinya. Rakyat diiming-imingi, janji-jani yang muluk-muluk; bahkan kalau perlu disertai rayuan dengan menabur uang atau bentuk bantuan yang lain demi mendapat dukungan mereka.

Padahal disisi lain, banyak hak-hak rakyat yang tidak dipenuhi yang nilainya jauh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan dalam menjaring dukungan. Disamping itu, dalam perekrutan pengurus atau calon legeslatif (caleg) sering tidak didasarkan kemampuan dan kelayakan, tetapi didasarkan atas kedekatan hubungan (nepotisme) atau sekedar popularitas sebagai vote getter sehingga ketika telah menjadi pejabat mereka tidak bisa berbuat banyak untuk rakyat dan bahkan tidak sedikit yang menggunakan fasilitas umum (negara) hanya untuk kepentingan diri dan keluarganya.

Agar partai politik berperan sesuai dengan fungsi yang seharusnya yakni sebagai representasi dan alat perjuangan rakyat, maka perlu upaya-upaya pembenahan baik internal mau di eksternal partai. Di internal partai penegasan visi dan misi partai yang berpihak kepada rakyat. Disamping itu perlu penciptaan budaya demokratis dan kerja professional. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah rekrutmen kader (pengurus partai atau calon pejabat legeslatif, eksekutif dll.) yang betul-betul selektif (baik dan layak). Untuk itu perlu pengkaderan secara berencana dan berjenjang dari bawah.

Di eksternal partai, perlu adanya peratuan perundang-undangan yang mengarah pada pemberdayaan partai, mencegah perilaku partai yang menyimpang, seperti money politik, KKN dll. Disamping itu harus dilakukan pendidikan politik bagi masyarakat (rakyat), sehingga mereka mengetahui hak-hak mereka agar mereka tidak menuntut lebih dan juga mengetahui kewajibannya sehingga tidak melalaikannya atau melanggar hak orang lain.

Namun dari itu semua yang paling menentukan adalan faktor sumber daya manusia (SDM)-nya. Maka penyiapan SDM yang berkualitas  melalui pendidikan  baik formal, non formal maupun informal adalah suatu keniscayaan. Untuk itu perlu perencanaan pendidikan manusia seutuhnya secara komprehensip dengan melibatkan semua komponen bangsa dan negara dalam semua sektor kehidupan mereka. Sebab jika kita ingin membenahi kehidupan bangsa, baik dalam bidang politik, ekonomi dll., maka semua komponen bangsa ini hendaknya menjadikan pendidikan sebagai program dan agenda prioritasnya. Jangan sampai sektor pendidikan dikorbankan untuk sektor yang lain. Kembalilah kepada kepentingan rakyat. Wa Allahu a’lam.

“Partai politik harus eksis dan melakukan fungsi dan peran-perannya dengan baik sebagai representasi kepentingan rakyat demi terciptanya masyarakat madani”

 

Penulis : KH. Moh. Zuhri Zaini (Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid)

Dunia Baru : Siswi SMK Bulugading Jember Menimba Ilmu di Nurul Jadid

nuruljadid.net – Abillity atau kemampuan merupakan hal yang harus digali oleh masing masing individu agar mereka dapat berjalan dengan sesuai dengan “jalannya” masing masing. Berjalan dengan diikuti oleh perkembangan zaman yang pesat menjadi PR bagi para guru yang mengabdi untuk perbaikan dan perkembangan dunia pendidikan sangatlah sulit. Pasalnya mereka harus mendidik dan mengayomi peserta didiknya untuk memberikan pelayanan yang terbaik sehingga output yang dihasilkan bisa sesuai dengan tuntutan zaman.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan sebuah lembaga formal yang dewasa ini sudah mulai nge-trend namanya dikalangan masyarakat. Mampu bersaing dengan tingkatan se-derajat dan menyesuaikan dengan kebutuhan zaman, itulah SMK saat ini. SMK Bulugading Jember menunjukkan kebolehannya untuk memperkuat argumen tersebut. SMK Bulugading memiliki nilai tambah, selain mereka mampu mendidik siswa/i nya untuk mengetahui dunia teknologi, mereka juga dapat mendidik siswa/i nya dengan islami. SMK Bulugading yang berdomisili di PP. Bustanul Ulum Bulugading Jember mencoba “mencampur baurkan” dunia teknologi dengan dunia islami. Teknologi berbasis Islami adalah slogan yang pas untuk mereka.

Hari ini (04/03) mereka berkunjung ke Pondok Pesantren Nurul Jadid dengan tujuan utama yaitu untuk silaturrahim dan melakukan kerjasama dalam bidang pendidikan. 19 siswi yang sekaligus juga santri siap menempa “dunia baru” di bumi Nurul Jadid. Dengan suasana yang berbeda, mereka (siswi SMK Bulugading) menjalankan tugas dan amanah dari PP. Bustanul Ulum serta SMK Bulugading.

Sambutan yang hangat mereka dapatkan. Prosesi ceremonial yang dilakukan sebagai pengantar dari kegiatan Praktek Kerja Industri (Prakerin). Kegiatan Prakerin bagi siswi SMK Bulugading akan berlangsung selama 2 bulan.

“Kegiatan prakerin ini berlangsung selama 2 bulan lamanya. Selama kegiatan ini berlangsung, kami selaku perwakilan dari lembaga memasrahkan 19 santri sekaligus siswi kepada pihak yang bersangkutan untuk di didik dan menimpa ilmu yang baru di Pondok Pesantren Nurul Jadid” ujar Bapak Masyhuri salah satu perwakilan guru dalam acara ceremonial.

“Perlakukanlah siswi kami seperti santri Nurul Jadid yang lain. Peraturan yang berlaku di Nurul Jadid adalah peraturan mereka juga. Mereka pada dasarnya adalah santri, hanya saja selama Prakerin berlangsung, mereka bukan santri PP. Busatnul Ulum melainkan santri PP. Nurul Jadid. Jadi kami memohon kepada pihak Nurul Jadid untuk tidak menganggap kehadiran kami sebagai tamu melainkan sebagai santri.” Tambah bapak masyhuri.

Kegiatan Prakerin yang bertujuan untuk memberikan sebuah pengalaman tentang bagaimana mereka (siswi) bisa mengetahui dan memahami dunia kerja yang dituntut untuk melakukan hal hal yang tak biasanya mereka lakukan. Harapannya adalah mereka dapat bersaing dan mampu untuk menguasi dunia kerja lebih awal sehingga setelah jenjang studi telah mereka tempuh, maka mereka sudah siap untuk melawan dunia kerja. (Q2/Red)