Gemilang! Tim Hadrah Muhibbus Sholawat Nurul Jadid Raih 2 Piala Sekaligus Dalam Sehari

nuruljadid.net – Tim Hadrah Muhibbus Sholawat Nurul Jadid berhasil membawa pulang 2 piala tingkat Nasional dan Tingkat Jawa Timur sekaligus dalam sehari. Mereka mendapatkan itu dari dua perlombaan festival banjari di dua tempat yang berbeda pada hari Minggu (23/06/2024).

Lomba pertama diadakan oleh IPNU-IPPNU yang bertempat di Sumber Pasir, Pakis,  Malang. Tim Muhibbus Sholawat memiliki kesempatan unjuk skill yang dimiliki pada jam 4 sore. Mereka berjuang melawan 59 peserta lainnya dari berbagai daerah di Jawa Timur.

Setelah itu, mereka bergegas untuk melanjutkan perjalanannnya menuju tempat perlombaan kedua di Mojokerto yang diselenggarakan oleh PPBH Al-Qurtuby Mojogeneng Mojokerto. Tim Muhibbus Sholawat harus ekstra melawan rasa lelah dan letih demi memberikan penampilan terbaiknya di lomba kedua ini. Mereka begitu memperjuangkan perlombaan tersebut dengan se masksimal mungkin.

Jauh-jauh hari sebelumnya mereka sudah berusaha keras agar bisa memberikan penampilan skill sebaik mungkin dihadapan dewan juri. Alhasil, mereka bisa memetik buah dari jerih payah mereka dengan memenangkan dua perlombaan sekaligus di hari yang sama.

Juara Terbaik satu fesban se Jatim diraih oleh tim Muhibbus Sholawat, kedua diraih oleh Tim TWI, dan ketiga didapatkan oleh tim Ar Riyash. Sementara itu, untuk Jawara Fesban Nasional di Mojokerto Terbaik satu direbut oleh tim Muhibbus Sholawat, terbaik kedua dibawa pulang oleh tim JDFI Lahnul Asyiqin, dan terbaik ketiga diraih oleh tim Jadid Muazzam.

Mereka merasa bersyukur dan sangat senang sekali dengan perolehan juara ini. Sebab tidak menyangka bisa memenangkan keduanya di hari yang sama.

“Alhamdulillah, Kami sungguh tidak menyangka bisa meraih juara 1 Fesban tingkat Jatim dan tingkat Nasional ini dalam sehari. Ini adalah pengalaman yang luar biasa dan merupakan hal yang perdana bagi kami,” Ujar Nuris, salah satu personil tim Muhibbus Sholawat dengan senyum cerahnya.

 

Pewarta : Muhammad Bakron Andre Setiawan

Editor : Ponirin Mika

 

 

Melatih Kemandirian di Usia Dini, TK Bina Anaprasa Gelar Kemah Sehari

berita.nuruljadid.net – Puluhan peserta didik usia dini mengikuti kemah Pramuka untuk mengasah kemandirian, kedisiplinan, dan keberanian bersosial pada kegiatan Pekemahan Sehari (Persari). Kegiatan ini diadakan oleh Taman Kanak-kanak (TK) Bina Anaprasa pada Ahad (23/06/24) di halaman sekolah.

Kepala Sekolah TK Bina Anaprasa Fitriyah mengatakan kegiatan kemah Pramuka ini merupakan implementasi dari salah satu misi kepala pesantren untuk membentuk kemandirian santri melalui Pramuka.

“Dengan kegiatan ini diharapkan dapat mendorong karakter kemandirian santri sejak usia dini, sebab pramuka dinilai dapat membangun manusia yang memiliki karakter serta watak kuat, tidak hanya cerdas serta menguasai ilmu pengetahuan akan tetapi juga generasi muda yang tangguh, serta berbudi pekerti, hingga dapat menjunjung persatuan dan kesatuan,” katanya.

Potret salah satu rangkaian kegiatan kebangsaaon pada perkemahan sehari TK Bina Anaprasa.

Ia menambahkan para peserta kegiatan perkemahan Pramuka, diikuti sebanyak 55 siswa yang terdiri dari kelas A dan B TK Bina Anaprasa.

Dalam kegiatan tersebut, pelajar yang ikut akan mengikuti senam pagi, kegiatan ibadah, semaphore, tadabbur alam, hingga api unggun, dan kegiatan kepramukaan lainnya.

Pembina Pramuka Nurul Jadid, Umar Falas menyampaikan tujuan utama pelaksanaan kegiatan tersebut adalah untuk memupuk kedisiplinan generasi muda, tanggungjawab, tenggangrasa, sehingga rasa kecintaan terhadap bangsa akan tertanam pada jiwa mereka.

“Melalui kegiatan kepramukaan ini, akan tertanam kemandirian dan kedisiplinan dalam diri mereka, ini baik untuk perkembangannya ke depan,” imbuhnya.

Tampak Pembina Pramuka Nurul Jadid Umar Falas bersama Kasi. Kelembagaan Biro Pendidikan Ahmad Jazim tengah berkunjung dan menugaskan sejumlah personil anggota pramuka.

Sehubungan dengan itu, Kepala Bidang Kelembagaan Mujiburrohman bersama Kepala Seksi Kelembagaan Ahmad Jazim Biro Pendidikan Nurul Jadid mendukung penuh terselenggaranya kegiatan Persari. Pihaknya melakukan moniroting dan menugaskan sejumlah peserta didik anggota Pramuka tingkat penegak dari SMA Nurul Jadid dan tingkat penggalang dari MI Nurul Mun’im untuk turut mensukseskan acara kepramukaan tersebut.

 

Reporter: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

Kiai Zuhri Zaini: 4 Penyakit Hati yang Harus Diwaspadai Umat Muslim

berita.nuruljadid.net – Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid KH. Moh. Zuhri Zaini menerangkan ada 4 penyakit hati yang perlu dihindari oleh umat Muslim. Hal tersebut beliau kutip dari keterangan Syaikh Abu Yazid Al-Bustami pada kitab Minhajul Abidin karya Imam Al-Ghazali yang dikaji pada Sabtu (22/06/24) di Musala Riyadlus Sholihin.

Pertama, Kiai Zuhri mengingatkan umat Muslim untuk tidak terlalu sering berangan-angan tentang masa depan.

“Masa Depan memang perlu disiapkan dan direncanakan. Akan tetapi, jangan terlalu dipikirkan sampai berlarut-larut. Karena terlalu banyak berangan-angan tentang masa depan cenderung menjadikan kita lupa untuk menyiapkannya,” terangnya.

Penyakit hati yang kedua, lanjut beliau, adalah sifat terburu-buru untuk meraih tujuan alias bermental terima jadi.

“Terkadang kita memaksa banyak hal untuk selesai di waktu yang singkat. Padahal, ada proses penting yang harus kita lalui agar lebih bisa menikmati apa yang akan kita dapatkan,” jelasnya.

Beliau memberikan contoh fenomena era globalisasi hari ini, tepatnya usaha di saat kita hendak makan. Menurut beliau, akan berbeda rasanya ketika kita masak sendiri selama berjam-jam, ketimbang membeli makanan melalui Go Food yang hanya dapat diakses dengan satu kali ketukan di HP.

Kemudian penyakit hati yang ketiga adalah sifat dengki. Di bagian ini, Kiai Zuhri berpesan agar kita senantiasa menjauhkan sifat ke-aku-an dalam diri.

“Sifat dengki adalah rasa tidak suka apabila kenikmatan dianugerahkan untuk orang lain karena ia merasa kenikmatan hanya boleh menjadi miliknya saja,” imbuhnya.

Meniti pada poin keempat penyakit hati, yakni takabbur atau sombong. Menurut beliau, sifat sombong adalah perilaku ketika seseorang merasa dirinya besar dan sangat berharga.

“Dosa inilah yang menyebabkan Iblis durhaka kepada Tuhan karena ia merasa lebih baik daripada Nabi Adam, begitupun sifat inlah yang menjadikan Qabil, putra Nabi Adam As, membunuh saudara kandungnya sendiri (Habil, red.),” paparnya.

Akhir penjelasan tentang 4 hal di atas, Kiai Zuhri berpesan kepada umat Muslim untuk senantiasa melakukan introspeksi diri dan menjernihkan hati agar amal-amal yang dilakukannya tidak berujung sia-sia.

 

Pewarta: Naura Fikroh Sadidah

Editor: Ahmad Zainul Khofi

Santri Nurul Jadid Hadirkan Prof. Aksin Wijaya Bahas Tafsir Kontemporer

berita.nuruljadid.net – Salah satu peran pesantren adalah terus melestarikan kajian berbagai disiplin keilmuan. Hal ini mendasari Santri Pondok Pesantren Nurul Jadid untuk menghidupkan kajian Ulumul Quran dan Tafsir seperti yang digelar pada Jumat siang (21/06/24). Salah satu pengkaji tafsir kontemporer terkemuka, Aksin Wijaya, dihadirkan untuk membincang sejarah dan perkembangan tafsir.

Diskusi ini merupakan rangkaian terpenting dari kegiatan Ngaji Tafsir yang diinisiasi oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Alquran dan Tafsir (HMPS IAT) Universitas Nurul Jadid (UNUJA). Kegiatan kali ini bertajuk “Mufassir Progresif dan Progresifitas dalam Penafsiran Isu-isu Konstekstual: Dialektika, Wacana, dan Kontestasi”. Turut hadir puluhan mahasiswi tafsir sebagai peserta di Aula Mini Pesantren.

Dalam kesempatan itu, Aksin Wijaya memaparkan tujuan membaca tafsir Alquran adalah mengambil dan menggali pesan yang terkandung di dalamnya untuk kebermanfaatan bersama, bukan hanya mencari kebenaran semata darinya.

“Karena kebenaran dalam penafsiran tidak terletak pada Tuhan, sebab kita tidak bisa memvalidasinya, akan tetapi kebenaran dalam penafsiran diasumsikan oleh Mufassir,” terang beliau.

Prof. Aksin Wijaya tengah memberikan penjelasan pada sesi pematerian didampingi oleh moderator.

Dosen IAIN Ponorogo itu juga mengajak para peserta mengunjungi Pondok Pesantren Baitul Hikmah yang diasuhnya untuk mengetahui proses pengkajian metode tafsir kontemporer secara khusus.

“Lain waktu, teman-teman mungkin bisa hadir langsung di Baitul Hikmah Ponorogo untuk belajar bersama mengenai cara membaca, menulis, dan kajian tafsir,” imbuhnya.

Di samping itu, Ketua HMPS IAT Mutiara Putri Intan Safira menyampaikan tujuan digelarnya kegiatan ini adalah untuk mengkaji kerangka metodologi penafsiran agar relevan dengan perkembangan zaman sehingga memiliki nilai relevansi yang kuat dalam menjawab persoalan umat ke depan.

“Kegiatan ini merupakan tahap awal dalam menindaklanjuti problematika penafsiran yang ada. Harapannya, output kegiatan ini juga dapat diimplementasikan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan tugas akhir,” jelasnya melalui sambutan di awal acara.

 

Pewarta: Maria Al Faradela
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Dorong Kualitas Muallimat Al Quran, Biro Kepesantrenan dan PPIQ Nurul Jadid Gelar Seminar Qurani

berita.nuruljadid.net – Pendidikan Al Quran dan kajian kitab-kitab klasik menjadi indikator penting dalam perjalanan Pondok Pesantren, yakni sebagai unit lembaga pendidikan yang senantiasa melestarikan kajian keilmuan Islam secara kontinu di tengah merosotnya semangat sebagian masyarakat untuk mempelajari Al Quran.

Gagasan tentang pendidikan Al Quran mengemuka dalam kegiatan Seminar Penguatan Muallimat Al Quran yang diadakan oleh Biro Kepesantrenan bersama Pusat Pendidikan Ilmu Al Quran (PPIQ) di Aula II Pondok Pesantren Nurul Jadid, Jumat (21/06/24). Tema seminar kali ini “Menata Masa Depan Melalui Tartilul Quran”.

Ny. Hj. Nur Diana Khalidah, selaku narasumber menuturkan para muallimat adalah tim penggerak yang dapat menabung investasi pahala akhirat dengan setiap huruf yang diajarkan pada anak asuh. Selain itu, ia berpesan kepada para muallimat agar tidak hanya mengajar, tetapi juga mengupgrade keilmuan setiap harinya.

“Sebagaimana yang disampaikan oleh Penyair Arab,  fakayfa nadzunnu bil abnai khairan, idza nasyau bihidnil jahilaat, artinya bagaimana kita berharap anak-anak bisa menjadi baik, sedangkan mereka tumbuh di antara orang-orang yang belum terdidik?,” terang beliau.

Senada dengan penjelasan Ketua Panitia Ida Mawaddah bahwa tujuan diadakan kegiatan ini adalah untuk memupuk semangat dan konsistensi mengajar para muallimat.

“Kegiatan ini merupakan pembuka, selanjutnya akan dilaksanakan pembinaan muallimat secara rutin agar kualitas bacaan Al Quran mereka terjaga,” imbuhnya.

Potret salah satu peserta tengah melakukan interaksi dengan narasumber

Menyoal kegiatan, lanjut Ida Mawaddah, rangkaiannya diwarnai dengan beberapa quiz/pertanyaan dari narasumber demi meningkatkan antusias para peserta dalam mengikuti seminar.  Kemudian ungkapnya, peserta yang berhasil menjawab pertanyaan tersebut akan mendapatkan Kitab Matan Jazariyah.

“Kami berharap, melalui kegiatan ini, dapat menjadi batu lompatan bagi muallimat untuk meningkatkan kualitas bacaan Al Quran santri Nurul Jadid semakin baik dengan tartil,” pungkasnya.

 

Pewarta: Naura Fikroh Sadidah
Editor: Ahmad Zainul Khofi

5 Perubahan Peraturan Kepala Pesantren Resmi Disosialisasikan

berita.nuruljadid.net – Sekretaris Pesantren H. Tahirudin mensosialisasikan 5 perubahan peraturan kepala pesantren terhadap kepala dan sekretaris satuan kerja di lingkungan Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo. Kamis (20/07/24) di Aula Mini.

Perubahan peraturan pesantren ini bertujuan untuk meningkatkan semangat kinerja dan pelayanan masing-masing satker sesuai dengan tupoksinya. Selain itu, agar para pengurus Pondok Pesantren Nurul Jadid lebih profesional dalam mengemban amanah di pesantren. Hal ini disampaikan Tahirudin saat memberikan sambutan pada acara sosialisasi tersebut.

“Semua perubahan peraturan kepala pesantren ini, mulai dari peraturan kepegawaian, manajemen pegawai, hari dan jam kerja, tata cara penyusunan rencana strategis satuan kerja dan peraturan PSB telah mendapatkan legalitas,” tegasnya.

Semua perubahan ini diharap untuk dapat meningkatkan semangat kinerja dari masing-masing pengurus dalam memberikan pelayanan terbaik.

“Tentu dengan perubahan peraturan ini, kita berharap agar semua satker dan pengurus bisa semakin optimal dalam melaksanakan tanggungjawabnya yang di emban,” imbuhnya.

Begitu juga, kata Tahir, peraturan yang berkaitan dengan Penerimaan Santri Baru (PSB). Pesantren sebagai lembaga pendidikan harus memberikan layanan yang prima.

“Jangan sampai wali santri yang mendaftarkan putra-putrinya di Pesantren Nurul Jadid tidak merasa terlayani dengan baik. Layanan yang baik itu harus menjadi spirit dalam menerima santri baru,” ungkapnya.

 

Pewarta     : Ahmad Zainul Khofi

Editor        : Ponirin Mika

 

 

Keseruan Santri Putri Merayakan Malam Idul Adha dengan Asah Kreativitas

berita.nuruljadid.net – Himpunan Abdi Santri al-Hasyimiyah (HIMASY) meriahkan malam peringatan Hari Raya Idul Adha 1445 H. dengan menggelar lomba takbir keliling di Wilayah al-Hasyimiyah (Daltim) pada Senin (17/06).

Pembina HIMASY Shinta Nuriyah D. A. mewajibkan setiap daerah (asrama santri) mendelegasikan minimal satu tim untuk berpartisipasi dalam lomba tersebut. Seluruhnya terdapat 12 tim saling beradu kreativitas, masing-masing terdiri dari lebih lima anggota, diantaranya sebagai penabuh dan vokalis.

“Sebelum hari pelaksanaan, mereka telah giat berlatih, kreativitas santri dalam merangkai nada-nada takbir terdengar dari segala penjuru asrama,” ungkapnya.

Kegiatan ini, lanjut Shinta, merupakan giat rutin tahunan bagi santri yang berada di Wilayah al-Hasyimiyah. Pihaknya berinisiatif akan mengembangkan kegiatan tersebut di peringatan malam Hari Raya Idul Adha tahun mendatang.

“Kami ingin sekali untuk membuat terobosan baru, namun setidaknya secara bertahap, tahun ini kami tambah beberapa rangkaian perlombaan lain agar terlihat berbeda dari tahun sebelumnya,” imbuhnya.

Potret santri tengah menampilkan kreativitas di ajang Lomba Takbir Keliling.

Menyoal kegiatan, panitia memberikan regulasi baru kepada seluruh kompetitor terkait klasifikasi lokasi penilaian juri. Terdapat tiga titik pemberhentian yang harus mereka lewati. Seluruh tim wajib berhenti di tiga titik tersebut secara bertahap untuk menampilkan seni kreativitas masing-masing.

Adapun juri dalam lomba tersebut sebanyak 4 orang yang terbagi rata di tiga lokasi penilaian. Usai ajang perhelatan adu kreativitas, dewan juri menobatkan pemenang lomba menjadi tiga besar. Juara pertama diraih oleh Daerah Riyadul Jinan, disusul oleh Daerah El-Farodis, dan Daerah Zahrail Batul di posisi ketiga.

 

Reporter: Kamelia Anaimah Maksum
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Perasaan Gembira Tumpah di Hari Sambang Idul Adha 1445 H

berita.nuruljadid.net – Hari Raya Idul Adha 1445 H. jatuh pada hari Senin (17/06/2024). Seluruh Umat Islam di dunia merayakan hari raya tersebut, tanpa terkecuali Santri Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton.

Sebagaimana hari raya Idul Adha pada tahun-tahun sebelumnya, ribuan santri begitu antusias menyambut setiap keluarga yang datang membesuk. Momen ini menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh para santri untuk meredakan rindu dengan bertemu keluarga.

Selepas shalat jamaah, sejak pukul 08.15 WIB bejibun wali santri beserta rombongan mulai berhiliran tiba di pondok pesantren. Mereka berkerumunan membawa tas berisi makanan dan tikar yang siap digelar menuju ke lokasi sambang masing-masing.

Suasana pondok pesantren sudah begitu ramai menjelang pukul 09.30 WIB. Jumlahnya melebihi jadwal besuk bulanan santri di hari biasanya. Begitupula dengan lokasi sambang, wali santri berkesempatan berjumpa dengan buah hatinya di luar area persambangan hari-hari normal.

Potret kebahagiaan santri saat bertemu dengan keluarganya.

Sepanjang kawasan madrasah penuh dengan para santri yang asyik bercengkrama dengan keluarganya. Tampaknya semua santri begitu senang mendapat kunjungan oleh sanak familinya di momen Hari Raya Idul Adha ini.

Hal tersebut terbukti dirasakan oleh seorang bernama Gendis Wilujeng, santri asal Bali. Ia tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya dapat bertemu dengan sanak keluarga di momen Hari Raya.

“Saya sangat senang bertemu keluarga di sini. Meskipun saya tidak pulang, setidaknya saya dapat melepas kerinduan pada kampung halaman setelah berjumpa dengan mereka,” katanya senang.

Kebahagiaan tak hanya di rasakan oleh para santri, tetapi juga oleh keluarga yang datang menjenguk.

“Saat jauh dari anak, tentu ada rasa rindu yang mendalam. Beragam cara kita mengobati rindu dengan sang anak. Mulai dari telepon, video call, atau hanya saling bertukar pesan,” ungkap ibu Kibtiya selaku salah satu wali santri.

Dengan adanya sambangan santri ini, Kibtiya mengungkapkan, dapat mengobati rasa rindu kepada buah hatinya yang sedang menuntut ilmu di pesantren.

“Walaupun hanya beberapa jam, tapi kita bisa merasakan suasana Idul Adha dengan buah hati tercinta, itu sudah sangat cukup untuk mengobati rasa rindu,” tutup beliau.

 

Pewarta: Bunga Adelia Gadisian
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Ribuan Wali Santri Penuhi Nurul Jadid, Sambang Idul Adha Berjalan Tertib

berita.nuruljadid.net – Sambang Idul Adha 1445 H Pondok Pesantren Nurul Jadid yang dipadati oleh ribuan wali santri berjalan dengan tertib (17/06/2024). Hal ini disebabkan oleh pengelolaan sambang yang lebih tertata dan terkoordinir daripada sambang di hari-hari besar sebelumnya.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh Tim Nurul Jadid Media Putri, hal tersebut didasari oleh kolaborasi panitia sambang bersama Bidang Keamanan dan Ketertiban dalam mengawal wali santri dan memetakkan lokasi sambang berdasarkan wilayah santri, seperti Wilayah Al-Hasyimiyah bertempat di MA Nurul Jadid, Wilayah Az-Zainiyah di MTs Nurul Jadid, dan Wilayah Al-Mawaddah, Zaid bin Tsabitz Al-Lathifiyah dan Fatimatuz Zahra di wilayahnya masing-masing.

Wakil Kepala Seksi Sambang Santri Putri Windiyana Budiyanti menuturkan kesuksesan sambang santri ini juga ditopang oleh wali santri yang tertib menaati ketentuan sambang.

“Wali Santri tidak berdesak-desakan dan tetap sabar menunggu antrian masuk ke lokasi sambang,” ungkapnya.

Di sisi lain, imbuhnya, hal ini juga dikarenakan kapasitas santri saat ini yang tidak sebanyak hari-hari biasanya karena sebagian telah boyong.

“Sambang Idul Adha sekarang sudah lebih tertata, para wali santri dan santrinya dapat mengindahkan ketertiban untuk tidak berdesak-desakan, ditambah lagi belum ada santri baru, jadi gak seramai biasanya,” ujarnya.

Potret petugas sambang tengah melayani wali santri untuk mencari putrinya.

Di samping itu, pelaksanaan Sambang Idul Adha ini mendapatkan apresiasi dari salah satu Wali Santri. Menurutnya, pelayanan yang tersedia memudahkan para wali santri untuk menemui putrinya.

“Ada petugas sambang yang berjaga di gerbang masuk lokasi sambang, mereka membantu wali santri yang kebingungan untuk mencari putrinya, jadi ini memudahkan kami untuk bertemu anak kami,” ungkap Maksum, salah seorang wali santri asal Surabaya.

 

Pewarta: Shelma Nasywa Ramadhani Munir
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Selepas Salat Id, Santri Nurul Jadid Belajar Tata Cara Menyembelih Hewan Kurban

berita.nuruljadid.net – Selepas salat Idul Adha, santri Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, menggelar kegiatan penyembelihan hewan kurban dalam rangka merayakan Hari Raya Idul Adha 1445 H. Senin (171/06/24).

Penyembelihan kurban disaksikan santri putra, pengurus pesantren, serta masyarakat sekitar.

Pada tahun ini, PP Nurul Jadid berhasil mengumpulkan 4 ekor sapi, 2 ekor domba, dan 3 ekor kambing dari hasil donasi Kyai, para dermawan, alumni, serta masyarakat sekitar.

Penyembelihan hewan kurban dilaksanakan di depan kantor pesantren dengan memperhatikan aspek higienitas dan syariat Islam.

“Penyembelihan hewan kurban ini tidak hanya sebagai ibadah kepada Allah SWT, tetapi juga sebagai bentuk kepedulian kita kepada sesama. Selain itu untuk mengedukasi santri berkait tata cara penyembelihan yang dibenarkan oleh syariat,” kata salah satu pengurus pesantren.

Sebagaimana biasa yang dilakukan oleh pesantren, daging kurban ini nantinya akan dibagikan kepada santri, fakir miskin, dan masyarakat yang membutuhkan di sekitar pesantren. Proses penyembelihan dilakukan oleh tim khusus yang dikenal dengan sebutan “Juleha” (Juru Sembelih Halal) terdiri dari para ustaz dan santri senior yang telah berpengalaman.

Para santri yang menyaksikan penyembelihan, diminta menggemakan takbir di sekitar tempat penyembelihan secara bersama hingga penyembelihan selesai.

“Santri juga ikut serta dalam membantu proses pengemasan dan distribusi daging kurban. Semangat kebersamaan dan gotong royong terlihat jelas dalam setiap tahapan kegiatan antara santri, alumni dan masyarakat,” imbuhnya.

Daging kurban kemudian dibagikan kepada sekitar 100 kepala keluarga yang tersebar di berbagai tempat sekitar pesantren. Pembagian dilakukan secara tertib dengan melibatkan pengurus RT/RW setempat untuk memastikan daging kurban sampai kepada mereka yang berhak menerima.

Potret sejumlah sapi kurban dari donatur yang bertengger di halaman pesantren

Acara penyembelihan dan pembagian daging kurban di PP Nurul Jadid berakhir pada sore hari dengan suasana penuh kebersamaan dan kegembiraan. Sebab santri tidak hanya belajar teori, namun mereka juga bisa mempraktekkan ilmunya dengan membantu prosesi penyembelihan hewan kurban ini.

Adapun nama donatur kurban tahun ini ialah sebagai berikut:

1. Bapak. Ecung alias Muhsin bin Mudin

2. Ibu. Encung alias Tini binti P. Satiwe

3. Bapak. H. Nurhasan alias Apsa bin H. Saleh

4. Ibu Hj. Nurhasan alias Marbiya binti H. Basri

5. Bappak H.Huzairi alias Napsuri bin Muhsin

6. Ibu Trisno alias Syifa’ binti H. Nurhasan

7. Ibu Nor Hayati binti Napsuri.

8. Bapak Arman dan Ditpolairud Polda Jatim sapi

9. Ibu Rodliyah Ulfah Tauhid 10. Handono Fatkhur Rahman

11. PT. Pomi

12. Sarah Muthia Afanin

 

Pewarta : Muhammad Bakron Andre Setiawan

Editor : Ponirin Mika

ANTARANEWS: KH Zaini Mun’im, Pejuang dan Pendiri Ponpes Nurul Jadid

Probolinggo (ANTARA) – Mandat ulama adalah pewaris nabi dalam menyebarkan firman-firman Ilahi yang tertulis maupun yang tak tertulis. Sebagai pewaris nabi, ulama tak cukup hanya berjuang melalui mimbar-mimbar khutbah, melainkan pula harus memiliki sikap berani melakukan perubahan dan pembaruan demi mewujudkan cita-cita ideal dari Nabi Muhammad Saw, yaitu menjadikan umat yang paripurna.

KH. Zaini Mun’im, selain dikenal sebagai figur alim, juga kisah perjuangannya dalam sejarah panjang kemerdekaan Indonesia. Ulama ini merupakan sosok yang berani memperjuangkan kepentingan masyarakat banyak, sehingga mampu mengubah kehidupan masyarakat menjadi lebih sejahtera. Kiai Zaini Mun’im adalah arketipe ulama yang tidak hanya menerjemahkan Islam dalam spektrum ubudiyah, melainkan menjadi realitas di kehidupan.

Kiai Zaini lahir tahun 1906 di Desa Galis, Kabupaten Pamekasan, Madura, dari pasangan KH Abd Mun’im dan Nyai Hamidah. Dari garis keturunan ayahnya, Zaini merupakan keturunan raja Sumenep yang silsilahnya sampai kepada Sunan Kudus. Sementara dari garis ibu, ia adalah keturunan dari raja-raha Pamekasan. Ia adalah seorang bangsawan yang bergelar Raden yang sangat disegani di Madura.

Jejak Kiai Zaini mendirikan pesantren menunjukkan bahwa spirit juang beliau dalam mendobrak kohesi sosial yang awalnya jauh menyimpang dari ajaran suci (sesat), kemudian mampu menggiring masyarakat menjadi kaum agamis yang dekat dengan nilai-nilai Ilahi.

Namanya perjuangan, tentu tidak mudah. Saat mendirikan Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, Kiai zaini harus berjuang menghadapi berbagai ancaman dari binatang buas dan orang yang tidak sudi atas kehadirannya. Namun tak ada rasa getir sedikit pun di hatinya. Perjungannya berhadapan dengan sistem sosial yang kala itu masih porak poranda. Desa Karanganyar, Kecamatan Paiton, yang kini menjadi markas Ponpes Nurul Jadid, zaman dulu tidak seperti saat ini.

Pada masa itu, sebelum bernama Karanganyar, desa ini dikenal dengan sebutan Tanjung. Nama yang diambil dari sebuah pohon besar yang berdiri di tengah-tengah desa. Masyarakat setempat menganggap pohon tersebut mempunyai kelebihan dan keistimewaan. Tak sedikit dari masyarakat setempat menjadikan pohon tanjung itu sebagai sesembahan, yang pada akhirnya tanjung diabadikan sebagai nama desa.

Pada mulanya, desa kecil yang terletak di pesisir di Kecamatan Paiton ini, sebagian besar tanahnya tidak dapat dimanfaatkan. Sebab, salah satunya banyak binatang buas yang mendiami desa ini. Di sisi lain, kehidupan penduduk desa juga sangat memperihatinkan. Mereka menganut animisme dan dinamisme yang ditandai dengan keberadaan beberapa pohon besar yang tidak boleh ditebang karena diyakini sebagai pelindung mereka.

Upaca ritual dalam bentuk pemberian sesajen merupakan hal lazim saat itu, utamanya di momen-momen tertentu, seperti hajatan dan ketika musim tanam tiba. Konon, sesajen tersebut dipersembahkan kepada roh yang diyakni berada di sekitar pohon besar dengan memiliki kekuatan yang di luar nalar manusia. Beberapa masyarakat melakukan upacara ritual dengan meletakkan ayam di setiap titik yang dianggap sakral. Selain itu, setiap tahun, mereka mengadakan selamatan laut dengan melarung kepala kerbau.

Dalam pergaulan masyarakatnya, marak sekali terjadi perjudian, perampokan, pencurian dan tempat pekerja seks komersial (PSK). Kehidupannya cenderung hedonis, dalam keyakinan mereka, kesenangan dan kebahagiaan hanya terdapat dalam perbuatan yang penuh dengan kemaksiatan dan kemungkaran. Kepedulian masyarakat terhadap alam sebagai sumber kehidupannya pun sangat memprihatinkan. Dengan demikian, waktu itu Karanganyar dicap sebagai desa mati.

Di tengah situasi dan kondisi sosial masyarakat yang demikian, KH. Zaini Mun’im, setelah mendapatkan restu dan perintah dari KH. Syamsul Arifin, ayah dari KH. As’ad Syamsul Arifin (Ponpes Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo) memutuskan untuk menetap dan bertempat tinggal bersama keluarga di desa itu.

Dengan berbekal satu batang lidi, beliau berjalan menelusuti tanah yang sudah menjadi miliknya. Binatang buas yang mendiami tanah tersebut lari menuju utara desa, yaitu di daerah Grinting. Kurang lebih satu tahun beliau membabat hutan, mendirikan rumah, membangun surau kecil, dan mengubah hutan menjadi tegalan.

Awalnya, kedatangan Kiai Zaini Mun’im ke Desa Karanganyar bukan bermaksud untuk mendirikan pondok pesantren, melainkan untuk mengisolir diri dari keserakahan dan kekejaman kolonial Belanda. Sejatinya, beliau ingin melanjutkan perjalanan ke pedalaman Yogyakarta bergabung dengan teman-teman seperjuangannya.

Cita-cita Kiai Zaini untuk menyiarkan agama Islam, kala itu melalui Departemen Agama (Depag) tidak tersampaikan, sebab sejak beliau menetap di Karanganyar, ada dua orang santri (Syafi’uddin dan Saifuddin) yang datang kepada beliau untuk belajar ilmu agama.

Kedatangan kedua santri tersebut oleh beliau dianggap sebagai amanat dari Allah yang tidak boleh diabaikan. Dan mulai saat itu beliau menetap bersama kedua santrinya.

Seiring waktu, suarau kecil milik Kiai Zaini terus berkembang. Santri beliau terus bertambah. Pendidikan dan bimbingan yang beliau berikan tidak sebatas di lingkungan pesantren saja, namun berhasil membawa perubahan budaya dan kondisi masyarakat Desa Karanganyar menjadi kawasan dengan tatanan sosial yang tertata lebih baik.

Kini Pondok Pesantren Nurul Jadid sudah memiliki belasan ribu santri dari berbagai segala penjuru negeri, bahkan dari mancanegara. Sang pendobrak kesesatan yang bernama Kiai Zaini Mun’im telah lama berpelukan dengan kekasih-Nya. Kiai Zaini wafat pada 26 Juli 1976, namun semangatnya sebagai mujaddid dan mujahid terus mengalir pada santri-santrinya.

*) Penulis: Ahmad Zainul Khofi merupakan mahasiswa semester VI Universitas Nurul Jadid (Unuja) Paiton, Probolinggo, Jatim, dan pegiat literasi

ANTARANEWS: Kiai Zaini Mun’im dan Kesadaran Masa Depan Indonesia

Probolinggo (ANTARA) – Mungkin terlalu berlebihan kalau mengatakan bahwa Madura merupakan pulau keramat yang telah banyak melahirkan tokoh-tokoh bangsa. Banyak ulama-ulama Nusantara yang menimba ilmu di pulau itu, tepatnya ke Kiai Kholil Bangkalan.

Moqsith Gazali pernah menyampaikan bahwa tidak terlalu banyak orang yang belajar pada Kiai Kholil, kecuali hanya sekitar 25 orang. Daari 25 orang itu kemudian menjadi ulama yang mengasuh pondok pesantren besar di Indonesia, salah satunya adalah Kiai Haji Zaini Mun’im.

Kiai Zaini adalah ulama yang memiliki kesadaran masa depan. Tak banyak ulama pesantren yang memiliki pandangan masa depan terhadap keberdaan bangsa Indonesia dan dunia.

Sebagian dari mereka bisa di kata hanya fokus memikirkan berkait masa depan pesantren dan santri-santrinya. Karena itu Kiai Zaini terus mendidik dan menjaga eksistensi pesantrennya dari ancaman-ancaman budaya-budaya yang akan mengikis warisan luhur yang menjadi ciri khas pesantren. Bisa dikatan ia lebih memilih bertahan daripada menyerang.

KH. Zaini Mun’im adalah ulama asal daerah Galis, Kabupaten Pamekasan, Madura yang juga pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

Dalam kisahnya, Kiai Zaini seorang yang tak lelah memikirkan nasib bangsa Indonesia untuk keluar dari cengkeraman kolonialisme yang terus menyerang terhadap anak bangsa.

Kegelisahan kiai Zaini muda terus menghantui perjalanan hidupnya. Diskusi dan perbincangannya berkait perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia menjadi topik obrolannya saban waktu dengan tokoh lainnya.

Meskipun dirinya lahir dari rahim pesantren yang juga dididik oleh pendidikan pesantren, namun semangat nasionalismenya terpatri sangat kuat. Kiai Zaini muda penuh dengan gagasan berkait kemerdekaan Indonesia, dan kebangkitannya melawan penjajah yang “menghegemoni” kekayaan dan kemerdekaan anak bangsa Indonesia.

Perlawanan demi perlawanan ia lakukan hingga pada akhirnya Belanda mencium keberanian Kiai Zaini dan penjajah dari Negeri Kincir Angin itu ingin membumihanguskan Kiai Zaini dengan segala upaya dan kebiadabannya.

Kepergiannya dari Pamekasan menuju Pulau Jawa sebagai bukti bahwa Kiai Zaini dikejar-kejar oleh Belanda untuk dibungkam agar tidak melawan dan supaya dapat memuluskan cita-cita biadab Belanda untuk menguasai Bumi Nusantara ini. Tipikal Kiai Zaini bukan seorang pengecut dan penakut, sehingga semangatnya tidak kendor saat mendengar ancaman demi ancaman dari kaum penjajah.

Kiai Zaini seorang ulama pemberani dan pejuang yang merelakan hidupnya untuk berjuang menegakkan kebenaran meski nyawa menjadi taruhannya. Ada ungkapan yang membakar semangat anak bangsa dan membuktikan bahwa dirinya seorang nasionalis yang hebat, yaitu “Orang yang tinggal di Indonesia dan tidak berjuang ia telah melakukan perbuatan maksiat”.

Pernyataan ini sebagai bukti bahwa Kiai Zaini bukan tipe orang yang berpangku tangan melihat ketidakadilan di masyarakat. Semangat totalitas dalam memperjuangkan tanah kelahiran dari “kebiadaban” penjajah telah menjadi saksi sejarah dalam perjalanan hidupnya.

Sahdan, semangat berjuang yang dimiliki Kiai Zaini bukan tanpa dasar. Dengan kealimannya, semua tindakannya selalu berdasar pada ilmu, yaitu dalam agama Islam mencintai negara itu bagian dari iman. Keimanan ini yang mendorong Kiai Zaini untuk terus bergerak, berjuang demi kesejahteran dan keadilan bagi seluruh rakyat.

Bertauhid yang benar tidak cukup hanya meyakini dalam hati dan mengikrarkan melalui lisan, tapi harus terimplimentasikan melalui perbuatan. Keimanan yang hanya cukup berada dalam kepercayaan tanpa amal, ibarat pohon yang tidak berbuah.

Dorongan tauhid pada pergerakan dan perlawanan Kiai Zaini tergambar melalui perjuangannya, baik melalui politik, pendidikan, sosial, dan aktivitas kemasyarakatan.

Meskipun kini Kiai Zaini telah menghadap Tuhan yang Maha Rahman dan Rahim, jejak juangnya terus berdenyut di Bumi Indonesia bersama dengan melajunya Pondok Pesantren Nurul Jadid yang didirikannya. Pondok yang terus berkarya dan berbakti pada agama, bangsa dan negara. Di sini lahir para pejuang Islam yang melanjutkan cita-cita luhur kiai Zaini.

Pondok Pesantren Nurul Jadid yang menjadi kawah candradimuka generasi muda Muslim, terus beradaptasi dengan perkembangan zaman, tanpa mengorbankan karakternya sebagai lembaga pendidikan, dakwah, kader dan sosial.

Seiring dengan perkembangan zaman, pesantren ini berkontribusi banyak pada penyediaan SDM bekualitas untuk ikut berpartisipasi mewujudkan pesantren dan Indonesia yang lebih unggul dan berkualitas.

Pesantren ini membentuk pondasi yang kuat bagi para santri melalui trilogi dan panca kesadaran sebagai prinsip dasar dalam menciptakan, mendidik dan mengkader agar lahir manusia yang utuh dan paripurna.

 

*) Ponirin Mika adalah Ketua Lakpesdam Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Paiton dan anggota Community of Critical Social Research

Pewarta: Ponirin Mika*)
Editor : Masuki M. Astro

SMK Nurul Jadid Jalin Kerjasama dengan PT Universal Big Data (UBIG) Malang

nuruljadid.net.Berita– Salah satu lembaga pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Jadid tingkat pendidikan atas, SMK Nurul Jadid ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan di Malang Creative Center (MCC) Kota Malang di Ruang Amphitheater. Rabu 12 Juni 2024.

Ada 50 SMK Negeri dan Swasta berbasis IT se-Jawa Timur yang hadir pada acara tersebut. Hal itu disampaikan Moh. Arief Hariyanto kepala SMK Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

Arief menuturkan, ada beberapa agenda penting yang dilaksanakan, antara lain penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU ) antara SMK dengan PT Universal Big Data (UBIG). MoU ini mencakup sinkronisasi kurikulum, pendidikan dan pelatihan (diklat), magang guru dan siswa, perekrutan lulusan, pembinaan LKS, Teaching Factory (TeFa), dan kelas industri. Kerja sama ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan serta keterampilan siswa dan guru SMK.

Selain itu, ada soft launching produk baru UBIG, NOBOX.AI, yang merupakan inovasi terbaru dari PT Universal Big Data dan diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam dunia pendidikan dan industri.

Selain itu, agenda sosialisasi Program Kelas Industri PT. UBIG, yang bertujuan untuk mengenalkan konsep kelas industri kepada para peserta, mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan di dunia kerja yang sesungguhnya.

“Kegiatan ini merupakan langkah strategis untuk memperkuat kerja sama antara dunia pendidikan dan industri, serta meningkatkan kompetensi siswa SMK di Jawa Timur,” kata Arief.

Ia berharap dengan adanya MoU dan program-program yang disosialisasikan, diharapkan dapat siswa-siswa SMK Nurul Jadid dapat lebih siap dan kompeten dalam memasuki dunia kerja.

“Peran aktif SMK Nurul Jadid dalam kegiatan ini menunjukkan komitmen sekolah untuk terus berinovasi dan meningkatkan kualitas pendidikan demi masa depan yang lebih baik,” tegasnya.

Dengan adanya kerjasama SMK Nurul Jadid dan industri yakni PT UBIG Malang, SMK Nurul Jadid berharap akan tercapainya lulusan dengan standar kompetensi yang telah disepakati bersama, tentunya sesuai dengan kebutuhan industri dalam rangka menyambut era industri 4.0. Kerja sama ini memberikan peluang besar bagi peserta didik kami untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan perkembangan teknologi saat ini sehingga dapat memperkuat aspek softskills, hardskills, dan karakter yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

“Partisipasi SMK Nurul Jadid dalam kegiatan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU ) dengan PT Universal Big Data (UBIG) Malang,” sambungnya.

Link And Match kemitraan antara dunia pendidikan dan industri, lanjut Arief merupakan kerjasama tidak hanya memberikan manfaat langsung kepada siswa, tetapi juga membuka peluang bagi guru untuk terus berkembang dan mengupdate pengetahuan mereka sesuai dengan kebutuhan industri saat ini. Sinkronisasi kurikulum yang dilakukan melalui kerja sama ini memastikan bahwa materi yang diajarkan di SMK sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

“Program magang bagi guru dan siswa memberikan kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan pengalaman langsung di industri, yang akan sangat berguna ketika mereka kembali ke lingkungan sekolah,” tegasnya.

Fathul Amri selaku Direktur Utama PT. UBIG Malang menyampaikan, adanya kerjasama ini kami berharap bisa menjadikan edukasi dibidang IT, ketika anak SMK sudah lulus outcamenya menjadi pengusaha dibidang IT, karena di Indonesia sendiri sangat kurang pengusaha IT nya.

“Kegiatan di Malang Creative Center ini adalah bukti nyata dari komitmen SMK Nurul Jadid untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan dan keterampilan siswa. Dengan kemitraan strategis seperti ini, diharapkan lulusan SMK Nurul Jadid yang memiliki tiga kompetensi keahlian dibidang IT yaitu Rekayasa perangkat Lunak (RPL), Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) serta Desain Komunikasi Visual (DKV) akan semakin kompeten dan siap bersaing di dunia kerja. Keterlibatan aktif dalam kegiatan seperti ini juga menunjukkan bahwa SMK Nurul Jadid selalu berusaha untuk menjadi yang terdepan dalam inovasi pendidikan,” pungkasnya.

 

Pewarta   : Ahmad Zainul Khofi

Editor      : Ponirin Mika

Hormati Kitab Klasik, Wilayah al-Hasyimiyah Wajibkan Santri Ngaji Pakai Meja

berita.nuruljadid.net – Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan keagamaan di Indonesia yang memiliki peran penting dalam mempertahankan dan meneruskan tradisi keilmuan Islam. Salah satu aspek penting dalam pembelajaran di pesantren adalah kajian kitab kuning.

Santri meyakini bahwa mengaji, lebih-lebih kitab kuning, harus disertai dengan tingkah laku yang baik terhadap ilmu. Sebagaimana Wilayah Santri Putri al-Hasyimiyah (Daltim) Pondok Pesantren Nurul Jadid mewajibkan para santrinya mengaji kitab dengan memakai meja belajar.

Terhitung dua minggu sejak sosialisasi terkait kewajiban menggunakan meja saat pengajian rutin, Wilayah al-Hasymiyah telah sukses merealisasikannya, Rabu (12/06).

Peraturan ini baru pertama kali diterapkan di Wilayah Al-Hasymiyah dan terlaksana dengan baik saat pengajian pagi maupun pengajian sore yang diampu oleh Kyai Zuhri Zaini.

Peraturan tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa aspek, salah satunya ingin menjaga marwah kitab kuning pada saat pengajian berlangsung.

Sejalan dengan latar belakang tersebut, tujuan peraturan adalah untuk menghormati kitab sebagaimana diajarkan dalam kitab Ta’limul Muta’alim.

“Tujuan utamanya lihurmatil kitab. Selain itu, agar para santriwati lebih hati-hati ketika memaknai kitab supaya tidak melakukan perilaku yang kurang sopan. Jika menggunakan meja juga terlihat lebih rapi dan indah,” jelas Ustazah Maryam Jamilah Ketua Ubudiyah Wilayah.

Potret santri putri Wilayah al-Hasyimiyah tengah mengikuti pengajian kitab pagi di Musala al-Hasyimiyah

Rupanya bukan Wilayah al-Hasyimiyah yang pertama menerapkannya, melainkan Wilayah Az-Zainiyyah sudah lebih dulu memberlakukan peraturan semacam ini.

“Peraturan ini baru pertama kali diterapkan di Dalem Timur (Daltim). Idenya diusulkan oleh kepala wilayah, Ustazah Zahiya Adiba,” imbuhnya.

Menurut Ustazah Maryam, penerapan program ini sangat disokong oleh peraturan pesantren untuk menertibkan dan mendisiplinkan santri selama proses pengajian. Di samping itu, menurutnya ada sedikit permasalahan yang dialami, yaitu terkendala saat pemesanan meja.

Ia pun menegaskan, akan diterapkan takzir (sanksi) edukatif pada santri yang tidak melaksanakan aturan tersebut.

“Karena rencananya peraturan ini akan berjalan hingga seterusnya, mungkin nanti akan ada sanksi, namun bukan dari wilayah melainkan dari daerahnya masing-masing,” pungkasnya.

 

Pewarta: Wahdana Nafisatus Zahra

Editor: Ponirin Mika

Menuju Standarisasi Internasional, Pesantren Nurul Jadid akan Terapkan ISO 21001

nuruljadid.net.Berita-Pondok Pesantren Nurul Jadid, salah satu pesantren yang terus melakukan terobosan, demi terciptanya pesantren yang ideal dan bermutu dalam mengelola pendidikan dan pengajaran.

Salah satu upaya itu dengan menggelar pelatihan manajemen keorganisasian, analisa SWOT dan peningkatan mutu layanan. Selain itu, Pesantren Nurul Jadid juga menargetkan standar internasional, melalui manajemen ISO 21001.

Standar ISO 21001:2018 adalah sistem manajemen organisasi pendidikan yang disesuaikan dari ISO 9001:2015. Sistem ini disusun khusus untuk sektor pendidikan dalam mencapai tujuan dan menjalankan fungsi utamanya, yaitu memberikan pendidikan yang bermutu. Standar ISO 21001 memiliki prinsip-prinsip yang mendorong lembaga pendidikan untuk lebih bertanggung jawab secara sosial dan menyediakan layanan pendidikan yang dapat diakses dan adil bagi peserta didik.

Selain itu, standar ini membantu lembaga pendidikan dalam meningkatkan kepuasan peserta didik, tenaga pendidik, kependidikan, civitas akademika, serta penerima manfaat. Persyaratan standar ISO 21001:2018 bersifat umum dan dapat diterapkan oleh semua lembaga yang berbasis kurikulum baik formal maupun informal.

Sekretaris Pesantren Nurul Jadid H. Tahiruddin menyatakan salah satu tujuan diterapkannya manajemen ISO di tersebut agar pesantren yang berada di Paiton, Kabupaten Probolinggo ini dapat menjalankan fungsinya supaya dapat memberikan pelayanan bermutu dari semua sektor.

Hal ini diungkapkan pada kegiatan “Kick Of Meeting ISO” oleh Ir. Titis Arganto, MM Presiden Direktur PT Global Certification Indonesia di Probolinggo, Selasa (11/06/24).

“Memberikan layanan prima dalam meningkatkan pendidikan dan pengajaran yang bermutu adalah salah satu kewajiban pesantren,” ungkapnya.

Dengan itu, kata dia, Pesantren Nurul Jadid memberikan pelatihan sebagai bekal pengurus pesantren yang terlibat sebagai tim ISO 21001 yang ditunjuk oleh pesantren.

” Ada jadual pelatihan dan awareness serta diskusi-diskusi oleh tim pondok dan pendamping untuk mempersiapkan manajemen mutu ISO 21001 berjalan secara maksimal dan diterapkan di pesantren,” ujarnya.

 

Pewarta  : Ahmad Zainul Khofi

Editor     : Ponirin Mika