Catatan Kuliah Tasawuf Ke-9: Mengenal Maqomat dan Ahwal (2)

Macam dan Tingkatan Kesabaran

Ada tiga macam tingkat kesabaran. Ulama tasawuf berpendapat bahwa yang pertama adalah sabar menghadapi musibah. Tingkatan ini adalah tingkat yang paling rendah dari ketiga tingkatan itu. Sebab musibah datang dari luar rencana kita dan dapat menimpa siapa saja tanpa memandang bulu, baik yang kaya atau miskin. Sabar dalam menghadapi musibah ini harus dengan motif yang berdasarkan pada Allah ﷻ, karena ada juga sabar menghadapi musibah atas dasar motif nafsu, yaitu tidak berdaya dalam menghadapi musibah.

Macam kesabaran yang kedua adalah sabar dalam menjalankan tugas, kewajiban, dan perintah Allah ﷻ. Sabar ini memiliki tingkatan yang lebih tinggi ketimbang sabar menghadapi musibah. Karena tidak semua orang mampu melaksanakan perintah itu, bahkan kebanyakan dari kita tidak melaksanakan perintah-perintah Allah ﷻ. Padahal tidak berat, seperti shalat Subuh yang hanya dua rakaat, tapi rasanya seperti memikul beban satu kwintal untuk mengerjakannya. Hal itu disebabkan karena berlawanan dengan keinginan nafsu, sedangkan kita belum bisa melawan atau mengendalikan nafsu itu. Artinya kita masih belum menganggap shalat sebagai kebutuhan apalagi kesenangan, melainkan menganggap sholat sebagai beban.

Kemudian, kesabaran yang ketiga adalah sabar menjauhi larangan Allah ﷻ. Kesabaran ini, menurut Imam al-Ghazali, adalah tingkat yang tertinggi. Sebab, larangan ini adalah kesenangan bagi nafsu, dan orang yang sudah terlanjur senang itu sulit dicegah. Oleh karena itu, sabar yang ketiga ini hanya dapat dilalui oleh orang yang betul bersungguh-sungguh beribadah kepada Allah ﷻ.

Untuk menghadapi ketiganya, kita harus bersabar. Tentu bersabar itu dengan motif untuk menjalankan perintah Allah ﷻ, bukan karena sesuatu yang bersifat duniawi. Sabar yang dilakukan karena Allah ﷻ pasti disertai oleh dzikir.

Melatih Diri, Mencapai Kesabaran

Kesabaran bisa bernilai ibadah apabila dimotivasi oleh perintah Allah ﷻ. Dengan itu, perlu kuatnya iman dan menancapnya iman menjadi takwa. Sebab, iman sebetulnya bukan hanya percaya. Iman adalah percaya dan patuh. Sebagaimana kata As Sayyid As Syaikh Husain Afandi al Jisr at Torobalisi pengarang kitab Husunul Hamidiyah (tauhid), bahwa iman adalah mempercayai kepada apa yang disampaikan oleh Nabi ﷺ dari Allah ﷻ kepada kita, lalu kita mempercayainya bahwa itu benar yang disertai dengan ketundukan. Jadi kalau hanya percaya namun tidak tunduk, itu belum dikatakan iman.

Untuk mengendalikan nafsu, tidak cukup hanya dengan ilmu dan kesadaran. Tapi juga harus disertai dengan latihan (riyadhoh). Latihan itu berupa pengendalian diri yang dimulai dari hal kecil, seperti makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang. Hal ini juga dapat dilakukan dengan berpuasa, sebab target puasa bukan hanya tidak makan dan minum, akan tetapi juga tidak melakukan hal yang dilarang oleh Allah ﷻ. Puasa pun harus dilakukan dengan benar, apabila puasa dilakukan dengan cara yang tidak benar malah justru akan semakin meningkatkan nafsu. Seperti balas dendam makan banyak ketika berbuka puasa.

Pahala kesabaran itu tidak ada hitungannya. Sebagaimana yang terdapat dalam Qur’an Surat Az-Zumar ayat 10: إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ artinya: “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”

Kesimpulan

Hakikat sabar adalah kemampuan mengendalikan diri kita. Motif yang benar dalam bersabar adalah mendasarkan sabar untuk menjalankan perintah Allah ﷻ semata. Sabar itu bukan hanya menghadapi musibah, tapi juga sabar dalam melaksanakan tugas dan kewajiban, terutama sabar dalam menjauhi hal-hal yang disukai nafsu. Untuk mencapai kesabaran itu harus didasari oleh kesadaran tentang makna hikmah kesabaran. Namun hal itu tidak cukup hanya diraih dengan kesadaran dan pengetahuan, akan tetapi juga harus melalui latihan kesabaran yang dimulai dari hal-hal kecil.

Wallahualam bissawab.

 

Oleh: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

Catatan Kuliah Tasawuf Ke-9: Mengenal Maqomat dan Ahwal (1)

Artikel ini merupakan hasil catatan Kuliah Tasawuf ke-9 tentang “Mengenal Maqomat dan Ahwal” yang diampu oleh Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid KH. Moh. Zuhri Zaini di Musala Riyadlus Shalihin pada Kamis (30/05/24). Menyoal kegiatan, Lembaga Pembinaan Pondok Mahasiswa Universitas Nurul Jadid rutin menyelenggarakan Kuliah Tasawuf sebanyak sekali di setiap bulannya. Diikuti secara tatap muka oleh Mahasantri Putra di Musala Riyadlus Shalihin dan Putri secara paralel di wilayah masing-masing. Sementara peserta umum dapat mengikuti melalui daring di kanal YouTube Universitas Nurul Jadid.

Adapun tulisan ini, yang pertama berisi prolog, hakikat kesabaran, dan motif-motif kesabaran. Sedangkan yang kedua, berisi macam dan tingkatan kesabaran, serta cara melatih diri untuk mencapai kesabaran. Demikian, mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam artikel ini yang datangnya dari penulis semata, sebagaimana semua kebenaran dalam artikel ini hanyalah milik Allah ﷻ. 

 


Prolog

Manusia diciptakan oleh Allah ﷻ ke muka bumi dan akan kembali kepada-Nya. Hal ini termaktub dalam firman Allah ﷻ surat Al-Baqarah ayat 29: هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا artinya: “Dia (Allah ﷻ) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untuk kalian …”.

Kembalinya manusia kepada Allah ﷻ dapat berupa kebaikan atau keburukan. Kembalinya manusia yang baik adalah ketika kita kembali sesuai dengan tuntunan Allah ﷻ. Jalan kembali yang baik itu dapat dilalui dengan jalan ibadah, yakni melaksanakan perintah Allah ﷻ berupa perbuatan dzohir, seperti shalat dan puasa; dan juga berupa perilaku batin atau sifat-sifat hati.

Jalan kembali yang baik kepada Allah ﷻ memiliki beberapa tahapan. Ulama’ tasawuf berpendapat terkait tahapan-tahapan tersebut, yakni dimulai dengan ilmu dan kesadaran, dilanjut taubah, kemudian wara’ dan zuhud, dan sebagai suatu usaha maka ada roja’ (harapan), kemudian juga ada khauf dalam beramal.

Ada dua sikap yang perlu diamalkan untuk keberhasilan ibadah sebagai perjalanan menuju Allah ﷻ. Dua sikap ini merupakan perintah Allah ﷻ, dan keduanya saling berpasangan, yaitu “sabar dan syukur”. Pengamalan ini merupakan perjalanan lanjut dan hampir sampai pada tujuan. Sekalipun orang yang mengamalkan hal itu belum meninggal – sebab ‘kematian’ adalah bentuk kembali pada Allah ﷻ. Tentu perjalanan orang itu belum selesai, tapi sebagai tangga atau tahapan, ia sudah termasuk pada tahapan yang tinggi.

Hakikat Kesabaran

Orang seringkali memaknai sabar secara sederhana. Dalam bahasa Arab, kesabaran biasanya disebut dengan dua istilah, yaitu صَبْرٌ (shabrun) dan حلم (hilm). Hilm sering dimaknai “tidak mudah marah” (sabar) atau terkadang dimaknai sebagai “santun”. Misalnya, ketika kita diganggu orang, namun kita tidak membalasnya. Ini adalah bentuk sabar, begitu juga disebut sebagai “hilm”. Oleh karena itu Allah ﷻ disebut Al-Halim, Dzat yang Maha Halim. Artinya tidak segera menindak atau mengazab.

Sabar itu bukan lemah atau ketidakberdayaan. Menurut orang Kristen, katanya ada ajaran Nabi Isa tentang kesabaran, yaitu “jika kamu ditempeleng pipi kananmu maka berikanlah pipi kirimu”. Sebetulnya, hal seperti itu bukan bentuk kesabaran, akan tetapi bentuk kelemahan. Hal ini sama seperti ketika hak kita dilanggar, barang kita diambil oleh perampok misalnya, lalu kita diam saja, bahkan kita merelakan barang kita untuk diambil. Ini adalah bentuk kelemahan, bukan kesabaran.

Orang sabar bukan berarti orang yang tidak bisa marah atau pemarah. Orang sabar tetap bisa marah, tapi dapat mengendalikan kemarahannya. Contoh yang paling jelas adalah Nabi Muhammad ﷺ, beliau bukan tidak marah ketika melihat sesuatu yang tidak disukainya, ketika itu wajah beliau me-merah padam, tapi beliau tidak sampai memaki orang atau hal yang tidak disukainya, apalagi melakukan kekerasan fisik kepadanya.

Maka dengan itu, hakikat kesabaran adalah kemampuan untuk mengendalikan diri kita (nafsu) terutama ketika bergejolaknya emosi. Dalam suatu hadits dikatakan: لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ, hadits tersebut menjelaskan bahwa orang kuat itu bukan suro’ah (pegulat yang bisa merobohkan lawan tandingnya), akan tetapi orang kuat sesungguhnya adalah orang yang bisa menguasai dan mengendalikan nafsunya ketika marah/emosi.

Emosi sendiri terbagi menjadi dua garis besar. Pertama adalah emosi dalam bentuk ketidaksukaan atau kebencian. Kemudian yang kedua adalah emosi atau perasaan dalam bentuk kesenangan. Seperti mencintai seseorang, cinta adalah perasaan, sama halnya dengan kebencian. Manusia dengan nafsunya memiliki dua hal itu yang terkadang mencintai sesuatu dan terkadang pula membenci sesuatu. Saat kita mencintai sesuatu, pasti kita menginginkan bahkan berusaha untuk mendapatkan sesuatu itu. Begitu juga sebaliknya, ketika kita benci sesuatu, maka kita ingin menjauhi bahkan menghabisi sesuatu itu.

Perasaan tersebut adalah manusiawi, terdapat pada siapapun. Namun yang terpenting adalah bagaimana kita mengelola dan mengendalikan perasaan suka dan tidak suka itu, agar kita tidak terjerumus pada suatu pelanggaran.

Kesabaran termasuk pada “hal”. Sebagian ulama membedakan antara ahwal dan maqam, sebagian yang lain menganggap sama saja. Hal yang membedakan adalah kalau maqam itu bisa direncanakan, artinya masih dalam kendali kita. Seperti misalnya melaksanakan kewajiban shalat. Sedangkan hal adalah suatu keadaan yang terjadi pada diri kita tanpa bisa kita kendalikan, seperti marah atau emosi. Di sisi lain, kesabaran bisa disebut sebagai maqam karena suatu tingkatan atau pencapaian di dalam olah batin.

Motif-motif Kesabaran

Kesabaran sendiri memiliki berbagai motif. Beberapa di antaranya adalah motif yang didasarkan pada nafsu. Seperti misalnya ketika kita dihina oleh orang kuat, kita memilih diam saja karena kita takut pada dirinya yang kuat, padahal andaikan kita berani, maka kita mampu untuk membalasnya.

Ada juga kesabaran dengan motif duniawi. Seperti momentum menjelang Pemilu, banyak orang tiba-tiba menjadi dermawan berdatangan ke desa-desa pelosok untuk memberikan sumbangan pada pembangunan masjid, sosial, dan sebagainya. Namun saat Pemilu usai, orang itu tidak berkunjung lagi, barangkali mungkin sibuk dengan tugas-tugasnya. Namun apabila ia melakukan sesuatu karena Allah ﷻ, biasanya tidak musim-musiman. Artinya, kapanpun dan dimanapun orang dermawan itu tetap saja akan memberi.

Selanjutnya ada kesabaran yang bermotif ibadah, yaitu sabar untuk menjalankan perintah Allah ﷻ. Seperti Nabi Muhammad ﷺ saat berdakwah kepada masyarakat Mekkah di masa itu, dakwah beliau bertujuan baik, yaitu melaksanakan perintah Allah ﷻ dan sebagai bentuk kasih sayang rasul kepada mereka. Namun di tengah dakwahnya, rasul tak sedikit ditentang bahkan diancam oleh penduduk Mekkah yang menolak. Meski demikian rasul tetap melanjutkan dakwahnya dengan sabar.

Sebagai manusia, motif-motif tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kondisi internal keluarga, lingkungan masyarakat, atau alam sekitar. Salah satunya contoh pengaruh lingkungan alam sekitar, yaitu orang yang hidup di daerah pesisir pantai. Orang tersebut cenderung keras karena alam pesisir yang menuntutnya untuk keras, seperti kerja ke laut. Maka apabila ada orang pesisir berbicara dengan lantang, itu bukan marah, namun sudah biasa. Berbeda lagi orang pegunungan yang biasa hidup dengan alam tenang, biasanya orang pegunungan lebih kalem. Hal-hal itu tidak menutup kemungkinan juga dapat terjadi pada pengaruh kondisi internal keluarga dan masyarakat terhadap motif-motif kesabaran.

Akan tetapi, bagi orang yang sudah beragama dengan ilmu, maka pengaruh motif-motif kesabaran tersebut dapat dikendalikan dengan ilmu agamanya.

 

(Bersambung…)

 

Oleh: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

Tingkatkan Kompetensi Lulusan Siswa, SMK Nurul Jadid Perkuat Jaringan Mitra Kerja

berita.nuruljadid.net – Sekolah Menengah Kejuruan Nurul Jadid (SMKNJ) menggelar workshop penguatan kemitraan bersama Dunia Industri dan Dunia Kerja (DUDIKA) pada Selasa (28/05/24) di Aula Mini SMK Nurul Jadid. Kegiatan tersebut dihadiri oleh pimpinan PT Ryo Digital Printing Lumajang selaku mitra kerja, dan disambut hangat oleh Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan Biro Pendidikan Moh. Tohet serta jajaran pimpinan sekolah.

Gelar wicara tatap muka ini berangkat dari inisiatif pimpinan SMK Nurul Jadid untuk mendorong penguatan kemitraan antara SMKNJ dan DUDIKA. Sebagaimana pada acara tersebut juga terselenggara penandatangan nota kesepahaman antara SMKNJ dengan pihak mitra kerja PT Ryo Digital Printing Lumajang.

Lebih dari itu, kegiatan ini juga menyasar pada peningkatan kompetensi siswa di bidang keahliannya masing-masing agar sesuai dengan standar yang diinginkan oleh DUDIKA.

Hal ini diperkuat oleh strategi link and match SMKNJ dalam menjalin kerja sama dengan pihak DUDIKA. Kepala SMK Nurul Jadid, Moh. Arief Hariyanto, menyampaikan bahwa konsep tersebut saling menguntungkan kedua belah pihak.

“Jalinan kerja sama ini dimulai dari penyusunan kurikulum bersama, pembelajaran berbasis project real oleh DUDIKA, Guru Tamu, magang/praktik kerja industry, sertifikasi kompetensi, training pengajar oleh DUDIKA, serta beasiswa maupun dukungan lainnya dari DUDIKA,” paparnya.

Harapannya, lanjut Arief, SMK Nurul Jadid mampu menciptakan lulusan yang kompeten dengan serta bekal keterampilan, karakter berbasis pesantren, dan budaya kerja industri yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja di masa mendatang.

Potret Pimpinan PT. Ryo Digital Printing Moh. Cahyo Saputro tengah menyampaikan sambutan.

Sementara itu, Pimpinan PT. Ryo Digital Printing Moh. Cahyo Saputro memberi respon positif atas inisiatif kerja sama oleh SMK Nurul Jadid. Lebih lanjut, pihaknya memaparkan secara detail tentang pola kerja sama yang akan dijalin.

“Kami membuka lebar ruang diskusi kepada peserta untuk saling bertukar pikiran tentang bagaimana konsep yang ingin dicapai oleh SMK Nurul Jadid,” imbuhnya.

 

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi

Editor: Ponirin Mika

Dorong Publikasi Karya Ilmiah Internasional Bereputasi, UNUJA Jalin Kerjasama dengan IAS

berita.nuruljadid.net – Universitas Nurul Jadid (UNUJA) menjalin kerjasama dengan IA Scholar Foundation (IAS) pada Ahad (26/05/24) di Aula Mini Pondok Pesantren Nurul Jadid. Kerjasama ini ditandangani oleh Rektor UNUJA, KH. Abdul Hamid Wahid, M. Ag. bersama Ketua IAS, Dr. Prof. Irwan Abdullah, M.A pada momentum Pelatihan Penulisan Artikel Jurnal Internasional Bereputasi yang berlangsung selama 3 hari itu.

Dalam sambutannya, Rektor UNUJA menyampaikan bahwa kerjasama ini merupakan tindak lanjut dari pertemuannya dengan Prof. Irwan beberapa waktu lalu di salah satu perguruan tinggi negeri di Malang. Meski sangat singkat, namun pertemuan tersebut memberi hikmah yang luar biasa.

“Dipilihnya IAS sebagai mitra di bidang publikasi ilmiah internasional, karena IAS telah terbukti dan berhasil mengantarkan ratusan penulis artikel jurnal tembus di jurnal internasional bereputasi,” terang beliau.

Dengan adanya kerjasama ini, beliau berharap, seluruh civitas akademika UNUJA muncul keinginan untuk belajar menulis, mempublikasikan penelitiannya, dan membangun jejaring publikasi.

“Mengingat tahun lalu, UNUJA telah berhasil meraih penghargaan atau anugerah dari Diktiristek di bidang publikasi ilmiah. Tentu capaian ini, patut disyukuri dengan terus bersungguh-sungguh meningkatkan kualitas SDM UNUJA, utamanya di bidang publikasi ilmiah,” tuturnya.

Selain itu, Prof. Irwan dalam sambutannya menekankan pentingnya menulis, “karena dengan menulis, maka hidupmu akan berubah”, paparnya.

Lebih lanjut, beliau juga menceritakan banyak hal tentang histori IAS dan perjalanan perubahan hidup beliau sejak awal menulis hingga hari ini. Guru Besar UGM sekaligus reviewer di banyak jurnal internasional bereputasi ini tidak hanya hobi menulis, tetapi juga melakukan banyak penelitian dan uji coba terkait trik dan rahasia artikel agar dapat diterima oleh jurnal internasional bereputasi.

“Harapannya, pertemuan dengan UNUJA ini bukan menjadi yang pertama dan terakhir, tetapi terus berkesinambungan,” pungkasnya.

Dengan penuh semangat dan kehangatan, acara kerjasama ini ditutup dengan sesi foto bersama antara Pimpinan UNUJA dan IAS beserta tim.

 

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi

Editor: Ponirin Mika

SMA Nurul Jadid Gelar Ujian HSK Bertaraf Internasional

nuruljadid.net- Sebanyak 93 siswa dan siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) Nurul Jadid Jatim, mengikuti ujian kemampuan bahasa Tionghoa atau Hanyu Shuiping Kaoshi (HSK) yang bertaraf internasional, Minggu (19/5/2024).

Ujian tersebut digelar secara daring di SMA Nurul Jadid itu bekerja sama dengan Confucius Institute. Puluhan peserta itu berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Peserta yang paling jauh berasal dari Kalimantan dan Makassar.

HSK adalah ujian standarisasi dari Republik Rakyat Tiongkok yang mengukur kemahiran berbahasa bagi penutur asing. Di SMA Nurul Jadid, selain menggelar ujian HSK (kemampuan menulis dan mendengarkan), juga diselenggarakan HSKK (kemampuan berbicara/berkomunikasi).

Salah seorang peserta HSK asal Surabaya, Agnes Gracia Matulesi, mengaku telah mempersiapkan diri selama 45 hari untuk mengikuti ujian HSK level 5. 

“Alasan mengikuti HSK adalah untuk mendapatkan jenjang karir yang lebih bagus di kemudian hari. Kedepan saya ingin membesarkan usaha yang saya rintis di Lombok, yakni les-lesan bahasa Mandarin,” ujar Agnes.

Sementara itu, siswi SMA Nurul Jadid, Paiton, Nabila Lutfi Alfia, merasa sangat terbantu dengan digelarnya HSK di sekolahnya. Ia menyatakan bahwa ujian ini mempermudah siswa yang ingin melanjutkan pendidikan di Tiongkok. 

“Tantangan ketika belajar bahasa Mandarin memang susah, karena sangat berbeda dengan bahasa ibu kita, dari cara pelafalannya saja sudah beda arti. Tapi karena ada sesuatu yang memotivasi saya, jadi tetap semangat mempelajari bahasa Mandarin,” katanya.

Wakil Kepala Bagian Kesiswaan SMA Nurul Jadid, Paiton, Slamet Santoso, mengatakan bahwa ujian HSK awalnya digelar untuk kebutuhan siswa. Namun, dari tahun ke tahun, minat peserta dari luar sekolah juga meningkat. Tidak hanya dari dalam provinsi, peserta juga datang dari luar provinsi.

“Kita mendapatkan lisensinya dari Confucius Institute pada 2017, dan melaksanakan HSK pertama kali pada 2018. Sampai sekarang, sudah ke-16 kalinya kita melaksanakan HSK dengan total peserta mencapai 670, dan digelar secara online,” jelas Slamet.

Ia menyampaikan bahwa ujian HSK sengaja diadakan sebagai bekal siswa dalam menghadapi dunia politik, sosial, dan pergeseran kekuasaan pada era mendatang. Melalui ujian HSK tersebut, ratusan siswa SMA Nurul Jadid telah mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi di universitas-universitas di Tiongkok.

Selain itu, sejumlah siswa SMA Nurul Jadid yang telah lulus dari universitas di Tiongkok banyak yang mendapatkan kontrak kerja dari berbagai perusahaan di Indonesia. 

 

Pewarta : Ahmad Zainul Khofi

Editor    : Ponirin Mika

OSIM Madrasah Aliyah Nurul Jadid Jaring Siswa Berprestasi

nuruljadid.net – Madrasah Aliyah Nurul Jadid (MANJ) terus melakukan inovasi berkait pengembangan kegiatan siswa. Kali ini madrasah yang berada di naungan Pondok Pesantren Nurul Jadid ini menggelar jaring prestasi siswa (JAPSI) di Aula MANJ. Selasa (14/04/24).

Prihal ini, Kepala Madrasah Misbahul Munir memberikan apresiasi dengan mengungkapkan bahwa jaring prestasi yang di gelar oleh Organisisasi Siswi Intra Madrasah (OSIM) sejalan dengan visi-misi madrasah.

“Madrasah mendukung penuh acara seperti ini, yaitu jaring prestasi siswa (JAPSI) yang diadakan oleh osim manj putri. Ini sejalan dengan visi misi madrasah,”tegasnya.

Misbah menegaskan, hasil dari japsi akan dibina untuk mempersiapkan ajang yang lebih besar baik di dalam pesantren atau di luar pesantren.

“Kita harus terus mencari bakat siswa, mengembangkan, dan membina secara intens siswa-siswi yang beprestasi. Siswa kita harus dapat bersaing dengan siswa di luar pesantren,” imbuhnya.

Kegiatan jaring prestasi ini bernbetuk lomba akademik dan non akademik yang diikuti semua siswa Madrasah Aliyah Nurul Jadid. Namun untuk menentukan siswa lulus untuk mengikuti pembinaan harus mengikuti seleksi.

“Semua peserta mengikuti seleksi terlebih dahulu. Peserta yang lulus akan diberi pembinaan secara intens. Mereka pula akan dikelompokkan sesuai dengan mata Pelajaran yang dikuasai,” kata Prayogi Soesanto Wakil Kepala Bagian Kesiswaan.

Materi lomba yang diberikan adalah MIPA, IPS, Ekonomi,” lanjutnya.

 

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi

Editor: Ponirin Mika

Ini Peran Seorang Santri Menurut Kiai Zuhri Zaini

nuruljadid.net – Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton KH. Moh, Zuhri Zaini menjelaskan tentang hakikat seorang santri di acara halal bihalal yang dilaksanakan Pembantu Pengurus Pondok Pesantren Nurul Jadid (P4NJ) Probolinggo barat. Ahad (11/03/24).

Kiai Zuhri mengulas prihal yang harus dimiliki oleh santri. Ia mengungkapkan bahwa santri harus memiliki amaliah, perilaku dan amaliah ahlusunnah waljamaah.

“Sebab santri tidak mengenal tempat dan waktu. Bahkan secara luas, sebagai seorang santri harus memiliki amaliah, perilaku dan aqidah yang berpaham ahlussunnah,” imbuhnya.

Selain itu, pengasuk ke IV Pesantren Nurul Jadid ini menerangkan tentang manfaat dari halal bihalal. Katanya, halal bihalal adalah ajang silaturrahim dan momentum untuk saling meminta maaf.

“Orang yang ingin dilapangkan rizkinya oleh Allah (bukan berarti kaya), salah satunya dengan merutinkan silaturahmi,” tegasnya.

Sebagai makhluk sosial, Kiai Zuhri mengungkapkan sebuah keniscayaan pasti berinteraksi dengan yang orang lain, kecuali orang yang tidak normal. Maka dalam interaksi itu ada ungkapan yang kemungkinan salah.

“Sebagai manusia memiliki fitrah dan tempat salah dan dosa, ini harus di sadari,. Jika berbuat salah segera meminta maaf dan sebaliknya juga memaafkan kepada orang lain pada dirinya,” imbuhnya.

Beliau memberikan contoh seorang panutan umat manusia, yaitu junjungan Nabi Muhammad Saw. Menurutnya, kiata perlu melihat rumah nabi, dengan kamar terbatas, di samping masjid, tapi pemiliknya berhati luas, maka menjadi luas dan tempat bernaung umat.

“Nabi juga senang menyambung silaturahmi. Melalui aktifitas ini, dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya. Umur itu tidak berarti jumlah tahun. Tapi seberapa banyak kebaikan yang dilakukan. Nabi dalam waktu berumur pendek namu sangat panjang kebaikannya,” tegasnya.

Selain itu, kiai Zuhri menyinggung pentingnya kebersamaan. Kebersamaan dibutuhkan untuk melanjutkan kehidupan. Kebersamaan perlu dirawat dan diperbaharui. kebersamaan tidak hanya menunggu takdir, tapi harus dijemput, diikhtiarkan. kita melihat kebersamaan tumbuh manakala ada musibah. kita tidak perlu menunggu musibah untuk memelihara kebersamaan. Mulailah sejak saat ini. kebersamaan dilakukan dalam wadah yang sempit, yaitu perkumpulan alumni, atau lebih luas yakni jam’iyah Nahdlatul Ulama, atau lebih luas lagi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Lebih lanjut, kiai menambahkan, hikmah lain dalam kegiatan silaturahmi dan halal bihalal itu adalah terus menambah ilmu pengetahuan. Hidup ini jangan sekedar dijalani tapi juga dipelajari agar setiap hari senantiasa tambah baik. Sebagaimana sabda nabi, orang yang hari ini lebih baik dengan kemarin adalah orang yang untung, orang yang hari ini sama dengan kemarin rugi, orang yang hari ini lebih buruk hari kemarin binasa. Menjadi orang bermanfaat tidak harus menjadi kiai, ustadz, apa yang bermanfaat dilakukan saja.

“Merawat kebersamaan dilakukan dengan saling menghargai satu sama lain, jangan menuntut dihargai saja, tapi belajar menghargai yang lain,” harapnya.

Kiai Zuhri juga berharap, selain mencari ilmu, tugas lain adalah menyebar ilmu, meski tidak alim, tidak perlu menunggu alim atau kaya untuk berdakwah, kita sebagai santri adalah pewaris nabi. Mewarisi apa? yaitu ilmu untuk diamalkan dan disebarkan. untuk hal ini kita bisa kerjasama dengan alumni pondok pesantren manapun, atau bahkan dengan kelompok yang tidak pernah mondok sekalipun, asalkan memiliki komitmen yang sama.

 

Pewarta: Ponirin Mika

FKO Nurul Jadid Gelar Sekolah GBHO

nuruljadid.net – Forum Komunikasi OSIS (FKO) Putri Biro Pendidikan Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton gelar sekolah Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) sebagai modal awal kepengurusan baru terpilih dalam melaksanakan tugas keorganisasian FKO. Jum’at (10/05/24) di Aula Mini Pesantren.

Pembina FKO Fairus mengungkapkan, sekolah GBHO sebagai salah satu program penting organisasi FKO untuk dapat mengetahui pedoman dan acuan serta orientasi FKO dalam merancang program.

“Memahami GBHO ini sangat penting. Ini ruh organisasi agar bisa terarah, terstruktur sesuai dengan asas dan nilai-nilai FKO,” katanya.

Kita menghadirkan pemateri di sekolah ini yaitu Ponirin Mika yang tak lain sebagai pembina FKO periode sebelumnya.

Sebagai pemateri, Ponirin mengungkapkan berkait pentingnya memahami GBHO pada setiap organisasi.

“Organisasi yang tidak memiliki GBHO, AD/ART, Struktur dan Tupoksi merupakan organisasi asal-asalan. FKO telah memiliki ini semua. Selanjutnya, agar pengurusnya menjadikan GBHO sebagai acuan atau spirit dalam membuat program kegiatan,” tegasnya.

Ia pun tidak lupa memberikan motivasi terhadap pengurus FKO agar kerja tim terus ditingkatkan.

“Organisasi yang sehat itu bila kerja tim dengan sempurna,” imbuhnya.

Kasubbag Humas dan Infokom pesantren ini mengungkapkan bahwa salah satu penyakit yang melanda organisasi adalah monopoli tugas oleh satu orang tertentu, tugas dalam organisasi tidak terdistribusi secara merata. Ini akan menjadi penghambat tidak berkembangnya sebuah organisasi.

“Sebuah organisasi itu harus memberikan pemerataan tugas sesuai dengan tupoksi pengurusnya. Ini tugas dari seorang ketua di organisasi itu. Organisasi FKO wajib melakukannya,” harapnya.

 

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

Puluhan Siswi SMK Full Day Bulugading Jember Magang di Pesantren Nurul Jadid

nuruljadid.net – Rabu (09/05/24), Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton menerima kunjungan SMK Full Day Bulugading, Jember. Pada momentum itu, Aula Mini Pesantren menjadi wadah saling berbagi wawasan dan seremonial serah-terima siswi magang SMK Full Day Bulugading di pesantren.

Kepala SMK Full Day Bulugading, Masyhuri, menyampaikan tujuannya memilih Pondok Pesantren Nurul Jadid sebagai tempat magang adalah tak lain untuk membekali peserta didik dengan ilmu dan pengalaman bekerja yang harapannya dapat dipraktikkan saat kembali ke Pesantren Bulugading dan lulus sekolah nanti.

“Meskipun praktik magang dilakukan saban tahun, namun tak menyurutkan kepercayaan kami kepada pesantren Nurul Jadid untuk terus menimba pengetahuan. Pesantren Nurul Jadid pondok besar yang harus dicontoh oleh siapaun termasuk SMK Full Day Bulugading,” ungkapnya.

Selain tujuan tersebut, imbuh Masyhuri, memilih Nurul Jadid karena pesantren ini memiliki daya tarik dan fasilitas yang memenuhi.

“Kami juga menyoroti alumni pesantren Nurul Jadid yang mempunyai beragam keterampilan, khususnya ilmu komputer dan manajemen organisasi yang baik,” terangnya.

Di kesempatan yang sama, Sekretaris Pesantren H. Tahiruddin menyambut dan menerima dengan hangat rombongan sebanyak 29 siswi magang beserta para jajaran guru SMK Full Day Bulugading yang hadir. Tahir menjelaskan bahwa para siswi nantinya akan ditempatkan di beberapa satuan kerja dan satuan pendidikan yang ada di pesantren.

“Kita sudah mendata unit-unit kerja yang akan menjadi tempat magang siswi SMK Full Day Bulugading,” ujarnya.

Dengan itu, Tahir berharap agar siswi yang magang dapat memaksimalkan waktu yang dimiliki untuk belajar, menyerap pengalaman positif, dan dapat berbaur dengan baik bersama santri-santri Pondok Pesantren Nurul Jadid.

“Sesama santri biasanya sangat mudah beradaptasi,” tegasnya.

 

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

Memahami Konsep Kaya dan Miskin ala Kiai Zuhri

nuruljadid.net – “Kaya itu relatif, miskin juga relatif.” Terang Kiai Zuhri saat mengisi pengajian kitab Minhajul Abidin karya Imam Ghazali di Musala Riyadlus Shalihin, Rabu (08/05/24).

Menurut Kiai Zuhri standar penyematan cap kekayaan atau kemiskinan pada seseorang itu berdasarkan pada rasio antara pendapatan dan pengeluaran.

“Orang yang tiap hari memiliki penghasilan 1 juta, tapi kebutuhan hidupnya 2 juta. Maka dia itu miskin, bahkan fakir. Berbeda jika orang yang berpenghasilan 500 ribu, tapi kebutuhannya 200 ribu, maka ia kaya,” paparnya dengan nada halus dan menyentuh hati.

Kemudian, beliau memberi contoh sosok tokoh ulama’ besar dari Sukorejo, Situbondo. Adalah Kiai As’ad Syamsul Arifin, Sang Pahlawan Nasional. Dengan senyum sumringah, Kiai Zuhri menceritakan kisah Kiai As’ad saat bertemu presiden di istana negara.

“Kiai As’ad itu pakaiannya ya begitu terus, sarungan lalu berpakaian sederhana. Bahkan saat ke istana negara untuk bertemu presiden, beliau tetap berpakaian seperti itu. Kalau kita di posisi beliau, pasti risih ya?” tanya beliau membuat kami para peserta tersenyum malu.

Setidaknya, lanjut beliau, kita bisa meneladani Nabi yang hidup sederhana namun mampu melaksanakan kewajiban, bahkan melebihinya.

Antara bermewah-mewah dan sederhana yang berkecukupan, kata beliau, kita harus dapat membedakan. Bermewah-mewah adalah ketika kita melakukan atau mengambil sesuatu yang lebih dari kebutuhan atau keperluan.

“Contoh muslim yang baik adalah ia yang tidak mengambil yang tidak perlu,” imbuhnya.

Jadi, simpulan beliau, dalam berdakwah misalnya, jika dengan sederhana kita sudah bisa melaksanakan dakwah, lantas kenapa harus berlebih alias bermewah-mewah.

Tak berhenti di situ, bak samudera ilmu, beliau memberikan keterangan lebih lanjut tentang urutan “selamat”, “manfaat”, dan “nikmat” dalam mengambil suatu keputusan.

“Ada orang yang berpikir tentang ‘selamat’ dan ‘manfaat’. Ada juga orang yang berpikir ‘nikmat’. Semua itu tidak apa-apa, asalkan ‘selamat’, ‘manfaat’, baru ‘nikmat’. Sebab, jika ‘nikmat’ yang didahulukan tapi tidak ‘selamat’, lantas bagaimana?” jelas beliau.

 

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

Zikir Bukan Hanya di Hati dan Lisan, tapi Juga pada Tindakan; Berikut Ulasan Kiai Zuhri Zaini Ketua Majelis Ifta’ JATMAN Kraksaan

nuruljadid.net – Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid sekaligus Ketua Majelis Ifta’ Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mutabarah Annahdliyah (JATMAN) Kota Kraksaan, KH. Moh. Zuhri Zaini, mengharap hadirnya JATMAN sebagai media silaturahmi merekatkan persatuan di tengah perbedaan thoriqoh.

Menurut Kiai Zuhri, sekalipun thoriqoh kita berbeda, namun salah satu tujuan adanya JATMAN adalah sebagai media untuk melahirkan ketersalingan dalam memahami dan menyatukan.

“Kita memiliki tujuan yang sama, hanya metodenya saja yang berbeda,” imbuhnya saat menyampaikan tausiyah pada acara silaturahmi triwulan JATMAN Kota Kraksaan di Musala Riyadlus Shalihin Pondok Pesantren Nurul Jadid, Selasa (07/05/24).

Menjadi pengurus JATMAN, lanjut Kiai Zuhri, kita harus bersyukur karena telah dipercaya oleh Allah untuk berkhidmat kepada umat melalui JATMAN.

“Ibadah tanpa zikir itu kurang sempurna, begitupun ibadah sosial. Zikir bukan hanya di hati dan lisan saja, tapi juga di dalam tindakan,” terang Kiai Zuhri.

Potret foto pengurus bersama peserta Silaturahmi Triwulan JATMAN Kota Kraksaan.

Pada kesempatan yang sama, Pengasuh Pondok Pesantren Badridduja sekaligus Mudir Jatman Wustho Jawa Timur, KH Musthafa Quthbi Badri sependapat dengan Kiai Zuhri. Harapannya, kita dipilih oleh Allah sebagai pengurus JATMAN untuk mengikuti salah satu thariqoh, dengan bersungguh-sungguh dan menjaga ke-istiqamah-an dalam mengamalkan thoriqoh.

Di samping itu, Kiai Musthafa juga menerangkan tentang keterikatan manusia yang tak bisa lepas dari dua hal, yaitu nilai-nilai agama (religiusitas) dan sebagai makhluk sosial (ijtima’i).

“Oleh sebab itu, sebagai manusia yang akan selalu merindukan Allah, kita harus hidup bersama-sama di dalam perbedaan,” imbuhnya.

 

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi

Editor: Ponirin Mika

Tertarik dengan Pengembangan Bahasa Asing Nurul Jadid, UIN Walisongo Semarang Gelar Kuliah Kerja Lapangan

nuruljadid.net – Pondok Pesantren Nurul Jadid menerima kunjungan sebanyak 158 mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dari Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang. Mereka disambut hangat oleh Dosen Universitas Nurul Jadid dan Pengurus Lembaga Pengembangan Bahasa Asing Nurul Jadid di Aula I Pesantren, Senin (29/04/25).

Wakil Dekan Bidang Keuangan UIN Walisongo Semarang menerangkan tujuannya datang ke pesantren ini adalah untuk menimba ilmu kebahasaan. Menurutnya, Pondok Pesantren Nurul Jadid terkenal dengan pengembangan bahasa asing mulai dari Arab, Inggris, dan Mandarin.

“Saya berharap pesantren Nurul Jadid atau Universitas Nurul Jadid dapat memberikan ilmu berkait dengan bahasa asing. Untuk belajar bahasa Mandarin tidak perlu ke China tapi cukup ke Pesantren Nurul Jadid,” terangnya saat menyampaikan sambutan.

Ia menambahkan, Universitas Nurul Jadid selalu memberikan informasi melalui media sosial tentang peraihan juara yang diperoleh oleh mahasiswanya.

“Dengan banyaknya perolehan juara oleh mahasiswa Universitas Nurul Jadid mulai dari lomba debat, pidato dengan berbahasa asing (Mandarin), dengan itu kami tertarik untuk belajar di pesantren ini ” tegasnya.

Sementara itu, Sekretaris Pesantren H. Tahiruddin memberikan sambutan hangat atas niat UIN Walisongo bersilaturahim dan bertukar pikiran dengan Pondok Pesantren Nurul Jadid.

“Semoga harapan dan keinginan dari Mahasiswa UIN Walisongo dapat diraih di pesantren ini,” tegasnya.

Pesantren ini, lanjut Tahir, terus mengembangkan bahasa asing yang semula hanya bahasa Arab dan Inggris, sekarang bertambah bahasa Mandarin dan Jepang.

“Saya dulu berada di asrama bahasa asing tempatnya di Lembaga Bahasa Arab. Semua santri di asrama itu berbahasa arab dan juga berbahasa inggris setiap hari dan malam,” ungkapnya.

Sebelum berakhir, sebagaimana permintaan Tahir, acara berlanjut dengan dialog antar dosen dan mahasiswa UIN Walisongo Semarang dengan dosen Universitas Nurul Jadid serta pengurus Lembaga Pengembangan Bahasa Asing Pondok Pesantren Nurul Jadid.

“Dialog antar mahasiswa UIN Walisongo Semarang dan pengelola bahasa di pondok ini akan sangat berguna dalam bertukar pikiran tentang proses dan pengelolaan kebahasaan di Nurul Jadid,” pungkasnya.

 

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi

Editor: Ponirin Mika

Toleransi dalam Keberagaman, Yayasan Sosial Hokka Malang Apresiasi Pesanten Nurul Jadid

nuruljadid.net – Ahad (28/04/24) Pondok Pesantren Nurul Jadid menerima kunjungan silaturahmi dari Yayasan Sosial Hokka Malang. Rombongan yang dikomando oleh Widodo Laksono Ketua Pembina Yayasan Sosial Hokka Malang ini bertujuan untuk berbagi kebahagiaan kepada santriwan dan santriwati.

Kedatangannya disambut hangat oleh Kepala Pesantren KH. Abdul Hamid Wahid, Sekretaris Pesantren H. Tahiruddin dan beberapa pimpinan satuan kerja maupun satuan pendidikan.

Perjumpaannya dengan Nurul Jadid, menurut Widodo Laksono, membuat dirinya tertegun setelah menyaksikan kepiawaian santri berbahasa mandarin selama acara berlangsung.

“Saya senang sekali para santri bisa berbahasa Mandarin,” ungkapnya.

Sekilas cerita, Widodo sempat menyoroti keberadaan Bahasa Mandarin yang kurang mendapatkan perhatian di tengah pemuda hari ini.

“Bahkan, di kampus tertentu, saat ada orang berbahasa Mandarin maka orang itu di-China-Chinakan. Berbeda ketika berbahasa Inggris, ia dianggap biasa saja,” keluhnya di tengah-tengah penyampaian sambutan.

Potret Widodo Laksono Ketua Pembina Yayasan Sosial Hokka Malang tengah memberikan sambutan.

Hal yang membuat saya bangga, lanjutnya, adalah bisa berkenalan dengan Ponpes Nurul Jadid ini. Beliau berharap bahwa pertemuan ini suatu saat nanti terus bisa menjalin kerjasama.

Sementara itu, Kiai Hamid dalam sambutannya di awal acara membuka ruang seluas-luasnya untuk saling belajar dan berbagi antara Ponpes Nurul Jadid dan Yayasan Sosial Hokka Malang.

“Moga-moga bagi pesantren kita bisa saling belajar, saling menimba ilmu, wawasan dan pengalaman. Saya yakin bapak ibu telah makan asam garam kehidupan di profesinya masing masing,” terang beliau.

Potret Kepala Pesantren KH. Abdul Hamid Wahid tengah memberikan sambutan hangat di depan tamu dan para peserta

Di samping itu, beliau juga menjabarkan pola giat santri selama di pesantren, mulai dari tidur yang kata beliau seperti camping setiap hari sampai kurikulum integrasi antara pesantren-sekolah.

“Semoga ini bukan kunjungan pertama dan terakhir, harapnya hubungan kerja sama dan silaturahmi ini bisa berlanjut ke masa mendatang,” pungkasnya.

 

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi

Editor: Ponirin Mika

Memulai Kegiatan, Sekretariat Nurul Jadid Gelar Rapat Perdana

nuruljadid.net – Sekretariat Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo menggelar rapat perdana persiapan melaksanakan kegiatan usai liburan panjang pesantren. Upaya ini diharapkan dapat mempererat hubungan antar bagian pada bagian yang lain.

“Pertemuan ini merupakan halal bi halal internal sekretariat dan sekaligus mempersiapkan kegiatan yang akan dilakukan sekretariat,” kata Sekretaris Pesantren H. Tahiruddin. Senin (22/04/24)

Ia juga menegaskan bahwa sekretariat adalah satuan kerja yang terkoneksi dengan satuan kerja yang ada di pesantren.

“Pekerjaan kita ini terkoneksi dengan satuan kerja yang ada di pesantren. Oleh karena itu, segera mungkin mengawal kegiatan di masing-masing bagian yang ada di sekretariat,” imbuhnya.

Selanjutnya, ia berharap bahwa pelayanan terhadap santri perlu ditingkatkan. Jadi semua pengurus sekretariat harus meningkatkan kerja.

“Kinerja pengurus sekretariat perlu ditingkatkan dengan maksimal. Ayo kita memulai pekerjaan kita sesuai dengan tugas, pokok dan fungsinya,” tegasnya.

H. Thohir menyampaikan pesan kepala pesantren KH. Abdul Hamid Wahid bahwa menjelang penerimaan santri baru perlu ada informasi pesantren di beberapa titik.

“Kita bisa membangun kerjasama dengan jejaring yang ada. Ini semua berharap agar informasi pesantren sampai pada masyarakat,” tegasnya.

 

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

Mengintip Semangat Belajar Santri di Hari Pertama Sekolah Usai Libur Ramadan

nuruljadid.net – Liburan usai, sayup-sayup mulai terdengar suara kegiatan belajar mengajar dari ruang-ruang kelas. Sekolah/Madrasah kembali dikerumuni santri usai libur bulan Ramadan 1445 H. Madrasah Diniyah hadir menyambut giat pembelajaran santri di hari pertama sekolah, yakni melaksanakan kegiatan Penilaian Tengah Semester (PTS) genap. Senin (22/04/24).

Di hari pertama masuk sekolah, Kepala Madrasah Diniyah Ahmad Saili mengungkapkan PTS dilaksanakan sesuai jadwal yang diberikan sebelum liburan ramadan. Katanya, kegiatan terlaksana dengan kondusif.

“Terpantau belum sepenuhnya santri hadir di kelas, namun kegiatan PTS genap masih berjalan kondusif,” ungkapnya.

Di samping itu, kata Saili, kondusifnya PTS genap hari pertama ini juga ditopang oleh semangat santri. Meskipun sebagian santri belum lepas dari sisa-sisa rindu momen liburan yang masih berserakan di alam ruang pikirnya.

“Kata mereka, meskipun belum sepenuhnya kerasan alias masih ingat rumah, tapi tetap semangat masuk,” ungkap Saili di sela perbincangan setelah mengawasi kegiatan PTS genap madrasah diniyah.

Di sisi lain, Tim Nurul Jadid Media juga memotret suasana apel pagi di MA Nurul Jadid yang dipimpin oleh Kepala Madrasah Misbahul Munir dan dihadiri oleh para guru dan karyawan sebelum memulai kegiatan belajar mengajar.

“Ustaz Misbahul Munir memberikan stimulus kepada kami untuk memulai tugas berkhidmat kepada pesantren dengan semangat dan hati ikhlas,” ungkap Hisnul Muhaimin, salah seorang asatidz Madrasah Diniyah setelah mengikuti kegiatan apel pagi.

 

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika