Santri Baru Mengenal Cikal Bakal Berdirinya Pesantren Nurul Jadid di OSABAR 2024

berita.nuruljadid.net – Sabtu (14/07/24), hari pertama Orientasi Santri Baru (OSABAR), panitia menggelar kegiatan pematerian Selayang Pandang di Aula Pesantren. Rangkaian kegiatan Orientasi Santri Baru (OSABAR) 2024 ini dilaksanakan di dua lokasi, yakni dalam ruangan (indoor) dan luar ruangan (outdoor). Dua lokasi tersebut digelar secara paralel dalam satu waktu, seluruh peserta secara bergantian mengikuti kegiatan di dua lokasi tersebut.

Di dalam ruangan (indoor), panitia menghadirkan Saili Aswi sebagai narasumber dalam sesi pematerian bertema “Selayang Pandang”. Dalam kesempatan itu, beliau memulai sesi dengan menerangkan definisi dan makna Selayang Pandang.

“Selayang Pandang itu diambil dari kata layang berarti melayang-layang, dan pandang yang berarti hanya sekali dilihat lalu lupa,” terang Saili disambut oleh gelak tawa peserta OSABAR.

Definisi ini bukan yang sesungguhnya, namun itu hanya candaan pria berasal dari Kepulauan Raas, Sumenep itu untuk menyapa peserta osabar.

Saili juga memaparkan alasan mengapa Selayang Pandang termasuk menjadi salah satu materi penting untuk kegiatan OSABAR. Menurutnya, materi ini akan mengenalkan santri baru tentang asal muasal berdirinya pesantren serta biografi keluarga pengasuh Nurul Jadid.

“Tak kenal maka tak sayang. Sebelum lebih jauh menekuni ilmu di Nurul Jadid, baiknya para santri mengenal lebih dulu lingkungan tempat mereka belajar, hal ini juga membantu santri agar lebih adaptif,” ungkap beliau.

Selanjutnya, Kepala Madrasah Diniyah Nurul Jadid itu mulai menceritakan cikal bakal berdirinya Pondok Pesantren Nurul Jadid, di mulai sejak kedatangan pendiri K.H. Zaini Mun’im di tanah Karanganyar hingga masa perkembangan periode kedua yang kini tengah diasuh oleh K.H. Moh. Zuhri Zaini.

Di penghujung acara, Saili menegaskan beberapa prinsip pesantren yang harus diketahui oleh santri.

“Pertama, Nurul Jadid hanya mencetak santri menjadi serba bisa (multidisiplin, red.). Kedua, Nurul Jadid itu memiliki sistem salaf dan modern. Terakhir, seluruh santri itu masuk ke Nurul Jadid niatnya harus satu yakni hanya untuk mengaji dan membina akhlakul karimah,” tutup beliau.

 

Pewarta : Shelma Nasywa Ramadhani Munir

Editor: Ahmad Zainul Khofi

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *