Pos

Alumni Nurul Jadid Menghibur Masyarakat Sekitar Pesantren

nuruljadid.net- Gebyar Kemerdekaan ini kita laksanakan untuk memberi hiburan yang produktif terhadap masyarakat sekitar Pondok. Ungkapan ini disampaikan oleh ketua panitia Ustadzah Windiya Budianti saat di wawacarai infokom lepas acara lomba, Jumat sore (23/08/19) di Permahan Perrengan Karanganyar Paiton, Probolinggo.

Tidak banyak lomba, cuma ada 2 lomba yang dilaksanakan yaitu lomba lari kelereng dan lomba makan kerupuk. Pesertanya dari usia 5-12. Alhamdulillah pesertanya cukup banyak sejumlah 85 orang, ” tutur ustadzah windy.

Lomba ini diprakarsai oleh Komunitas Alumni Nurul Jadid Perumahan Perrengan yang  berada disekitar Pesantren. Dengan Ini dimaksudkan agar terbangun hubungan baik antara alumni dan masyarakat dan juga biar tercipta rasa kepemilikan terhadap Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Pemenang lomba diambil juara 1 sampai 3 di masing masing lomba.
Bapak Nur Khotim (Pak Sol) mengatakan, “saya sebagai Ketua RT/RW saya sangat bangga dengan kegiatan ini, semoga nantinya bisa melaksanakan lomba lebih banyak lagi,” Ucapnya

Pewarta : PM

 

LPBA Adakan Studium General Bersama Alumni

nuruljadid.net- Pada hari Jum’at (23/08), LPBA kembali adakan stadium general yang merupakan kegiatan rutin LPBA pertahun, studium general kali ini, mengundang alumni yakni, Dr.Ach.Dhofir Zuhry S,os.M,Fil. Bertempat di Aula SMANJ, dan dihadiri oleh pembina serta seluruh anggota LPBA. Acara ini berlangsung sekitar pukul 08.30 dan berakhir pukul 16.00 WIB.

Beliau merupakan salah satu pengasuh PP. Luhur Baitul Hikmah dan penulis best seller Peradaban Sarung. Beliau berpesan ” perbanyaklah membaca karena saat membaca buku kita dapat menemukan 3 hal. Pertama, kita dapat mengenali penulis, kedua kita berkomunikasi dengan buku tersebut dan yang ketiga, kita dapat menemukan jati diri kita”ujar Gus Ach.Dhofir saat memberi inspirasi.

Setelah memberi inspirasi dan motivasi Gus Ach. Dhofir membuka sesi tanya jawab yang berlangsung selama 20 menit dengan pembagian 2 penanya dari putra dan putri. Uniknya saat menjawab salah satu pertanyaan dari putra, gus Ach.Dhofir menjawabnya dengan syair Imam Syafi’i. Dan menjelang berakhirnya acara tersebut LPBA memberi cenderamata kepada gus Ach.Dhofir.
“Harapan saya untuk LPBA dalam masa milenial ini adalah siap untuk berubah menjadi lebih baik dan memiliki cita – cita tinggi untuk mengembangkan bahasa” ujar Kyai Muhammad Al – Fayyadl M.Phil. selaku direktur LPBA. Acara berlangsung dengan antusias seluruh anggota LPBA yang menghadiri acara tersebut dari awal hingga akhir acara.

Pewarta : Mdy/Ich
Editor : Ponirin Mika

 

Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Dengan Membentuk Santri Husada & Saka Bakti Husada

nuruljadidi.net- Pos Kesehatan Klinik Az-Zainiyah, Jumat, 23 Agustus 2019, melaksanakan pelantikan dan pengukuhan serentak bagi santri Husada & Saka Bakti Husada di AULA Pesantren (MA Nurul Jadid) pukul 14. 00 WIB sampai selesai.

Hadir pada acara ini, Kepala Pesantren KH. Abdul Hamid Wahid. Sekretari Pesantren H. Faizin Syamwil, Sekretaris Yayasan KH. Hefny Rozak, Direktur Klinik Az-Zainiyah Ny. HJ. Khodijatul Qodriyah dan beberapa undangan VIP lainnya.

Adanya Kegiatan ini bertujuan agar tercipta kesigapan untuk memberikan pelayanan kesehatan santri dilingkungan Pondok, disamping itu, sebagai wadah training santri dalam hal kewaspadaan terhadap lingkungan sekitar. Melihat dibutuhkannya pelayanan prima tersebut, maka muncul inisiatif untuk mendirikan satu tim baru dengan nama Santri Husada & Saka Bakti Husada. Santri Husada merupakan tim yang terdiri dari beberapa santri aktif dengan status Mahasisiwa/i Universitas Nurul Jadid, mereka dipercaya untuk menjadi tim medis bagain kesehatan Pesantren begitupula Saka Bakti Husada merupakan santri aktif dibidang Pramuka yang berstatus siswa/i dipercaya menjadi Panji Kesehatan Pondok Pesantren.

Direktur Klinik Az-Zainiyah; Ny.Hj.Khodijatul Qodriyah S.Ag, M.MPub, M.Si. Beliau sangat antusias dalam sambutan, beliau menyampaikan : Pertama: dilakukan pelantikan dan pengukuhan santri husada dan saka bakti husada ini untuk legalitas adanya santri husada dan saka bakti husada dengan adanya santri Husada dan Saka Bakti Husada dapat meningkatkan kualiatas kesehatan di Pondok Pesantren dengan cara PHBS dengan baik agar bisa mendampingi santri untuk bisa hidup sehat dari diri sendiri.
Kedua : Klinik Az-zainiyah Award untuk memberikan apresiapi kepada karyawan yang telah berkontribusi baik, dalam bekerja memberi pelayanan dan disiplin waktu. Ketiga : Launching Pesona Club (pengobatan, senam, olahraga dan pelayanan) Klinik, melayani kesehatan seperti yoga dan senam, akupuntur, bekam untuk masyarakat umum.

Senada dengan Direktur Klinik Az-Zainiyah Kepala Pesantren KH. Abdul Hamid Wahid, M. Ag berharap dengan moment ini agar tercipta meningkatnya kesehatan para santri sekalian di dalam Pondok Pesantren.
Selanjutnya sambutan dari Kepala Dinas Kab.Probolinggo yang diwakili oleh Ibu Sri Patmiati S.ST yang menjabat sebagai Kepala Bidang kesehatan Masyarakat. Dalam kutipan sambutannya ia mengatakan “ wadah ini untuk mencegah penyakit tingkat nasional, harapannya santri Husada dapat mencegah adanya penyakit yang ada dalam ruang lingkup pesantren” jelasnya dalam penghujung sambutannya.
Dalam agenda kali ini sangatlah sinkron dengan adanya beberapa agenga lain yang dapat menjadi bahan study baik siswa maupun Mahasiswa yakni acara ini juga dilengkapi dengan adnya Launching/PESONA CLUB ( Pengobatan Senam, Olahraga dan Pelayanan ) yang dihadiri langsung oleh pimpinan, Direktur beserta kepala bagaian lainnya. Lounching ini ditujukan sebagai ajang evaluasi untuk tim Kesehatan sendiri bagaimana adanya kendala yang lalu tidak terjadi lagi kedepannya.
Lounching dibuka dengan pemotongan pita langsung oleh Direktur Klinik Az-Zainiyah; Ny.HJ. Khadijatul Qodariyah dan ditutup dengan Launching Voucher general Chek up.
Doa merupakan agenda terakhir kali ini yang diampuh langsung oleh Dr. KH. Hefniy Rozaq M.Pd. Setelah acara satu-persatu selesai akhirnya berakhirlah rentetan kegiatan siang hari ini.

Pewarta : Lidhat
Editor : Ponirin

 

Tingkatkan Kemampuan Bahasa Arab Melalui Kegiatan Resume

nuruljadid.net- Wilayah Zaid bin Tsabit  (ZAITSA) tengah mengadakan kegiatan meresume,  Tepat pada (22/08) kamis malam dilaksanakan di Asrama takhossus santri yang sedang mendalami kitab dan bahasa arab. Kegiatan ini diadakan bersifat mingguan dengan model kegiatan meresume sebuah ceritera film yang kemudian hasil resume tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa arab. Biasanya acara tersebut dimulai pada pukul 08.10 WIB dan berakhir pukul 09.15 WIB.

Kegiatan tersebut bertujuan untuk melatih peserta didik agar lebih mahir dalam menerjemahkan kalimat bahasa indonesia kedalam bahasa arab. Para peserta didik juga dapat mengambil hikmah dan pelajaran yang terkandung dalam film yang telah mereka lihat tersebut.
Di akhir acara pengurus lembaga menunjuk tiga peserta didik untuk membacakan hasil terjemahan tersebut di depan peserta didik yang lain, dimana hal ini melatih agar peserta didik berani tampil dengan percaya diri di depan halayak ramai nantinya.

Pewarta : Betul Alfiatus

Editor : Ponirin Mika

Kehumasan dan Keprotokolan Materi Kedua Upgrading Staff

nuruljadid.net-Ulfiningtiyas mengatakan bahwa etika dan kepribadiaan merupakan sesuatu yang sangat urgen dimiliki oleh setiap humas dan protokol. Ini disampaikan pada acara upgrading staff di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, Kamis pagi (22/08/19) di AULA SMP Nurul Jadid pada pukul 10. 00 WIB

Nurul Jadid Pondok besar dan pastinya akan banyak instansi luar, masyarakat banyak yang ingin berkunjung untuk study banding. Tentu, protokol yang baik sangat dibutuhkan untuk nemberikan pelayanan yang baik,” tutur Ibu Ulfi Protokol KPU Kabupaten Probolinggo

Ustadz Bashori Alwi Kasubbag Protokol Nurul Jadid mengatakan materi ini sangat penting diberikan kepada para pengurus terutama staffing di Pondok, ini sesuai dengan keinginan Kepala Pesantren. Agar mereka (staf) bisa memberikan pelayanan yang maksimal dengan etika dan kepribadiaan yang tinggi.

Hari kedua upgrading staff tetap diikuti 100 orang peserta sebagaimana hari pertama rabu kemarin.

Pewarta : PM

 

Jadilah Seperti Air

Siapa yang tak butuh air

Manusia, hewan, tanaman bahkan semua

Air memberi kesejukan

Pada setiap mahluk dalam kehidupan

Air mengalir disetiap sendi-sendi kehidupan

 

Begitu seharusnya kau nak,

Kata ibu tua

Sambil menepuk dada anaknya

Berjalanlah kau seperti air

Kau akan dapat kebahagiaan

 

20/08/2019

PUJANGGA PESISIR

 

 

Majelis Muhajirin Nurul Jadid, Hidupkan Masyarakat Dengan Dzikir dan Shalawat

nuruljadid.net- Majelis Muhajirin Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, menyelenggarakan pembacaan dzikir dan shalawat dengan membaca Istigasah dan Dibaiyah setiap malam selasa bakdah maghrib di Desa Karanganyar, Paiton, Probolinggo. Saban pukul 19.00 WIB.

Disamping kegiatan ini merupakan tradisi Islam washatiyah (Ahlussunnah wal Jamaah) juga membumikan dzikir dan shalawat di tengah gencarnya rongrongan aliran radikal. Peserta yang ikut pada kegiatan ini merupakan seluruh alumni Nurul Jadid dan sebagian masyarakat sekitar Pondok.

Ketua Majelis Shalawat Ustadz Ernawiyadi, mengatakan kegiatan majelis dzikir dan shalawat dengan membaca istigasah dan dibaiyah merupakan kegiatan merawat peninggalan salafus shalih. Dan untuk menumbuhkan kecintaan kepada Allah dan Rasulnya. Juga membumikan dzikir dan shalawat di tengah masyarakat.

Anggota majelis shalawat Ustadz Agus RM juga menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan ajang silaturrahmi antar sesama alumni agar tambah erat tali persaudaraannya dan mentradisikan dzikir dan shalawat di masyarakat

Pewarta : PM

22 Santri Ponpes Nurul Jadid, Terpilih Menjadi Petugas Paskibraka Kecamatan

nuruljadid.net- Memperingati HUT ke 74 banyak pengalaman berharga yang didapatkan oleh sebagian orang, termasuk 22 santri Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo. Pasalnya, 22 santri tersebut terpilih menjadi petugas paskibraka Kecamatan Paiton, Probolinggo, Jawa Timur, pada pelaksanaan upacara 17 agustus 2019 kemarin.

“Kami bangga atas nama santri yang berjiwa NKRI. Dengan begitu banyak pengalaman yang kami dapatkan. Mulai dari banyak teman, pelatih, hingga orang berpangkat. Kami bangga bisa melaksanakan tugas negara untuk menaikkan bendera dengan perasaan bangga dan haru. Kami bangga dan bersyukur atas pengalaman berharga ini,” Ucap Nur Kholis salah satu peserta paskibraka kecamatan.

Bapak Serka Babun Sugianto, salah satu pelatih menyampaikan,” Cukup luar biasa meskipun gosong gisngan tapi semangat yg berapi api membuat kita semua tetap ceria sampai saat pengibaran dan penurunan selesai dengan sangat bagus. Itu menjadi sebuah kehormatan yg luar biasa sekali jadi latihan yang sangat singkat ini bisa menghasilkan nilai yg luar biasa dan antusias masyarakat. Kami nangga dengan Nurul Jadid.

 

Pewarta : PM

 

 

Menyambut HUT RI Ke 74, Santriwati Dalbar Nonton Film “Siapa Di Atas Presiden”

nuruljadid.net- Santriwati Wilayah Az- Zainiyah Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, tengah melaksanakan nonton bareng bersama bertempat di Halaman PPIQ. Malam sabtu (17/08/19).
Tim IT Az-Zainiyah memilih halamab PPIQ tersebut, karena tempatnya luas dan sangat layak untuk menampung banyaknya santriwati dalbar.

Acara nobar ini diikuti oleh seluruh santriwati Az-Zainiyah baik dari kalangan siswi, mahasiswi dan pengurus.
Nobar ini merupakan rangkaian memperingati kemerdekaan RI. Juga sebagai pembelajaran audivisual melalui pemutaran film motivasi yang sangat menarik.

Judul film ”Siapa di atas Presiden” diangkat karena memunyai alur cerita yang sangat menarik. Ada banyak adegan anarkis dari pemeran Antagonis film tersebut.

Awal mula panitia tidak ada inisiatif untuk mengangkat film tersebut. namun film tersebut dianggap cocok karena bersamaan dengan semarak kemerdekaan dan masa reformasi bangsa Indonesia.
Kutipan dari film “Siapa di atas presiden” ini menceritakan seorang tokoh bernama Ricky seorang anak presiden yang ingin membenarkan sistem hukum yang berjalan di Indonesia saat ini.

Ia mengalami masa sulit dimana ayahnya tersangka sebagai pembunuh dari Sutejo Tresno yang tidak diketahui bagaimana kejadian terbunuhnya. Menurut Ricky hukum di Indonesia ini tidaklah adil, menganggap yang tidak bersalah terjerat dalam kasus sedangkan yang kuat meraja lela dimana-mana. Ricky juga mengatakan bahwa Indonesia memliki satu kekurangan yakni kurang dalam keberaniannya, karena keberanian tak hanya identik dengan mengemukakan pendapat, namun juga berani dalam bertindak, membuat yang lemah tidak semakin lemah dan yang kuat tidak menjadi tikus berdasi hitam di tengah-tengah ambradulnya sisitem negara.

Sesaat kemudian suasana sepi tak seperti dari awal, ketika fight step diputar, mereka hanya siletmoment menutup mulut mereka dimungkinkan takut tokoh di dalam film tersebut kalah,  meski suasana gelap mereka tetap menikmati film tersebut hingga larut malam.

Hingga tiba pada klimaks ending, Ricky berusaha menguak kasus ketika yang tengah ditimpa ayahnya. Singkat cerita pada akhirnya hukum sedikit demi sedikit di Indonesia dapat diluruskan berkat asosiasi dari pihak-pihak yang masih memiliki jiwa nasionalisme terhadap negara salah satunya adalah Ricky. Ayah Ricky akhirnya dinyatakan bebas dan tidak bersalah, pembasmianpun dimulai dari perjuangan Ricky dan kawan-kawannya. Karena pada dasarnya Hukum harus ditegakkan atas kehendak rakyat. Realita sesungguhnya adalah rakyat bukanlah penolong namun rakyat adalah raja dan pemarintah merupakan pembantu bagi rakyatnya.

Kesan sekaligus pesan terakhir dari salah satu tim IT ketika melaksanakan wawancara lansung dengan tim Reporter Humas Nurul Jadid adalah “ Semoga lebih bisa mengambil hikmah dari ditayangkannya film tersebut juga harapan saya agar santri lebih bisa open Minded terhadap masa depan bangsa” jelasnya.

Pewarta : Lidhatul M dan Lu AZ
Editor  : Ponirin Mika

 

 

Santri Putri Nurul Jadid, Gelar Upacara Menyambut HUT RI Ke – 74

nuruljadid.net- Sabtu, 17 Agustus 2019 Pondok Pesantren Nurul Jadid menggelar upacara rutinitas tahunan untuk menyambut HUT RI ke-74 yang digelar langsung di lapangan raya ayaman Nurul Jadid. Acara kali ini diikuti oleh seluruh santriwati pondok pesantren Nurul Jadid dari masing-masing wilayah tanpa terkecuali. Acara dimulai tepat pukul 09.00 WIB yang dipandu langsung oleh Master of Ceremony; Zahiya Adibah dan Ana Maratu Khonitatillah sebagai Komandan Upacara.

Ada beberapa hal yang diharapkan pada pelaksanaan upacara, Pertama, memperingati jasa para pahlawan yang telah gugur mendahului kita yang telah memperjuangkan kemerdekaan bangsa indonesia.

Kedua, sebagai agenda rutinitas pesantren untuk melatih potensi masing-masing pribadi santri.
Pelaksanaan upacara kali ini berbeda nuansanya dengan acara tahun sebelumnya yakni Inspektur yang hadir langsung dari tim Polwan dan Kepolisian Kapolres Probolinggo sebagai tamu istimewa.

Salah satu anggota menyampaikan sebagai berikut: “ditengah-tengah menyengatnya terik matahari ini, saya sangat kagum dengan acara kali ini, antusias peserta kali ini benar-benar luar biasa,” jelasnya ketika diwawancarai oleh sebagian tim Reporter.

Selepas pembacaan biodata petugas upacara, tim paskibraka langsung memasuki lapangan raya Nurul jadid sebagai pertanda bendera merah putih siap dikibarkan yang diiringi dengan menyanyikan lagu Indonesia raya oleh tim paduan suara pondok pesantren Nurul Jadid . Korelasi paskibraka pasukan 17 dengan pasukan 45 sangat sinkron sekali, sehingga tak segan-segan dari berbagai penjuru tepuk tangan dilambaikan, setelah pengibaran. Selanjutnya, Paskibraka menunjukkan adegan yakni pembentukan nama oleh tim paskibraka sendiri dengan bertuliskan NKRI, suasana semakin riuh dengan pertunjukan yang sangat memecah suasana dan fokus hadirin.

Ilustrasi Proklamasi bangsa Indonesia masa Orde lama terus tergambarkan di tengah-tengah gencarnya acara, dari pembacaan proklamasi Indonesia, pengibaran bendera, menyanyikan lagu Indonesia Raya, Mengheningkan Cipta dan menyanyikan lagu wajib Nasional. Di sisi lain, peserta sangatlah ikut andil dengan saksama ketika acara hendak dan telah dimulai dengan ikut menghayati setiap adegan yang berlangsung. Bumi Nurul Jadid seakan mengalami masa Reformasi ke-74 setelah satu tahun yang lalu.
Tak ketinggalan pada pelaksanaan upacara kali ini, Tim PMR bentukan Klinik Az-Zainiyah dan rekan Medis Nurul Jadid siap siaga untuk memberikan pelayanan yang baik.

Upacara penurunan akan dilaksanakan pada jam 15.00 WIB yang bertempat tetap di lapangan raya ayaman Nurul Jadid. Kali ini tim paskibraka tetap pada posisinya seperti semula dengan barisan yang tetap rapi, pimpinan diambil alih oleh komandan upacara saudari Ana Maratu Khonitatillah. Master of Ceremony kembali membacakan biodata para petugas upacara yang bertugas sore kali ini, Inspektur yang bertugas kali inipun juga berbeda dengan prosesi pagi hari yakni saudara Babun Sugianto yang memiliki kesibukan sehari-harinya sebagai anggota koramil kabupaten Probolinggo.

Setelah penurunan selesai, tim paskibrakapun beranjak melaju meninggalkan lapangan raya sehingga dengan turunnya bendera merah putih maka berakhirlah acara HUT ke-74 kali ini. Namun, masih ada satu antraksi lagi yang akan dibawakan langsung oleh ALIF;crew sastra lembaga bahasa Unggulan SMA Nurul Jadid. Antraksi kali ini benar-benar mendapatkan apresiasi karena beberapa adegan yang sangat bagus dinikmatinya. Peserta tengah antusias memahami arti makna setiap adegan yang dimainkan.

Kisah perjuangan rakyat Indonesia menghadapi bangsa feodalisme ataupun imperialsm yang menjajah bangsa Indonesia secara anarkis. Mereka tengah memperagakan para penjajah belanda yang menindas bangsa indonesia, tidak hanya satu dua orang saja namun beratus bahkan beribu-ribu orang mereka tindas di tanah bangsa Indonesia sendiri.
Ada satu adegan yang sangat menarik, ketika salah satu anak alif menokohkan watak penjajah dengan menendang bahkan tak segan-segan diinjak oleh mereka, seluruh peserta secara spontan berteriak sebagai pertanda tidak tega, bahkan ada sebagian dari mereka yang menangis karena terharu akan adegan tersebut.

Adegan terakhir, setelah para penjajah berhasil dibunuh oleh tangan rakyat Indonesia sendiri, proklamasi dikumandangkan, lagu kemerdekaan dilantunkan dan bendara yang semula merah putih birupun disobek menjadi merah putih pertanda indonesia telah merdeka. Tangis terdengar dimana-mana sebagai tanda haru terhadap perjuangan bangsa Indonesia.
Acara memperingati HUT RI ke 74 sukses dan mendapatkan apresiasi dari seluruh hadirin yang hadir.

Pewarta : Lidhatul Umamah dan Robiatul Adawiyah

Editor : Ponirin Mika

 

Bagimu Agamamu, Bagiku Kau Saudaraku

“Ketuhanan macam apa yang tengah diajarkan para pemerintah ini! Aku memang sejak awal risau pada kata “Ketuhanan yang Maha Esa”, Ulo Kamba memekikkan kalimat dengan tegap ditengah perkumpulan golongan yang memiliki pandangan serupa dengannya. Sudah sejak lama ia beserta komplotannya hidup terpisah dari orang kampung dengan hitungan beberapa mil saja.

Mereka adalah sebagian kecil orang yang menolak ketika mengisi kolom agama. Anjuran negara saat pendataan kartu identitas dengan berani mereka tolak mentah. Meski kartu identitas sebagai keabsahan seseorang akan dianggap menjadi bagian dari negara, yang katanya penuh dengan toleransi (tapi tiap tahun politik isu agama paling mudah dipermainkan kesana kemari), tetapi mereka memiliki alasan tersendiri atas penolakan tersebut. Ulo Kamba, akrabnya disapa Bang Ulo merupakan seorang terdidik alumnus Fakultas Agama Islam disalah satu Kampus Swasta, dia menjadi motorik utama gerakan tersebut.

Petugas dinas kependudukan yang bersikukuh menyodorkan pertanyaan untuk mengisi kolom agama sudah kesekian kali mereka tolak, jawaban akhirnya pasti “Kami akan mengisi kalau abang Ulo Kamba sudah memberi instruksi” Ulo Kamba sebagai biangkeladi pemikiran, golong itu memiliki prinsip agar pemerintah menghapus kolom agama pada kartu identitas.

****

 “Ini semua jelas, demi menutaskan peta kekuasaan politik, agar lebih mudah memetakan kekuatan. Hahahha. Kalian mengapa iya iya saja ketika diperbudak korporat! Sejauh ini kalian belum sadar jika keyakinan yang diagungkan itu tak lebih dari keju bagi para tikus berdasi. Segalanya lebih nikmat tatkala terjadi kultus mengkultuskan tentang siapa yang paling beragama, siapa yang paling bertuhan, siapa yang paling benar”, Ucap baru Sawo menegaskan pada seorang petugas dinas kependudukan yang memaksanya beserta beberapa orang lain untuk mengisi kolom agama pada kartu identitas pribadi. Tak tanggung, bahkan petugas itu mengancam mereka tidak akan diakui sebagai bagian dari negaranya.

Pada siang menjelang surup petugas dinas kependudukan kembali bersikukuh pada Ulo Kamba agar bersedia mengisi kolom agama. Rino si petugas mendatangi Baro Sawo lantaran dia merupakan penggagas gerekan anti kolom agama, Rino berharap jika Ulo Kamba telah tunduk, warga lain juga turut tunduk.

“Lalu hendak kami tulis apa agamamu bang? Islam kah?, Kristen kan, Hindukah?, Budha? KongHu Cu? Atau Katolik?” ungkap Rino sembari mensilangkan kakinya meyakinkan Ulo Kamba.

“Hanya sebatas itu? Itu saja yang disediakan dinas kependudukan?”

“Lalu bang?”

“Beritahu pada ketuamu yang memahakan diri itu. Untuk disebut Islam aku bimbang memahami apa yang mereka sebut sebagai sahadat, salat, zakat, puasa, haji. Tapi aku sakit hati saat umat kristiani juga beberapa gereja katolik terancam keamannannya, aku tidak mau menciderai saudaraku yang beragama budha, aku juga sayang pada kawan kawan ku yang hindu, dan aku tak rela bila ada yang membuat onar pada agama yang dibawa Kong Fu Tze (Kong Hu Chu)”,

“Jadi Abang tidak bertuhan?” pertanyaan Rino membuat Ulo Kamba semakin geram untuk memperlua penjelasannya.

“Aku bukan tidak bertuhan, sebab tuhan ku menjelma semesta, terkadang menjadi satu kesatuan denganku! Nampaknya maha ketuamu perlu diberi pembelajaran soal Kapitayan, Banten Girang, Suluk dan beberapa kepercayaan lain yang hadir sebelum adanya agama yang ujug ujug menuhankan yang Satu!” Soal landasan golongan, Ulo Kamba memang sejak lama menggagas, tak heran jika para petugas gonta ganti mendatanginya dengan harapan mendapat kepastian kolom agama.

“Hmm Abang, soal omongan warga dari kampung sebelah yang men cap abang beserta beberapa warga yang tinggal disekitar rumah abang sebagai aliran sesat karena masih mempertahankan bau wangi wangian kemenyan, acap menyeruwat keris, hingga menuhakan pohon beringin, apa itu tidak dipertimbangkan?” Ucap pegawai dinas kependudukan kepada Bang Ulo Kamba. Dengan tatapan sinis, Ulo Kamba yang telah berumur lebih setengah abad kurang dua tahun memberikan klarifikasi. Suaranya yang khas, dengan intonasi cukup membuat orang getar getir, dan postur jangkungnya, cukup membuat Rino sedikit merunduk.

“Hah, kau tak usahlah mengurus urusi soal kepercayaan itu pula. A-gama. Berasal dari bahasa Sansekerta, yang dipahami sebagai A = Tidak, Gama = Kacau. Percuma beragamatapi saling baku hantam, sentil sedikit soal isu agama para ormas (organisasi masyarakat)ramai bergandengan. Memangnya mereka siapa? Memangnya mereka pemilik agama? Sejauhpemahaman saya selama ini Tuhan tidak pernah meminta dirinya untuk dibela!”

“Lalu apa yang abang kehendaki?”

“Bagimu agamamu, bagi ku mereka saudaraku. Sejak detik ini aku kembali menegaskan bahwa kami tetap bersikukuh kolom agama dihilangkan dari identitas diri! Sadari lah bahwa urusan beragama, erat kaitannya dengan Tuhan. Urusan tuhan dan manusianya merupakan urusan esensial yang tidak berhak diumbar umbar banyak orang.”

“Aku memang penganut dinamisme, aku bahkan masih percaya pada animisme. Tapi kau tak tahu bukan demi apa, dan untuk apa aku melakukan hal itu?”

Perjamauan menjelang surup itu terpenggal oleh matahari yang mulai kelindungan untuksegera menuntaskan sinarnya.

“Maaf bang, sebentar lagi gelap. Saya masih tidak bisa menuliskan agama abang, barangkaliesok atau lusa, dari dinas kependudukan akan kembali menemui abang!”

“Baiklah barangkali nanti aku sempat berfikir terkait usulanmu, meski jawaban akhirnya sudahbarang kau tahu, coba fikirkan juga pemikiranku”

“Sampai kapan pun, kau tetap akan menemui jawaban yang sama.”

“Kalau kau tidak sekekar itu sudah kugulingkan kau Ulo Kamba”, Rino membatin sembari meninggalkan gubuk Ulo Kamba, sementara surup mulai redup Ulo Kambasegera memandikan kerisnya bertepatan malam itu Jumat Kliwon.

****

Dua hari berselang, sejak perjamuan diambang “surup”. Kali ini Rino tengah bersama seorangkawan dekatnya kembali ke gubuk Ulo Kamba yang letaknya cukup jauh dari pemukimanwarga. Kawan Rino seorang ustad kondang yang namanya tersohor dimana mana lantaran gayaberpidatonya berapi api sehingga mampu menarik sanjungan banyak penonton.”Assalamualaikum” Ucap keduanya serempak

“Masuk saja”

“Astaghfirullah kenapa tidak menjawab salam Kami” ucap Gus Asin dengan legowo.

“Menjawab salam memang wajib bagi Agamamu bukan? Fardlu Ain katanya. Tapi kita lihat dulu siapa yang tengah memberi salam, dan kepada siapa dia memberi salam. Salam berarti mendoakan, Assalamualaikum hanya bahasa arab saja, kebanyakan seseorang memberi salam bukan niat mendoakan saudaranya, hanya dijadikan sapaan saja, jadi jika niatmu itu bukan doa, aku tidak wajib menjawabnya” Penuturan Ulo Kamba membuat kedua terdiam, lantaran memang benar Assalamualaikum tidak lebih dari serapah tanpa ada niatan untuk saling mendoakan sesama manusia.

“Apa lagi kau datang kesini?” sembari menyalakan kretek yang dipilinnya sendiri Ulo Kamba menatap sinis kedunya.

 “Bagaimana soal kolom agama dalam kartu identitas diri abang” ucap ustad Kondang hasilinstruksi dari Rino.

“Ya tetap saya menolak segala macam legitimasi dengan kendaraan agama, camkan!”

“Tapi ini hanya sekedar kolom agama bang, apa susahnya” ketus Rino

“Susah sekali, karena Tuhanku tidak sebatas tulisan “Islam” di KTP saja, lebih dari itu kewajiban yang masyarakat anggap sebagai animisme dinamisme aku kerjakan untuk meruwat alam. Bumi sudah tua kawan, berdoa menghadap pohon, sembari memegang keris, lalu menyeruap bau kemenyan bukan mengharap segala sesuatu darinya sebab segala sesuatu tetap saya nisbatkan kepada Allah, Tuhan saya yang Esa, yang saya ragukan bahwa kamu mengEsakan Nya.” dengan nada yakin, Ulo Kamba kembali menolak ajakan petugas dinas kependudukan.

“Tetapi ini sudah kewajiban seluruh warga negara bang, untuk mengisi kolom agama”

“Sekarang aku tanya, kau paham tujuan kolom agama itu apa”

“Tidak bang” keduanya serempak menjawab.

“Dinas begok, Ustad bodoh!” suara Ulo Kamba terdengar merendah, meski bahasa yang dipakainya sarkas.

“Sampeyan hati hati bang bicaranya” ucap ustad Kondang sembari menaikkan tempo pembicaraan.

“Memang begitu adanya. Kolom agama itu huru hara saja, bertujuan untuk mengkotak kotakan saudara kita. Sehingga jangan heran jika isu agama dengan mudah dimainkan hanya demi kepentingan elektoral, kepentingan golongan, hingga kepentingan politik. Bayangkan saja kolom agama itu hapus, kelinduran semua oknum penjaring agama agama”.

“Abang inikan alumni Fakultas Agama, bukankah sudah jelas dalam Al-Qur’an surah Al-Kafirun lakumdinukum waliyyadin” ungkap ustad membelagak kekuatan spiritualitasnya.

“Hahahah. Kamu melegitimasi ayat al-Qur’an, apakah kamu tidak miris melihat umat islam dengan fanatismenya seolah agama mereka yang paling benar, sama sepertimu, yang acap kali ikut campur itu, iya agama”, Ulo Kamba kembali memperkuat pendapatnya soal penghapusan kolom agama pada identitas kependudukan. Si ustad kondang yang tadinya membelagak, tertunduk lesu diamini Rino yang mulai tidak berkutik dengan penjalasan akhir Ulo Kamba.

“Sudahlah mau apa pun kalian berdua, tetap tidak bisa memaksa saya dan beberapa orangdi desa ini, karena satu hal yang haru kalian tau puncak dari agama adalah toleransi, dankemanusiaan. Sebab kita tidak bisa membenarkan seolah agama kita yang paling benar, dankita yang akan masuk surga. Bagimu agamamu bagi ku mereka saudaraku.”

Waalahua’lam bis showab

penulis : Muhammad Afnani Alifian, mahasiswa Aktif  Universitas Islam Malang (Unisma), jurusan Pendidikan bahasa dan Sastra Indonesia

(Alumni Siswa Madrasah Aliyah Nurul Jadid, Anggkatan 2018)

 

 

 

 

PPIQ Nurul Jadid Adakan Studium General

nuruljadid.net- Kamis, 15 Agustus 2019 Lembaga Pusat pendidikan Ilmu Al-Quran Melaksanakan kegiatan rutinitas tahunan yakni Stadium General. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai langkah awal dari kegiatan pembelajaran dan pengenalan setelah penerimaan peserta didik baru di lembaga Pusat Pendidikan Ilmu Al-Quran.

Kegiatan yang dimulai sejak pukul 19:30 WIB, dilaksanakan di Pesantren yang bertempat di Lembaga Madrasah Aliyah Nurul Jadid dengan melibatkan seluruh peserta didik PPIQ baik putra ataupun putri.

Harapan dari ustad Dimas Eko Cahyono selaku ketua panitia, agar kegiatan ini bisa memicu semangat peserta didik PPIQ untuk semakin bersemangat dalam mengkaji, mengaji dan memelihara isi kandungan daripada Al-Quran.
Dalam kegiatan ini, pesan yang dapat diambil dari Kiai Hefny Mahfudz sebagai dewan Pembina PPIQ adalah bagaimana kita sebagai santri, khususnya sebagai para pecinta dan penjaga Al-Quran mampu memaksimalkan potensi yang ada dalam diri kita masing-masing. Serta istiqomah meminta tambahan ilmu karena dengan ilmu dapat menjaga kita.

 

Pewarta : DMS

Editor : Ponirin Mika

 

2 Santri Nurul Jadid, Juara Duta Siswa Berprestasi Nasional

nuruljadid.net – Wahyu Ilahi santri Pondok Pesantren Nurul Jadid berhasil menyabet Juara 1 Pemilihan Duta Siswa-Mahasiswa Berprestasi Nasional (PDSMBN) 2019 tingkat SLTP sederajat yang digelar di Gedung Kesenian Balai Pemuda Surabaya (10/08/19) setelah melalui proses seleksi panjang dan melelahkan.

Santri yang mondok di pesisir pedesaan Karanganyar Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, itu mewakili sekolahnya, SMP Nurul Jadid, di ajang bergengsi Nasional bersaing dengan siswa terbaik bangsa dari berbagai provinsi di Indonesia.

Tidak hanya Wahyu, dalam ajang ini dua Trophy diraih sekaligus oleh santri Nurul Jadid atas nama Zeidan Izza Faris dari MTs. Nurul Jadid yang menempati posisi Juara 3.

Sementara itu Bapak Mujiburrohman Kabid. Pengembangan dan Pengelolaan Biro Pendidikan Nurul Jadid menjelaskan setidaknya tahun ini Pondok Pesantren Nurul Jadid mengutus 15 santri untuk mengikuti seleksi PDSMBN 2019 baik dari tingkat SLTA maupun SLTP yang sebelumnya terpilih sebagai Santri Berprestasi Nurul Jadid 2019. Termasuk berbagai persiapan dilakukan untuk mengikuti ajang tersebut. Seleksi dilakukan berdasarkan prestasi akademis dan non-akademis serta kegiatan soft skills seperti keorganisasian, kesukarelawanan dan sejenisnya.

“Alhamdulillah, dari 15 santri 8 anak lolos ke Grand Final, 2 dari MA Nurul Jadid, 1 SMA Nurul Jadid, 2 SMP Nurul Jadid, 1 MTs Nurul Jadid dan 2 MTs. N 1 Probolingggo,” jelasnya kepada nuruljadid.net

Santri Nurul Jadid, Wahyu Ilahi dan Zeidan Izza Faris dinyatakan terpilih menjadi Duta dan Juara pada Pemilihan Duta Siswa-Mahasiswa Berprestasi Nasional 2019 oleh Lembaga Pusat Pengembangan Platinum Skills Indonesia setelah lolos menjadi Grand Finalist menyisihkan 977 pendaftar SMP dari total 3.986 sedangkan tingkat SD: 987, SMA: 1.022 dan tingkat Mahasiswa sebanyak 1.000 pendaftar. Pada seleksi administratif tersaring TOP 100 sebagai Quarter-Finalist dari masing-masing kategori, pada fase ini peserta diberikan Video Challenge untuk unjuk kemampuan Public Speaking dan Ideas Introduction berbahasa Inggris atau bahasa Indonesia yang kemudian mengerucut menjadi 30 besar atau Semi-Finalist untuk menjalani sesi Phone Interview menuju Grand Final.

Pelaksanaan Grand Final dihelat pada tanggal 9 – 10 Agustus 2019 di dua tempat berbeda, hari pertama di Core Hotel Bonnet dengan 4 sesi meliputi Talent Show, National Speech, Social Project dan Personality Interview yang dijuri langsung oleh CEO The Platinum Skills, Edin Muhammad; Mister Indonesia 2018, Okka Pratama; Brand Ambassador The Platinum Skills 2018, Isaac Agung Budiman; CEO Dave Entertainment, Davina Maharani Pietrek dan Business Development Manager, Steve. Hari kedua merupakan hari puncak yang digelar di Gedung Kesenian Balai Pemuda Surabaya. Sebelum penobatan, pembawa acara mengumumkan Special Award untuk kategori Best in Talent, Best in Bhinneka Tugal Ika Night, Best in Social Affairs, Best in National Speech dan Best in Interview. Dari lima kategori tersebut, delegasi Nurul Jadid atas nama Wahyu Ilahi berhasil menggondol dua kategori yaitu Best in Social Affairs dan Best in Interview.

Wahyu nama panggilan akrabnya, mengaku sangat gembira dan tidak percaya bisa menyabet dua Special Awards sekaligus menjadi Duta Utama Siswa Berprestasi Nasional 2019 tingkat SMP. “Awalnya saya enggak nyangka. Karena banyak Grand Finalist yang sangat bagus dan luar biasa, yang saya lakukan hanya fokus dan berusaha melakukan yang terbaik sesuai arahan guru Pembina. Alhamdulillah, berkat barokah pesantren, para kyai, guru, orang tua dan teman-teman saya bisa meraih semua ini,” terang santri asal Kalimantan Selatan ini.

“Saya bangga bisa membawa nama baik almamater tercinta Pondok Pesantren Nurul Jadid dan Kabupaten Probolinggo ke ajang Nasional bahwa Santri bisa bersaing dan berprestasi,” imbuhnya di akhir wawancara

Pewarta : Mujiburrahman

Editor : Ponirin Mika

 

Wilayah Dalbar, Mengisi libur Kampus Dengan Beragam Pengembangan Diri dan Soft Skill

nuruljadid net- Wilayah Az-Zainiyah atau dikenal dengan sebutan Wilayah Dalbar, memberikan bekal pengetahuan dengan materi beragam kepada seluruh Mahasiswi di moment libur kuliah.

Wakil Sekretaris Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, Nyai Muthmainnah Waqid, S. Th.I, menyampaikan, Libur panjang perkuliahan dijadikan sebagai wahana untuk menambah wawasan, baik yang sifatnya untuk pengembangan diri seperti pengetahuan seputar kesehatan wanita, kerumahtanggaan, dan soft skill memasak sebagai calon ibu ataupun yang sifatnya terkait tugasnya di pesantren dan bekal nanti ketika adik-adik kembali ke masyarakat.

Disamping itu, Pemangku Wilayah Dalbar, menginginkan agar mahasiswi tidak menjadikan libur UAS sebagai alasan pulang sebab pondok tidak libur otomatis tugas dan tanggung jawab adik2 mahasiswi yg mayoritas adalah pengurus di daerah atau wilayah juga wali asuh dan muallim AlQur’an bagi santri tetap menjalankan tugasnya di saat libur kuliah. Karena itulah panitia kegiatan ini membuat sistem dan prosedur perizinan khusus bagi mahasiswi yang tidak bisa full mengikuti kegiatan, misalnya saat ada kondisi darurat, sedang bertugas di KKN, atau bagi yang sdh mempunyai jam mengajar di lembaga formal dengan izin khusus.

Mereka juga akan diberi reward apabila mengikuti kegiatan tersebut dengan baik, sebab kegiatan ini ada pointnya.

Kegiatan ini berlangsung sejak tanggal 22 Juli 2019 bertempat di Mushalla Azzaniyah kecuali utk kegiatan outbond rencananya akan dilaksanakan di depan halaman daerah PPIQ dan akan displit menjadi dua sampai 3 kali outbond melihat jumlah peserta mahasiswi yang cukup banyak, yakni sekitar 300 orang.

Kegiatan ini akan diparipurnai dengan kegiatan Soft Skill sekaligus Lomba memasak dan akan resmi ditutup pada malam tanggal 5 September 2019. Setelah itu adik-adik mahasiswi akan kembali disibukkan dengan perkuliahan di semester berikutnya.

Saban harinya Kegiatan dimulai pukul 8 WIB pagi sampai selesai sesuai jadwal yang sudah disepakati dengan para pemateri.

“Alhamdulillah, pematerinya ada yang sudah level nasional dan juga ada yang level regional, tepatnya dari luar kota baik dari tenaga medis (bidan dan dokter) dengan bidang keahlian masing-masing,”
Imbuh Ning Iin.

 

Pewarta : PM

 

Santri Wilayah K Putri, Isi Waktu Libur Kuliah Dengan Khataman Alquran

nuruljadid.net- Libur panjang mahasiswi Universitas Nurul Jadid berlangsung sejak tanggal 7 Juli dan akan berakhir pada tanggal 15 september nanti.
Hal ini membuat mahasiswi di wilayah Zaid bin Tsabit k putri banyak waktu untuk menghatamkan Alquran untuk mengisi waktu senggangnya.

Pengurus wilayah Zaid bin Tsabit K putri mengkoordinir kegiatan tersebut dengan hal ini. Yakni, dengan mengadakan kegiatan “Mengaji Al-Qur’an dengan berkelompok” . Kegiatan ini hanya dikhususkan bagi mahasiswi dalam masa libur kuliah. Kegiatan mengaji berkelompok ini dihandle oleh pengurus wilayah Zaid bin Tsabit K putri, devisi Al-Qur’an dan Furudul Ainiyah (Divisi QFA).

Kegiatan dimulai dari pukul 08.30 hingga pukul 09.30. Mereka tak hanya mengaji biasa bersama dengan kelompoknya saja, namun mereka juga mengaji sorogan kepada ibunda pemangku wilayah Zaid bin Tsabit k putri, Ny. Hj. Nur Khotimah Wafie secara bergiliran sesuai kelompok mereka masing-masing.

Alhamdulillah, Adanya kegiatan mengaji berkelompok seperti ini, bisa menambah kemampuan baca alquran dan bisa mengisi waktu libur kuliah dengan membaca kitab suci alquran, dan untuk mengisi kebosanan dan kejenuhan di waktu libur kuliah yang cukup panjang ini” Tutur salah satu mahasiswi.

 

Pewarta : Susi

Editor : Ponirin Mika