Santri Putri Nurul Jadid, Gelar Upacara Menyambut HUT RI Ke – 74
nuruljadid.net- Sabtu, 17 Agustus 2019 Pondok Pesantren Nurul Jadid menggelar upacara rutinitas tahunan untuk menyambut HUT RI ke-74 yang digelar langsung di lapangan raya ayaman Nurul Jadid. Acara kali ini diikuti oleh seluruh santriwati pondok pesantren Nurul Jadid dari masing-masing wilayah tanpa terkecuali. Acara dimulai tepat pukul 09.00 WIB yang dipandu langsung oleh Master of Ceremony; Zahiya Adibah dan Ana Maratu Khonitatillah sebagai Komandan Upacara.
Ada beberapa hal yang diharapkan pada pelaksanaan upacara, Pertama, memperingati jasa para pahlawan yang telah gugur mendahului kita yang telah memperjuangkan kemerdekaan bangsa indonesia.
Kedua, sebagai agenda rutinitas pesantren untuk melatih potensi masing-masing pribadi santri.
Pelaksanaan upacara kali ini berbeda nuansanya dengan acara tahun sebelumnya yakni Inspektur yang hadir langsung dari tim Polwan dan Kepolisian Kapolres Probolinggo sebagai tamu istimewa.
Salah satu anggota menyampaikan sebagai berikut: “ditengah-tengah menyengatnya terik matahari ini, saya sangat kagum dengan acara kali ini, antusias peserta kali ini benar-benar luar biasa,” jelasnya ketika diwawancarai oleh sebagian tim Reporter.
Selepas pembacaan biodata petugas upacara, tim paskibraka langsung memasuki lapangan raya Nurul jadid sebagai pertanda bendera merah putih siap dikibarkan yang diiringi dengan menyanyikan lagu Indonesia raya oleh tim paduan suara pondok pesantren Nurul Jadid . Korelasi paskibraka pasukan 17 dengan pasukan 45 sangat sinkron sekali, sehingga tak segan-segan dari berbagai penjuru tepuk tangan dilambaikan, setelah pengibaran. Selanjutnya, Paskibraka menunjukkan adegan yakni pembentukan nama oleh tim paskibraka sendiri dengan bertuliskan NKRI, suasana semakin riuh dengan pertunjukan yang sangat memecah suasana dan fokus hadirin.
Ilustrasi Proklamasi bangsa Indonesia masa Orde lama terus tergambarkan di tengah-tengah gencarnya acara, dari pembacaan proklamasi Indonesia, pengibaran bendera, menyanyikan lagu Indonesia Raya, Mengheningkan Cipta dan menyanyikan lagu wajib Nasional. Di sisi lain, peserta sangatlah ikut andil dengan saksama ketika acara hendak dan telah dimulai dengan ikut menghayati setiap adegan yang berlangsung. Bumi Nurul Jadid seakan mengalami masa Reformasi ke-74 setelah satu tahun yang lalu.
Tak ketinggalan pada pelaksanaan upacara kali ini, Tim PMR bentukan Klinik Az-Zainiyah dan rekan Medis Nurul Jadid siap siaga untuk memberikan pelayanan yang baik.
Upacara penurunan akan dilaksanakan pada jam 15.00 WIB yang bertempat tetap di lapangan raya ayaman Nurul Jadid. Kali ini tim paskibraka tetap pada posisinya seperti semula dengan barisan yang tetap rapi, pimpinan diambil alih oleh komandan upacara saudari Ana Maratu Khonitatillah. Master of Ceremony kembali membacakan biodata para petugas upacara yang bertugas sore kali ini, Inspektur yang bertugas kali inipun juga berbeda dengan prosesi pagi hari yakni saudara Babun Sugianto yang memiliki kesibukan sehari-harinya sebagai anggota koramil kabupaten Probolinggo.
Setelah penurunan selesai, tim paskibrakapun beranjak melaju meninggalkan lapangan raya sehingga dengan turunnya bendera merah putih maka berakhirlah acara HUT ke-74 kali ini. Namun, masih ada satu antraksi lagi yang akan dibawakan langsung oleh ALIF;crew sastra lembaga bahasa Unggulan SMA Nurul Jadid. Antraksi kali ini benar-benar mendapatkan apresiasi karena beberapa adegan yang sangat bagus dinikmatinya. Peserta tengah antusias memahami arti makna setiap adegan yang dimainkan.
Kisah perjuangan rakyat Indonesia menghadapi bangsa feodalisme ataupun imperialsm yang menjajah bangsa Indonesia secara anarkis. Mereka tengah memperagakan para penjajah belanda yang menindas bangsa indonesia, tidak hanya satu dua orang saja namun beratus bahkan beribu-ribu orang mereka tindas di tanah bangsa Indonesia sendiri.
Ada satu adegan yang sangat menarik, ketika salah satu anak alif menokohkan watak penjajah dengan menendang bahkan tak segan-segan diinjak oleh mereka, seluruh peserta secara spontan berteriak sebagai pertanda tidak tega, bahkan ada sebagian dari mereka yang menangis karena terharu akan adegan tersebut.
Adegan terakhir, setelah para penjajah berhasil dibunuh oleh tangan rakyat Indonesia sendiri, proklamasi dikumandangkan, lagu kemerdekaan dilantunkan dan bendara yang semula merah putih birupun disobek menjadi merah putih pertanda indonesia telah merdeka. Tangis terdengar dimana-mana sebagai tanda haru terhadap perjuangan bangsa Indonesia.
Acara memperingati HUT RI ke 74 sukses dan mendapatkan apresiasi dari seluruh hadirin yang hadir.
Pewarta : Lidhatul Umamah dan Robiatul Adawiyah
Editor : Ponirin Mika
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!