Pos

22 Santri Ponpes Nurul Jadid, Terpilih Menjadi Petugas Paskibraka Kecamatan

nuruljadid.net- Memperingati HUT ke 74 banyak pengalaman berharga yang didapatkan oleh sebagian orang, termasuk 22 santri Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo. Pasalnya, 22 santri tersebut terpilih menjadi petugas paskibraka Kecamatan Paiton, Probolinggo, Jawa Timur, pada pelaksanaan upacara 17 agustus 2019 kemarin.

“Kami bangga atas nama santri yang berjiwa NKRI. Dengan begitu banyak pengalaman yang kami dapatkan. Mulai dari banyak teman, pelatih, hingga orang berpangkat. Kami bangga bisa melaksanakan tugas negara untuk menaikkan bendera dengan perasaan bangga dan haru. Kami bangga dan bersyukur atas pengalaman berharga ini,” Ucap Nur Kholis salah satu peserta paskibraka kecamatan.

Bapak Serka Babun Sugianto, salah satu pelatih menyampaikan,” Cukup luar biasa meskipun gosong gisngan tapi semangat yg berapi api membuat kita semua tetap ceria sampai saat pengibaran dan penurunan selesai dengan sangat bagus. Itu menjadi sebuah kehormatan yg luar biasa sekali jadi latihan yang sangat singkat ini bisa menghasilkan nilai yg luar biasa dan antusias masyarakat. Kami nangga dengan Nurul Jadid.

 

Pewarta : PM

 

 

Menyambut HUT RI Ke 74, Santriwati Dalbar Nonton Film “Siapa Di Atas Presiden”

nuruljadid.net- Santriwati Wilayah Az- Zainiyah Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, tengah melaksanakan nonton bareng bersama bertempat di Halaman PPIQ. Malam sabtu (17/08/19).
Tim IT Az-Zainiyah memilih halamab PPIQ tersebut, karena tempatnya luas dan sangat layak untuk menampung banyaknya santriwati dalbar.

Acara nobar ini diikuti oleh seluruh santriwati Az-Zainiyah baik dari kalangan siswi, mahasiswi dan pengurus.
Nobar ini merupakan rangkaian memperingati kemerdekaan RI. Juga sebagai pembelajaran audivisual melalui pemutaran film motivasi yang sangat menarik.

Judul film ”Siapa di atas Presiden” diangkat karena memunyai alur cerita yang sangat menarik. Ada banyak adegan anarkis dari pemeran Antagonis film tersebut.

Awal mula panitia tidak ada inisiatif untuk mengangkat film tersebut. namun film tersebut dianggap cocok karena bersamaan dengan semarak kemerdekaan dan masa reformasi bangsa Indonesia.
Kutipan dari film “Siapa di atas presiden” ini menceritakan seorang tokoh bernama Ricky seorang anak presiden yang ingin membenarkan sistem hukum yang berjalan di Indonesia saat ini.

Ia mengalami masa sulit dimana ayahnya tersangka sebagai pembunuh dari Sutejo Tresno yang tidak diketahui bagaimana kejadian terbunuhnya. Menurut Ricky hukum di Indonesia ini tidaklah adil, menganggap yang tidak bersalah terjerat dalam kasus sedangkan yang kuat meraja lela dimana-mana. Ricky juga mengatakan bahwa Indonesia memliki satu kekurangan yakni kurang dalam keberaniannya, karena keberanian tak hanya identik dengan mengemukakan pendapat, namun juga berani dalam bertindak, membuat yang lemah tidak semakin lemah dan yang kuat tidak menjadi tikus berdasi hitam di tengah-tengah ambradulnya sisitem negara.

Sesaat kemudian suasana sepi tak seperti dari awal, ketika fight step diputar, mereka hanya siletmoment menutup mulut mereka dimungkinkan takut tokoh di dalam film tersebut kalah,  meski suasana gelap mereka tetap menikmati film tersebut hingga larut malam.

Hingga tiba pada klimaks ending, Ricky berusaha menguak kasus ketika yang tengah ditimpa ayahnya. Singkat cerita pada akhirnya hukum sedikit demi sedikit di Indonesia dapat diluruskan berkat asosiasi dari pihak-pihak yang masih memiliki jiwa nasionalisme terhadap negara salah satunya adalah Ricky. Ayah Ricky akhirnya dinyatakan bebas dan tidak bersalah, pembasmianpun dimulai dari perjuangan Ricky dan kawan-kawannya. Karena pada dasarnya Hukum harus ditegakkan atas kehendak rakyat. Realita sesungguhnya adalah rakyat bukanlah penolong namun rakyat adalah raja dan pemarintah merupakan pembantu bagi rakyatnya.

Kesan sekaligus pesan terakhir dari salah satu tim IT ketika melaksanakan wawancara lansung dengan tim Reporter Humas Nurul Jadid adalah “ Semoga lebih bisa mengambil hikmah dari ditayangkannya film tersebut juga harapan saya agar santri lebih bisa open Minded terhadap masa depan bangsa” jelasnya.

Pewarta : Lidhatul M dan Lu AZ
Editor  : Ponirin Mika

 

 

Santri Putri Nurul Jadid, Gelar Upacara Menyambut HUT RI Ke – 74

nuruljadid.net- Sabtu, 17 Agustus 2019 Pondok Pesantren Nurul Jadid menggelar upacara rutinitas tahunan untuk menyambut HUT RI ke-74 yang digelar langsung di lapangan raya ayaman Nurul Jadid. Acara kali ini diikuti oleh seluruh santriwati pondok pesantren Nurul Jadid dari masing-masing wilayah tanpa terkecuali. Acara dimulai tepat pukul 09.00 WIB yang dipandu langsung oleh Master of Ceremony; Zahiya Adibah dan Ana Maratu Khonitatillah sebagai Komandan Upacara.

Ada beberapa hal yang diharapkan pada pelaksanaan upacara, Pertama, memperingati jasa para pahlawan yang telah gugur mendahului kita yang telah memperjuangkan kemerdekaan bangsa indonesia.

Kedua, sebagai agenda rutinitas pesantren untuk melatih potensi masing-masing pribadi santri.
Pelaksanaan upacara kali ini berbeda nuansanya dengan acara tahun sebelumnya yakni Inspektur yang hadir langsung dari tim Polwan dan Kepolisian Kapolres Probolinggo sebagai tamu istimewa.

Salah satu anggota menyampaikan sebagai berikut: “ditengah-tengah menyengatnya terik matahari ini, saya sangat kagum dengan acara kali ini, antusias peserta kali ini benar-benar luar biasa,” jelasnya ketika diwawancarai oleh sebagian tim Reporter.

Selepas pembacaan biodata petugas upacara, tim paskibraka langsung memasuki lapangan raya Nurul jadid sebagai pertanda bendera merah putih siap dikibarkan yang diiringi dengan menyanyikan lagu Indonesia raya oleh tim paduan suara pondok pesantren Nurul Jadid . Korelasi paskibraka pasukan 17 dengan pasukan 45 sangat sinkron sekali, sehingga tak segan-segan dari berbagai penjuru tepuk tangan dilambaikan, setelah pengibaran. Selanjutnya, Paskibraka menunjukkan adegan yakni pembentukan nama oleh tim paskibraka sendiri dengan bertuliskan NKRI, suasana semakin riuh dengan pertunjukan yang sangat memecah suasana dan fokus hadirin.

Ilustrasi Proklamasi bangsa Indonesia masa Orde lama terus tergambarkan di tengah-tengah gencarnya acara, dari pembacaan proklamasi Indonesia, pengibaran bendera, menyanyikan lagu Indonesia Raya, Mengheningkan Cipta dan menyanyikan lagu wajib Nasional. Di sisi lain, peserta sangatlah ikut andil dengan saksama ketika acara hendak dan telah dimulai dengan ikut menghayati setiap adegan yang berlangsung. Bumi Nurul Jadid seakan mengalami masa Reformasi ke-74 setelah satu tahun yang lalu.
Tak ketinggalan pada pelaksanaan upacara kali ini, Tim PMR bentukan Klinik Az-Zainiyah dan rekan Medis Nurul Jadid siap siaga untuk memberikan pelayanan yang baik.

Upacara penurunan akan dilaksanakan pada jam 15.00 WIB yang bertempat tetap di lapangan raya ayaman Nurul Jadid. Kali ini tim paskibraka tetap pada posisinya seperti semula dengan barisan yang tetap rapi, pimpinan diambil alih oleh komandan upacara saudari Ana Maratu Khonitatillah. Master of Ceremony kembali membacakan biodata para petugas upacara yang bertugas sore kali ini, Inspektur yang bertugas kali inipun juga berbeda dengan prosesi pagi hari yakni saudara Babun Sugianto yang memiliki kesibukan sehari-harinya sebagai anggota koramil kabupaten Probolinggo.

Setelah penurunan selesai, tim paskibrakapun beranjak melaju meninggalkan lapangan raya sehingga dengan turunnya bendera merah putih maka berakhirlah acara HUT ke-74 kali ini. Namun, masih ada satu antraksi lagi yang akan dibawakan langsung oleh ALIF;crew sastra lembaga bahasa Unggulan SMA Nurul Jadid. Antraksi kali ini benar-benar mendapatkan apresiasi karena beberapa adegan yang sangat bagus dinikmatinya. Peserta tengah antusias memahami arti makna setiap adegan yang dimainkan.

Kisah perjuangan rakyat Indonesia menghadapi bangsa feodalisme ataupun imperialsm yang menjajah bangsa Indonesia secara anarkis. Mereka tengah memperagakan para penjajah belanda yang menindas bangsa indonesia, tidak hanya satu dua orang saja namun beratus bahkan beribu-ribu orang mereka tindas di tanah bangsa Indonesia sendiri.
Ada satu adegan yang sangat menarik, ketika salah satu anak alif menokohkan watak penjajah dengan menendang bahkan tak segan-segan diinjak oleh mereka, seluruh peserta secara spontan berteriak sebagai pertanda tidak tega, bahkan ada sebagian dari mereka yang menangis karena terharu akan adegan tersebut.

Adegan terakhir, setelah para penjajah berhasil dibunuh oleh tangan rakyat Indonesia sendiri, proklamasi dikumandangkan, lagu kemerdekaan dilantunkan dan bendara yang semula merah putih birupun disobek menjadi merah putih pertanda indonesia telah merdeka. Tangis terdengar dimana-mana sebagai tanda haru terhadap perjuangan bangsa Indonesia.
Acara memperingati HUT RI ke 74 sukses dan mendapatkan apresiasi dari seluruh hadirin yang hadir.

Pewarta : Lidhatul Umamah dan Robiatul Adawiyah

Editor : Ponirin Mika

 

Ponpes Nurul Jadid, Tingkatkan Nasionalisme Melalui Upacara HUT RI Ke 74

nuruljadid.net- Sejumlah ribuan santri Pondok Pesantren Nurul Jadid mengikuti upacara 17 agustus dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia ke 74. Dengan mengambil tema “Bersama Santri Satukan Negeri” .  Tatapan para hadirin sangat fokus melihat pasukan paskibraka saat memasuki  lapangan upacara. Ada dua kegiatan upacara di Pondok Pesantren setiap kali memperingati kemerdekaan RI. Kegiatan upacara dilaksanakan di Lapangan Ayaman Nurul Jadid untuk putri dan di Lapangan Nurul Jadid untuk putra

Hadir pada kegiatan ini Kepala BKOS Nurul Jadid KH. Makki Maimun Wafie, Sekretaris Yayasan Nurul Jadid KH. Hefny Rozak, Bendahara Pesantren K. Ahmad Zaki, Kabag Pepha Ustadz H. Thohiruddin, Kabag Humpro Ustadz Ernawiyadi, para Pengurus Pesantren, dosen, guru dan seluruh karyawan se- Nurul Jadid.

20190817_hut-ri-74

Kabag Humpro Ustadz Ernawiyadi mengatakan, Upacara ini dilaksanakan dalam rangka mengenang para pahlawan yang gugur dalam peperangan melawan penjajah. Dan juga untuk menumbuhkan nasionalisme kepada para santri di Pondok Pesantren Nurul Jadid.
Alhamdulillah, upacara memperingati 17 Agustus hari ini berjalan sukses,” Ucap Ustadz Erna

Hadir sebagai inspektur pada upacara hari ini bapak Pelda Sugeng anggota KORAMIL Paiton dan Ibu Ihsana Reni Polwan Kabupaten Probolinggo

Ibu Reni menyampaikan terkait pelaksanaan upacara di Ponpes Nurul Jadid kali ini . Sangat luar biasa, pasukan paskibraka sangat siap dan rapi serta kompak. Padahal ini di Pesantren, Alhamdulillah. Saya bangga,” Ucapnya.

Pewarta : PM

 

156 Paskibraka Nurul Jadid, Dilatih Disiplin Dan Profesional

nuruljadid.net- Dalam rangka memperingati HUT ke-74 RI, seluruh calon Paskibraka Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo melakukan latihan dilapangan Pesantren yang berada di depan Universitas Nurul Jadid, tempat mereka akan melaksanakan tugas sebagai pengibar bendera pusaka.

Sebanyak 78 putra dan 78 putri yang dipersiapkan untuk menjadi petugas paskibraka dengan diberi pelatihan selama 15 hari oleh 4 orang TNI.

Salah satu pelatih paskibraka Serka Babun Sugianto yang sehar-hari bertugas sebagai Babinsa Desa Karanganyar, Paiton, mengatakan, dengan adanya latihan paskibra ini diharapakan mempunyai sikap mental dan disiplin yang handal dan profesional, lebih lebih dalam melaksanakan tugas sebagai pengibar bendera merah putih.

Koordinator Lapangan Ustadz Mujiburrahman menyambut baik atas rekomendasi Pesantren memberi porsi latihan yang sangat cukuo kepada petugas paskibra.

“Alhamdulillah, kami bersyukur Pesantren memberi waktu yang cukup kepada petugas paskibra untuk melakukan latihan, Insya Allah petugas pengibar bendera sudah sangat siap bertugas nanti pada tanggal 17 agustus untuk memperingati kemerdekaan RI yang ke 74,” Ucap Ustadz Mujib.

 

Pewarta : PM