Pos

Menambah Kecintaan Pada Al-Qur’an Melalui Khotmil Al-Qur’an bil Ghoib

nuruljadid.net – Wilayah Al-Mawaddah, Pondok Pesantren Nurul Jadid menjadi tuan rumah dalam acara Khotmil Al-Quran bil Ghoib. Kegiatan rutinitas setiap bulannya pada hari kamis wage ini dihadiri oleh 5 peserta delegasi dari lembaga tahfidz di Pondok Putri PP. Nurul Jadid.

Kegiatan yang bertempat di Musholla Wilayah Al-mawaddah ini dimulai sejak pukul 06.30 WIB dengan pembacaan surat Al-fatihah sampai beberapa ayat surat Al-baqarah yang dipimpin oleh Ustadzah Rodliyah Ulfa tanpa memandang mushaf (Bil Ghoib) kemudian dilanjutkan oleh peserta delegasi sebanyak 5 jus dari tiap – tiap wilayah dan peserta yang lain mendengar dengan khidmat seraya mendikte peserta yang mengaji. Adapun wilayah – wilayah putri yang hadir pada acara tersebut ialah wilayah Daltim, Dalbar, Gank K dan Al-mawaddah.

suasana pembacaan do'a Khotmil Alur'an di Musholla Al-Mawaddah

suasana pembacaan do’a Khotmil Alur’an di Musholla Al-Mawaddah

Selain untuk menambah kecintaan santri pada Al-Qur’an khususnya Para Hafidzoh, tujuan diadakannya kegiatan ini ialah untuk manguji kualitas hafalan santri putri yang berada di lembaga  Tahfidz PP. Nurul Jadid.

“Dengan diadakannya kegiatan ini, kita bisa menguji sejauh mana kualitas hafalan kita. Serta sembari berdakwah pada sesama agar terus menambah kecintaan pada Al-quran,” ungkap Ruqayyah Miskiyah, salah satu peserta dari kegiatan tersebut. Kamis (26/09/2019)

Kegiatan ini berakhir pada pukul 20.00 WIB serta ditutup dengan pembacaan doa oleh Ustadzah Lilis dan santri yang hadir dalam kegiatan tersebut seraya mengamini.

Penulis: Dewi & Humairo

Editor: Ponirin

Galeri Foto: Outbound Santri – Mentari 2019 Wilayah Al Mawaddah

Suka Duka Santri Baru Al Mawaddah di Pantai Duta

Suka Duka Santri Baru Al Mawaddah di Pantai Duta

nuruljadid.net – Hari Jum’at merupakan hari libur untuk santri pasalnya di hari ini seluruh santri PP. Nurul Jadid diberikan kebebasan untuk mengembangkan bakat minatnya. Namun berbeda dengan Wilayah Al Mawaddah, salah satu wilayah putri PP. Nurul Jadid yang tetap menjalankan aktivitas untuk santri barunya.

Jum’at (19/07/2019) tepat pukul 06.00 WIB wajah ceria nan semangat terpacar diraut wajah santri baru wilayah Al Mawaddah, pasalnya sebanyak 120 santri akan berkunjung ke salah satu objek wisata tersohor di Probolinggo, Pantai Duta. Pantai yang terletak di Desa Randu Tata Kecamatan Paiton ini menjadi tempat pelaksanaan kegiatan dikarenakan keindahan alam yang dimilikinya sangat cocok untuk dinikmati oleh santri baru sebagai refreshing pasca pelaksanaan Orientasi Santri Baru (OSABAR) 2019.

Tak hanya refreshing saja, mereka (santri baru, red) juga diajak untuk belajar bersama. Outbound istilah dari kegiatan ini. Outbound adalah bentuk pembelajaran perilaku kepemimpinan dan manajemen di alam terbuka dengan pendekatan yang unik dan sederhana tetapi efektif karena kegiatan ini tidak sarat dengan teori-teori melainkan langsung diterapkan pada elemen-elemen yang mendasar yang bersifat sehari-hari, seperti saling percaya, saling memperhatikan serta sikap proaktif dan komunikatif.

“Kegiatan ini wajib diikuti oleh seluruh santri baru di Wilayah Al-Mawaddah baik mutasi atau pun tidak. Sebab, kegiatan ini adalah salah satu cara untuk melatih mental leadership mereka sebelum benar-benar terjun ke masyarakat kelak. Selain itu kegiatan ini juga bisa menjadi refreshing mereka setelah menjalani 3 hari masa OSABAR kemarin” ujar Ustadzah Rif’atul Afifah, penanggung jawab kegiatan outbond.

Terpaut jarak +- 4,5 km dari wilayah tak membutuhkan waktu yang lama untuk tiba di Pantai Duta. Sesaat setelah tiba di pantai, santri baru langsung disambut dengan ular mencari bola, permainan perdana yang mereka lakukan. Permainan ini sangatlah sederhana, mereka (santri baru, red) berbaris sesuai kelompok yang sudah ditentukan, lalu berjalan sembari memegang pundak teman yang berada didepannya dengan mata tertutup kerudung. Orang terdepan disetiap kelompok memegang wadah untuk diisi dengan bola yang berhamburan dipinggir pantai. Kelompok yang berhasil mendapatkan bola terbanyak adalah pemenang dari permainan ini.

Tak hanya bermain-main saja, sesi selanjutnya yang mereka (santri baru, red) ikuti adalah motivasi dan relaksasi. Pada sesi kali ini, Ning Raudlatul Aniq (pengisi materi) memberikan materi tentang bagaimana kita memantaskan diri menjadi hamba pilihan Allah yang benar-benar bermanfaat bagi yang lain.

Suka Duka Santri Baru Al Mawaddah di Pantai Duta

Suasana ketika santri baru mengikuti pematerian oleh Ning Aniq

“Karena untuk menjadi pribadi yang bermanfaat itu prosesnya gak mudah. Seperti halnya proses pembuatan santan. Mulai dari penanaman hingga membuahkan bakal kelapa. Panennya pun tidak seperti buah yang lain, kelapa harus dilempar dari atas, dipatok, dikelontokin serabutnya, diparut, diperas hingga jadilah ia santan yang mengandung banyak khasiat. Namun dari proses yang sulit itulah semua bagian dari pohon dan buah kelapa itu menjadi bermanfaat bagi manusia. Jadikan pesantren ini sebagai rumah kedua bagi kalian. Keluarga kedua yang akan saling menguatkan dan mendukung setiap proses kita disini dengan rasa saling memiliki satu sama lain” ungkap Ning Aniq (sapaan akrab pengisi materi).

Diakhir sesi, untuk membangun rasa memiliki dan bertanggung jawab atas keputusan memilih Pesantren Nurul Jadid sebagai tempat menimba ilmu, Ning Aniq meminta seluruh santri baru untuk menuliskan komitmen dan surat cinta untuk Allah. Al hasil, tak sedikit dari mereka (santri baru, red) berderai air mata.

“Setelah menulis ini, saya merasa sangat terpukul dan sadar bahwa mondok bukan hanya berpindah tempat namun juga untuk berjuang untuk meraih apa yang kita cita-citakan. Dan saya harus bertahan disini hingga itu tercapai bagaimanapun keadaannya” ujar Nadine Lutfiana Putri.

Suka Duka Santri Baru Al Mawaddah di Pantai Duta

Suasana pasca pematerian

Sinar mentari semakin menyengat, air laut pun semakin pasang. Tak terasa 4 jam lamanya santri baru mengikuti kegiatan outbound ini. Tepat pada pukul 11.00 WIB seluruh santri kembali ke wilayah dengan perasaan senang dan gembira. Kegiatan tersebut berhasil mencuri respon positif dari santri.

“Saya banyak belajar dari kegiatan ini. Mulai dari permainan sampai motivasi yang diberikan Ning Aniq. Bahwa hidup bukan hanya tentang kesuksesan diri kita sendiri, namun bagaimana kita bisa menjaga kekompakan dan kebersamaan tim untuk sama-sama berhasil” ungkap Masruroh dengan wajah sumringah.

Hadir dalam kegiatan tersebut, Ny. Hj. Hamidah Wafie (Pemangku Wilayah Al Mawaddah), Ning Mabruroh Zain (Wakil Pemangku Wilayah Al Mawaddah) dan Ning Raudlatul Aniq (Konsultan Wilayah Al Mawaddah).

Penulis: Kholis

Editor: Ponirin

20190709_pengakuan-putri-anisa-fira-selama-menempuh-pendidikan-di-nurul-jadid

Pengakuan Putri Anisa Fira Selama Menempuh Pendidikan di Nurul Jadid

nuruljadid.net – Hidayah dan petunjuk-Nya memang untuk siapa saja yang mencari serta mengiinginkannya. Seburuk apapun hal yang pernah dilakukan seseorang, jika ingin berubah maka Allah pasti akan membuka pintu hatinya untuk menyelami keindahan Islam.

Mirip dengan kisah yang dialami oleh Putri Anisa Fira, santri Pondok Pesantren Nurul Jadid Wilayah Al Mawaddah yang berasal dari Melaya Jembrana Bali. Fira nama panggilannya, dia mondok di PP. Nurul Jadid sejak tahun 2015 hingga sekarang. Selama 4 tahun ia mengenyam Pendidikan di PP. Nurul Jadid, ia merasa bahwa ilmu yang didapatkan masih belum mencukupi sebagai bekal hidupnya.

Haus akan keilmuan, Fira yang sebelumnya berdomisili di salah satu wilayah putri PP. Nurul Jadid berkeinginan untuk menggali serta memperdalam ilmunya di wilayah lain, tepatnya di Wilayah Al Mawaddah.

“Terimakasih kepada Allah SWT yang telah membukakan pintu hati saya. Selama 4 tahun mondok di Nurul Jadid saya merasa bahwa ilmu yang saya dapatkan masih belum cukup. Kemudian dengan pindahnya saya kesini (Wilayah Al Mawaddah, Red) hati saya terbuka” ungkap Firah dengan suara yang tersendak-sendak pada kegiatan Mentari (Komitmen dan Orientasi Santri) Wilayah Al Mawaddah (09/07/2019) di Rumah Kreasi.

Berdasarkan pengakuannya, Fira mengatakan bahwa di tempat barunya ia merasakan perubahan yang signifikan karena sekarang ia merasa lebih bersemangat dalam melaksanakan ibadah kepadaNya. Fira yang sebelumnya masih belum mempunyai prinsip hidup dan selalu mengikuti perkataan orang lain kini ia telah menemukan jati dirinya sendiri untuk memenuhi keinginannya ditempat barunya.

20190709_pengakuan-putri-anisa-fira-selama-menempuh-pendidikan-di-nurul-jadid-2

Menghafal, aktifitas keseharian Putri Anisa Fira di Wilayah Al Mawaddah

“Saya dulu selalu ikut kata-kata orang dan merasa tidak memiliki prinsip hidup. Saat ini, dengan pintu Hidayah-Nya, ditempat ini saya merasa menemukan prinsip hidup saya sendiri dan memiliki semangat untuk maju dan maju serta menjadi orang yang bermanfaat” ujar santri asal Pulau Dewata tersebut dengan air mata yang tak terbendung lagi.

Tangisanpun pecah, saat Fira mengucapkan kata terima kasih kepada orangtuanya, sehingga membuat Fira kesulitan untuk menyuarakan apa sebenarnya hatinya ingin katakan.

“Terima kasih untuk orang tua yang telah mengirim Fira, yang telah merawat Fira sampai saat ini dengan kasih ibu.Terima kasih untuk semuanya. Banyak kata yang sebenarnya ingin saya ungkapkan, tapi saya tidak bisa menyebutkan semuanya. Saya memang tidak bisa menulis di buku, tapi dalam hati saya berharap semoga Allah mengabulkan apa yang saya inginkan” ujar Fira yang memiliki hobi Listening.

Diakhir penyampaiannya, Fira mengungkapkan ucapan terima kasih teruntuk Pemangku Wilayah, Ibunda Ny. Hj. Hamidah Wafie yang telah menerimanya di Wilayah Al Mawaddah.

“Terima kasih untuk Bunda Hami (sapaan akrab Pemangku Wilayah Al Mawaddah) yang sudah menerima saya di sini. Semoga saya mendapatkan barokahnya dari orang yang sukses, taat kepada orang tua, tidak membantah, jadi orang yang lebih mandiri lagi dan tidak manja” pungkas Fira sambil mengusap air mata yang bercucuran.

Penulis: Kholis & Humairo

Editor: Ponirin

 

20190719_zayyin-naila-fitri,-santri-berprestasi-wilayah-al-mawaddah

Zayyin Naila Fitri, Santri Berprestasi Wilayah Al Mawaddah

nuruljadid.net – Namanya adalah Zayyin Naila Fitri, Lahir di salah satu kabupaten di Jawa Timur yang dikelilingi oleh pegunungan Tengger, Gunung Semeru, dan Gunung Bromo, Kabupaten tersebut bernama Kabupaten Probolinggo.

Zayyin adalah panggilan akrabnya, ia terlahir dari keluarga yang berpendidikan, ayahnya adalah seorang guru Madrasah Ibtidaiyah disebuah sekolah yang tak jauh dari rumahnya MI Sirajul Ulum Krejengan Probolinggo, begitu pula dengan ibunya yang seorang guru PAUD Al Amin Krejengan.

Zayyin mulai mengenyam pendidikan di TK Sirojul Ulum, kemudian setelah lulus dia melanjutkan pendidikannya di SD Sirajul Ulum yang berada di daerah desanya sendiri yakni Desa Jatiurup, Kecamatan Krejengan, Probolinggo. Selepat tamat SD, untuk memenuhi rasa hausnya akan ilmu ia rela meninggalkan keluarga tercinta, meninggalkan tanah kelahirannya menuju ke pondok pesantren yang terkenal akan perkembangan pendidikannya yang pesat yakni Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo.

Di PP. Nurul Jadid, gadis yang suka menghafal ini mendaftarkan diri ke MTs Nurul Jadid di program tahfidz dan berada di wilayah Al-Mawaddah. Selama duduk bangku MTs Nurul Jadid banyak prestasi yang sabet seperti juara 2 Musabaqah Hifdzil Qur’an (MHQ) tingkat kabupaten Probolinggo tahun 2018 di Kraksaan pada waktu kelas VI MI Sirajul Ulum, juara 1 Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat KKM di Probolinggo pada tahun 2019 pada waktu kelas VII MTs Nurul Jadid, tak berhenti disitu di PP. Nurul Jadid gadis yang masih berumur 13 tahun tersebut pernah tercatat juara 1 tartil tingkat Nurul Jadid pada tahun 2019, juara 2 Musyabaqoh Syarhil Qutub (MSQ) se Pondok Pesantren Nurul Jadid pada tahun 2019. Dari pihak MTs Nurul Jadid tatkala masih kelas VII ia dianugerahi sebagai The Best Program Tahfidz putri MTs Nurul Jadid pada tahun 2019.

Selain itu, ia juga memiliki beberapa prestasi yang cukup membanggakan dibidang olahraga dan seni, seperti juara 1 bulutangkis tingkat kabupaten Probolinggo di Kraksaan pada tahun 2018 ketika mengenyam pendidikan di MI Sirajul Ulum, kemudian juara 1 lomba Lari Tingkat Cepat kecamatan Krejengan pada tahun 2018 ketika ia masih duduk di kelas VI MI Sirajul Ulum.

Lebih lanjut, ketika masih sekolah di TK ia menorehkan juara 1 mewarnai tingkat kecamatan Krejengan, pada tahun 2011. (ila/red)

20190719_munirah,-santri-berprestasi-wilayah-al-mawaddah

Munirah, Santri Berprestasi Wilayah Al Mawaddah

nuruljadid.net – Munirah atau yang biasa dipanggi Yaya oleh teman – temannya dikenal oleh seseorang yang dikenal memiliki prestasi yang cukup membanggakan, ia lahir di Pulau Dewata lebih spesifik di Loloan Barat, Negara, Jembrana. Dari pasangan Ahmad Zainul Ekhsan (43) dan Hilwah Baraas (43).

Gadis yang memiliki cita – cita dosen terbang yang berakhlaq Al-Qur’an itu, memulai perjalanan pendidikannya di TK Muhammadiyah Aisyiah di Jemberana Bali, kemudian setelah lulus, ia melanjutkan pendidikannya di MI Mujahidin Negara Bali. Setelah tamat MI, ia mempertinggi lagi pendidikan ke Pondok Pesantren yang agak jau dari tanah kelahirannya, ialah Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo.

Selama di Pondok Pesantren Nurul Jadid, ia memulai pendidikannya di lembaga MTs Nurul Jadid. Hal yang sangat ia kenang selama duduk di bangku MTs Nurul Jadid ialah ketika ia ditunjuk oleh pihak MTs Nurul Jadid untuk mengikuti lomba bahasa Arab tingkat SLTP se Kabupaten Probolinggo. Pasalnya, lomba yang bertempat di Pajarakan, Probolinggo itu, gadis yang mengaku mempunyai hobi diskusi ini berhasil menjadi juara 1 mengalahkan seluruh peserta perwakilan lembaga SLTP se Probolinggo.

Tidak berhenti disitu, siswa MTs Nurul Jadid yang duduk di kelas VII ini, juga pernah mengharumkan nama MTs Nurul Jadid dan PP. Nurul Jadid di Tingkat Kabupaten pada Pidato Bahasa Arab yang diadakan oleh Aksioma pada tahun 2019 ia menyabet juara 1, kemudian dilingup Nurul Jadid ia berhasil menorehkan tinta emasnya pada lomba MC Bahasa Indonesia dengan mendapatkan juara I, Juara 2 lomba Bahasa Indonesia dan Juara II MSQ selama Pekan Madarin (PM) 2019.

Kemudian Gadis yang masih berumur 13 tahun ini mengaku juga pernah juara 2 hafal jus 30 di Jemberana pada tahun 2016 ketika mengenyam Pendidikan di MI Mujahidin Negara Bali, dan juga pernah tercatat juara 3 Fashion Show di Negara Bali pada tahun 2016 ketika mengenyam pendidikan di MI Mujahidin Negara Bali, dan juara 3 baca puisi di Jemberana Bali pada tahun 2015 ketika duduk pendidikan di MI Mujahidin Negara Bali. (Ila/red)

Metode Cepat Pahami Ilmu Alat

Metode Cepat Pahami Ilmu Alat

nuruljadid.net – Selain terkenal dengan Pondok Tahfidz Wilayah Al-Mawaddah juga mempunyai beberapa program unggulan salah satunya adalah program kitab. Program Intensif Kajian Kitab (PIKK) wilayah Al-Mawaddah sebelumnya menggunakan metode Al-miftah lil’ulum sidogiri. Seiring berkembangnya pembelajaran ilmu nahwu akhirnya wilayah al-mawaddah menemukan sebuah alternatif lain untuk membuat santri cepat memahami kaidah-kaidah nahwu. Kini pembelajaran al-miftah lil’ulum sidogiri beralih pada al-miftah peloso yang dikarang oleh uastad Ahmad Zarqoni.

Al-miftah peloso pembelajaranya sangat praktis dan menggunakan metode-metode yang sangat menarik dan tentunya lebih efektif baik dalam waktu pembelajaran dan juga tingkat pemahaman santri. Dalam metode ini 5 menit pembelajaran santri sudah berhasil memahami 1 bab bahkan lebih.”sebelum saya mengenal metode ini,saya selalu berfikiran bahwa ilmu alat itu sangat sulit untuk dipahami dan saya cerna dengan baik,namun setelah saya mengenal metode ini membuat menset saya bahwa ilmu nahwu adalah momok adalah salah” ujar salah seorang santri.

Dengan hadirnya metode ini daya tarik pada santri terhadap memahami ilmu Qur’an dan hadist sangat luar biasa. Jumlah santri yang mendaftar untuk mengikuti pelatihan metode al-miftah ini meningkat drastis bahkan lebih 3 kali lipat dari pelatihan al-miftah peloso Ramadhan lalu.  Karena banyaknya santri yang mendaftar akhirnya pembelajaran al-miftah ini dibagi beberapa kelas.

Santri yang mengikuti pelatihan di bulan Ramadhan lalu mengikuti kelas lanjutan yang mana hanya satu-satunya kelas ini yang beranggotakan santri putra dan putri. Dikelas lanjutan ini santri tak lagi diajarkan metode dan kaidah-kaidah nahwu akan tetapi santri diajarkan bagaimana cara diajarkan bagaimana menjadi pengajar yang baik. Satu persatu santri dikelas ini maju untuk memperotoli ayat-ayat al-qur’an yang telah ditentukan. Karena santri dikelas ini pemahaman terhadap ilmu nahwunya sudah cukup luas akhirnya tak jarang terjadi perdebatan-perdebatan sehat antar santri sehingga menciptakan suasana yang sangat seru dalam berdiskusi sehingga tak terasa memakan waktu yang cukup lama dalam beradu pendapat. (Adibah/Red)

20190506_cerita-elok-sang-hafidzoh-antara-terpaksa-orang-tua-serta-hidayah-1

Cerita Elok Sang Hafidzoh; Antara Terpaksa, Orang Tua serta Hidayah

nuruljadid.net – Elok Mar’atil Khatimah, gadis berusia 17 tahun asal Singaraja Bali, rela menghafal Al Qur’an hanya untuk menggapai keinginan Sang Abah memiliki buah hati seorang penghafal Al Qur’an (Hafidz). Walapun diawali dengan keterpaksaan.

“Yang memotivasi untuk menghafal Al Qur’an itu abah saya. Karena harapan beliau adalah memiliki anak yang hafal Al Qur’an. Diam-diam tanpa sepengetahuan saya, Abah memasukkan saya di Lembaga Tahfidz di Wilayah Al Mawaddah PP. Nurul Jadid Paiton, Probolinggo” ujar Elok (sapaan akrab Elok Mar’atil Khatimah).

“Karena terpaksa, saya menghafal Al Qur’an dengan setengah hati, hanya bermain-main saja, punya setoran ya setoran, kalau nggak ya nggak” tambah Elok.

Selain itu, motivasi lain Elok putri dari pasangan Alm. Irawan Sutirto dan Emmy Ratna Wahyuni untuk menghafal Al Qur’an adalah cerita dari sang guru tentang mahkota dan jubah kemuliaan di akhirat untuk orang tua yang memiliki seorang anak Hafidz.

“Selain Abah, hal yang memotivasi adalah cerita dari guru saya. Yaitu kelak diakhirat seorang yang hafal Al Qur’an itu akan dipanggil namanya dan maju kedepan bersama orang tuanya. Tidak cukup itu, kedua orang tuanya akan diberikan mahkota serta jubah kemuliaan yang belum pernah ada di dunia. Setelah itu sang anak membaca hafalannya, semakin banyak yang ia baca, maka semakin tinggi pula derajat yang ia gapai sampai hafalan terakhir dia dimana. Maka beruntunglah orang yang menghafal Al Qur’an 30 juz” Ujar Elok, gadis kelahiran Singaraja Bali, 05 Juli 2001 dengan mata yang berkaca-kaca.

Mengambil hikmah dari cerita tersebut, dengan penuh pertimbangan serta pemikiran yang matang Elok akhirnya memutuskan untuk mengambil cuti sekolah selama setahun lamanya tepatnya pada tahun 2017 hanya untuk menghafal Al Qur’an demi mewujudkan keinginan sang Abah. Dan keputusan Elok pun diterima dengan hati yang berbunga-bunga oleh Abahnya, Alm. Irawan Sutirto.

“Abah, saya mau menghafal Al Qur’an dalam waktu satu tahun tapi saya nggak mau sekolah bah” Saya nggak mau pulang saya nggak mau dikirm sampai saya sampai 30 juz” ujar Elok.

“Ya Allah nak, nggak usah menghafal 30 juz, 10 juz saja engkau menghafal itu sudah merupakan surga dunia bagi Abah. Itu bahagianya sudah melebihi punya pesawat, punya mobil dll, sudah lebih dari itu, kata Abah” tambah Elok dengan kucuran air mata yang tak terbendung lagi.

Singkat cerita, ketika Elok sudah mencapai hafalannya 10 Juz, ujian dari Sang Pencipta menguji keimanan dan ketulusannya dalam menghafal Al Qur’an. Sang Abah berpulang keharibaanNya dengan tersenyum.

“Ketika hafalan saya telah mencapai 10 juz dan akan mengikuti ujian akbar, tiba-tiba saya disuruh pulang. Ketika sampai di halaman rumah, saya melihat sudah banyak orang dan disitu juga ada terop. Awal saya kira ada pernikahan namun ternyata, Abah saya sudah terbaring kaku dengan senyuman diwajah beliau” cerita Elok dengan tangisan air mata yang semakin deras dan tak terbendung.

“Abah meninggal dalam keadaan tersenyum dan itulah yang menjadi alasan saya kenapa saya tidak menangis. Karena saya yakin insyaAllah Abah tenang dialam sana. Ketika beliau wafat, saya masih sempat mencium jenazah Abah dan sangat wangi padahal masih belum dimandikan. Dan itu yang membuat saya semakin yakin insyaAllah Abah tenang dialam sana” tambah gadis asal Singaraja Bali.

Selepas kepergiaan sang Abah, ketika Elok kembali beraktifitas seperti santri lainnya di Pesantren, Elok sempat terpuruk selama satu minggu lamanya dan tidak melakukan aktifitas apapun selain hanya memegang Al Qur’an. Hingga pada suatu malam, Elok memimpikan Sang Abah.

“Dan pada akhirnya dimalam itu saya tertidur dan bermimpi, Abah saya sedang ada di masjid dan mengaji juz 2 Surat Al Baqarah ayat 154. Kemudian saya terbangun dan mencari makna ayat dari surat tersebut. Dan akhirnya saya pun sadar dan ikhlas akan kepergiaan Abah” cakapnya dengan mata merah akibat menangis.

Akhirnya, dengan penuh perjuangan, rintangan serta suka duka, Elok berhasil menyelesaikan hafalan 30 juznya dengan menjadi Wisudawati Tahfidz Ekselensia Wilayah Al Mawaddah PP. Nurul Jadid (01/05/2019) lalu. Dengan dinobatkannya sebagai Hafidzah, Elok bukan malah merasakan kebahagiaan melainkan sebuah ratapan hidup karena baginya menghafal Al Qur’an adalan sebuah tamparan baginya.

20190506_cerita-elok-sang-hafidzoh-antara-terpaksa-orang-tua-serta-hidayah-2

Elok (paling kiri) menangis saat dilantunkannya Do’a Khotmil Qur’an pada acara Wisuda Perdana Tahfidz Ekselensia Wilayah Al Mawaddah. Foto: Zaky/nuruljadid.net

“Target kedepan adalah saya bisa melancarkan hafalan saya dan saya tidak hanya sekedar hafal, tapi saya paham maknanya dan yang terpenting dalah saya mengamalkan isinya karena saya menghafal Al Qur’an itu tamparan buat saya. Akhlak yang ada didalam Al Qur’an itu sangat bertolak belakang dengan akhlak saya. Tapi saya jadikan menghafal Al Qur’an itu sebagai wasilah untuk mengejar hidayah Allah” ujar Elok dengan suara terpatah-patah.

“Karena saya kalau hanya menuggu hidayah, hidayah itu nggak akan datang kalau bukan saya sendiri mengejarnya. Dan saya menghafal Al Qur’an sebagai proses hijrah saya. Saya ingin benar-benar hijarah, jadi Muslimah saja tidak cukup tapi butuh hafal Al Qur’an. Karena Al Qur’an itu adalah pedoman hidup kita” tambah Elok.

Tangisan kembali pecah ketika Elok menyampaikan ucapan terima kasih serta kerinduannya kepada Sang Abah.

“Ucapan terimakasih untuk Abah karena sudah maksa saya hafal Al Qur’an dan sudah memaksa saya untuk berada dijalan yang benar. Kalau rindu itu pasti, untuk didunia ini saja, saya tidak bisa bertemu kembali dengan abah. Tapi itu tidak membuat saya sedih, karena hidup didunia itu hanya sementara. Saat ini saya hanya bisa berjuang untuk bisa berkumpul bersama orang tua, guru dan dengan orang-orang yang saya sayang terutama bisa berkumpul dengan Rosulullah SAW kelak di akhirat” ujar Elok dengan penuh tangis.

“Setiap waktu kosong saya, saya berusaha mengisinya dengan Al Qur’an. Saya selalu memohon supaya orang tua saya, guru dan keluarga berkumpul di syurga tanpa hisab. Dan saya berharap agar setiap saya mengaji pahala bisa mengalir ke Abah agar makam Abah lebih bercahaya dan agar ada yang menemani abah disana, agar abah nggak disiksa terutama pertanggung jawaban memiliki anak perempuan. Saya ingin meringankan hisab Abah” tambahnya.

20190506_cerita-elok-sang-hafidzoh-antara-terpaksa-orang-tua-serta-hidayah-3

Elok, gadis 17 tahun asal Singaraja Bali menuntut ilmu di Wilayah Al Mawaddah. Foto: Baihaki/nuruljadid.net

Akhir, Elok akan berjuang untuk kebahagiaan sang Ummi, orang tua Elok yang ada saat ini.

“Orang tua saya yang ada saat ini adalah Ummi, bagaimana saya berjuang agar saya tidak menyusakhan Ummi. Biar saya selalu berusaha untuk membahagiakan Ummi. Saya nggak mau menyesal kedua kalinya” ujar Elok sambal mengusap air mata yang bercucuran di pipinya.

Pewarta: JN

Editor: Ponirin Mika

20190506_kisah-siti-anisah,-gadis-19-tahun-yang-berhasil-menghafal-al-qur’an-30-juz-selama-7-bulan-1

Kisah Siti Anisah, Gadis 19 Tahun yang Berhasil Menghafal Al Qur’an 30 Juz selama 7 Bulan

nuruljadid.net – Menjadi seorang hafidz atau orang yang menghafal Al Qur’an tentu merupakan impian banyak umat Islam. Apabila terus dipelihara dan dijaga, Allah menjanjikan pahala yang melimpah.

Kesempatan ini berhasil diraih Siti Anisah. Di usia 19 tahun gadis ini sudah hafal keseluruhan 30 jus Al Quran dalam kurun waktu kurang dari setahun. Anis (sapaan akrabnya) menimba ilmu di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo tepatnya di Program Tahfidz Ekselensia Wilayah Al Mawaddah.

Disanalah Anis mengawali keyakinan untuk menghafal Al Qur’an sebagai amalan akhirat bagi dirinya dan kedua orang tuanya

Anis merupakan putri ke 4 dari pasangan H. Zainullah Amin (60) dan Hj. Lathifah (39). Diawal menghafal Al Qur’an, Anis mengaku kesulitan karena harus membiasakan diri dengan menghafal disetiap harinya. Tak hanya itu, Anis juga mengaku bahwa terkadang ia tak lancar dalam menghafal dan tak jarang pula ia malas untuk menghafalnya.

Seiring dengan berjalannya waktu, dengan kebiasaan yang dilakukan, Anis semakin menikmati hafalannya sehingga perasaan malas dan sulit menghafal sudah jarang ia rasakan kembali. Didalam perjalanannya menjadi seorang hafidzah, Anis mengaku pernah mengalami sebuah hal yang tidak ia sangka. Pasalnya, sebelum Anis hafal Al Qur’an 30 Juz dia memiliki penyakit ginjal namun setelah Anis menghafal 30 juz, penyakit ginjal itu hilang.

“Sebelumnya memang tidak punya penyakit, akan tetapi pada akhir bulan Januari 2019 dan hampir menjelang hatam hafalan, saya menderita sakit ginjal. Tapi, setelah hatam sudah hilang penyakitnya, entah kemana” pengakuan Anis.

20190506_kisah-siti-anisah,-gadis-19-tahun-yang-berhasil-menghafal-al-qur’an-30-juz-selama-7-bulan-3

Siti Anisah, santri puteri PP. Nurul Jadid Wilayah Al Mawaddah Program Tahfidz Ekselensia yang berhasil menghafalkan Al Qur’an 30 Juz dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun. Foto: Baihaki/nuruljadid.net

Selain itu, Gadis asal Besuki Situbondo Jawa Timur ini mengaku sebelum menimba ilmu di Program Tahfidz Ekselensia Wilayah Al Mawaddah ia tidak memiliki modal hafalan. Namun, dengan mengikuti metode yang diajarkan ia berhasil menghafal 30 juz Al Qur’an dalam kurun waktu 7 bulan 6 hari.

Anis bercita-cita menjadi duta Al Qur’an dan Entrepreneur Dermawan juga menceritakan bahwa di Tahfidz Ekselensia Al Mawaddah ia memiliki seorang Pembina yang sangat mengerti akan kondisinya ketika berproses untuk menghafal Al Qur’an. Selain dengan dukungan dan pengertian dari Pembina, Anis berkata “karena disini, kita menghafalnya dengan sistem STIFIn atau yang dikenal dengan 5 Mesin Kecerdasan (MK). Setiap orang memiliki MK-nya masing-masing dan cara menghafal setiap orangpun berbeda. Dengan mengetahui MK dimasing-masing orang, kita bisa mengetahui dengan cara bagaimana kita bisa menghafal Al Qur’an dengan mudah dan menyenangkan”.

Menjelang akhir dari hafalan 30 juz-nya, Anis mengaku bahwa dirinya harus mengorbankan banyak aktifias sehari-harinya demi terselesaikan hafalannya.

“Ketika menjelang akhir, saya menyelesaikan 7 juz selama 5 hari. Namun disitu banyak hal yang saya relakan diantaranya, tidur siang termasuk ketika teman-teman lainnya asik ngobrol, saya harus menghafal Al Qur’an” ujar Anis.

Akhirnya, Anis menuai buah manis dari perjuangan kerasnya selama ini. Anis dinobatkan sebagai wisudawati terbaik pada Acara Wisuda Perdana Tahfidzul Qur’an Tahfidz Ekselensia Wilayah Al Mawaddah (01/05/2019). Anis pun tak menyangka dengan apa yang terjadi pada waktu itu. Dengan perasaan heran, Anis bertanya dalam hatinya, “Kok bisa saya yang terpilih? Kan masih banyak anak-anak yang lebih pantas menerimanya daripada saya”.

20190506_kisah-siti-anisah,-gadis-19-tahun-yang-berhasil-menghafal-al-qur’an-30-juz-selama-7-bulan-2

Anis pada saat menerima penghargaan sebagai Wisudawati Terbaik Tahfidz Ekselensia Al Mawaddah dari Ny. Hj. Muthmainnah Waqid. Foto: Nuris/nuruljadid.net

Meski kini sudah hafal, Anis mengaku akan lebih sering melakukan muroja’ah atau pengulangan dalam Al Quran dan lebih sering membacanya. Kini ia bertekad untuk melanjutkan kuliahnya di Universitas Nurul Jadid (UNUJA) dengan tetap mempelajari Al Qur’an ke jenjang yang lebih tinggi lagi.

“Peganglah pegangan hidup yang kuat sebelum menjadi manusia yang hebat” itulah motto dari Siti Anisah, gadis kelahiran Situbondo, 21 Maret 2001.

Pewarta: JN

Editor: Ponirin Mika

 

 

PENAQU, Wadah untuk Melahirkan Generasi Qur’ani

PENAQU, Wadah untuk Melahirkan Generasi Qur’ani

nuruljadid.net – Ditahun keduanya, Pesanggrahan Generasi Qur’ani (PENAQU) yang merupakan wadah untuk melahirkan generasi Qur’ani kembali mengadakan kegiatan Ramadhan Camp for Kids di Wilayah Al Mawaddah Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo selama 15 hari. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada bulan Ramadhan tepatnya pada tanggal 01 hingga 15 Ramadhan. Pelaksanaan kegiatan ini berbeda dengan tahun sebelumnya, dimana pada tahun sebelumnya kegiatan tersebut dilaksanakan setelah tanggal 15 Ramadhan.

Ustadzah Uswatun Hasanah, Ketua Panitia Pelaksana mengungkapkan harapannya agar dengan diadakannya Ramadahan Camp for Kids ini, kegiatan ini dapat tersebar dan terlaksana di pelbagai Kota diluar Probolinggo sehingga dapat memberikan kontribusi lebih untuk masyarakat dalam mendidik anak menjadi generasi Qur’ani.

Menjadi bagian yang tak terpisahkan, kegiatan PENAQU dalam Ramadhan Camp for Kids ini meliputi sholat berjama’ah 5 waktu, pembiasaan shalat sunnah (tahajjud dan dhuha), beberapa permainan edukatif dan pematerian keagamaan (fiqih, tauhid dan sejarah Rosulullah). Character building (pembiasaan akhlak) juga menjadi materi dalam kegiatan ini.

Tak hanya itu saja, kegiatan pendukung lainnya berupa nonton bareng video pendek yang berkaitan dengan Character Building dan beberapa materi yang dapat menumbuhkan rasa cinta anak pada Al Qur’an dan orang tua.

Ketua Panitia Pelaksana Kegiatan menyampaikan bahwa kegiatan yang dilaksanakan di Ramadhan Camp for Kids terancang menyenangkan dikarenakan peserta merupakan anak-anak yang berumur antara 8 hingga 12 tahun.

“Beberapa agenda yang sudah dirangkai sedemikian rupa oleh panitia diupayakan agar tak menjadi kegiatan yang membosankan apalagi membuat mereka tak kerasan. Sebab usia mereka yang masih cukup mungil untuk merasakan mondok yang sebenarnya. Yakni mulai dari 8 hingga 12 tahun” ujar Ustadzah Uswah.

Alhasil, kegiatan tersebut mendapatkan respon positif dari salah satu peserta Ramadhan Camp for Kids.

“Suka banget dengan Ramadhan camp kids ini. Dari bangun tahajjud sampai tidur malem kita kayak jadi mondok beneran. Cuma kegiatannya kayak dikasih suasana permainan, jadinya gak bosen. Apalagi kalo pas fun game. Ada sulapnya juga. Pokoknya bahagia banget dah. Dengan kakak-kakak yang baik. Sekalipun gak kayak di rumah tidur dan makannya, tapi disini banyak temennya jadi asyik”, komentar Nina, (Erika Imaniya Zenina Etabina) salah seorang peserta dengan mengukir senyum dibibirnya. (Kholis/Red)

Lampu Lampion Menerangi Wilayah Al Mawaddah Dalam Bulan Ramadhan

Lampu Lampion Menerangi Wilayah Al Mawaddah Dalam Bulan Ramadhan

nuruljadid.net – Pada Kamis (02/05/2019), Lampu lampion menerangi bilik – bilik ka mar para santri wilayah Al-mawaddah Pondok Pesantren Nurul Jadid, lampion tersebut merupakan salah – satu dari bentuk perhatian wilayah Almawaddah akan datangnya bulan yang penuh barokah, bulan Ramadhan.

Lampu lampion tersebut dibuat sendiri oleh santri wilayah al-mawaddah yang bertujuan untuk mengasah kreasi para santri dalam membuat suatu karya seni.

Selain lampion, Wilayah yang terkenal akan keberhasillannya dalam mencetak para hafidzoh ini juga mengadakan serangkaian kegiatan lainnya, seperti pendalaman bahasa asing, pendalaman ini difokuskan kepada bahasa inggris. Yang nantinya, selain menjadi seorang hafidzoh.

Mereka juga diharapkan menjadi seorang yang fashih dalam berbahasa asing. Kemudian, Wilayah Al-Mawaddah turut menyelenggarakan kajian pelatihan kitab, adapun kitab yang dipilih oleh wilayah al-mawaddah ntuk dikaji ialah kitab Al-miftah.

Dengan harapan para santri wilayah al-mawaddah bisa menjadi seorang yang bisa membaca an memahami kitab kuning. “semoga mereka para santri almawaddah bisa mengamalkan ilmu mereka nanti ketika pulangan yang dekat ini, dan besar harapan mereka bisa menjadi uswah bagi khalayak masyarakat,” ungkap Kepala Wilayah Al-Mawaddah, Rahmatul Hasanah. (Ila/red)

20190719_ny-hj-hamidah-wafie-menghafal-al-qur%u2019an-bukan-tentang-kecerdasan-tapi-tentang-maunah-dan-ridho-allah-swt-semata

Ny. Hj. Hamidah Wafie: Menghafal Al-Qur’an Bukan tentang Kecerdasan tapi tentang Maunah dan Ridho Allah SWT Semata

nuruljadid.net – Dalam pelaksanaan wisuda perdana Tahfidz Ekselensia Wilayah Al Mawaddah Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, Rabu (01/05/2019) di Aula MA Nurul Jadid, Ny. Hj. Hamidah Wafie, Pemangku Wilayah Al Mawaddah berharap dengan dilahirkannya para hafidzoh Al Qur’an akan terlahir generasi-generasi Qur’ani yang siap berkhidmat, berjuang dan menjunjung tinggi nilai-nilai Al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.

Bunda Hami (sapaan akrab Pemangku Wilayah Al Mawaddah) juga menambahkan, mudah-mudahanan dengan kita semakin mendekat dengan Al Qur’an, kita akan terus menjalankan nilai-nilai dan keteladanan dari Rosulullah SAW.

Dalam kesempatan itu, Bunda Hami mengucapkan terimakasih atas dukungan serta ijin dari Pengasuh, KH. Moh. Zuhri Zaini dan Kepala Pesantren, KH. Abdul Hamid Wahid atas terlaksananya acara ini (wisuda perdana Tahdiz Ekselensia, red).

“ini akan menjadi motivasi besar bagi kami untuk terus bergerak mengawal lahirnya generasi-generasi qur’ani yang akan berikhtiar untuk terus istiqomah lebih dekat dan menghafalkan Al Qur’an bahkan tidak berhenti sekedar menghafal Al Qur’an, mudah-mudahan kita semua khususnya anak-anak kita yang sudah hafal Al Qur’an akan bisa memahaminya, melaksanakannya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari serta memperjuangkannya kelak ketika pulang di tengah-tengah masyarakat” ujar Bunda Hami.

“Hal ini dimaksudkan tidak lain hanya untuk mengembalikan generasi-generasi muda kita agar lebih mencintai dan dekat dengan Al Qur’an sehingga insyaAllah syafa’at dan nilai-nilai yang ada dalam Al Qur’an terus berproses menjadi bagian hidupnya, sikapnya, amaliyahnya dan nantinya mudah-mudahan anak-anak kita, para hafidzul Quran terus berjuang untuk Al Qur’an sehingga kedepannya generasi muda kita tidak lagi jauh dari Al Qur’an, tetapi semakin dekat dan mencintai Al Qur’an dan akan kembali pada real yang diridhoi oleh Allah SWT.” imbuh beliau.

Bunda Hami (Pemangku Wilayah Al Mawaddah) saat memberikan sambutan di acara Wisuda Perdana Tahfidz Ekselensia

Bunda Hami (Pemangku Wilayah Al Mawaddah) saat memberikan sambutan di acara Wisuda Perdana Tahfidz Ekselensia Al Mawaddah

Pemangku Wilayah Al Mawaddah juga menyampaikan rasa prihatinnya terhadap kondisi yang ada saat ini sehingga harus ada gerakan serta langkah konkrit agar para generasi muda kembali kepada sikap dan perilaku yang semestinya.

“jujur, akhir-akhir ini kami sangat prihatin dengan banyaknya profil-profil yang menjadi figur anak-anak kita dan banyaknya bacaan-bacaan yang tidak sesuai dengan nuansa islami. Sehingga mau tidak mau kita harus memiliki gerakan, langkah konkrit agar anak-anak kita kembali kepada sikap dan perilaku yang semestinya, kembali kepada nilai-nilai Al Qur’an dengan cara mendekatkan mereka kepada Al Qur’an” dawuh beliau.

“Mudah-mudahan dengan dekat dengan Al Qur’an, kemerosotan akhlak dan moral yang terjadi di lingkungan kita akan semakin bisa diminimalisir” tambah beliau.

Sebelum mengakhiri sambutannya, Bunda Hami menyampaikan bahwa menghafal Al Qur’an tidak semudah membalikkan telapak tangan.

“menghafal Al Qur’an tidak semudah membalikkan telapak tangan, selesai menghafal Al Qur’an, masih ada program lanjutan yang perlu diistiqomahkan untuk muroja’ah dan terus menghafal.  Harapannya, bukan hanya sekedar pernah menghafal Al Qur’an tapi benar-benar mutqin (Lancar Hafalannya) sebagai Hafidzoh Al Qur’an” dawuh beliau.

Diakhir sambutan, Bunda Hami menyampaikan “Menghafal Al Qur’an bukan tentang kecerdasan tapi tentang maunah dan ridho Allah semata. Tanpa kita memohon kepada Allah agar terus diberi inayah, hidayah, diridhoi oleh Allah maka kemampuan manusia tiadak akan ada artinya” pungkas beliau.

Santri Mawaddah Ikuti Kegiatan Metode Ummi

Santri Mawaddah Ikuti Kegiatan Metode Ummi

nuruljadid.net – Setelah digelar kegiatan shalat tahajjud berjamaah, santri Wilayah Al-Mawaddah memanfaatkan waktu tersebut untuk belajar metode Ummi, suatu metode yang bertujuan untuk memperbaiki karakteristik tahsin santri yang kurang baik menjadi lebih baik lagi.

Selain memperbaiki karakter, metode Ummi ini juga bertujuan untuk membangun sistem  manajement pembelajaran Al-qur’an yang lebih bermutu, dan mewujudkan lembaga profesional dalam pengajaran Al-qur’an berbasis sosial dakwah. Ustadzah Tutik Hidayati, Koordinator metode Ummi mengatakan bahwa metode tersebut cukup memberikan solusi dalam memperbaiki karakteristik tahsin santri dan menghasilkan generasi yang lebih baik lagi. “Agar sahabat – sahabat santri wilayah almawaddah bisa membaca Al-qur’an dengan cepat, tepat, dan mudah dengan bertartil,”ujar beliau.

Metode Ummi ini juga ada standarisasinya sehingga proses belajar mengajar disesuaikan dengan karakteristik bidang studi yang diajarkan. Standarisasi tersebut juga berguna untuk menjaga serta mempertahankan moto yang dibutuhkan adanya kontrol yang intensif terhadap kualitas, proses, maupun hasil dari produk yang telah dihasilkan.

Siti Kholisoh, salah – satu santri almawaddah yang mengikuti metode ummi ini mengatakan,  Metode Ummi ini sudah sangat dan sesuai dengan kebutuhan santri. Metode yang mudah dan menyenangkan disertai manajeen sertifikasi muallimat dan lulusan yang berkualitas, sehingga santri dapat mempelajarinya dengan sangat nyaman,”tuturnya.

Ia menambahkan, apalagi bagi mereka yang suaranya bagus dan pengucapan makhorijul hurufnya tepat. Metode ini bisa menjadi ajang tunjuk bakat bagi mereka. Metode ini juga memberikan banyak solusi bagi santri yang mempelajari al-qur’an diantaranya ialah menjamin sebuah sistem  yang mampu memberikan moto yang baik bagi setiap anak agar cepat dan mudah membaca al-qur’an secara tarti dan berstandarisasi bacaan al-qur’an dengan jelas dan tepat. (Firoh/Red)

Kata Mereka untuk Pembangunan Al Mawaddah

Kata Mereka untuk Pembangunan Al Mawaddah

nuruljadid.net – Tiap tahunnya jumlah santri selalu bertambah, hal itu dibuktikan dengan tidak memadainya fasilitas yang ada. Mulai dari kamar santri, kamar mandi santri serta ruang belajar santri. Terlihat menjelang pertengahan tahun 2019, di Wilayah Al Mawaddah telah terbentang kokoh bangunan lantai dua dan tiga. Itu menandakan bahwa Wilayah Al Mawaddah terus mengalami perbaharuan fasilitas demi kenyamanan dan ketenangan santri dalam menuntut ilmu di Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Tahun ini, Wilayah Al Mawaddah membangun beberapa fasilitas untuk santri yang terdiri dari kamar santri berlantai dua, kamar mandi tiga lantai, penambahan jemuran serta penambahan serambi. Terhitung sejak bulan Januari 2019, pembangunan fasilitas asrama telah berjalan 75% dan akan kelar pada bulan Juni 2019.

Kepala Wilayah Al Mawaddah, Ustadzah Rohmatul Hasanah membeberkan bahwa dengan lokasi yang terbatas, pembangunan fasilitas santri di wilayahnya tidak bisa menyamping melainkan bertambah keatas.

“Bersyukur atas pembangunan yang telah 75% terlesesaikan. Tiada kata selain ungkapan rasa syukur yang patut disampaikan karena dengan bertambahnya santri yang menetap disini (Wilayah Al Mawaddah, Red) bertambah pulalah fasilitas untuk santri. Sehingga untuk memadainya, harus melakukan renovasi Gedung santri. Dikarenakan kawasan yang terbatas, maka proses penambahan fasilitas terdesain dengan menambah lantai diatas Gedung” ujar Kepala Wilayah Al Mawaddah.

“Proses renovasi ini saya rasa berjalan lumayan cepat walaupun diawal pembangunan masih kocar kacir sehingga keindahan lingkungan menjadi efek dari pembangunan tersebut. Tetapi, setelah semuanya terselesaikan, fasilitas untuk santri akan memadai” tambah Ustadzah Rohmah (panggilan akrab Kepala Wilayah Al Mawaddah).

Alhasil, dengan kerjasama yang solid antara penghuni serta komponen wilayah, pembangunan yang dilakukan menuai respon positif dari kalangan santri, seperti halnya yang dirasakan oleh beberapa santri penghuni Wilayah Al Mawaddah yang menempati gedung baru.

“Senang rasanya bisa menjadi penghuni pertama digedung baru. Selain catnya bagus, bangunannya lebar dan pas untuk kami (santri, red) dalam melaksanakan aktifitas sehari-harinya” ungkap Izzul Hukama, santri PPTQ (Program Pelatihan Terjemah Qur’an) Wilayah Al Mawaddah.

“merasa senang karena semua santri dapat merasakan kenyamanan dengan fasilitas yang baru, terutama kamar santri yang lebih nyaman dari kamar sebelum di renovasi” cakap Faikatul Laily dengan wajah berseri.

Tak hanya menuai pujian dari santri, Siti Wardatus Sholehah seorang santri sekaligus pengurus Wilayah Al Mawaddah turut menyampaikan apresiasi dan pesannya terhadap pembangunan fasilitas santri.

“Fasilitas untuk santri sudah terpenuhi sehingga kewajiban para santri adalah untuk menjaga dan merawatnya agar fasilitas itu terjaga dengan baik sehingga segenap santri dapat merasakan kenyamanan dalam berkegiatan” ujar Wardah (sapaan akrab Siti Wardatus Sholehah). (Mirza/Red)

Kobarkan Semangat Mengkaji Kitab Kuning

Kobarkan Semangat Mengkaji Kitab Kuning

nuruljadid.net – Demi mengobarkan semangat cin ta para santri terhadap kitab kun ing, Program Intensif Kajian Kitab (PIKK) Wilayah Al-mawaddah Pondok Pesantren Nurul Jadid mengadakan kegiatan Gebyar Kutubiyah yang bertemakan “Merajut Asa Cinta Kitab Kuning” pada Jum’at (01/03/2019).

Kegiatan yang bertempat di Musholla Wilayah Al-Mawaddah itu mengundang seorang ilmu hadist dan hafidz yakni, Gus Muhammad Al-Faiz . dalam sesi penyajian, beliau menjelaskan dengan detail akan kitab – kitab kuning dan manfaat dari belajar kitab kuning.

Lebih Lanjut, beliau yang berasal dari Pulau Madura itu turut menyampaikan motivasi akan urgentnya bagi seorang santri untuk mengkaji dan memahami kitab kuning di era milenial ini.

Selain itu, tepat pada pukul 13.00 WIB digelar lomba membaca kitab Fathul Qorib yang diikuti oleh 54 peserta yang tersebar di setiap wilayah – wilayah PP. Nurul Jadid. Adapun juri dari lomba wilayah Al-mawaddah mengundang ust senior Ma’had Aly Nurul Jadid.

“Dengan digelarnya kegiatan gebyar Kutubiyah ini, semoga sahabat – sahabat santri al-mawaddah bisa lebih semangat lagi dalam mempelajari kitab kuning,”tutur Pembina PIKK, Ustadzah Siddiqoh saat ditemui disela – sela acara.

“kami sangat bangga atas terlaksananya seminar dan lomba ini, dan kami sangat termotivasi untuk mulai belajar kitab kuning,” ungkap Mirza Ifa Hasan, salah-satu peserta yang berasal dari kabupaten Bondowoso seusai acara. (syhidah,red)