Membuka Cakrawala Berfikir Melalui Studium General

nuruljadid.net – Pagi itu tampak terlihat cerah, sekitar 70 kursi berderetan tertata rapi di Aula II PP. Nurul Jadid. Hal ini tidak lain dalam rangka menggelar kegiatan Studium Generale, Forum Komunikasi Osim (FKO), Biro Pendidikan Nurul Jadid dengan mengangkat tema “Optimalisasi Leaderpreneurship Santri Berprestasi dengan kearifan lokal yang berwawasan global untuk pembangunan berkelanjutan”.

Kegiatan itu mengundang pemateri sekretaris PP. Nurul Jadid, H. Faizin Syamweil, M.Pd dan dihadiri oleh pembina FKO, Hidayaturrahman, Kepala Bidang (kabid) Pengembangan dan Peserta Didik, dan segenap Organisasi Intra Madrasah (OSIM) dari berbagai lembaga di naungan PP. Nurul Jadid, Jum’at (6/3) .

Menurut Ketua Panitia pelaksana, Alif Maulana kegiatan itu bertujuan untuk melatih pengurus baru FKO, mengasah kemampuan dan kepemimpinan dalam berorganisasi, serta untuk menambah ilmu kepemimpinannya dalam berorganisasi.

Selain itu, Pembina FKO, Hidayaturrahman, turut pula mengatakan bahwa kegiatan itu memang sudah dilaksanakan setiap tahun sebagai salah satu bentuk pelatihan kepemimpinan dalam berorganisasi bagi setiap anggota. “FKO ini sudah dilaksanakan setiap tahun yang mana bentuk melatih jiwa kepemimpinan kita dalam berorganisasi. Sebelum saya menjadi pembina di FKO,  saya sudah pernah pengalaman menjadi anggota sejak 2018 saat saya masuk FKO, awal mula di menjadi anggota, saya bukan karena di pilih langsung atau di tes untuk masuk ke FKO, tapi karena saya diajak,” ungkapnya dalam sambutan.

Lanjut rahman, (red : sapaan akrab pembina FKO) berharap agar aktif dalam menjalankan tugasnya dan bisa menjadi FKO yang terbaik tahun ini. “Jadi semua temen – temen yang sudah dilantik jadi pengurus fko saya harap untuk keaktifannya dan juga bisa menjalankan tugas dengan baik. Karena gini ada pepatah mengatakan tidak perlu hebat untuk memulai tapi mulailah untuk menjadi hebat. Dan saya harap fko tahun ini bisa menjadi fko yang terbaik lah seperti itu,” harap pembina fko.

Hal senada, juga tersampaikan oleh kabid pengembangan dan peserta didik, Mujiburrohman, ia menuturkan dengan adanya kegiatan itu melalui studium general, membuka cakrawala berfikir organisator pelajar dan santri untuk berkhidmat pada pesantren dan mengabdi pada pesantren.

 

Pewarta : Badrus

Editor : PM

Mengikat Pikiran, Sikap dan Amal Melalui Bahtsul Masail

nuruljadid.net- Ditengah-tengah peserta bahtsul masail. Kiai Miftahul Arifin menyampaikan ucapan terima kasih atas partisipasi seluruh elemen yang mensukseskan kegiatan bahtsul masail yang diselenggarakan Rabu malam (04/02) di Aula II Pesantren.

Wakil Kepala Biro Kepesantrenan ini dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan bahtsul masail rentetan dari kegiatan menjelang pelaksanaan haul dan harlah Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo.

“Kegiatan bahtsul masail ini merupakan salah satu rangkaian dari beberapa kegiatan untuk menyambut haul dan harlah Pondok Pesantren Nurul Jadid. Meski dalam dua tahun terakhir ini bahtsul masail sempat vakum, Alhamdulillah tahun ini bisa kita laksanakan kembali. Tentu kegiatan bahstul masail harian, mingguan dan bulanan juga berjalan meski tidak seramai ini,” Ucap Kiai Miftah.

“Tidak banyak yang akan kami sampaikan selain terima kasih dan permohonan maaf. Tentu ada hal yang kurang maksimal dari pelaksanaan ini,” Sambungnya.

Sementara Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid KH. Moh. Zuhri Zaini dalam sambutannya menegaskan bahwa bahtsul masail ini merupakan cirri khas dari Pesantren.

“Pesantren tidak lepas dari kajian kitab, terutama kitab kuning. Kalau Pesantren tidak melesatarikan kajian kitab kuning, maka ini tidak sesuai dengan Pesantren yang didirikan oleh para pendahulu-pendahulu kita,” Tegas Kiai Zuhri.

Pengasuh Pondok Nurul Jadid yang ke IV ini menambahkan, tentu bukan hanya pelesatarian hanya sekedar mengenang, namun ada beberapa hikmah yang akan didapatkan, diantaranya: melalui bahtsul masail ini suatu upaya untuk kita selalu mengikat berfikir, bersikap serta beramal dan beraktifitas dengan refrensi syariat. Sebab akhir-akhir ini mulai longgar berpegang kepada syariat. Syariat tidak lagi menjadi acuan dalam berfikir, bersikap dan beramal. Sering menggunakan akal sebegai refrensi yang kita kenal trend liberalisme.

“Bahtsul masail bisa kita laksanakan dengan baik. Seseuai dengan konsep kita. Alhamdulillah, semoga berjalan lancar sampai acara selesai,” Kata Ustadz Misbahul Munir Kabid Tarbiyah Wat ta’lim Biro Kepesantrenan.

 

Pewarta : PM

Tangisan Hiasi Lepas Kenang SMK Full Day Bulugading Jember

nuruljadid.net- Suara hesteris terdengar diruangan Aula SMA Nurul Jadid Paiton, Probolinggo. Saat saudari Assalamah perwakilan dari SMK Full Day Bulugading, Jember memberikan kesan dan pesan pada acara lepas kenang, Rabu sore (04/02).

Bersama instumen musik yang mengiringi, dengan terbata-bata Assalamah menyampaikan kesan dan pesannya dihadapan undangan yang hadir. Dia (Assalamah) mengucapkan terima kasih kepada Pondok Pesantren Nurul Jadid yang telah memberikan banyak ilmu, banyak pengalaman. Awalnya kami tidak banyak mengetahui sesuatu, tapi setelah kami berada disini (Nurul Jadid) kami kaya dengan ilmu dan pengalaman.

Wanita berkaca mata ini menyampaikan kesukaanya berada disini, karena dipertemukan dengan orang-orang yang sangat baik dan selalu mendampingi serta memberikan jalan keluar pada setiap persoalan yang kami hadapi.

“Kami bersyukur sekali dipertemukan dengan teman-teman yang sangat baik. Teman yang selalu hadir setiap dibutuhkan dan memberikan banyak solusi terkait masalah yang kami hadapi,” Sambungnya.

Tangis berganti tawa dan wajah gembira terpancar dari wajah mereka, saat pemutaran film dokumetasi kegiatan mereka selama tinggal di Pondok Pesantren Nurul Jadid. Bahkan para hadirin yang hadir ikut tertawa bahagia pada saat melihat adegan-adegan lucu dari film tersebut.

Lepas kenang diakhiri dengan tukar menukar cindera mata antara Pondok Pesantren Nurul Jadid dan SMK Full Day Bulugading, Jember dilanjutkan dengan foto bersama.

 

 

Pewarta : PM

Ijazah Kitab Kuning, Memelihara Tradisi Pesantren

nuruljadid.net- Salah satu cara menjaga tradisi sanad keilmuan seseorang harus melalui ijazah. Dan ijazah sanad keilmuan merupakan sesuatu yang sangat penting,’Ungkap Usatadz Misbahul Munir.

Pernyataan tersebut diungkapkan setelah selesai mengikuti Dirosah Ilmiah dan Ijazah Kubro Kitab Unwan Taufiq Fi adabit Thoriq oleh Syekh Awad Karim Al-Aqly. Selasa siang (03/02) di Masjid Jami’ Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo.

Kabid Tarbiyah Watta’lim Biro Kepesantrenan ini mengungkapkan kegembiraannya saat Syekh Awad bisa melanjutkan tausyiahnya. dan juga melihat semangat pengurus dan santri dalam mengikuti kegiatan tersebut.

“Kami sempat kaget saat Syekh Awad tidak bisa melanjutkan tausyiahnya, Senin malam (02/03) karena beliau secara tiba-tiba mengeluh sakit. Melalui mutarjimnya beliau meminta maaf dan akan dilanjutkan pada esok harinya (selasa siang). Bahkan pada selasa pagi, kami mendapatkan informasi bahwa beliau tidak bisa melanjutkan. Sebab, kesehatan beliau belum stabil. Rasa syukur saya tidak terhingga saat beliau berkenan untuk memberikan tausyiah lanjutan pada selasa siang pukul 14.00 WIB. Kebanggan saya bertambah pada saat melihat pengurus Pesantren yang semangat sekali mengikuti ijazah kitab unwan taufiq fi adabit thoriq di Masjid Jami’ Pondok kemarin.  Mereka semua menyadari bahwa sanad keilmuan seseorang itu harus jelas sehingga bisa mengantarkan kepada keberkahan sebuah ilmu,” Tegasnya.

Masih menurut mantan kepala madin 2015 ini, santripun juga demikian, mereka sangat antusias dalam mengikuti kegiatan semacam ini. terbukti seribu kitab laris terjual. Saya tidak menyangka akan sebanyak ini. Apalagi penyampaian Syekh Awad sangat memukau, memotivasi dan bahkan membangkitkan semangat para penuntut ilmu agar tidak berhenti belajar. Salah satu ungkapan beliau (Syekh Awad) kita diharapkan mampu meniru dan meneladani ulama-ulama nusantara yang terkenal di seluruh dunia. Mereka dengan kealimannya mampu membuat orang-orang di dunia ini sangat mengaguminya. Diantara ulama Nusantara yang beliau sebutkan adalah: KH. Nawawie Al-bantani, KH. Mahfudz Termas, KH. Yasin Al-Fadani, KH. Hasyim Asy’ari. Ulama ini disebutkan oleh beliau sebagai ulama yang banyak karya-karyanya.

Bahkan tidak cuma itu yang disampaikan oleh Syekh Awad, beliau mengharuskan santri Pondok Pesantren Nurul Jadid menguasai ilmu bahasa arab. Karena dengan seperti itu, maka akan lebih mengetahui secara detail tentang ajaran Islam.

Masih kata Dosen Universitas Nurul Jadid, Alhamdulillah Syekh Awad Karim Al-Aqly tidak hanya mengijazahi kitab unwan taufiq fi adabit thoriq. Namun beliau mengijazahkan seluruh kitab yang ditulis oleh Ibnu Athoillah As-sakandari, penulis kitab hikam. Dan bahkan, beliau melalui ijazahnya memberikan seluruh ilmu yang didapatkan dari guru-gurunya beliau.

Kegiatan ijazah sanad maupun ijazah kitab kuning seperti ini, sangat perlu untuk tetap dilestarikan. Sebagai upaya untuk menjaga tradisi Pesantren,” Kata Ustadz Misbahul Munir diakhir pembicaraannya.

 

 

Pewarta : PM

Meskipun Kesehatan Kurang Fit, Syekh Awad Sempatkan Ijazah Kitab Unwan Taufiq

nuruljadid.net- Terdengar bacaan burdah sangat menggema dari ribuan santri di dalam masjid Pondok Pesantren Nurul Jadid. Bacaan burdah ini dilakukan untuk menyambut kehadiran Syekh Awad Karil Al-Aqly ulama sufi dan musnid berasal dari sudan. Senin malam (02/03).

Nadham yang berisi tentang pujian-pujian kepada baginda Rasulullah SAW merupakan salah satu bacaan yang dibaca acara Pesantren yang ditempatkan di Masjid Jami’ Pondok oleh santri Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Bacaan burdah berhenti, saat Syekh Awad Karim Al-Aqly bersama rombongan memasuki masjid dan menempati tempat yang telah tersedia di dalam masjid.

Pada acara tadi malam, tidak hanya santri aktif yang menjadi peserta daurah ilmiah dan ijazah kubro. Tampak hadir sebagian alumni dan simpatisan, mereka tidak mau ketinggalan untuk mendapatkan ijazah langsung dari beliau.

“Saya ingin mendapatkan barokah juga, meski saya bukan lagi sebagai santri aktif. Kegiatan ijazah seperti ini merupakan salah satu tradisi pesantren yang harus dilestarikan dengan baik,” Kata dia (alumni yang tidak mau disebutkan namanya).

Gus Fayyadl memberikan hantaran sebelum Syekh Awad memberikan tausyiahnya. Direktur Lembaga Pengembangan Bahasa Asing ini, menyampaikan profil singkat Syekh Awad Al-Aqly.

“Beliau (Syekh Awad) adalah keturunanan ahlul bait dari pamanda nabi yang bernama sahabat ‘Aqil bin Abi Tholib bin Abdul Mutholllib,” Ujar Gus Fayyadl

“Kita berharap semoga majelis ini bersamaan dengan ridla Allah. Serta kita bisa menimba ilmu yang barokah dari kehadiaran beliau. Mari kita belajar menyimak terhadap apa yang akan disampaikan oleh beliau,”Sambungnya.

Dengan bahasa arab yang fasih, Syekh Awad memulai tausyiahnya. Pertama: memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT dan sholawat kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW. Pesan pertama yang beliau sampaikan kepada kita yaitu berkaitan dengan sanad. Sanad itu bagian penting dalam agama. Beliau berkenan mengijazahkan setiap ilmu yang beliau dapatkan dari guru-gurunya baik berupa diroyah dan riwayah,” Kata Mutarjim

Beliau melalui penterjemahnya memberikan ijazah bacaan “Allahumma a’inni ala dzikrika wasyukrika wa husni ibadatika” kemudian santri mengucapkan kalimat qobilna. Juga, beliau memberikan ijazah terhadap kitab unwan taufiq fi adabit thoriq. Santripun mengucapkan qobilna (kami menerima).

Acara tidak bisa dilanjutkan sampai selesai, karena Syekh Awad Karim Al-Aqly secara tiba-tiba menyampaikan bahwa kesehatannya sedang terganggu. Dan beliau melalui penterjemahnya memohon maaf dan mengakhiri tausyiahnya dan insya Allah akan dilanjutkan besok hari.

 

 

Pewarta : PM

BKOSS Siap Menggelar FESBAN

BKOSS Siap Menggelar FESBAN

nuruljadid.net – Ahad (01/03/2020) Panitia Festival Sholawat Al-Banjari (FESBAN) se-Jawa Timur yang berada di bawah naungan Badan Koordinasi Olahraga dan Seni Santri (BKOSS) Pondok Pesantren Nurul Jadid Menggelar acara Technical meeting bersama para perwakilan setiap tim dari peserta Al-Banjari.

Didalam acara tersebut membahas tentang tata terbit lomba, hal – hal tentang lagu wajib, mengundi nomor tampil, dan lain sebagainya.

Zainullah Aswi Ketua Harlah dan Haul PP. Nurul Jadid menyampaikan dalam sambutan, dengan dihelatnya FESBAN dapat menyambung uswah Ma’hadiyah antara PP. Nurul Jadid dengan Pondok Pesantren se-Jawa Timur.

“Festival Sholawat Hadrah Al-Banjari ini merupakan kegiatan rutin setiap tahun. Karena kegitan ini merupakan salah – satu kegiatan yang bertujuan untuk menyemarakkan Haul dan Harlah, serta kami berharap momentum ini juga bukan hanya dapat dirasakan oleh internal PP. Nurul Jadid sendiri, akan tetapi eksternal pesantren lain juga dapat merasakan benar – benar merasakan momentum Haul dan Harlah ke 71 ini,” ungkapnya dalam sambutan.

Ust. Ridwan Adi Wijaya saat menjelaskan tata tertib FESBAN

Ust. Ridwan Adi Wijaya saat menjelaskan tata tertib FESBAN

Ditempat yang sama, Ketua Panitia Festival Sholawat Al-Banjari Ridwan Adi Wiyaja turut menyampaikan sambutan, dalam sambutannya. Ia menjelaskan beberapa hal tentang festival yang akan dilaksanakan di Aula Pesantren II itu.

“Lomba FESBAN kali ini cukup berbeda dengan lomba FESBAN tahun sebelumnya. Pertama, kita mengadakan lomba festival selama 2 kali pada tanggal 11 dan 12 Maret 2020. Kedua, pada lagu wajib kita memberikan 2 lagu wajib yang harus dipelajari oleh peserta yang akan diacak nantinya pada hari pelaksanaan sebelum penampilan oleh vocal inti,” terangnya.

“Yang perlu kami sampaikan juga, pada teks lagu wajib yang sebentar lagi akan dibahas. Merupakan referensi yang diberikan secara langsung oleh para dewan juri. Kemudian kami mengevaluasi acara FESBAN dari tahun sebelumnya, pada tanggal pelaksanaan nanti lomba hanya akan dilaksanakan pada malam hari,” pungkasnya.

Pasca sambutan terdapat penjelasan penjelasan tentang tata tertib, dan pengundian nomor tampil oleh panitia FESBAN. Dan sampai berita ini ditulis, pendaftar Festival Sholawat Al-Banjari telah berjumlah 58 tim.

Turut hadir dalam acara tersebut, Kepala BKOSS, KH. Makki Maimun Wafi, dan Wakil Harlah 1, Taufik Hidayah.

Penulis : Ahmad

Editor : Ponirin

KH. Moh. Zuhri Zaini, Hadiri Undangan Isro’ Mikroj P4NJ Kalimantan Barat

nuruljadid.net- Rombongan Pembantu Pengurus Pondok Pesantren Nurul Jadid (P4NJ) Kalimantan Barat bersama simpatisan pukul 10. 00 WIB sudah berada di Bandara Supadio Pontianak, Kalimantan Barat. Mereka menunggu kedatangan Almukarrom KH. Moh. Zuhri Zaini Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo. Keberangkatan beliau dari Bandara Surabayapukul 10. 00 WIB dan tiba di Bandara Supadio Pontianak, Kalimantan Barat pukul 11. 00 WIB, Sabtu pagi (29/02).

“Kedatangan beliau sangat kami tunggu. Kami kangen sekali pada beliau. Bahkan semua alumni disini (Kalimantan Barat) sangat gembira saat beliau (Kiai Zuhri) berkenan menghadiri undangan P4NJ Kalimantan Barat. Maklum, dari sebagian mereka lama sekali tidak bertemu kiai,” Kata Ustadz Arba’in An-Nawawy.

Mantan Kepala Wilayah sunan Kalijogo (D) ini, memberikan informasi kegiatan Kiai Zuhri selama berada di Kalimantan Barat. Saat ini beliau masih berada di rumah tuan rumah yaitu Ustadz Haibari, ba’dah asharbeliau (Kiai Zuhri) berangkat ke lokasi acara untuk mengisi pengajian Isro’ Mikroj pukul 20. 00 WIB di Sungai Malaya Kubur Raya Kalimantan Barat. Sedangkan pada hari ahad tanggal 02 Maret beliau mengisi ceramah agama di Masjid Desa Madu Sari. Dan pada tanggal 02 hari senin beliau mengisi ceramah agama di kediaman Ustadz Alfun Tawandi dilanjutkan ziaroh ke makam Sultan Syarif Abdurrahman Batu Layang pada hari senin tanggal 03 Maret 2020. Setelah itu selesai semua beliau akan kembali ke Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo.

Kedatangan beliau ke Kalimantan Barat, semoga masyarakat disini tercerahkan dan mampu meneladani akhlak beliau,” Sambungnya.

 

 

 

Pewarta : PM

YBS Az-Zainiyah Nurul Jadid, Berbagi Bahagia Bersama Anak Yatim

nuruljadid.net- Wajah gembira nampak jelas terlihat diraut wajah anak yatim. Saat pengurus Yayasan Bantuan Sosial (YBS) Az-Zainiyah tiba dikampung mereka. Kamis (27/02). Mereka telah menunggu beberapa menit kedatangan pengurus YBS Az-Zainiyah untuk memberikan bantuan berupa sembako kepada mereka. Rombongan tersebut terdiri dari Pimpinan YBS Kiai Ahmad Zaky, Ustadz Fathollatif, Ustadz Sholihuddin, Ustadz Fathorrahman dan Ustadz Mas’ud.

Kegiatan sumbangan dor to dor dengan model mendatangi rumah anak yatim secara langsung, ini telah dilaksanakan hampir setahun berjalan.  Sebelum memberikan bantuan dengan mendatangi rumah anak yatim. Kami, Pengurus YBS Az-Zainiyah mendata terlebih dahulu nama-nama anak yatim berikut desa dan dusunnya,’ Kata Ustadz Fathollatif Koordinator Distribusi Bantuan YBS Az-Zainiyah.

Masih kata Kabid Wilayah Biro Kepesantrenan ini, tujuan memberikan bantuan semacam ini, agar ada kepedulian Pesantren terhadap anak yatim dan juga terhadap masyarakat sekitar yang membutuhkan. Banyak sekali anak yatim yang butuh perhatian khusus dari Pesantren. Dan kami hadir dengan niatan agar bisa mengurangi sebagian beban mereka.

Kami memberikan bantuan setiap akhir bulan ke beberapa tempat. Bulan ini, kita memberikan sumbangan anak yatim ke 3 tempat, desa terdekat Pesantren yaitu: Karanganyar dan Sidodadi. Untuk desa karanganyar di bagi 2 tempat, Dusun Tanjung dan Dusun Grinting. Untuk desa Sidodadi satu tempat saja,”Tutur Ustadz Fathollatif.

Pria yang berasal dari Pulau Raas berharap agar adanya bantuan yang diberikan oleh Pesantren melalui Yayasan Bantuan Sosial (YBS) Az-Zainiyah bisa menggugah masyarakat disekitarnya. Bentuk kepedulian itu, harus muncul dari orang yang mempunyai kelebihan materi (harta) supaya bisa bersama-sama meringankan beban mereka.

“Kegiatan dor to dor semacam ini, dilaksanakan setiap akhir bulan. Kita minta do’anya semoga YBS Az-Zainiyah bisa selalu hadir ditengah-tengah anak yatim untuk memberikan bantuan. Kita ingin berbagi bahagia bersama anak yatim,” Sambungnya.

“Terima kasih pak, Semoga Allah membalas kebaikan Pondok Pesantren Nurul Jadid. Dan, mudah-mudahan Pesantren Nurul Jadid selalu diberi kemajuan dan keberkahan,” Ujar Ibu yang tidak mau disebut namanya.

 

 

Pewarta : PM

 

 

“One Month One Juz”, Meskipun Sibuk di Organisasi, Membuat Saya Hafal Alqur’an

nuruljadid.net – Alqur’an merupakan kitab suci umat Islam yang didalamnya berisi tentang petunjuk bagi kehidupan umat manusia. Barangsiapa yang mengamalkan isi alqur’an maka ia akan mendapatkan kebahagiaan hidup, ketenangan hidup, ketentraman hidup dan bahkan akan mendapat kemudahan didalam menjalani kehidupannya. Alqur’an pun sebagai obat bagi seluruh penyakit yang diderita oleh manusia. Baik penyakit dhahir lebih-lebih penyakit batin. Bahkan dengan menghafal alqur’an saja, akan diberi kegampangan didalam menyelesaikan masalah. Apalagi menghafalkan sekaligus mengamalkannya.

Berikut wawancara khusus nuruljadid.net dengan Dokter Hafidzah Alumni Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, dr. Hamidatul Musyarrafah tentang manfaat yang dirasakan menghafal alqur’an. 

 Seberapa lama anda menghafalkan alqu’an?

Saya menghafalkan Al Qur’an sejak tahun 2009  waktu itu kelas 3 SMP NJ akhir  dan alhamdulilah selesai waktu saya kelas 3 MANJ, 3 bulan sebelum  Ujian Nasional. Saya selesai menghafal alqur’an selama 3 Tahun 3 Bulan. Alhamdulillah.

 Bagaimana trik anda menghafalkan alqur’an, waktu berada di asrama PPIQ tahfidz waktu di Nurul Jadid?

Saya tidak punya trik khusus, tapi saya punya target ngafalin One Month One Juz. Dan saya sematkan dalam fikiran saya, sesibuk apapun kegiatan saya di MANJ dan di organisasi saya harus bersama alqur’an paling sedikit 3 Jam sehari. 

Sejak anda menjadi alumni (keluar dari pondok pesantren Nurul Jadid) bagaimana cara anda memelihara hafalan anda?

Semenjak saya keluar dari NJ dan saya kuliah di semarang saya tinggal di Pesantren Mahasiswa di kampus saya (Universitas Islam Sultan Agung Semarang) dan saya murojaah atau mentakrir hafalan saya ke pengasuh pesantren. Dan saya targetkan murojaah saya sehari setengah juz

Banyaknya tugas kuliah, apa hafalan qur’an anda tidak terganggu?

Memang agak terganggu, apalagi kuliah saya di fakultas kedokteran umum. Tapi karena saya tinggal di pesantren dan setelah setahun saya tingal di sana saya diangkat menjadi musyrifah (pengurus pesantren) jadi saya juga berkewajiban mengaji dan saya menjadi coordinator program tahfidz kemudian saya menerima setoran hafalan santri2 (disitu saya sambil  mengingat ngingat hafalan saya) . Jadi sesibuk apapun tugas kuliah saya, saya tidak bisa meninggalkan al qur’an saya. Saya membagi waktu juga untuk hafalan saya sendiri, misalkan sehabis tahajjud dan setelah isya sampek jam 9 (itu waktu saya sendiri untuk mentakrir (mengulang ) hafalan saya. Karena jam 9 ke atas waktu saya untuk belajar dan mengerjakan tugas kampus. Sedangkan kalo jam habis subuh dan ba’da maghrib saya menerima setoran adek2

Apa yang anda rasakan, setelah anda menjadi hafidzah?

Banyak sekali ni’mat yang saya rasakan setelah menghafal, seperti halnya kelancaran berfikir. Sebelum menghafal saya hanya santri yang biasa saja. Tapi setelah saya MANJ waktu itu saya menghafal dapat 6 juz saya banyak di amanahi organisasi (bahkan saat MANJ saya di amanahi 5 organisasi : Osis MANJ, ExCom, Itnasy PPIQ, pendiri Rumah Jamur program IPA MANJ, Ketua Panitia FKS Lumajang ) dan alhamdulilah saya bisa banyak belajar di berbagai organisasi tersebut sehingga saya mengevalusikan diri dan banyak berbenah. Tidak hanya itu bahkan saat saya mau masuk kuliah saya banyak di terima beasiswa salah satunya di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, tapi akhirnya saya memilih kuliah di Fakultas Kedokteran Umum Univ. Islam Sultan Agung Semarang Jawa Tengah (dan saya yakin saya keterima salah satu hal terbesarnya karena barokahnya al qur’an) . tidak hanya sampai di situ setelah setahun saya tinggal di pesantren mahasiswa, saya di angkat menjadi pengurus asrama satu2 nya yg masih semester 3 ( musyrifah lainnya sudah lulus sarjana) , di pesantren tersebut saya mendapat fasilitas yang luar biasa, mulai dari kamar yg luas ada kipas anginnya, tersedianya mesin cuci, makan gratis tanpa antri seperti santri, dan mendapat insentive sejuta per bulan. (ketika kita memuliakan al qur’an insyaallah al qur’an yang memuliakan kita). Sesibuk apapun kegiatan saya di pesantren tapi alhamdulilah saya bisa lulus sarjana kedokteran lebih cepat  selama 3,5 tahun  dan lulus profesi kedokteran (coass) selama 1 tahun 10 bulan ( lagi lagi karena barokahny al qur’an). Seperti yang saya sampaikan di seminar motivasi Program  IPA  MA Nurul Jadid Saya juga mengambil skripsi dengan judul “ Pengaruh Murottal Surah Yassin Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Stroke” dan hasilnya memang berpengaruh  terhadap tekanan darah pasien stroke sehinga tekanan darah bisa lebih turun. Sebab membaca atau mendengarkan surah surah Al Qur’an bisa mempengaruhi otak kita (Hipotalamus) sehingga otak kita menstimulasi hormone endorphin (hormone kebahagiaan) lalu mempengaruhi saraf parasimpatis kita menyebabkan denyut jantung kita lebih stabil dan tubuh kita terjadi relaksasi sehingga hati kita bisa menjadi lebih tenang. Sesuai dengan firman allah

وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٞ وَرَحۡمَةٞ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارٗا

Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zhalim (Al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian. (Q.S Al-Isra'[17]: 82).

 

 

Pewarta : PM

 

Mantapkan skill Wali Asuh dengan Sharing STIFIn

Mantapkan skill Wali Asuh dengan Sharing STIFIn

nuruljadid.net – Dalam rangka memantapkan skill Wali Asuh akan materi STIFIn Wilayah Al-Mawaddah, Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo. Mengadakan Pelatihan Kewaliasuhan yang bertempat di Dalem Pemangku Al-Mawaddah lantai 2. Kamis, (27/02/2020).

Acara tersebut dihadiri oleh seluruh wali asuh wilayah Al-Mawaddah. Ustadzah Millatul Wildan dan Ustadzah Rif’atul Afifah Salsabila sebagai Penyaji begitu antusias menyampaikan materi STIFIn yang disimak dengan khusyuk oleh seluruh wali asuh.

Wilayah Al-Mawaddah merupakan satu-satunya dari beberapa wilayah santri putri di PP. Nurul Jadid yang mewajibkan seluruh santrinya untuk mengetahui kepribadian diri dengan tes STIFIn. Maka tak ayal, di Al-Mawaddah seluruh santri diperlakukan sesuai kepribadiannya. Karena semua santri memiliki kekurangan, kelebihan, dan serta penanganan yang berbeda.

Ustadzah Millatul Wildan (paling kanan) saat menyampaikan materi didepan para wali asuh

Ustadzah Millatul Wildan (paling kanan) saat menyampaikan materi didepan para wali asuh

“Pelatihan ini sangat bermanfaat bagi wali asuh agar dapat membaca pola anak asuhnya masing – masing sehingga dapat menanganinya lebih maksimal,” ungkap Ustadzah Rifa kepada para Wali Asuh disela – sela pematerian berlangsung.

Lanjut beliau, santri yang berasal dari Kabupaten Jember itu berharap setelah mengikuti pelatihan tersebut segenap wali asuh bisa langsung mempraktekkan ilmunya dalam keseharian.

Dilain tempat, Ustadzah Ega Qotrina selaku koordinator Bimbingan Konseling dan Wali Asuh menyampaikan bahwa kegiatan tersebut akan menjadi kegiatan rutin oleh Divisi BK WA.

“STIFIn itu sudah sangat rinci dalam menjelaskan kepribadian seseorang. Jika kita ingin anak asuh kita lebih baik maka wali asuh harus bisa memahami karakter dan kepribadiannya. Tentu itu akan sesuai dan tidak ada ganjalan maupun gesekan hati dari para wali asuh dan anak asuh. Agar saling mengerti akan kepribadian masing-masing dan tidak keliru bertindak serta memberi pendampingan,” tutur Ustadzah Ega Qotrina.

Penulis : Dewi

Kalian Orang Hebat, Bisa Mengabdi di Pesantren

nuruljadid.net- Suasana cukup meriah, saat Pembina Panji Pelopor Ustadz Dimas Eko Cahyono membacakan Surat Keputusan (SK) Pesantren terkait pengangkatan pengurus Panji Pelopor 2020-2021 pada acara pelantikan Panji Pelopor jilid IV bertempat di Aula Pesantren I Pondok Pesantren Nurul Jadid, Selasa siang (26/02), pukul 12. 30 WIB.

Bahkan tepuk tangan pun, tak dapat dikendalikan oleh para pengurus Panji Pelopor demisioner, termasuk diantaranya mantan ketua Panji Pelopor periode 2019-2020. Dia berkata “ Ya, dari begitu bangganya, mereka bertepuk tangan cukup keras sekali. Lihat saja wajah mereka begitu berbunga-bunga,” Ucap Mannan.

Wajah ceria juga tampak terlihat dari Kasubbag Protokoler Ustadz Bashori Alwi. Beliau sesekali melempar senyum manisnya, saat terikan Panji Pelopor Hebat terungkap dari peserta yang hadir pada acara pelantikan kemarin.

“Tidak ada yang bisa saya katakana hari ini, selain kata bangga melihat antusiasme Panji Pelopor di ruangan ini,” Kata Ustadz Bashori Alwi.

Saat KH. Hefny Rozak memberikan pengarahan sekaligus motivasi, suasana sangat hening. Para Panji Pelopor mendengarkan dengan khusyu’ tausyiah beliau. Kiai murah senyum ini sesekali melempar senyumnya saat melihat Panji Pelopor. Mungkin saja, karena beliau sangat bangga melihat calon pemimpin masa depan tersebut.

Dalam pengarahannya, Ketua Lembaga Motivasi Nurul Jadid ini menyampaikan, kesempatan mengabdi di Pesantren hanya diberikan kepada orang-orang hebat. Pondok Pesantren Nurul Jadid mempunyai ribuan santri, tapi hanya 200 orang yang terpilih. Ini menandakan bahwa kalian adalah orang hebat.

“Kalian ini termasuk orang yang sangat luar biasa, orang hebat, karena terpilih menjadi pengabdi (Panji Pelopor) tanpa menggunakan uang sepersenpun. Mau menjadi kepala desa saja, ratusan ribu uang harus dikeluarkan, apalagi mau menjadi presiden. Sedangkan anda, menjadi Panji Pelopor atau engabdi di Pesantren tempat mencetak orang yang beriman dan berilmu, tidak bayar,” Sambung Kiai Hefny.

Lagi-lagi tepuk tangan Panji Pelopor menggaung di acara ini, saat mendengar pengarahan dari Kiai Hefny.

Tidak hanya Panji Pelopor yang ikut dengan seksama mendengarkan pengarahan tersebut, tapi WKM Humasy sekolah mengikuti acara hingga selesai.

“Alhamdulillah, saya bisa ikut menyaksikan pelantikan Panji Pelopor. Dan juga mendengarkan tausyiah sekaligus motivasi dari Kiai Hefny,” Ujar Ustadz Rosyidi Abdurrasyid WKM Humas MTs Nurul Jadid.

 

Pewarta : PM

Panji Pelopor Sebagai Wahana Kaderisasi

nuruljadid.net- Selasa, 25 Pebruari 2020 Panji Pelopor Jilid IV akan dilantik oleh Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Jadid. Tempatnya di Aula Pesantren I pada pukul 13. 00 WIB.  Organisasi ini terbentuk di Pesantren empat tahun yang lalu atas inisiasi Kepala Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Abdul Hamid Wahid.

Dalam perjalanannya, Organisasi Panji Pelopor mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Menjadi organisasi kader di Pesantren, Panji Pelopor telah berkontribusi sangat baik terhadap Pesantren, terutama membantu untuk mensukseskan kegiatan-kegiatan di Pesantren,’Kata Ustadz Bashori Alwi Kasubbag Protokoler.

Organisasi Panji Pelopor merupakan gabungan siswa dari delegasi perlembaga yang ada d bawah naungan Nurul Jadid, “Sambungnya.

sementara, Pembina Panji Pelopor Ustadz Dimas Eko Cahyono mengatakan di pelantikan Panji Pelopor nanti akan diberikan tausyiah kepesantrenan semacam ruhul jihad agar mereka bekerja membantu pesantren bukan karena keterpaksaan tapi keterpanggilan hati karena ingin mengabdi.

Organisasi ini tidak hanya selesai dibentuk tapi harus ada pengawalan dan pembinaan secara berkesinambungan. Dengan itu, visi Kepala Pesantren berkait terbentuknya Panji Pelopor ini bisa terwujud,” Ungkap Ponirin Mika Kasubbag Humas dan mantan Pembina Panji Pelopor jilid II dan III.

Untuk Panji Pelopor periode 2020-2021 sebanyak 200 peserta terdiri dari putera 100 orang dan puteri 100 orang. Sejumlah ini bisa kita bagi dalam bertugas sesuai dengan kepentingan dan satuan tugas Panji Pelopor,” Tegas Ustadz Bashori Alwi.

Masih kata, Mahasiswa Program Doktoral di IAIN Semarang Jurusan Falak ini, Panji Pelopor harus menjadi organisasi penggerak ditingkat santri yang sebaya, agar mereka (santri) mempunyai semangat untuk menjadi abdi yang professional di Pesantren. Sebab, Pesantren Nurul Jadid juga mengajarkan bagaimana santrinya mempunyai kesadaran berorganisasi yang handal. Di Pesantren Nurul Jadid tidak hanya mengajarkan santrinya untuk mendalami ilmu agama semata, melainkan ada wadah menempa diri untuk menjadi seorang organisator yang cakap dan terampil,” Sambung Ponirin Mika

Pria berkaca mata ini melanjutkan pernyataannya, “Panji Pelopor merupakan wahana kaderisasi santri, organisasi tersebut mendapatkan pembekalan wawasan tentang kehumasan dan keprotokoler melalui pelatihan-pelatihan berbentuk in job training maupun of the job training. Kita telah bekerjasama dengan Humpro Pemda Kabupaten, Probolinggo dalam hal pengisi materi keprotokoleran. Dengan akan dilantiknya 200 Panji Pelopor saat ini, besar harapan kami, agar mereka melaksanakan tugasnya secara maksimal, panca pelatikan nanti.

Pewarta : PM

Makna Perjuangan dan Silaturrahim

nuruljadid.net- Sabtu, 15 Februari 2020, menjadi momentum yang penuh berkah bagi para alumni Pondok Pesantren Nurul Jadid (Ponpes NJ), yang tinggal di sekitar Jabodetabek Banten. Hari itu, bertempat di rumah Ahmad Iman, Cakung, Jakarta Timur, rawuh salah satu keluarga besar Ponpes NJ, yaitu KH. Najiburrahman Wahid atau yang akrab disapa Kiai Najib. Beliau hadir di tengah-tengah alumni sebagai narasumber Pengajian Kitab Syu’abul Iman, buah karya KH. Zaini Abdul Mun’im, sekaligus untuk memberikan tausyiah dan bersilaturrahim.

 Makna Perjuangan

Pada kesempatan tersebut, Kiai Najib bercerita tentang makna di balik ajakan ayahandanya ke acara-acara pengajian.

“Waktu masih kecil saya sering dibawa oleh abah (KH. Abd. Wahid Zaini, red) ke acara-acara pengajian, di mana setelah saya dewasa sekarang, saya baru faham maksudnya. Ternyata saya diperkenalkan tentang bagaimana arti perjuangan dan memahami situasi dan kondisi masyarakat,” tutur Kiai Najib mengawali tausyiahnya.

Selain dari ayahandanya, seringkali Kiai Najib diminta mewakili pamanda KH. Moh Zuhri Zaini ke berapa acara. Semula Kiai Najib merasa kurang pantas. “Saya masih merasa muda, belum tepat dan pas saya mewakili beliau,” lanjutnya.

Namun karena yang meminta adalah Kiai Zuhri, dan telah ada pesan jelas bahwa yang tinggal di Ponpes NJharus siap dan aktif membantu pesantren, akhirnya Kiai Najib tidak dapat menolak.

 Setelah beberapa waktu mengikuti ajakan ayahanda dan menjalankan tugas dari pamanda, Kiai Najib memperoleh banyak pelajaran. “Sungguh ternyata banyak pelajaran atau hikmah,” ujarnya.

“Setelah saya melakukan itu, saya bisa tahu seperti apa sebenarnya kondisi alumni dan wali santri. Tak sedikit dari mereka yang datang atau mengikuti acara itu bukan dari kalangan yang mampu. Tapi karena berangkat dari keinginan yang besar, sehingga merea berusaha, seolah-olah memaksakan diri untuk berbuat hal yang baik, seperti menghadiri acara pengajian dan atau memondokan anaknya ke Nurul Jadid,” tambah Kiai Najib.

 Di sisi yang lain, lanjut Kiai Najib, ada hikmah yang mengajarkan padanya bahwa tidak boleh menjadi generasi penerus yang hanya menikmati fasilitas yang ada. Karena leluhurnya adalah para perintis dan pejuang. Karena itu, jangan sampai hanya menjadi generasi penikmat,yang kalau diteruskan, maka tidak menutup kemungkinan akan menjadigenerasi perusak, yang hanya menjual nama baik leluhur.

 Pernyataan Kiai Najib tersebut seolah menyadarkan para audien terhadap mutiara hikmah dari Kiai Zaini, yaitu orang yang hidup di Indonesia kemudian tidak melakukan perjuangan, dia telah berbuat maksiat. Orang yang hanya memikirkan masalah pendidikannya sendiri, maka orang itu telah berbuat maksiat. Kita semua harus memikirkan perjuangan rakyat banyak.

 “Makanya cita-cita Kiai Zaini itu tidak hanya ingin mencetak santri menjadi kiai, tapi santri yang aktif berjuang di tengah-tengah masyarakat,” tegasnya.

 Makna Silaturrahim

Pada kesempatan yang berbahagia itu, Kia Najib juga menyampaikan makna silaturahim. Menurut beliau, setiap majelis silaturahim minimal memiliki tiga nilai penting. Pertama, ada nilai yang mengingatkan akan pentingnya bersedekah.Karena bisa saja di antara yang datang itu berasal dari keluarga yang tidak mampu, sehingga (melalui sedekah, red) silatrahim itu dirasakan manfaatnya.

 Kedua, mengajak kepada hal yang ma’ruf, sehingga pertemuan itu seperti taman surga. “Karena Rasulullah pernah berpesan kepada para sahabat, jika kamu ketemu dengan taman surga maka singgahlah. Lalu sahabat bertanya, apa taman surga itu ya Rasulullah? Nabi menjawab, sebuah majelis di mana di situ ada dzikir kepada Allah, dan ingat kepada ajaran Allah,” jelasKiai Najib.

 Ketiga, mendamaikan perselisihan antarsesama manusia. Terkait hal ini, Kiai Najib punya cerita tentang dua orang yang saling bermusuhan dalam urusan politik.

 “Tapi ketika bertemu pada sebuah forum silturrahim keluarga, ternyata mereka menjadi ishlah, karena dipertemukan garis keturunannya melalui forum pertemuan tersebut. Inilah hikmah atau nilai ketiga daripada adanya silaturrahim. Bisa juga (silaturahim, red) bermakna mensinergikan potensi yang berbeda-beda,” pungkas Kiai Najib.*

 

 

Pewarta : Noer Yadi Izzul

Sambung Rasa di Pengajian Kitab Syu’abul Iman

nuruljadi.net-Sabtu, 15 Februari 2020, salah satu rumah di Cakung, Jakarta Timur, nampak ramai. Beberapa lelaki dan perempuan yang mengenakan busana muslim terlihat berdatangandan bersalaman. Di antara mereka ada yang membawa momongan, ada pula yang datang sendirian. Mereka saling bertegur sapa, tukar cerita,dan bercanda ria sambil menikmati secangkir kopi hitam dan aneka kudapan.Di antara mereka ada yang bertanya seputar aktivitas terkini, jumlah keturunan, saling mendoakan atas kebaikan, dan atau sekedar mengenang masa-masa belajar di Pondok Pesantren Nurul Jadid (Ponpes NJ), Paiton Probolinggo.

Pada Sabtu yang cerah itu, para alumni Ponpes NJ yang bermukin di sekitar Jabodetabek Banten sedang mengadakan pertemuan yang dibalut dengan Pengajian Syu’abul Iman, yaitu kegiatan mengaji kitab yang memuat bait-bait tentang cabang-cabang iman, buah karya Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Zaini ‘Abdul Mun’im.

 Tepat pukul 11.30 WIB, salah satu alumni bernama Abdul Majid, memimpin tahlil yang dikhususkan untuk Pendiri dan Masyayikh Ponpes NJ. Para alumni lainnya khusyuk mengikuti irama tahlil yang cepat dan kompak.

 Usai pembacaan tahlil, sebagian alumni bersegera menunaikan ibadah sholat dan makan siang (Ishoma). Selanjutnya mereka segera berkumpul di dalam rumah, di mana pertemuan antaralumni bersama nara sumber Kitab Syu’abul Iman, yaitu KH Najiburrahman Wahid atau Kiai Najib, diselenggarakan.

 Dari dalam rumah itu, lamat-lamat terdengar Qosidah Tawasul Pendiri Ponpes NJ disenandungkan. Iramanya enak didengar, dan merasuk ke relung jiwa para alumni yang telah lama tak mendengarnya.

 “Pertemuan ini bagaikan oase bagi kita,” ujar Ahmad Im’an, tuan rumah yang didapuk untuk menyampaikan sambutan.“Karena itu, saya sangat bersyukur atas kehadiran teman-teman pada Pengajian Kitab Sy’abul Iman yang diampu oleh KH. Najiburrahman Wahid,” pungkasnya.

 Hal senada disampaikan Nasrul Umam Syafi’i, Ketua P4NJ Jabodetabek Banten. Menurut lelaki asal Tuban ini, kegiatan mengaji kitab sangat penting untuk menjaga silaturahim. Karena itu, ia bertekad akan menjadikan pengajian kitab ini sebagai kegiatan rutin 3 bulan sekali.

 Sementara Anas Nasihin, salah satu alumni yang kini bermukim di perbatasan antara Depok dan Tangerang Selatan, mengatakan bahwa Pengajian Kitab Syuabul Iman dapat diartikan sebagai tabarukan dan sambung rasa, baik antaralumni di sekitar Jabodetabek Banten, dan terutama dengan Pendiri dan Masyayikh Pondok Pesantren Nurul Jadid.

 Menanggapi hal tersebut, Kiai Najibyang didaulat sebagai nara sumber Pengajian Kitab Syu’abul Iman, menyatakan bahwa ada banyak nilai yang terkandung dalam pertemuan ini. Salah satunya adalah mendamaikan perselisihan antarsesama manusia.

 Terkait hal tersebut, Kiai Najib bercerita tentang sebuah kejadiandi mana dua orang yang saling bermusuhan dalam urusan politik, akhirnya islah setelah bertemu pada sebuah forum silturrahim keluarga. Mereka terkejut karena baru sadar bahwa sesungguhnya mereka masih bersaudara.

 “Akhirnya mereka ishlah. Inilah hikmah atau nilai positif darisilaturrahim ini, dan dapat pula bermakna mensinergikan potensi yang berbeda-beda,” pungkasnya.

Sementara itu, Saiful Anwar, salah satu alumni yang dulu pernah bersekolah di MAK Nurul Jadid angkatan III, mengatakan bahwa ia sangat bersyukur dapat menghadiri Pengajian Kitab Sy’abul Iman. Selain dapat mengingatkannya pada sosok guru yang yang amat ia kagumi, yaitu KH Abd. Wahid Zaini yang nota bene merupakan Ayahanda Kiai Najib, ia juga dapat bertemu dengan beberapa alumni lainnya yang selama ini susah dijumpai karena padatnya aktivitas di rimba raya Jakarta.

 “Bahkan dengan Im’an itu, baru kali ini saya bertemu selama berada di DKI Jakarta,” ujarnya.*

 

Pewarta : M. Adib Minanurokhim

Podium Juara Bahasa Arab Dikuasai Santri Nurul Jadid

Podium Juara Bahasa Arab Dikuasai Santri Nurul Jadid

nuruljadid.net – Podium Pemenang Juara Pidato Bahasa Arab pada Event MBI Big Fair 11 di PP. Amanatul Ummah, Pacet, Mojokerto. Santri Pondok Pesantren Nurul Jadid berhasil memborong Juara Satu, Dua, dan Tiga. Selasa (18/02/2020).

Juara 1 didapatkan oleh Mohammad Sonhaji, santri sekaligus siswa MTs Nurul Jadid kelas 8 Program  Badan Pembinaan Khusus (BPK). Juara II oleh Novisintia, siswi SMP Nurul Jadid kelas 8 Program Bahasa Arab. Dan Juara III oleh Ifa Auliya, siswi SMP Nurul Jadid kelas 8 Program Bahasa Arab.

Sebagai Juara I, Mohammad Sonhaji berpidato tentang Pemuda muslim yang Ideal, begitu pula dengan Novisianti. Tapi lain halnya dengan Ifa Auliyah ia berpidato tentang Pemuda dalam Agama Islam.

Mohammad Sonhaji, saat mengikuti lomba

Mohammad Sonhaji, saat mengikuti lomba

Menurut penuturan pendamping dari kontingen SMP Nurul Jadid, A. N Syaqiful Anam, walaupun ditentukan oleh para juri akan judul yang ingin disampaikan. Para santri tersebut tidak gentar sama sekali

“Alhamdulillah bangga, meskipun kesehatan anak – anak terganggu akibat cuaca yang ekstrem sampe 9°C. Mereka masih memberikan yang terbaik,” ungkapnya dengan bangga.

Selain itu, Muhammad Sonhaji merasa tidak menyangka bisa menjadi juara 1 lomba pidato tingkat Jawa Timur itu. “Ya… pastinya bangga sekali sudah bisa membawa mengharaumkan nama Pondok Pesantren Nurul Jadid, lebih lebih nama sekolah di ajang MBF ini. gak nyangka juga, bisa dapat juara 1 di event yang sangat bergengsi tersebut. ya alhamdulillah,” ungkap dengan haru.

Penulis : Ahmad

Editor : Ponirin