Ra Imdad : Tahun Baru Yang Terpenting Bukan Pada Perayaannya, Tetapi Pada Pemaknaannya

nuruljadid.net – Kepala Biro Pendidian Nurul Jadid, Kiai Mohammad Imdad Robbani yang akrab disapa Ra Imdad diundang untuk menjadi pembicara pada acara Refleski Akhir Tahun 2022 dengan tema yang bertajuk “Moralitas Santri dalam Perspektif Panca Kesadaran Santri”. Acara tersebut digelar tepat pada hari Sabtu (31/12/2022) malam tahun baru 2023 oleh Pomas (Pondok Mahasiswa) Unuja.

Dalam acara tersebut, Ra Imdad mengupas tema dengan baik walaupun beliau baru mengetahui tema yang akan dibahas pada saat tiba di lokasi acara. Beliau memulai materinya dari pemaknaan akhir tahun. Dimana menurut beliau, pergantian tahun itu sama dengan pergantian bulan, pergantian hari, pergantian jam, dan pergantian menit. Artinya momentum pergantian tahun dari bulan Desember ke Januari secara historis, bagi kita itu tidak bermakna apapun. Namun yang penting bagi kita adalah bagaimana kita memaknainya.

“Kalau berbicara pemaknaan, berarti yang penting itu bukan hanya tahun, tapi pergantian bulan, minggu, hari, menit, detik setiap saat itu penting. Jadi pergantian tahun masehi ini yang penting bukan terletak pada perayaannya, tapi pemaknaannya,” terang beliau.

Kemudian Ra Imdad menerangkan makna refleksi itu dengan “merenung sejenak”. Dalam artian kita bisa memikirkan apa saja yang telah kita lakukan selama satu tahun, dua atau beberapa tahun sebelumnya. Tetapi tidak hanya sekedar memikirkannya saja, namun juga harus mengevaluasi apa yang telah terjadi dengan berbenah diri, memanfaatkan waktu hidup kita dengan hal yang bermanfaat.

“Jadi kalau kita di waktu-waktu yang telah berlalu terbiasa menggunakan akal kita untuk hal-hal yang tidak berguna, itu hentikan,” ungkap Ra Imdad.

 (Sesi Pematerian tema acara Refleksi Akhir Tahun oleh Gus Imdad selaku pemateri bersama dengan Ustadz Alif Hidayaullah sebagai moderator)

Lebih dalam lagi, Ra Imdad melanjutkan pembahasan tema dengan menjelaskan makna tingkatan panca kesadaran santri.

Agama itu dasarnya adalah kepatuhan kepada Allah SWT dan kepada Rasullullah SAW., sedangkan semua ilmu bagi seorang muslim itu orientasinya selalu bersifat ketuhanan. Oleh karena itu. Panca Kesadaran Santri ini bersifat hirarkis, bertingkat. Mulai dari kesadaran beragama dulu, berilmu, berbangsa dan bernegara, bermasyarakat dan terakhir kesadaran berorganisasi. Itulah mengapa sebabnya kesadaran beragama dalam Panca Kesadaran Santri diletakkan di posisi pertama.

Kesadaran beragama, Ra Imdad melanjutkan, adalah kesadaran universal yang menjiwai, mengorientasikan dan mengarahkan yang ada dibawahnya. Jadi agama itu paket lengkap. Semua yang ada pada diri kita sebagai manusia, itu ada petunjuk penggunaannya dalam agama.

Hal itulah yang membuat Pondok Pesantren Nurul Jadid ini mewajibkan santrinya agar lulus Furudul Ainiyah (FA) baik di tingkat lembaga rendah, hingga perguruan tinggi sekalipun. Sebab FA itu adalah modal dasar yang harapannya nanti kita jangan sampai merasa selesai dengan apa yang telah kita ketahui. Jadi kita perlu secara sadar dan kontinyu berpikir bagaimana kita bisa terus meng-upgrade level pemahaman, penghayatan, dan pengamalan FA ke tahap selanjutnya.

Seusai sesi pematerian, moderator mengawal sesi tanya jawab dengan audiens, peserta mengikuti dan beberapa aktif bertanya seputar tema yang diusung malam itu. Setelah kurang lebih 2 jam, acara dikahiri dengan sesi foto bersama Ra Imdad.

 

 

(Humas Infokom)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *