Pos
Yayasan Salafiyah Kajen Pati Jateng Berkunjung Ke PP. Nurul Jadid
nuruljadid.net- Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo kedatangan tamu dari Yayasan Kajen, Pati, Jawa Tengah dalam rangka melakukan rihlah ilmiah (study banding), Rabu (23/10) pukul 09.00 WIB. Sebanyak 175 peserta study banding dari yayasan tersebut, yang terdiri dari pengurus yayasan dan sekolah.
Pondok Pesantren Nurul Jadid menempatkan acara seremonial dan dialog di AULA Pesantren, yang diikuti oleh seluruh peserta study bunding. Tampak hadir di acara seremonial ini, sekretaris yayasan, sekretaris pesantren serta seluruh kepala-kepala sekolah yang dilingkungan Pondok Pesantren Nurul Jadid.
Dalam sambutannya KH. Ghufron Halim mengatakan,” tujuan rihlah ilmiah ini untuk menambah wawasan agar bisa bisa mengembangkan yayasan salafiyah kajen, semakin lebih baik.
“Nurul Jadid salah satu pesantren yang menjadi pilihan rihlah ilmiah ini,” Sambungnya.
Sekretaris Yayasan Nurul Jadid, KH. Hefny Rozak mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan oleh yayasan salafiyah kajen, sehingga Nurul Jadid dijadikan pilihan kegiatan rihlah ilmiah ini.
Selanjutnya kiai Hefny menjelaskan sekilas selayang pandang Pondok Pesantren Nurul Jadid dan dilanjutkan yang di pimpin sekretaris pesantren H. Faizin Syamwil.
Setelah dialog peserta dibagi perlembaga untuk melakukan study banding kelembaga dilingkungan Pondok Pesantren Nurul Jadid.
Pewarta : PM
Menanamkan Ruhul Jihad di Kegiatan HSN
nuruljadid.net- Hari Santri Nasional menjadi momentum kebangkitan santri dalam mengambil dan menjalankan perannya sebagaimana dahulu menjadi pelopor kemerdekaan,” Ungkap Ketua Panitia Kegiatan HSN, Ustadz Moh. Naim
Kegiatan HSN ini bukan hanya sekedar upacara belaka, tapi menanamkan semangat ruhul jihad untuk mengawal NKRI. Saya sangat bangga, sekalipun dengan kesederhanaan, keterbatasan dan cuaca yg cukup terik, namun tidak menghilangkan ke khidmatan acara,” Sambung Ustadz Naim.
Tampak hadir pada upacara dari unsur keluarga besar Pondok Pesantren Nurul Jadid dan seluruh dosen, dewan guru dan karyawan Nurul Jadid.
Kegiatan peringatan HSN dimulai sejak pukul 08.00 WIB – 11.00 WIB. Alhamdulillah kegiatan peringatan HSN berjalan lancar sesuai harapan. Ungkap Humas Pesantren Nurul Jadid, Ponirin Mika.
Pewarta : PM
Menyambut HSN, SMKNJ Unjuk Gigi Hasil Karya Siswanya
nuruljadid.net- Kita promosikan hasil karya siswa perjurusan di hari bersejarah ini (HSN) sebagai bentuk apresiasi sekolah kepada siswanya. ada beberapa produk yang kita promosikan diantaranya abon, keterampilan menjahit, desain dan beberapa produk siswa lainnya, hal ini di ungkapkan oleh Kepala SMK Nurul Jadid Ustadz Abdul Manaf Firdaus, M.Pd.
Promosi melalui bazar ini sangat di gandrungi oleh masyarakat dan walisantri yang betkunjung ke Pondok ini, Lanjut Ustadz Manaf.
Berdasarkan hasil pengamatan infokom Nurul Jadid, memang bazar produk siswa SMKNJ ini sangat banyak dikunjungi oleh santri dan beberapa madyarakat sekitar.
“Kami memberikan ruang untuk mempromisikan hasil produk siswa kami, agar mereka tambah semangat berkarya,” Ungkap WKS Sarana Orasarana, Ustadz Fifin.
Pewarta : PM
Santri I’dadiyah Putra, Praktik Thaharah di Pantai Gerinting
nuruljadid.net : Santri I’dadiyah putra Pondok Pesantren Nurul Jadid, jum’at pagi (04/10) mengadakan kegiatan praktik thaharah di Pantai Gerinting. Kegiatan tersebut dimulai pada pukul 08.00 WIB hingga 10.00 WIB. Bapak Fathollatif selaku Kepala Bidang Wilayah menuturkan adanya kegiatan praktik thaharah ini.
“ Kegiatan praktik ini sebagai tindak lanjut dari materi yang disampaikan di asrama. Praktik langsung itu merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diberikan kepada mereka (santri I’dadiyah). Karena banyak dari mereka paham materi tetapi praktik banyak yang keliru. Dan materi praktik itu setiap bulan dilaksanakan dengan tempat yang berbeda,” Ungkap Ustadz Fathollatif
Sebanyak 165 santri I’dadiyah yang mengikuti kegitan praktik thaharah ini. Ini dilaksanakan upaya untuk memberikan pembekalan dan pemahaman yang benar terhadap cara berthaharah. Dan kali ini praktik wudhu yang benar. Dan untuk mengawal AKu Pesantren,’ Sambungnya.
Pewarta : PM
Santri Husada Bimbing Santri Berpola Hidup Sehat
nuruljadid.net- Klinik Az-zainiyah Pondok Pesantren Nurul Jadid mengadakan Pemeriksaan dan Promosi Kesehatan santri, Pengurus, Guru, Dosen, Karyawan, dan Keluarga Pengasuh PP. Nurul Jadid. Sejak tanggal 01 September – 22 Oktober 2019.
Pada kali ini, Ahad Malam (28/09/2019). Kegiatan Pemeriksaan santri tersebut bertempat di wilayah Nurus Shobah (H). Muhammad Isa Al Furqony Ketua Pos Kesehatan Santri (POSKESTREN) menuturkan kegiatan tersebut diselenggarakan juga untuk memeriahkan Hari Santri Nasional 2019.

Santri Husada saat menjelaskan pola hidup sehat kepada santri Wilayah Nurus Shobah
“Kegiatan Pemeriksaan dan Promosi Kesehatan ini dilaksanakan untuk mengajarkan kepada para santri sekalian tentang apa itu pola hidup sehat dan cara berpola hidup sehat,” ungkapnya dalam sambutan
Searah dengan hal itu, Ust. Muhammad Fikri Haikal Kepala Wilayah Nurus Shobah (H) berharap pasca diselenggarakannya kegiatan tersebut santri PP. Nurul Jadid khususnya santri wilayah Nurus Shobah bisa mengimplementasikan hal – hal yang telah didapat di kegiatan tersebut.
“Kami berharap kegiatan ini bisa menumbuhkan rasa hidup sehat, bersih dan mandiri para santri sehingga santri tidak mudah sakit,” Ujar Mahasiswa Universitas Nurul Jadid itu.
Adapun materi yang disampaikan dalam kegiatan yang dimulai pada pukul 20:00 WIB tersebut ialah tentang pola hidup sehat serta cara membasuh tangan dan menyikat gigi yang baik yang dipandu langsung oleh Santri Husada.
Penulis : Jazuli
Editor : Ponirin
Biro Kepesantrenan Laksanakan Ujian Kaderisasi Wali Asuh
nuruljadid.net- Demi meningkatkan mutu calon pengurus wilayah baru, Biro Kepesantrenan Kabid (kepala bidang) Penataan Wilayah menggelar tes kaderisasi Wali asuh tahun 2020 di bawah kepemimpinan Ustad Fathol Latif, Kabid penataan Wilayah bersama Ustad Sulton selaku wakil Kabid Penataan Wilayah. Kegiatan ini bertempat di masjid Jami’ Nurul Jadid. Selasa Malam (24/09/2019).
Sebanyak 70 Calon wali asuh dan pengurus baru di uji dengan beberapa tahapan dan pengujian dalam pemahaman materi Furudhul Ainiyah (FA) yang mencakup 5 materi (Al Qur’an, Fiqih, Tauhid, Akhlak dan kepesantrenan).
Ust Fathol Latif menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu langkah awal dari pengkaderan calon pengurus dan wali asuh tahun 2020, dengan melalui tes materi-materi Furudhul Ainiyah (FA) yang langsung diuji oleh 7 pengurus senior, seusai kegiatan tes kompetensi nantinya akan di laksanakan follow up (kegiatan lanjut) Pengkaderan sebelum dilantik menjadi wali asuh dan Pengurus di 13 Wilayah Pusat Pesantren,” Tegas beliau.
“Tujuan diadakannya ke tes kompetensi ini untuk lebih memantapkan pemahaman kepada 70 calon pengurus dan wali asuh di tahun 2020,” Imbuh ustad fathol panggilan akrab beliau.
Menjadi wali asuh atau pengurus di wilayah maupun di pesantren merupakan pengabdian yang sangat mulia di kalangan para santri, tentunya sebagai wali asuh harus memiliki pemahaman yang lebih dari para santri yang lain.
Penulis : Ns
Editor : Ponirin Mika
Siswa MANJ, Tampilkan Puisi Musikalilsasi di Acara Talk Show
nuruljadid.net – MA Nurul Jadid Pondok Pesantren Nurul Jadid menggelar acara Talkshow dengan mengangkat tema “Cerdas Linguistik,damai tanpa konflik” di Aula MA Nurul Jadid, Selasa (24/09/2019).
Risky Ali, Ketua panitia menerangkan dalam sambutan, dengan diadakannya talkshow sosio-linguistik ini bisa memperkaya wawasan akan bahasa siswa MA Nurul Jadid khususnya. “Karena semakin banyak bahasa yang kita kuasai maka semakin luas pula rasa sosial kita dan juga bahasa menjadi jembatan untuk bisa berekonsiliasi,” ungkap siswa kelas 12 MA Nurul Jadid itu.
Ditempat yang sama, Dr. lukman Hakim selaku kepala sekolah madrasah Aliyah Nurul Jadid, mengimbuhkan dalam belajar tidak harus didalam akan tetapi belajar juga bisa di luar kelas. “Contohnya pada kegiatan kali ini, kita belajar tentang sosio-linguistik di aula kita ini,” terangnya dalam sambutan.
Sebelum Talkshow dimulai, terdapat pertunjukan puisi musikalisasi oleh siswa MA Nurul Jadid. Pada Talk show kali ini, MA Nurul Jadid mengundang dua narasumber yang merupakan alumni PP.Nurul Jadid sendiri, mereka adalah Muzayyin, S.Th.I.,M.Hum, Direktur BRIAN (British And American English Course) Yogyakarta, Dan Raudlatul Aniq, S.Psi., CH., CHT, Trainer dan Terapis HypnoTherapy
Penulis : Agus
Editor : PM
Pondok Pesantren Nurul Jadid Gelar Halaqoh Tashfiyah dan Dialog
Nuruljadid.net- Pondok Pesantren Nurul Jadid jadi tuan rumah dalam acara Halaqoh Tashfiyah & Dialog bertemakan “ Memperkokoh Ukhuwah dengan Pendidikan Qolbu dalam Bingkai NKRI” Senin, 23/09/2019 di Aula PP. Nurul Jadid.
Dalam acara ini ada sekitar 600 undangan yang hadir dari kalangan Masyayikh, Habaib dan Tokoh Se-Tapal Kuda, pengasuh pondok pesantren Nurul Jadid, KH. Moh. Zuhri Zaini merasa sangat terhormat Pondok Pesantren Nurul Jadid sebagai tuan rumah dalam kegiatan Tersebut dawuh Kiai Zuhri panggilan akrab beliau.
Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Moh. Zuhri Zaini merasa terhormat Pondok Pesantren Nurul Jadid menjadi tuan rumah dalam acara tersebut. “Terima Kasih kepada KH. Abdul Qoyyum Mansyur, Masyayikh dan Habaib beserta Idaros Syu’biyyah Jam’iyyah Ahlith-Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyah (JATMAN) Kraksaan yang terlah memilih PP. Nurul Jadid sebagai tempat halaqoh dan mudah-mudah pesantren Nurul Jadid mendapat barokahnya,” dawuh beliau dalam sambutan.
” Halaqoh ini merupakan Halaqoh tasfiyah (penjernihan), kita harapkan setelah mengikuti halaqoh ini, kita menjadi bersih dan jernih utamanya hati kita” dawuh beliau.
Musthafa Quthbi Badri Rois Jam’iyah Ahlittoriqoh Al Mu’tabaroh An Naddiyah (JATMAN) menyampaikan, Niat acara ini ingin mencontoh para beliau-beliau (para kiyai, Auliya auliya), ketika kita ingin mencontoh beliau yang pertama harus kita contoh sifat permanen beliau, sebagai mualim muaddzirunnash, baginda nabi Muhammad SAW menyampaikan “seorang mualim tidak bisa terlepas dari semangat tholibul‘ilim (ngaji).
Selepas sambutanya kiai musthafa di lanjutakan dengan sesi dialog yang di narasumberi oleh KH. Abdul Qoyyum Mansyur, Pengasuh PP. An-Nur Lasem Jawa Tengah
Penulis : Ns
Editor : PM
Gus Qayyum; Ketidak tahuan akan menyebabkan, Fanatisme Buta dan Kebencian yang Berlebihan
nuruljadid.net- Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo gelar Halaqoh Tashfiyah, senin siang (23/09/19) di AULA Pesantren Nurul Jadid. Yang menjadi pembicara pada acara halaqoh dan dialog ini KH. Abdul Qoyyum Manshur dari Lasem, Rembang, Jawa Tengah.
Sebanyak 600 lebih peserta halaqoh tersebut. Mereka datang dari beberapa kabupaten se Tapal Kuda yang terdiri dari Pengasuh Pondok Pesantren, JATMAN, MATAN dan beberapa undangan dari unsur dosen dan guru dilingkungan Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Halaqoh Tashfiyah dan Dialog “Memperkokoh Ukhuwah dengan Pendekatan Qolbu dalam Bingkai NKRI”
KH. Moh. Zuhri Zaini, sebagai shohibul bait dalam sambutannya menyampaikan ucapan terima kasih kepada para habaib, masyaikh dan kepada undangan yang hadir.
Terutama ucapan terima kasih beliau disampaikan kepada KH. Abdul Qoyyum Manshur Pengasuh Pondok Pesantren An-Nur Lasem, Rembang, Jawa Tengah, karena bersedia hadir untuk memberikan bekal berupa ilmu pada acara ini.
Pesan Kiai Zuhri, setelah kita mengikuti kegiatan halaqoh tashfiyah ini, semoga hati kita menjadi jernih dan bersih. Sebab dengan hati yang jernih dan bersih kita melihat sesuatu dengan jernih dan bersih.
Pada pukul 14. 00 WIB kegiatan halaqoh tashfiyah dan dialog dimulai dengan tema ” Memperkokoh Ukhuwah Dengan Pendekatan Qolbu Dalam Bingkai NKRI” dipandu oleh Gus Fayadl sebagai moderator.
Ditengah pemaparannya, Gus Qoyyum menyampaikan hal penting yaitu : Ketidak tahuan akan menyebabkan, Fanatisme buta dan Kebencian yang berlebihan, Rasa kemanusiaan seseorang tidak boleh melampaui wilayah Tauhid.
Beliau memberikan contoh, ada orang Kafir miskin membutuhkan makan untuk dirinya atau saudaranya maka berilah dia karena alasan kemanusiaan.
Jika ada orang kafir membutuhkan dana untuk membangun tempat ibadahnya, tidak usah di kasi, tetapi tetap hormati mereka dalam ibadah mereka.
Pewarta : PM
KH. Moh. Zuhri Zaini; Dengan Hati Yang Bersih, Kita Bisa Melihat Sesuatu Dengan Jernih
nuruljadid.net- Dalam sambutannya KH. Moh. Zuhri Zaini menyampaikan ucapan terima kasih atas kehadiran KH. Abdul Qoyyum Mansyur di Pondok Pesantren Nurul Jadid untuk mengisi acara Halaqoh Tashfiyah. Ucapan terima kasih pula disampaikan kepada para habaib, masyayikh dan para segenap undangan yang hadir. hal ini disampaikan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo tersebut pada Kegiatan halaqoh tashfiyah, senin siang pukul 13. 30 WIB (23/09/19) yang bertema ” Memperkokoh Ukhuwah Dengan Pendekatan Qolbu dalam Bingkai NKRI” di AULA Pesantren Nurul Jadid.
Dawuh beliau, ditengah sambutannya, menyinggung soal tema kegiatan halaqoh, “Halaqoh ini adalah halaqoh tashfiyah (penjernihan), kita harapkan setelah mengikuti halaqoh ini, kita menjadi bersih dan jernih utamanya hati kita,”
“Sebab dengan hati yang bersih kita melihat sesuatu dengan jernih sehingga terang menderang, tidak ada sangka-menyangka tidak ada curiga. Dan kita bisa berfikir jernih juga dan bersikap jernih dan berbuat jernih. Sehingga dari kejernihan ini bisa memancarkan hubungan baik kepada semuanya. Baik kepada Allah SWT maupun kepada manusia bahkan kepada mahluk yang lain,” Lanjut beliau.
Diakhir sambutannya Kiai Zuhri (sapaan akrab beliau) mengatakan “Kami yakin sebagai shohibul bait, banyak hal yang kurang berkenan, inginnya lebih baik lagi dan sempurna, namun apa daya tangan tidak sampai. Dari itu kami mohon maaf yang sebesar-sebesarnya. Tapi dengan hati yang bersih maaf akan mudah diberikan,”.
Pewarta : PM
Pendidikan Toleransi Harus Digencarkan
nuruljadid.net-Meningkatnya kasus intoleransi di Indonesia semakin memperihatinkan, pancasila sebagai dasar negara seakan tak lagi memiliki nilai, hal tersebut tentu menjadi ancaman bagi persatuan dan kesatuan yang telah ada di negara ini. Berikut hasil wawancara Moch. Fathoni Diya’ Ulhaq R. dan Tri Satria Purnomo dengan KH. Abdul Hamid Wahid Rektor Universitas Nurul Jadid (UNUJA).
- Menurut Kiai, apa pengertian intoleransi ?
Intoleransi itukan berasal dari dua kata yakni In berarti tidak dan Toleransi berarti menghargai. Dalam dunia Islam kita mengenal tasammuh yakni menghargai keyakinan seseorang yang berbeda dari kita, itu dinamakan toleran, jadi intinya iyalah menghargai perbedaan, sedangkan intoleransi sendiri kebalikan dari toleransi.
- Dari mana asal pemicu timbulanya sikap intoleransi di Indonesia ?
Toleran dan tidak toleran itu pada dasarnya pemahaman tentang pengetahuan. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki 3 unsur di dalam jiwanya yakni pertama, keinginan-keinginan dasar seperti ingin tumbuh dan berkembang biak. Yang kedua ialah ego, ego sendiri bermakna bagaimana kebutuhan dirinya itu terpenuhi, kemudian sebagai makhluk sosial. Sebetulanya manusia itu punya bakat dasar tidak toleran dan untuk toleran, bagaimana dia bisa memikirkan posisi dirinya di antara orang lain sebagai makhluk sosial, bermoral dan normal.
- Bagaimana cara menangggulangi adanya intoleransi?
Pendidikan di Indonesia haruslah menjunjung nilai toleransi, seperti pendidikan di negara Barat yang menjadikan toleransi sebagai pendidikan mulai tingkat dasar hingga tinggi, karena akan berpengaruh terhadap perkembangan jiwa seseorang. Dalam agam Islam, ada yang namanya tasammuh (toleransi), tawassuth (tengah-tengah), tawazzun (seimbang), dan ta’adul (tegak lurus). Toleransi sendiri menjadi salah satu seni dasar yang artinya menengahi.
Jika dia merasa sebagai manusia utuh pasti dia akan toleran, karena manusia tidak bisa hidup sendiri. Pendidikan di Indonesia juga harus megajarkan tentang toleransi seperti pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang telah mengajarkan bagaimana kita bisa hidup bersama.
- Bagaimana menyadarkan masyarakat agar bisa saling toleran?
Kembali kepada toleransi dalam bentuk perpolitikan. Event politik itu adalah sesuatu yang sah. Jadi mendukung atau tidak mendukung presiden adalah hak individual yang dimiliki setiap orang. Orang punya dukungan sendiri, punya keyakinan sendiri itu sah-sah saja, tapi tinggal bagaimana agar konflik yang terjadi ini tidak dijadikan sebagai suatu wacana untuk menuju sebuah perpecahan.
Kalau sudah waktunya berakhir kita tinggal memilih siapa calonnya dan siapapun yang terpilih itu tetap sah, karena proses pemilihan tersebut secara bersamaan. Tinggal bagaimana menyadarkan pada peran dan event tahunan itu penting bagi warga negara jadi. Ya silahkan berjuang, silahkan punya keyakinan tapi bukan dalam rangka perpecahan.
- Apa yang harus dilakukan pemerintah untuk menanggulangi intoleransi ?
Jadi ini bukan hanya problem pemerintah saja melainkan problem kita bersama. Sebagaimana kita semua menyadari bahwa event 5 tahunan ini iyalah proses pembentukan pemimpin yang berbangsa dan bernegara. Dalam artian tidak hanya mementingkan warga yang sosialnya tinggi, namun pemimpin yang mementingkan warga yang sosialnya lebih rendah. Selebihnya setelah terbentuknya pemimpin yang sah, ya kita tinggal tunggu kapan masa jabatannya akan berakhir kalau memang mau mengganti pemimpin tersebut.
- Radikalisme di Indonesia merupakan pemicu adanya toleransi, bagaimana menurut kiai ?
Intoleransi adalah bibit radikalisme. Orang yang bertindak tidak toleran pasti akan menjadi radikal, kemudian akan menjadi teroris. Dengan kata lain, intoleransi adalah bentuk dasar dari radikalisme. Banyak intoleransi yang dilakukan dalam aspek perbedaan, jadi menghargai perbedaan sangatlah penting.
- Apakah budaya Barat yang masuk ke Indonesia dapat mempengaruhi budaya kita sehingga menghasilkan intoleransi ?
Budaya itu bermacam-macam. Orang memliki beragam cara dalam menghadapi intoleransi. Ada yang dengan cara mengikuti, ada yang tidak mengikuti, serta ada juga yang dapat menyeleksi dengan baik. Seharusnya kita bisa menyeleksi budaya tersebut dengan baik. Atau kita bisa meniru bangsa luar. Ketika ada budaya asing yang masuk dalam kehidupannya, mereka mendialogkan tentang budaya tersebut kemudian menerima sisi positifnya dan membuang sisi negatifnya.
- Bagaimana menyikapi tahun politik yang sangat sensitif terhadap isu SARA dan intoleransi ?
Sebetulnya pembicaraan tentang isu SARA itu telah selesai semenjak tahun 1945 setelah merdekanya negara ini. Seharusnya tidak usah diungkit-ungkit lagi, kalau diungkit lagi takutnya akan membawa dampak negatif pada masyarakat, malah kita harus lebih kepada program dimana tawaran kebaikan itu ada. Tinggal bagaimana kesadaran kita kembali kepada posisi pemilu yang sebenarnya.
Kadang-kadang dalam pemilu ada orang yang ingin mencapai tujuannya dengan menggunakan cara apapun, nah inilah yang tidak boleh. Berpemilu sendiri itu positif, bersaing sendiri itu positif. Memilih pemimpin adalah sarana dari berpemilu, tinggal bagaimana kita bisa membawa efek positif dan menjauhi efek negatif yang dapat menghancurkan kebersamaan.
- Bagaimana cara menghadapi kelompok yang tidak terima akan hasil pemilu ?
Sikap dewasa sangatlah penting. Penyadaran akan pentingnya pemilu harus terus dilakukan, apalagi terhadap para pemimpin yang harus membimbing masyarakatnya. Seharusnya masyarakat yang terpelajar seperti pemuda, harus bisa memberikan sumbangsih yang baik, bukan malah ikut-ikutan, dan kita juga harus bisa memilih.
- “Yang waras jangan mengalah” bagaimana dengan statemen tersebut di medsos dalam menyikapi intoleransi di tahun politik ini?
Kita memang harus berbuat, namun perlu diingat juga bahwa kita harus berbuat sesuai kemampuan kita, kemudian sesuai dengan perasaanya. Setidaknya seminimal mungkin kita tidak ikut-ikutan untuk menyebarkan dan menghancurkan bangsa dengan sikap yang tidak benar ini, paling tidak kita mulai dari diri sendiri kemudian mempengaruhi lingkungan jika bisa.
- Harapan Kiai untuk pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi kasus intoleransi ?
Pendidikan dan pemberdayaan terhadap masyarakat harus selalu dilakukan, tinggal bagaimana kita mendorong masyarakat agar bersikap dewasa dalam berpolitik. Memberikan keterwawasan tentang perpolitikan juga harus nampak dilakukan, agar perpolitikan di negara ini aman dan tentram.
Sumber : Majalah Kharisma MANJ
Peran Santri Dalam Meredam Intoleransi
nuruljadid.net-Toleransi ditinjau dari perspektif islam adalah tasammuh (menerima dan meghargai perbedaan), dalam artian tidak memusuhi dan mengingkari, namun bukan berarti kita juga mengikuti terhadapat perbedaan tersebut, melainkan kita hanya menghargai dan menghormati perbedaan tersebut. Karena, mengikuti dan menghargai itu berbeda makna.
Namun, seiring dengan berkembangnya zaman rasa toleransi sering kali terabaikan dalam kehidupan sehari-hari. Terutama, bagi kaum radikalis yang sering kali menjadi biang kerok dibalik merebaknya kasus-kasus intoleransi di nusantara ini.
Perlu diketahui, radikalisme itu bersumber dari karakter masing-masing orang, namun radikalisme tak pernah diajarkan didalam agama islam. Sebab, dari historisnya (sejarahnya) agama islam merupakan agama yang mengajarkan toleransi, sebagaimana yang telah dipercontohkan oleh nabi Muhammad SAW.
Selain itu, perlu digaris bawahi juga bahwa radikal bukan hanya berbentuk kekerasan, namun juga bisa berbentuk pemikiran seperti filsafat, akan tetapi filsafat bukanlah radikal yang bersifat keras melainkan hanya berupa bentuk pemikiran.
Orang yang bersikap radikal rata-rata tidak bisa diajak kompromi, namun tak semua orang yang radikal tak bisa dikompromi, sebagian dari mereka masih bisa diajak kompromi, yakni orang radikal dalam aspek alur pemikiran bukan dalam sikap dan tindakan.
Berfikir radikal itu tidak dilarang, asalkan tidak melakukan tindakan radikal, karena yang menjadi masalah utama ialah tindakan radikal, jadi radikal masih bisa dibenarkan ialah bila tidak berbentuk tindakan, namun hanya berupa pikiran. Sungguh pun demikian radikal dalam pemikiran bisa saja berubah menjadi radikal dalam bentuk sikap dan tindakan.
Memasuki tahun pemilu, orang orang yang memiliki sifat radikal mulai bermunculan dan melakukan tindakan intoleransi, mereka berdalih bahwa tindakan yang mereka lakukan benar berdasarkan agama maupun faktor lain. Namun, itu hanyalah sebuah alasan belaka sebagai pembenar atas tindakan radikal atau intoleransi yang telah mereka lakukan.
Sejatinya tabi’at politik cenderung kepada perbedaan, masing masing partai politik pastilah memiliki pendapat yang berbeda beda, jadi perpolitikan sangatlah penuh kontroversi. Dalam dunia islam, kita juga mengenal khilafiyah, sebab, perpecahan yang terjadi dalam agam islam itu juga disebabkan oleh politik.
Seyogyanya partai politik, haruslah menjadi wadah untuk menampung aspirasi masyarakat, tentunya partai politik harus bisa menjalankan amanah yang mereka emban dengan sebaik mungkin. Sebab, partai politik juga pilar demokrasi.
Berdasarkan realitanya, banyak politisi tak lagi menjadi uswah (contoh) yang baik bagi masyarakat, melainkan mereka mengadu domba masyarakat, untuk mencari keuntungan bagi diri dan kelompoknya.
Demi terwujudnya kedamaian di indonesia, seharusnya toleransi perlu ditingkatkan. pemerintah seharusnya bersikap adil, karena penguasa jugalah berpolitik. Penguasa juga harus memberikan contoh yang baik dan jangan malah berbuat tindakan intoleransi.
Karena, hal itu dapat berimbas terhadap merebaknya kasus intoleran yang dilawan dengan intoleran, sehingga tindakan tersebut bukan menjadi solusi, melainkan akan menyebabkan situasi intoleran yang ada di Indonesia akan jauh lebih membengkak.
Indonesia juga merupakan negara yang berdasarkan hukum, sehingga segala penyelesaian permasalahan antara individu atau kelompok haruslah melalui jalur hukum. Jadi, ketika kita ingin meminimalisir kasus intoleransi yang terjadi, maka kita harus meredamnya dengan jalur hukum bukan malah membalasnya dengan perbuatan intoleran juga (menghakimi sendiri).
Sebagai kaum sarungan (santri),kita juga harus ikut serta dalam meredam kekerasan para kaum radikalis.Tentunya, sebagai santri yang berpegang teguh pada ajaran nabi Muhammad SAW, kita harus dapat mewujudkan ajaran toleransi yang telah diajarkan oleh beliau. Bukan malah ikut-ikutan dalam aksi-aksi yang berbau radikalis.
Ekstrim dan radikal memang punya keserupaan, keduanya merupakan sifat yang memang telah ada dalam diri manusia. Sifat ekstrim dan radikal bahaya jika saja tidak berbentuk tindakan kekerasan dan tidak melibatkan orang lain sebagai korbannya. Jadi, tindakan ekstrim dan radikal sangatlah bahaya jika dilakukan dengan kekerasan, karena memang mereka meliki perawakan yang keras jika ditinjau dari luar.
Setiap orang yang berpendirian, pastinya, akan mengartikan toleransi sebagai suatau kewajiban dalam bermasayarakat, dan mereka juga akan memaknainya sebagai suatau sifat penghormatan dan menghargai terhadap perbedaan. Bukan malah menjadikan toleransi sebagai tuntutan mengikuti pendapat yang salah.
Kendati demikian pun juga diperuntukkan bagi santri untuk harus tetap berpegang teguh terhadap ajaran ahlus sunnah wal jamaah yang mengajarkan tentang tasammuh (toleransi), dan menjadi solusi dari intoleransi yang terjadi. Sebab, santrilah manifestasi murni ajaran kanjeng nabi.
Penulis : Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo
Sumber : Majalah Kharisma MANJ