Pesan Kiai Zuhri, Jangan Memastikan Amal Kita Diterima Oleh Allah

Nuruljadid.net- Orang yang memastikan amalnya diterima dan memastikan dirinya masuk surga pertanda orang tersebut amalnya tidak diterima oleh Allah. Kalau hanya berharap amalnya diterima dan berharap pula masuk surga, itu prilaku yang di perbolehkan. Ungkapan ini disampaikan KH. Moh. Zuhri Zaini dihadapan santri-santrinya saat mengisi pengajian khataman kitab Nashoihul ‘Ibad, Senin pagi (19/04/21) di Masjid Jami’ Nurul Jadid.

Menurutnya, jika orang sudah meyakini amalnya diterima, ia akan merasa cukup melaksanakan amal baiknya bahkan ia akan berhenti membaca istighfar sebagai permohonan ampun atas kesalahan yang dilakukannya.

“Berharap diterimanya amal oleh Allah itu boleh, sebab orang yang tidak punya harapan itu berbahaya, ia akan menimbulkan putus asa dari rahmat Allah,” katanya.

Bertaubatlah sekalipun kita tidak mengetahui apakah taubat itu diterima atau tidak, dan beramallah sekalipun juga kita tidak tau apakah amal itu diterima atau tidak,” imbuhnya.

Lebih lanjut Kiai Zuhri menyampaikan, biasanya orang yang bersungguh-sungguh dalam beramal Allah pasti akan mengabulkan keinginannya.

“Tidak ada yang bisa memberikan kepastian dalam hidup ini kecuali Allah SWT dzat satu-satunya yang bisa memastikan,” ungkapnya.

Pewarta      : PM

Pesan Kiai Zuhri; Jangan Memonopoli Kenikmatan

nuruljadid.net- Orang yang beriman apabila terkena sifat dengki dan iri, maka imannya menjadi rusak. Kalau kita benci pada seseorang yang telah mendapatkan nikmat dari Allah berarti kita tidak menyukai Allah, karena yang memberikan nikmat adalah Allah SWT. Hal ini diungkapkan Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid KH. Moh. Zuhri Zaini pada saat mengisi pengajian khataman kitab Nashoihul ‘Ibad, Sabtu pagi (17/04/21) di Masjid Jami’ Nurul Jadid.

Di hadapan ribuan santri putera dan puteri, Kiai Zuhri melanjutkan, memang manusia memiliki sifat egois, ingin memonopoli kenikmatan.

“ingin memonopoli kenikmatan itu harus dihilangkan,” katanya.

Menjadi seorang pendengki tidak akan pernah mengalami ketenangan dan kebahagiaan dalam hidupnya.

“Seorang pendengki tidak akan bahagia dalam hidupnya,” imbuhnya.

Kiai Zuhri menambahkan, kalau kita benci pada seseorang yang telah memperoleh nikmat dari Allah, upayakan kita berbuat baik pada dia, maka akan hilang sifat benci itu.

Di waktu yang sama Kiai Zuhri mengungkapkan bahaya sifat ujub.

Menurutnya, sifat ujub adalah cikal-bakal sombong. Orang ujub itu merasa dirinya lebih unggul dari orang lain, sebab ujub itu bisa merusak amal, dan orang yang suka memuji dirinya sendiri pertanda orang tersebut adalah orang bodoh.

“Orang yang memiliki pikiran dangkal selalu melihat kelebihan dirinya sendiri,” tegasnya.

Jangan sombong dengan pemberian Allah, sebaiknya kita harus mensyukurinya. Terkadang mentang-mentang kita sudah beriman, dan menganggap lebih unggul dari orang lain dengan cara meremehkan. Prilaku semacam itu merupakan perbuatan ujub dan pada akhirnya melahirkan kesombongan.

Pewarta    : PM

Kata Kiai Zuhri; Bergantung Pada Makhluk Mengantarkan Pada Keserakahan

nuruljadid.net- Orang yang berharap kepada makhluk, maka ia tergolong orang yang rakus atau tamak. Kita semua harus berharap kepada Allah SWT.

Bergantung pada makhluk itu tidak boleh, sebab makhluk itu tidak bisa berbuat apa-apa tanpa izin Allah, kata KH. Moh, Zuhri Zaini dihadapan ribuan santrinya saat memberi pengajian kitab Nashoihul “ibad, Sabtu pagi (17/04/21) di Masji Jami’ Nurul Jadid.

Putera alm KH. Zaini Mun’im ini melanjutkan, walaupun kita mengandalkan Allah SWT, kita tetap harus berusaha, bekerja, dan bersusah payah, karena kita masih hidup di dunia bukan hidup di surga.

“sebab, kebahagiaan hidup itu apabila kita bergantung pada Allah. Berharap pada makhluk itu menghantarkan pada keserakahan, ketamakan dan perbuatan dosa,” katanya

Ada orang yang sudah berumur 70 tahun tapi prilakuknya sama seperti anak-anak remaja, dengan hidup berhura-hura dan dia berharap umurnya panjang, ini tidak pantas. Tapi bagi orang yang rakus dan serakah pasti melakukan perbuatan itu,” imbuhnya.

Memang manusia itu senang pada dunia, dan dunia itu sangat menyenangkan. Kalau orang terjebak pada kesenangan dunia, maka dirinya akan celaka. Jika orang tidak hati-hati dalam beramal, maka amalnya tidak untuk Allah tapi untuk dunia.

“Harta, tahta, pasangan dan itu sangat menyenangkan,” pungkasnya.

Dalam beramal kita tidak hanya memperbaiki rukun danm syaratnya semata, tapi memperbaiki prilaku hati yang bisa menyebabkan amal kita diterima,” tambahnya.

Kiai Zuhri menegaskan, orang mengerjakan salat karena ingin di puji manusia itu dosa, tapi kalau ada orang berbuat baik kepada manusia itu merupakan perbuatan baik, karena melaksanakan perbuatan sosial.

“Kalau kita melakukan amal ibadah dan sosial harus murni karena Allah, jangan berharap di puji oleh orang lain,” ungkapnya.

Pewarta   : PM

Dermawan dengan Berbagi Kebahagiaan,” Ini Ulasan Kiai Zuhri

nuruljadid.net- Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid KH. Moh. Zuhri Zaini menyampaikan pentingnya menjaga  dan memperbaiki hati.

Menurutnya, hati adalah pusat dari diri seseorang, kalau seseorang hatinya baik, maka prilakunya akan baik. Ini diungkapkan beliau saat mengisi pengajian kitab Nashoihul “ibad pada santri-santrinya, Sabtu pagi (17/04/21) di Masjid Jami’ Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

Beliau mengungkapkan cara memperbaiki hati agar menjadi baik.

“Cara memperbaiki hati, pertama, mencari tahu baik dan buruknya sesuatu, kedua, melatih diri untuk melakukan yang baik dan meninggalkan yang jelek, ketiga, kalau terbiasa melaksanakan yang baik dengan penuh kesungguhan, maka akan menjadi baik hatinya seseorang,” katanya.

Jika seseorang memiliki hati yang baik, ia akan berbagi kebahagian kepada orang lain, dan tidak berbagi kesusahan.

“Dermawan itu tidak hanya berbagi uang dan barang (harta), melainkan juga berbagi kebahagaan,” ungkapnya.

Jika kita berbagi kesusahan, dengan cara melihat orang lain dengan muka cemberut, itu tidak baik dan termasuk kepada prilaku kikir,” imbuhnya.

Kiai Zuhri menambahkan, berbagi kesenangan kepada orang lain merupakan cara sederhana seseorang untuk menjaga prilaku yang baik dan terpuji.

Pewarta   : PM

Kiai Zuhri; Rumah yang Membuat Penghuninya Bahagia

nuruljadid.net- Rumah nabi Muhammad SAW sangat sederhana, alas tikar untuk tempat tidur Nabi terbuat dari ayaman daun kurna, tapi beliau bahagia dan serasa hidup di surga.

Seluas apapun tempat tinggal seseorang kalau orang yang menempatinya tidak memiliki perangai yang baik, maka tempat itu terasa sempit. Hal itu disampaikan KH. Moh. Zuhri Zaini dihadapan ribuan santrinya saat mengisi pengajian kitab Nashoihul ‘Ibad, Sabtu pagi (17/04/21) di Masjid Jami’ Nurul Jadid.

Lebih lanjut, Kiai Zuhri membacakan sebuah syair yang dikarang oleh seorang penyair yang bernama Syauqi, suatu tempat atau negeri tidak akan sempit karena banyak penghuninya, akan tetapi suatu tempat menjadi sempit karena buruknya akhlak para penghuninya.

“Jika di suatu tempat itu ada perampok, pencuri, tukang sihir, maka penghuni ditempat itu tidak akan tenang, karena diisi oleh orang-orang yang memiliki perangai yang jelek,” kata Kiai Zuhri.

Pada kesempatan itu, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid ini menjelaskan pula tentang ciri-ciri orang yang takut kepada Allah.

” Ciri-ciri orang yang takut kepada Allah adalah hati-hati dalam berbicara,” ungkapnya.

Jika kaki tergelincir hanya akan mengalami patah, tapi kalau lidah tergelincir bisa menyebabkan kematian, bisa juga terjadi peperangan.

“Lebih-lebih seorang tokoh, apabila tergelincir lidahnya bisa menimbulkan permusuhan antar golongan, kalau dia seorang pemimpin negara bisa menyebabkan terjadinya peperangan,”imbuhnya.

Orang yang takut kepada Allah pasti akan mengeluatkan pembicaraan yang bermanfaat, dan kalau sekiranya pembicaraan itu tidak ada manfaatnya, ia pasti akan diam.

“Menjaga lisan dari berbicara yang tidak baik merupakan perangai yang baik,” tegasnya.

Kiai Zuhri menambahkan, jika kita ingin masuk surga perbaiki akhlak, karena dengan memperbaiki akhlak kita akan beruntung.

“orang yang beruntung adalah orang yang mampu melihat kekurangan dirinya dan segera memperbaikinya untuk mengantarkan kepada pribadinya yang lebih baik.

Pewarta    : PM

Kata Kiai Zuhri, Ini Jalan Menuju Keselamatan

nuruljadid.net- Bagaimana bisa jika ada orang mengaku beragama islam tapi menolak ajaran alqur’an atau mengaku islam tapi menolak Nabi Muhammad SAW, karena beragama islam, berpedoman pada alqur’an dan mengikuti nabi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.

“Jalan keselamatan adalah menjalani ajaran islam, berpedoman pada alqur’an dan mengikuti Nabi Muhammad SAW,” ungkap KH. Moh. Zuhri Zaini saat memberi pengajian khataman kitab Nashaihul Ibad, Kamis pagi (15/04/21) di Masjid Jami’ Nurul Jadid.

Masih kata beliau, kalau kita tahu bahwa jalan menuju keselamatan adalah menjalani ajaran islam, berpedoman pada alqur’an dan mengikuti nabi, karena dengan menerima dan menyenanginya menyebabkan kita tidak akan celaka.

“Beragama itu kadang-kadang terasa berat kalau tidak terbiasa, tapi kalu sudah terbiasa akan timbul rasa senang. Melaksanakan salat, puasa dan dzikir terkadang terasa berat kalau tidak terbiasa, tapi kalau sudah terbiasa, maka kalau tidak melaksanakan salat, puasa dan dzikir terasa tidak enak,” pungkasnya.

Pengasuh Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo ini melanjutkan, kalau kita ingin mengerjakan sesuatu dengan senang, senang yang dimaksud bukan diukur dengan rasa dan nafsu takut membawa pada kecelakaan, tapi diukur dengan alqur’an, akal dan ilmu, kalau itu baik sesuai ketiganya maka lakukan saja.

“Sebelum kita mengerjakan sesuatu perlu dipikir apakah itu benar atau salah, itulah fungsinya kita diberi akal dan butuhnya ilmu,” imbuhnya.

Menurutnya, adanya agama sebagai pedoman hidup. Memang adanya agama membuat orang tidak bebas mengikuti nafsunya, tapi jika ajaran agama tidak diikuti dengan baik akan mengakibatkan celaka.

 

Pewarta      : PM

Kiai Zuhri Mengajak Seseorang Agar Imannya Dijaga dengan Baik

nuruljadid.net- Pada pengajian khataman kitab Nashaihul Ibad, Rabu pagi (14/04/21) di Masjid Jami’ Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Moh. Zuhri Zaini menyampaikan pentingnya menjaga iman dengan sebaik-baiknya.

“Iman harus dijaga dengan baik, dan ini pula di perintahkan oleh para Nabi kepada putera-puteranya,” kata Kiai Zuhri.

Lebih lanjut Kiai Zuhri menjelaskan, sebab kematian seseorang tidak bisa dihindari, namun sebab-sebab kematian itu bermacam-macam, misalnya mati kecelakaan, sakit dan lainnya.

“Orang yang mati dalam keadaan menjaga iman atau dalam keadaan beriman, ia akan memperoleh kebahagiaan”imbuhnya.

Ada banyak cara memperkuat iman seseorang, dalam kitab Syu’abul Iman (karya alm. KH. Zaini Mun’im) telah disebuatkan, diantaranya banyak berdzikir dan bertafakkur dan amal saleh.

“Amal saleh memperkuat iman dan menjauhi maksiat sekuat mungkin, sebab maksiat mengurangi iman seseorang,” ungkap Kiai Zuhri.

Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama’ Jawa Timur ini menambahkan, orang yang sudah beriman bisa menjadi murtad disebabkan karena bingung, pikirannya dipaksakan untuk menjangkau sesuatu di luar kapasitasnya.

Kiai Zuhri memberi contoh, belajar filsafat bagi orang yang tidak memiliki iman yang kuat, maka ia akan kebingungan.

“Dunia filsafat itu adalah dunia pemikiran, dan pemikiran itu tidak terbatas. Bukan filsafatnya yang keliru, tapi hanya kemampuan pemikiran manusia yang belajar filsafat itu yang terbatas sehingga kebingungan,” pungkasnya.

Pewarta    : PM

Pasar Takjil Santri Bikin Santri Tambah Kerasan di Pondok

nuruljadid.net- Pondok Pesantren Nurul Jadid sangat mafhum tidak meliburkan santrinya selama 15 hari di bulan ramadan. Para santri mendapatkan tambahan pengetahuan keagamaan dan keterampilan.

“Semarak ramadan kegiatan rutinitas tahunan. Dimana santri mendapatkan tambahan ilmu agama, keterampilan dan lainnya,” ungkap Ustaz Dimas Eko Cahyono saat memberikan sambutan sebagai ketuan panitia di acara pembukaan semarak ramadan.

Kegiatan semarak ramadan memiliki tujuan agar santri terhibur dan tidak merasa jenuh selama mengikuti kegiatan di pesantren pada bulan puasa.

” Kita ingin memberikan suasana yang menyenangkan bagi sahabat-sahabat santri, agar mereka tidak merasa bosan mengikuti kegiatan di pesantren pada bulan puasa,” kata H. Faizin Syamwil Sekretaris Pesantren Nurul Jadid.

Hal senada disampaikan Ustaz Bashori Alwi, Pesantren tidak hanya memberikan kegiatan pengajian dan peminatan tapi juga hiburan-hiburan islami, serta pasar takjil yang siap buat buka santri.

“Pesantren telah memfasilitasi kebutuhan santri selama 15 hari di bulan ramadan,” pungkasnya.

Iya agar mereka merasa nyama jika menu bukanya tersedia. 15 hari kedepan berikutnya mereka sudah berbuka di rumahnya masing-masing menikmati liburan pesantren,” imbuhnya

 

Pewarta. : Ibnu Abdillah
Editor.     : Ponirin Mika

Kitab Khotmil Kutub KH. Moh. Zuhri Zaini - Kitab Nashoikhul I'bad

Khotmil Kutub KH. Moh. Zuhri Zaini – Kitab Nashoikhul I’bad

Khotmil Kutub KH. Moh. Zuhri Zaini – Kitab Nashoikhul I’bad

Silahkan Download Kitab Nashoikhul I’bad.pdf  link di bawah:

————————

Khotmil Kutub KH. Najiburrahman Wahid – Risalah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah & Adabul Alim Wal Muata’alim

Silahkan Download  Kitab Khotmil Kutub KH. Najiburrahman Wahid -Risalah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah & Adabul Alim Wal Muata’alim

Kitab Adabul Alim Wal Muata’alim.pdf  link di bawah:

———————-

Kitab Risalah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.pdf  link di bawah:

———————–

Amal yang Nampaknya Sepele, Terkadang itu Mendatangkan Ridha Allah,” Ini Ulasan Kiai Zuhri

nuruljadid.net- Kalau orang mendapatkan ridha dan rahmat dari Allah pasti ia akan mendapatkan perlindungan-Nya. Ia pula akan diselamatkan dan akan memperoleh kebahagiaan dari-Nya. Hal tersebut disampaikan Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid KH. Moh. Zuhri Zaini saat mengisi pengajian khataman ramadan dengan membaca kitab Nashaihul Ibad, Senin pagi (12/04/21) di Masjid Jami’ Nurul Jadid.

Ia menambahkan, kalau seseorang disukai dan disayangi oleh Allah pasti akan diberi pertolongan.

Lalu bagaimana agar seseorang bisa disayangi oleh Allah? Menurutnya, apabila seseorang ingin mendapatkan kasih sayang Allah, maka amal-amal atau apapun yang diperintahkan Allah harus dilaksanakan, sedangkan yang dilarang harus ditinggalkan.

“Kita melakukan shalat, puasa dan amal taat yang lainnya, harus diniatkan untuk mendapatkan ridha-Nya, dan perlu diketahui tidak semua amal bisa mendapatkan ridha Allah, misalkan amal-amal taat yang dilakukan dengan pamer dan riya’,” kata Kiai Zuhri.

Lebih lanjut, Pengasuh ke IV Pesantren Nurul Jadid ini menegaskan mengapa ridha Allah itu disembunyikan, itu bertujuan agar manusia lebih giat melaksanakan amal taat tanpa memilih amal-amal taat untuk dikerjakannya.

“Disembunyikannnya ridha Allah dalam amal taat yang dilakukan oleh manusia agar ia lebih sungguh-sungguh melaksanakan ketaatannya,” ucapnya.

seseorang tidak boleh meremehkan perbuatan taat meskipun kelihatan kecil atau sepele,” imbuhnya.

Kiai Zuhri memberikan contoh, umpamanya kita di pondok ini diberi tugas menyapu kemudian kita tidak mau karena menganggap menjadi tukang sapu merupakan perbuatan sepele dan tidak ada harganya, lantas kita memilih menjadi seorang pengurus, ini prilaku meremehkan amal taat (baik).

“Tidak boleh meremehkan amal baik dan tidak boleh pula memilih-milih amal. Amal yang nampaknya sepele terkadang itu mendatangkan ridha Allah.

Pewarta    : PM

Tampil Menawan, Hadroh Firhaz di Sambut Antusias Santri

nuruljadid.net– Pembukaan semarak ramadhan Pondok Pesantren Nurul Jadid resmi di gelar, Sabtu malam (10/04/21) di aula I Pesantren

Di acara pembukaan hadrah Firqoh Az-zainiyah tampil menawan. Suara merdu vokalis hadroh firhaz mampu menyihir para ribuan santri yang sedang mengikuti acara tersebut.

“Firhaz tampil bagus sekali. Dimana para personilnya melaksanakan tugas sangat tepat, mulai dari vokalis sampai penabuh terbangnya,” ucap Agus Siswanto santri asal Sumenep, Madura.

Ia menambahkan, saya merinding mendengar lagu yang dibawakan vokalis hadroh firhaz, apalagi tepuk tangan menghebohkan suasana ruangan acara saat vokalis hadroh firhaz lebih kencang menarik suaranya.

“Insya Allah tahun ini saya akan daftar untuk menjadi personil firhaz,” kata Faizol santri asal sumatera.

Pewarta. : Ibnu Abdillah
Editor.      : Ponirin Mika

Begini Saat Santri Nurul Jadid Gelar Munadlarah Ilmiah

nuruljadid- Upaya asah kemampuan adu argumentantasi yang baik dan tersruktur, santri Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo gelar kegiatan munadharah ilmiah (forum diskusi), seperti yang dilakukan santri yang sedang menempuh pendidikan di Madrasah Aliyah Nurul Jadid. Sabtu dan Minggu (27-28/3/21).

Pada kegiatan itu, dimana seorang siswa menjadi pemateri dihadiri oleh beberapa siswa dan guru. Munadlarah Ilmiyah (forum ilmiah) bersifat tematik, kali ini mengangkat tema fiqh dengan judul “Bersuci untuk Keabsahan Ibadah” .

Ustazah Afrida, munadharah ilmiah menjadi agenda rutin bulanan OSIM dengan mengundang pemateri dari siswa secara bergantian.

“Masing-masing organisasi program dijadwal untuk menjadi pematerinya, untuk saat ini yang tampil adalah perwakilan dari MPK,” ujar jebolan Al-Ahgaf Yaman University tersebut.

“Mengingat materi yang dibahas berkaitan dengan masalah ibadah, dalam forum tersebut Ustaz Saili Aswi didaulat untuk menjadi pentashih. Beliau mengawal jalannya diskusi dan meluruskan jawaban dan memberikan materi tambahan,” imbuhnya.

Tidak hanya itu, Kegiatan serupa juga digelar oleh santri putera yang menempuh Pendidikan yang sama. Ia membuat forum dialog interaktif di ruang meeting. Meski demikian, ada sedikit perbedaan dengan putri, forum tersebut hanya melibatkan perwakilan kelas dan organisasi program.

Dalam forum tersebut tiga siswa tampil, dua siswa sebagai penyaji dan seorang menjadi merator. Ketiganya juga terlihat tanpa canggung menyajika materi.

“Mereka perlu kita dukung dan kita bimbing, agar wawasan dan public speaking skill mereka makin bagus,” tandas Ustaz Muchtarullah Pembina MPK.

Kegiatan ini untuk melatih kemapuan berbicara (public speaking), disamping itu melatih kemampuan menjadi pemateri dan moderator yang baik sebagai bekal nantinya.

“Mereka cukup profesional ketika moderator membuka dan memandu jalannya diskusi,” katanya.

Pewarta     : (b4d)

Editor        : Ponirin Mika

Melek Ekonomi, Pesantren Dipastikan Kuat dan Berdaya

nuruljadid.net- Saat ini pesantren sudah mulai melek ekonomi, terbukti dengan adanya OPOP One Pesantren, One Produk. Kalau Pesantren melek ekonomi, Pesantren sudah mulai sadar terhadap potensinya. Jika Pesantren tidak melek ekonomi, pastilah Pesantren tidak berdaya,” Ungkap Gus H. Anas Al-hefni Direktur Distribution Center KSBP saat mengisi Seminar Kewirausahaan denga tema “Peran Inkubasi Bisnis Pesantren  dalam Pengembangan Ekonomi Keummatan, Kamis (25/03/21) di Aula Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, Jawa Timur.

Kalau di Pulau Jawa, kita sering melihat Pesantren besar yang sudah mandiri seperti di Pesantren Nurul Jadid, sebaliknya kalau kita menyambangi Pesantren di daerah Kalimantan, Sulawesi, Papua santinya ada yang jumlahnya 25 orang paling banyak 500 orang, sehingga mereka kebingungan untuk membayar guru bahkan kadang-kadang untuk makan saja kebingungan,” Imbuhnya.

Lebih lanjut Gus Anas mengatakan, Pesantren berdaya karena memanfaatkan dua potensi yang dimilikinya, Pertama, memilki usaha dan manajemen keuangannya bagus.

“Ada pesantren yang tidak punya usaha tapi manajemen keuangannya bagus tetap berdaya. Contoh, SPPnya tinggi sehingga Pesantren mengelolahnya dengan baik akhirnya mampu membayar gurunya,” Imbuhnya.

Pesantren harus memiliki koperasi, kemudian dikelola dengan profesional ini akan berdampak baik bagi Pesantren,” Katanya.

Pada kegiatan itu pula terdapat banyak expo produk local ikut meramaikan acara seminar kewirausahaan dan dilanjutkan dengan seminar Hebitren yang akan dihadiri Gus Syauqi Putera KH. Ma’ruf Amin Wakil Presiden Republik Indonesia.

 

Pewarta   : DK

Editor      : Ponirin Mika

Kata Kiai Zuhri, Kesewenang-wenangan adalah Sebuah Kezaliman

nuruljadid.net-Ulama kharismatik, KH. Moh. Zuhri Zaini Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid menuturkan, penguasa tidak boleh melakukan tindakan kesewenang-wenangan pada rakyatnya, sebab perbuatan tersebut merupakan kezaliman. Hal itu disampaikan oleh Kiai Zuhri saat memberikan pengajian kitab Riyadhus Sholihin, Senin (15/03/21) di hadapan ribuan santri di Masjid Jami’ Nurul Jadid.

Kiai Zuhri menambahkan, siapapun menjadi penguasa, baik itu orang tua terhadap anaknya, suami terhadap istrinya, pemimpin terhadap rakyatnya tidak boleh sewenang-wenang karena itu dosa.

“Nabi tidak suka kepada penganiayaan meskipun itu pada pelayan atau budak,” imbuhnya.

Dengan mengutip sebuah hadits yang diriwatkan Ibnu Mas’ud RA, Kiai Zuhri menceritakan, Rasulullah SAW menampakkan ketidaksukaan saat melihat atau mendengar ada seseorang yang melakukan tindakan sewenang-wenang pada budaknya.

“Pada saat Ibnu Mas’ud mencambuk seorang pelayannya, kemudian ia mendengar suara nyaring di belakangnya, dan pemilik suara itu sama sekali tidak dikenalinya. Ibnu Mas’ud mengetahui nada suara tersebut menunjukkan kemarahannya. Tatkala dekat dengan kepada Ibnu Mas’ud ternyata ia adalah Rasulullah SAW,” ungkapnya.

Lebih lanjut Kiai Zuhri menyampaikan, tiba-tiba Rasulullah bersabda, “ Ketahuilah Ibnu Mas’ud, sesungguhnya Allah lebih kuasa daripada engkau pada budak atau pelayan ini, setelah mendengar pernyataan Rasulullah itu, Ibnu Mas’ud tidak pernah mencambuk pelayannya lagi. Dalam cerita yang lain, tatkala mendengar pernyataan Rasulullah itu, cambuk yang di pegang Ibnu Mas’ud jatuh dari tangannya”.

Ini menandakan kesewenang-wenangan baik itu dengan cara menyiksa, menyakiti dan tindakan penganiayaan lainnya adalah suatu kezaliman,” imbuhnya.

Pewrta   : PM