Rihlah Ilmiah Kelas Akhir Pesantren Putri Al-Mawaddah Ponorogo ke Nurul Jadid

nuruljadid.net – Santriwati kelas akhir (Zahdiah Generation) Pondok Pesantren Putri Al-Mawaddah Ponorogo melaksanakan rihlah ilmiah dan studi banding ke Pondok Pesantren Nurul Jadid pada hari Senin (15/05/2023) pagi. Sebanyak 129 santriwati melakukan studi banding yang digelar di Aula I Nurul Jadid sejak pagi hingga menjelang waktu dzuhur.

Rombongan santriwati dari Ponorogo itu tiba di bumi Nurul Jadid pada jam 08.00 WIB dengan menggunakan 3 armada bis. Santriwati yang diikutkan dalam rihlah ini merupakan santri kelas akhir yang berjumlah 130 santriwati. Ditambah lagi dengan 20 orang pendamping yang merupakan ustadz dan ustadzah.

Tujuan adanya rihlah ini ialah sebagai pembekalan kepada santriwati sebelum nanti kembali kepada pangkuan orang tua masing-masing.

Menurut sambutan dari perwakilan Pesantren Putri Al-Mawaddah, salah satu ustadnya menyebutkan bahwa santriwati kelas akhir di pondok kami pada akhir tugasnya akan selalu diajak untuk melakukan rihlah ilmiah.

“Santriwati kelas akhir di Pesantren putri Al-Mawaddah ini pada akhir tugasnya selalu diajak rihlah. Namun dua tahun kemarin sempat berhenti karena adanya pandemi yang tidak bisa kami menghindar dari keadaan itu, maka sekarang alhamdulillah bisa berjalan lagi,” papar salah satu ustadz pendamping.

Selain itu, ustadz menambahkan tujuan kedatangannya ke Nurul Jadid.

“Tujuan kami disini yang paling pokok adalah silaturrahim. Selain itu, tujuan berikutnya ingin belajar agar menambah wawasan baru tentang kepesantrenan, kewirausahaan, perguruan tinggi dan lain sebagainya,” sang ustadz menambahkan.

(Potret perwakilan dari Pondok Pesantren Putri Al-Mawaddah Ponorogo saat mengisi sambutan)

Di lain sisi, sambutan dari Nurul Jadid yang diwakilkan kepada Kabag Humas dan Infokom Ustadz Mujiburrahman menyambut baik dan hangat para tamu.

“Kami ucapkan ahlan wa sahlan bi hudurikum, welcome to Nurul Jadid Islamic Institute,” sapa Ustadz Mujib kepada para tamu.

(Suasana penyampaian sambutan perwakilan dari Pondok Pesantren Nurul Jadid yang diisi oleh Kabag. Humas Infokom Ustadz Mujiburrahman)

Lebih lanjut, Ustad Mujib menjelaskan profil singkat dari Pondok Pesantren Nurul Jadid, mulai dari tahun awal didirikannya hingga bisa terus berkembang hingga saat ini. Termasuk dengan penjelasan singkat dari usaha-usaha, organisasi-organisasi serta jenjang pendidikan yang ada di bawah naungan Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Kemudian, acara diisi dengan dialog interaktif antara pihak rombongan dengan tuan rumah seputar hal-hal yang ada di pesantren Nurul Jadid yang berlangsung kurang lebih selama satu jam. Sebelum diakhri, terdapat penyerahan cinderamata dari dua pihak dan sesi dokumentasi yang pada akhirnya ditutup dengan doa bersama.

Rombongan tidak bisa berlama-lama, sebab masih akan melanjutkan perjalanan ke Waru Sidoarjo, Batu Malang dan lain sebagainya.

 

 

(Humas Infokom)

Santri Tidak Betah Mondok? Wali Asuh Nurul Jadid Tangani dengan Psikoedukasi

nuruljadid.net – Eksistensi pesantren di Indonesia sudah bertahan hampir 5 abad lamanya. Sejak fase awal embrio lahirnya pesantren dimulai pada zaman Walisongo, sekitar abad 15-16. Sampai hari ini, pesantren masih menunjukkan eksistensinya sebagai bagian integral dari kekuatan bangsa. Tidak heran apabila pesantren menjadi lembaga pembentukan karakter yang banyak diminati oleh masyarakat.

Namun, untuk mencetak karakter santri yang memiliki kecakapan, kearifan, dan kompetensi ilmu, terutama dalam bidang keagamaan, seorang santri wajib berjuang dan gigih dalam menuntut ilmu di pesantren. Karena tak jarang orang yang baru mondok (santri baru) mengalami keadaan homesickness atau tidak betah di pesantren. Tidak terkecuali santri di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

Faktor Penyebab Santri Tidak Betah

Banyak sekali faktor penyebab kenapa santri tidak betah di pesantren, beberapa faktor internal utama santri tidak betah seperti:

  1. Mondok karena paksaan orang tua
  2. Tidak betah karena rindu rumah
  3. Sering dikunjungi orang tua atau keluarga
  4. Kesulitan dalam bersosialisasi
  5. Korban perundungan (bullying) di pesantren

Selain faktor internal dari santri itu sendiri, juga ada 5 faktor eksternal yaitu dari pondok pesantren yang ditempati. Dari berbagai macam pengamatan yang dilakukan secara empiris selama mengatasi santri yang memang tidak betah berada di pesantren adalah karena beberapa faktor berikut:

  1. Minimnya pengawasan dari guru, ustaz atau wali asuh di pesantren
  2. Penanganan santri yang tidak berimbang
  3. Kurang profesionalnya dalam mendesain kurikulum pesantren
  4. Program atau kegiatan yang monoton
  5. Peraturan yang ketat namun tidak disertai dengan apresiasi yang layak

Solusi Pesantren dan Kewaliasuhan

Wali Asuh memiliki peranan penting sebagai solusi dalam permasalahan ini. Wali Asuh sendiri merupakan front liner atau garda terdepan yang mendampingi, mendidik, dan merawat santri selama 24 jam. Menyikapi masalah tersebut, salah satu Wali Asuh di asrama santri baru Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton (Asrama I’dadiyah, red.) Ustaz Zaki Maulana menjelaskan solusi kreatif dengan metode psikoedukasi yang diberikan oleh Wali Asuh.

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa santri yang mengalami homesickness diberikan penanganan dan perhatian secara khusus dibandingkan santri biasa pada umumnya. Metode psikoedukasi yang dia berikan diantaranya; tahap awal berupa pendekatan—hal ini memerlukan kepekaan yang baik—mulai pendekatan behavioral, humanistik, psikoanalisa dan teknik lainnya. Kemudian, melakukan tindakan berupa perhatian ekstra, misalnya santri yang mengalami homesickness cenderung menyendiri dan merenung, menyadari kondisi tersebut, wali asuh kemudian menghampiri, memberikan motivasi dan mengajak untuk bergabung dengan teman lainnya.

“Dalam hal itu, kami memberikan motivasi biasanya melalui deeptalk terhadap santri. Di luar pendekatan dan tindakan tadi, kami juga memberikan kegiatan produktif yang cukup padat kepada santri, terutama ketika mereka baru tiba di pesantren, sehingga ini dapat membiaskan potensi-potensi yang bisa menyebabkan homesickness pada santri,” imbuhnya saat diwawancarai Tim Nurul Jadid Media pada Jumat (12/05) pagi.

Hal ini tentunya tak lepas dari peran pesantren dalam memberikan pembekalan teknik parenting terutama kepada wali asuh yang bersinggungan langsung dengan santri baru. Pesantren biasanya juga mengadakan kegiatan Orientasi Santri Baru (OSABAR) sepekan setelah agenda Penerimaan Santri Baru (PSB) satu atap usai. Kegiatan itu diisi dengan pengetahuan seputar lingkungan pesantren yang disajikan melalui kegiatan edukatif, rekreatif dan entertaining. Selain itu, santri baru juga disediakan asrama khusus, sehingga penanganan dan pendampingan secara khusus dapat diberikan.

Sinergitas antara wali asuh dan Pesantren menjadi tolak ukur utama dalam keberhasilannya memberikan penanganan kepada santri yang tidak betah atau homesickness di pesantren, tentunya ini tidak lepas dari dukungan, motivasi, dan doa orang tua kepada santri dari rumah.

Harapannya dengan psikoedukasi ini, wali santri atau keluarga yang memondokkan putra atau putrinya di pesantren, tidak lagi terlalu khawatir. Karena pesantren juga terus berusaha memaksimalkan ikhtiar dengan memberikan pelayanan yang baik agar santri bisa beradaptasi dan menuntut ilmu dengan nyaman di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

 

 

(Humas Infokom)

Santri Rantau Nurul Jadid Asal Medan, Rela Tak Pulang Kampung Demi Menuntut Ilmu di Pesantren

nuruljadid.net – Hidup jauh dari orang tua dan merantau ke luar pulau demi menuntut ilmu menjadi lumrah bagi kebanyakan santri. Tak hanya dituntut hidup mandiri, santri juga harus memiliki niat dan tekad yang kuat untuk melangkahkan kaki membawa diri berdamai dengan jarak, ruang, dan waktu yang tak lagi sama dengan masa sebelum nyantri. Santri juga harus berupaya untuk bertahan di pesantren dengan ikhlas dan sabar tanpa batas semata untuk mengharap ridho Allah SWT.

Itulah yang dirasakan Bilhakqi Maha (13), santri asal kota Medan provinsi Sumatra Utara yang harus rela tinggal jauh dari orang tuanya di kampung halaman demi cita-cita mulia menuntut ilmu agama di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, provinsi Jawa Timur usai tamat sekolah dasar.

Pada awalnya, keinginan mondok sudah ada sejak Bilhak, panggilan akrabnya, masih kecil. Kakeknya yang juga alumni Pondok Pesantren Nurul Jadid menjadi motivasi awal bagi Bilhak untuk nyantri belajar ilmu agama di pulau Jawa. Ibarat dayung bersambut, niat baik Bilhak tersebut didukung penuh oleh kedua orang tuanya sehingga tekadnya semakin bulat untuk melanjutkan studi di tanah Jawa.

Sejak memulai pendidikannya di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Bilhak harus rela berkorban menahan rasa rindu dan tidak kerasannya demi belajar agama nan jauh dari kampung halaman di pulau Sumatra. Tak jarang Bilhak merasa sedih tak kuasa membendung air matanya karena rindu kebersamaan dengan keluarga di kampung. Hari berganti hari, berganti minggu dan bulan, Bilhak harus menguatkan diri untuk menetap dan tidak pulang ke kota Medan karena harus mondok.

“Sudah satu tahun saya mondok, setiap liburan saya hanya bisa pulang ke rumah saudara di Besuki Situbondo (Jawa Timur) dan tak pernah pulang ke Medan. Tapi orang tua menyusul ke Besuki, jujur saya rindu kampung halaman dan teman-teman disana” ungkapnya saat diwawancarai oleh Tim Nurul Jadid Media pada Ahad (07/05) sore.

Motivator bagi Teman

Jarak tidak lantas membuat Bilhak berkecil hati, dengan motivasi kuat dari dalam diri, ia berhasil memberikan pemaknaan yang positif dari setiap perjalanan hidup yang Bilhak lalui. Mengubah suasana yang melankolia menjadi bahagia dengan rasa syukur tak terhingga.

Di lingkungan belajarnya, disadari atau tidak, sebagian temannya termotivasi oleh perjuangan Bilhak, meskipun berasal dari daerah terjauh dibanding temannya yang lain di asramanya, ia tak putus semangat dalam menuntut ilmu, bahkan di saat teman yang lain tidak kerasan, Bilhak menghiburnya agar betah di pesantren.

Saat Tim Nurul Jadid Media mewawancarai beberapa temannya di asrama I’dadiyah, khusus santri tahun pertama, tempat dia bermukim dan belajar di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Denis Eldiansyah (12) santri asal Jawa Timur mengungkapkan bahwa Bilhaklah yang selalu menghiburnya, saat dirinya mulai merasa tidak betah di pondok.

“Bilhak ini orangnya lucu dan suka menghibur. Dia juga memiliki semangat yang bagus, masak saya yang dekat mau kalah semangat dengan dia yang dari jauh. Dialah salah satunya sebab saya bisa kerasan mondok,” ungkap Denis santri asal kabupaten Jember.

Dari kisah Bilhakqi Maha, kita bisa mempelajari semangat juang yang bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu tanpa mengenal kata “tapi dan nanti”. Karena baginya pergi untuk menuntut ilmu apalagi agama adalah misi mulia dan termasuk perjuangan, berjuang untuk hari yang lebih baik, berjuang melawan ego, kesabaran dan juga menahan kerinduan, berjuang mengukir kenangan tanpa batas dan mengharap balas kecuali ridho Allah SWT. Perjuangan ini juga untuk kembali kepada orang tersayang, bekal kehidupan.

Semoga kisah ini juga bisa menginspirasi dan memotivasi teman-teman yang memiliki keinginan untuk mondok namun masih risau dengan jarak yang terlalu jauh. Teringat esensi sajak yang terangkum dalam Kitab Diwan Imam Asy-Syafi’i:

“Merantaulah …

Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman

Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang” 

-Imam Asy-Syafi’i, puisi mahsyur berjudul merantau, diterjemahkan dari Kitab Diwan Imam Asy-Syafi’i-

 

 

(Humas Infokom)

Peremajaan Identitas Daerah, Biktren Pasang Papan Nama Daerah Baru

nuruljadid.net – Baru-baru ini Biro Kepesantrenan (Biktren) Pondok Pesantren Nurul Jadid meluncurkan proyek pemasangan papan nama di tiap daerah/asrama. Sementara ini, pemasangan papan nama tersebut dimulai dari daerah putra terlebih dahulu. Total ada 9 daerah yang dibuatkan papan nama oleh Biro Kepesantrenan. Papan nama ini diletakkan di depan Asrama/daerah masing-masing dan mulai dipasang pada hari Senin (08/05/2023) pagi kemarin.

Tujuan program ini selain untuk peremajaan identitas setiap asrama santri agar lebih menarik dan mudah diidentifikasi, yakni juga untuk memudahkan pengurus pesantren ketika hendak mencari santri di asrama tertentu atau saat ingin mengantarkan paket dari walisantri atau tamu yang berkunjung ke Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Proses pengerjaan proyek ini dilakukan secara bertahap, mulai dari pembuatan desain papan nama, pemilihan bahan, hingga pemasangan papan nama di setiap daerah yang membutuhkan waktu berhari-hari. Hingga saat ini ada sekitar 8 papan nama yang sudah terpasang dengan baik.

Dalam upaya memperkuat citra dan kesan visual daerah/asrama, papan baru ini dirancang dengan gaya yang modern, simple dan trend estetika yang menarik. Biro kepesantrenan memilih warna yang cerah, jenis huruf yang mudah dibaca dan material yang tahan lama.

Proyek pemasangan papan nama daerah ini merupakan langkah penting dalam membangun rasa kepemilikan terhadap identitas daerah masing-masing. Biktren berharap bahwa dengan adanya papan nama daerah baru dan menarik ini, para santri bisa menjaga dan merawatnya dengan baik mengingat biaya yang tidak sedikit dalam pembuatannya.

Proyek pemasangan papan nama ini merupakan salah satu dari sejumlah inisiatif yang diambil oleh Biktren untuk memperbaiki tampilan dan citra Daerah/Asrama santri. Biktren juga berharap bahwa proyek ini akan berdampak positif bagi semua warga pesantren dan tamu yang berkunjung.

 

(Humas Infokom)

 

Biro Pendidikan Nurul Jadid Laksanakan PTS Serentak Pasca Libur Pesantren

nuruljadid.net – Biro Pendidikan Pondok Pesantren Nurul Jadid pasca libur Ramadan dan Idul Fitri 1444 H menyelenggarakan Penilaian Tengah Semester (PTS) serentak untuk semua lembaga pendidikan tingkat dasar dan menengah di lingkungan Pondok Pesantren Nurul Jadid mulai hari ini Senin (08/05/2023) sampai dengan Kamis (13/05/2023).

Terlepas dari pelaksanaan PTS, bahwa kegiatan belajar mengajar (KBM) di pesantren sudah aktif sejak hari Kamis, tanggal 04 Mei 2023, sehari setelah kedatangan santri dari libur ramadan dan Idul Fitri 1444 H. Sedangkan bagi guru dan karyawan sudah mulai aktif sejak tanggal 02 Mei 2023 yang diisi dengan bersih-bersih lingkungan sekolah/madrasah dan rapat persiapan menyambut peserta didik.

(Pelaksanaan PTS hari pertama Biro Pendidikan Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo)

Pasalnya, pelaksanaan penilaian tengah semester (PTS) ini dilaksanakan tidak lama setelah tanggal kembalian santri dari liburan adalah sebagai upaya pesantren agar santri segara balik ke pesantren tepat waktu sesuai tanggal yang telah ditetapkan, santri putri tanggal 02 Mei 2023 sedangkan santri putra tanggal 03 Mei 2023.

Pantauan ujian hari pertama di satuan pendidikan di lingkungan Nurul Jadid ini relative berjalan lancar dan prosentase kehadiran peserta didik sudah cukup baik sekitar lebih dari 80%. Meskipun tidak dapat dipungkiri masih terdapat santri yang datang terlambat disebabkan berbagai hal. Bagi mereka yang terlambat mengikuti ujian maka harus melapor kepada panitia ujian di lembaga masing-masing untuk memperoleh ijin mengikuti ujian susulan.

 

 

(Humas Infokom)

Ribuan Santri Nurul Jadid Kembali Mengaji dan Tempa Diri Pasca Libur Idul Fitri

nuruljadid.net – Pasca libur Ramadan dan Idul Fitri 1444 H, ribuan santri Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo kembali mengaji dan siap menempa diri. Dua puluh lima hari telah berlalu, kini mereka siap mengikuti aktivitas belajar sebagaimana biasanya.

Kedatangan santri ini dibagi menjadi dua tahap, tanggal 02 Mei 2023 untuk santriwati dan 03 Mei 2023 untuk santriwan. Pengembalian santri ini juga dikoordinir oleh P4NJ masing-masing daerah untuk mempermudah pengkondisiannya.

“Dalam dua hari ini ada sekitar 7.000 santri Nurul Jadid dari berbagai daerah di Indonesia yang kembali ke pondok. Mereka datang dalam dua tahap yakni putri tanggal 02 Mei 2023 dan putra keesokan harinya,” ujar Ketua Panita Pulang Bersama Umar Taha saat ditemui di sela penyambutan kedatangan rombongan santri, Rabu sore.

(Kondisi kedatangan santri putra pasca libur Idul Fitri 1444 H di lapangan raya Pondok Pesantren Nurul Jadid)

Ketua panitia memaparkan bahwa proses mulai dari kepulangan santri sampai dengan pengembalian santri ini berjalan lancar dan tidak menemukan kendala berarti. Ini semua berkat kerja keras dan kerja sama seluruh panitia beserta pengurus P4NJ bersama wali santri.

“Alhamdulillah, rangkaian kegiatan pemulangan dan pengembalian santri tahun ini berjalan lancar. Saya ucapkan terimakasih kepada seluruh panitia yang bertugas dan pengurus P4NJ bersama wali santri yang ikut aktif membantu,” kata pria yang juga alumni Ponpes Nurul Jadid ini.

Ia menjelaskan bahwa pengembalian santri Nurul Jadid ini menggunakan beragam moda transposrtasi, mereka yang dari pulau Jawa mayoritas menggunakan moda transportasi darat, sedangkan mereka yang berasal dari luar pulau dan luar negeri menggunakan moda transportasi laut dan udara. Sebagian lainnya menggunakan kendaraan pribadi masing-masing wali santri. Selain itu, keberangkatan santri putera dan puteri juga dipisah.

(Kondisi kedatangan santri putri pasca libur Idul Fitri 1444 H di lapangan raya Pondok Pesantren Nurul Jadid)

Sementara itu, salah seorang wali santri, Syamsuri Hasan mengatakan sangat senang anaknya sudah kembali ke pondok, sehingga anaknya bisa kembali berkonsentrasi belajar dan aktivitasnya terpantau juga terarah di lingkungan pesantren.

“Kalau di rumah, anak-anak kan masih main kemana-mana. Kami orang tua juga khawatir, apalagi pergaulan anak sekarang cukup memprihatinkan. Tapi dengan di pondok, kami lega, anak-anak tidak kemana-mana dan bisa kembali mengikuti kegiatan kepesantrenan,” kata pendidik yang juga alumni Ponpes Nurul Jadid ini.

(Humas Infokom)

Mendahului Kembalian Santri, Keluarga Besar Nurul Jadid Gelar Halal Bihalal

 nuruljadid.net – Pasca libur Ramadan 1444 H selama hampir satu bulan (25 hari) sampai bulan syawal, Pondok Pesantren Nurul Jadid mengawali kegiatan kepesantrenan dengan Halal Bihalal bersama ratusan pengurus baik dari unsur keluarga pengasuh, pimpinan sampai dengan pegawai pada Senin pagi (01/05/2023) di auditorium I pesantren.

Momentum bulan syawal merupakan waktu bagi umat muslim di dunia untuk saling meminta maaf. Idul Fitri juga saat kita semua kembali fitri. Mengawali bulan Mei sehari sebelum santri balik ke pesantren, ratusan pengabdi Pondok Pesantren Nurul Jadid mengikuti acara Halal Bi Halal sebagai kegiatn rutin tahunan.

Dari sekitar seribu lebih Pegawai Nurul Jadid (PNJ) dari data di Pedatren, yang hadir hanya 69% yakni sekitar 697 orang putra-putri. Ini merupakan kegiatan Halal Bihalal kali kedua pasca pandemi Covid-19. Hal ini juga sebagai upaya untuk mempersiapkan pegawai Nurul Jadid menyambut kedatangan santri pasca libur Ramadan.

KH. Abdul Hamid Wahid selaku kepala pesantren dalam sambutannya menyampaikan kepada seluruh hadirin “Taqobballallahu minna waminkum taqobbal ya karim, minal ‘aidzin wal faizin mohon maaf lahir dan batin” dawuhnya.

Sejumlah pesan Kiai Hamid dalam kapasitas sebagai pimpinan pesantren menyampaikan pentingnya kita sebagai pengabdi sekaligus pengurus untuk fokus pada tujuan yang telah ditetapkan oleh pesantren.

“dalam melangkah kita harus fokus dengan tujuan yang telah direncanakan jangka pendek melalui AKUP yaitu Arah Kebijakan Umum Pesantre, perencanaan 5 tahunan dalam bentuk rencana strategis (Renstra) dan perencanaan jangka panjang 20 tahunan melalui PIP, Perencanaan Induk Pesantren,” imbuh kiai Hamid

Selepas sambutan, pengasuh KH. Moh. Zuhri Zaini menyampaikan tausyiah sebagai salah satu rangkaian acara untuk memberikan siraman rohani kepada seluruh pengabdi dan pengurus di lingkungan pesantren.

Kiai Zuhri berharap tidak hanya sampai disini saja jalinan silaturrahmi ini dan beliau juga berharap acara halal bihalal ini membawa keberkahan dalam melakukan perbaikan di Pondok Pesantren Nurul Jadid.

“Perbaikan yang harus dilakukan di pondok harus mengacu pada visi-misi Pesantren” tutur Kiai Zuhri.

“Pesantren sebetulnya melanjutkan para pendahulu-pendahulu termasuk melanjutkan perjuangan Nabi Muhammad SAW,” imbuh pengasuh.

Halal bihalal ini juga diisi dengan pembacaan tahlil yang dipimpin oleh KH. Zainul Mu’ien Husni dan ditutup dengan doa bersama dipimpin oleh KH. Najiburrahman Wahid. Usai doa, peserta meninggalkan ruangan setelah pimpinan dan keluarga Nurul Jadid terlebih dahulu beranjak meninggalkan lokasi acara.

 

 

(Humas Infokom)

Ketum PBNU Gus Yahya Paparkan Agenda PBNU Saat Silaturrahim ke Nurul Jadid

nuruljadid.net – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) K.H. Yahya Cholil Tsaquf akrab disapa Gus Yahya memaparkan agenda PBNU yang menjadi komitmen beliau saat silaturrahim ke Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, Ahad pagi (30/04/2023)

Mengawali pengarahan, Gus Yahya mengucapkan Selamat Idul Fitri 1444 H dan memohon maaf lahir batin mewakili PBNU kepada seluruh hadirin dalam forum silaturrahim tersebut.

Selain sowan, Gus Yahya mengajak warga nahdliyin hal-hal penting terkait Thariqoh Ad-Diniyah yakni cara beragama kita di tengah keberagaman masyarakat Indonesia dan dunia.

“NU merupakan jalan penentu bagi hidup kita termasuk Thariqoh Ad-Diniyah atau cara beragama kita dalam bermasyarakat. seperti tidak menuntut negara Khilafah,” pungkasnya

(Ketum PBNU Dr. (H.C) KH. Yahya Cholil Tsaquf saat memberikan sambutan pada acara silaturrahmi ke Pondok Pesantren Nurul Jadid)

“NU telah memilih NKRI, sebagaimana amanah dan keputusan muassis NU. Jika mau mencari hujjah syariah silahkan! Karena keputusan muassis itu sudah termasuk dalil itu sendiri,” ungkap Gus Yahya.

“Kita bukan negara komunis yang memilih berperang!” tegasnya di hadapan seluruh hadirin

Gus Yahya juga menekankan bahwa NU mengajarkan kita cara hidup di tengah keberagaman dalam dekapan NKRI “Thoriqoh Nahdliyah terbukti menguatkan kita semua dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara,”

Hasil survei mutahir yang disampaikan Gus Yahya bahwa 59.2% dari total umat muslim di Indonesia mengaku berafiliasi dengan NU. Ini merupakan bukti bahwa NU organisasi besar dengan pengikut yang tidak sedikit.

“Di tengah padang sejarah yang begitu luas ini, kemana arah kita? Apakah hanya bergerombol atau mengarah ke satu tujuan yang besar dan mulia,” terangnya

Setidaknya dua agenda PBNU yang Gus Yahya paparkan pertama gerakan keluarga maslahah; kedua verifikasi dan validasi kepengurusan organisasi NU

“Gerakan keluarga maslahah NU akan diwujudkan dalam, kegiatan masyarakat di tingkat desa jadi dihandel ranting. Ada sekitar 8000 desa lebih,”

“Akan ada instruksi langsung dari PBNU, berikut dengan pedoman satgas yang dibentuk oleh PBNU. Orang-orang yang betul-betul tau dengan kerjanya.” Jelas Gus Yahya

Gerakan keluarga maslahah adalah keluarga yang dapat memenuhi atau memelihara kebutuhan primer (pokok), baik lahir maupun batin. Selain itu juga kepastian validitas data struktur kepengurusan yang sesuai dengan prosedur tata kelola administrasi PBNU.

“Semua kepengurusan NU, harus mengikuti ketentuan administrasi yang telah ditetapkan. Jangan sampai ada banom NU yang tidak mendapat SK sesuai prosedur yang berlaku,” tegasnya.

Agenda yang dipaparkan Gus Yahya lebih fokus pada kegiatan di ranah ranting. Kegiatan ini merupakan instruksi langsung dari PBNU ke pengurus NU tingkat ranting.

“Ini instruksi langsung dari PBNU, tidak ada perantara. Supaya instruksinya jelas!” tandas Gus Yahya.

(Humas Infokom)

Memasuki Abad Kedua, Kiai Zuhri Zaini Berharap PBNU Mediasi Konflik Kemanusian dan Dirikan Pesantren Muallaf Centre

nuruljadid.net – (30/04/2023) Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid K.H. Moh. Zuhri Zaini, dalam forum silaturrahim bersama PBNU, menyampaikan harapannya agar PBNU bisa memediasi konflik kemanusiaan yang tidak berkesudahan terjadi di negera mayoritas muslim seperti Afghanistan, Pakistan juga di Israel-Palestina.

Selain itu, Kiai Zuhri juga menyinggung soal pendirian pesantren Muallaf Centre sebagai wadah bagi mereka yang baru memeluk Islam untuk belajar aqidah ahlussunah wal jamaa’ah.

Memasuki abad kedua Nahdlatul Ulama’ (NU), kiai Zuhri menyampaikan bahwa ini merupakan momen yang krusial bagi PBNU untuk melakukan penguatan di berbagai sektor.

Kiai Zuhri mengutip sebuah hadits tentang kemunculan mujaddid setiap seratus tahun yang bersumber dari Abu Hurairah RA yang meriwayatkan sabda Rasulullah SAW sebagai berikut,

إنَّ اللهَ يَبْعَثُ لِهذهِ الأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِيْنَهَا

Artinya: “Sesungguhnya Allah mengutus kepada umat Islam, setiap seratus tahun, seorang yang memperbarui untuk mereka (interpretasi) ajaran agama mereka.” (HR Abu Daud)

Kiai yang akrab dengan kesederhanaannya itu berharap PBNU dibawah kepemimpinan Gus Yahya bisa menjadi pelopor dalam memperjuangkan masalah ummat.

Menyoal konflik kemanusiaan, kiai Zuhri menaruh harapan besar agar PBNU bisa merangkul Israel dan menjadikannya kawan untuk memnyudahi konfliknya dengan Palestina. Harapannya, PBNU bisa menjadi mediator antara kedua negara tersebut tanpa memihak salah satunya meski negara Muslim demi perkuat tali persaudaraan.

Sebelumnya, kiai Zuhri juga menyinggung tentang kemandirian warga nahdliyin melalui penguatan ekonomi pesantren agar dapat mandiri berjama’ah.

“Memasuki Abad kedua, ini bisa menjadi peluang sekaligus tantangan untuk melaksanakan visi-misi NU, pertama bagaimana kita sebagai warga nahdliyin mandiri, Alhamdulillah banyak pesantren merintis dan menggerakkan pemberdayaan ekonomi,” terang Kiai Zuhri.

Poin terakhir, Kiai Zuhri juga mengusulkan agar PBNU membentuk wadah bagi para muallaf. “Pesantren Muallaf perlu dipikirkan bersama oleh kita warga NU karena banyak difasilitasi oleh kelompok lain. Seandainya ada pembinaan khusus untuk para muallaf akan sangat baik sehingga aqidahnya sama ASWAJA,” tuturnya.

Menutup sambutannya Kiai Zuhri berharap semoga pertemuan ini membawa keberkahan bagi semua yang hadir khususnya PBNU dan Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

 

(Humas Infokom)

Ketum PBNU Gus Yahya Silaturrahim ke Ponpes Nurul Jadid Paiton

nuruljadid.net – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Dr. (H.C) K.H. Yahya Cholil Staquf yang akrab dipanggil Gus Yahya berkunjung ke Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo pagi ini Ahad (30/04/2023) dalam rangka perkuat silaturrahim.

Tepat pukul 09.50 WIB, rombongan PBNU tiba di Ponpes Nurul Jadid. Kedatangan rombongan PBNU tersebut disambut hangat oleh pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid K.H. Moh. Zuhri Zaini beserta pimpinan pesantren dan dzurriyah Nurul Jadid.

(Pengasuh KH. Moh. Zuhri Zaini bersama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Auditorium I pesantren)

Kunjungan Gus Yahya beserta rombongan PBNU dikemas dalam bentuk halal bi halal ke beberapa pesantren di Jawa Timur, salah satunya Ponpes Nurul Jadid, Paiton Probolinggo yang berlangsung di Auditorium I pesantren.

K.H. Moh. Zuhri Zaini mengawali sambutannya dengan menyampaikan rasa syukur atas kedatangan rombongan PBNU untuk kesekian kalinya ke Pondok Pesantren Nurul Jadid.

“Sebagai tuan rumah dan warga nahdliyyin, saya sangat bersyukur atas kedatangan tamu dari PBNU, semoga silaturrahim ini membawa keberkahan untuk kita semua,” figur yang khas dengan outfit sederhana serba putih tersebut.

Selang beberapa saat kemudian, ketua umum PBNU Gus Yahya memberikan pengarahan di hadapan tamu undangan yang notabene adalah pengurus PC, MWC dan Ranting di daerah kota/kabupaten Probolinggo, Situbondo dan Bondowoso.

Gus Yahya menyampaikan agenda-agenda yang akan dieksekusi oleh PBNU. Juga penguatan tertib administrative di setiap struktur kepengurusan NU yang sesuai dengan prosedur administrasi PBNU mulai dari PWNU hingga ranting.

“Semua kepengurusan NU, harus mengikuti ketentuan administrasi yang telah ditetapkan. Jangan sampai ada banom NU yang tidak mendapat SK sesuai prosedur yang berlaku,” pungkas Gus Yahya.

“Ini instruksi langsung dari PBNU, tidak ada perantara. Supaya instruksinya jelas!,” imbuhnya.

(Sesi foto bersama pengurus PBNU bersama pimpinan dan keluarga Pondok Pesantren Nurul Jadid)

Usai pengarahan ketum PBNU, acara dilanjutkan dengan pemberian cinderamata dari pengasuh Kiai Zuhri ke Ketum PBNU Gus Yahya dan dilanjutkan dengan sesi foto bersama rombongan PBNU serta pimpinan Ponpes Nurul Jadid.

Acara silaturrahim ini diikuti 100 peserta terdiri dari perwakilan pengurus NU se- kota/kabupaten Probolinggo, Situbondo dan Bondowoso. Turut hadir wakil ketua umum PBNU H. Amin Said Husni, sekretaris jenderal KH. Saifullah Yusuf dan beberapa pengurus PBNU lainnya.

(Humas Infokom)

Mahfud MD Memaparkan 5 Nilai Syarat Negara Demokrasi dalam Islam, Bagaimana dengan Indonesia?

nuruljadid.net – Prof. Dr. H, Moh. Mahfud MD bersilaturrahmi pada saat Idulfitri 1444 H sebagai Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Republik Indonesia (Menkopolhukam RI) menyebutkan lima nilai syarat negara demokrasi pada forum silaturrahmi ulama dan umara di aula 1 Pondok Pesantren Nurul Jadid Sabtu (22/04/2023) pagi.

Menyoal negara, demokrasi adalah sistem pemerintahan di mana segenap rakyat ikut serta memerintah melalui wakil-wakilnya dalam lembaga pemerintahan. Dengan kata lain, pemerintahan dan negaranya berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Sebagaimana disampaikan oleh Mahfud MD, salah satu tonggak utama untuk mendukung sistem pemerintahan yang demokratis adalah adanya pemilihan umum atau pemilu.

Di Indonesia, pemilu diselenggarakan untuk memilih dewan perwakilan rakyat, pemimpin daerah, bahkan pemimpin negara. Indonesia menggunakan prinsip dari demokrasi Pancasila, antara lain melindungi hak asasi manusia, dan mengambil keputusan berdasarkan musyawarah mufakat.

Indonesia berdasarkan praktiknya telah memenuhi syarat dan ciri sebagai negara demokratis, sehingga disebut negara demokrasi.

Mahfud MD menyampaikan lima nilai syarat yang perlu diperhatikan untuk menjadi negara demokrasi menurut konsep tujuan syari’ah (maqasid al-syari’ah) diantaranya. 1) Memelihara agama; 2) Menjaga keselamatan jiwa; 3) Menjaga hak benda dan harta orang; 4) Menjaga akal sehat; 5) Menjaga keturunan.

1) Memelihara agama (hifz al-din)

Bahwa negara atau pemerintah harus hadir untuk memastikan setiap pemeluk agama mendapatkan hak dan diberi kebebasan dalam mengekspresikan agama masing-masing selama tidak mengganggu atau menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.

Memelihara juga bisa dimaknai menjaga agama yang berarti menjaga batasan-batasan-Nya, hak-hak, perintah-perintah, serta larangan-larangan-Nya.

2) Menjaga keselamatan jiwa (hifzh al-nafs)

Poin ini merupakan salah satu kewajiban utama dalam beragama. Menjaga jiwa juga erat kaitannya untuk menjamin atas hak hidup manusia seluruhnya tanpa terkecuali.

3) Menjaga hak benda dan harta (hifdz al-mal)

Yaitu haq al-amal (hak bekerja). Hal ini tidak hanya diterjemahkan sebagai upaya untuk menjaga harta dari gangguan orang lain. Melainkan ditafsirkan dalam makna luas termasuk hak kebendaan.

4) Menjaga akal sehat (hifz al-‘aql)

yaitu haq al-ta’lim (hak mendapatkan pendidikan) Menghargai akal bukan berarti hanya sekedar menjaga kemampuan akal untuk tidak gila ataupun mabuk. Orientasi penjagaan akal adalah pemenuhan hak intelektual bagi setiap individu yang ada dalam masyarakat.

5) Menjaga keturunan (hifz al-nasl)

Nasab yaitu keturunan atau kerabat. Pertalian kekeluargaan berdasarkan hubungan darah melalui akad perkawinan yang sah. Menjaga nasab bukan hanya terkait perihal pernikahan, membantu keluarga yang dalam keadaan susah atau kesulitan serta berperilaku baik dalam bermasyarakat juga bisa dikatakan menjaga nasab.

 

 

(Humas Infokom)

 

 

Mahfud MD Ajak Ulama dan Warga Pesantren Berpartisipasi dan Kawal Pemilu 2024

nuruljadid.net – Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Republik Indonesia (Menkopolhukam RI) Prof. Dr. H. Mohammad Mahfud Mahmodin, S.H., S.U., M.I.P. yang akrab disapa Mahfud MD mengajak para ulama dan warga pesantren termasuk pengasuh pondok pesantren berpartisipasi dan mengawal bersama pemilihan umum tahun 2024 mendatang pada forum silaturrahmi ulama dan umara di Pondok Pesantren Nurul Jadid (22/04/2023).

“Saya minta semua mari gunakan hak pilih, dalam Pemilu karena itu adalah khittah negara, khittah negara ada di pemilu,” Mahfud MD menegaskan dalam orasinya di depan para ulama dan pengasuh pesantren.

Pemilu merupakan forum silaturrahmi dan musyawarah, lanjut Mahfud MD, sebagaimana fitroh sebuah negara demokrasi. Sehingga seluruh warga negara Indonesia harus menggunakan hak pilihnya untuk menyalurkan suara atas apa yang diperjuangkan.

“Pemilu, ingin memperjuangkan apa? kesejahteraan ekonomi? pilih wakil yang bisa dipercaya, pilih pemimpin baik di DPR, di daerah maupun di pemerintahan, nah itu yang akan kita lakukan di tahun 2024,” terang Mahfud yang juga pernah nyantri di pulau Madura itu.

Pemilu sebagaimana disampaikan oleh Prof. Mahfud MD sudah pasti akan dilaksanakan pada 14 Februari 2024 dan Pilkada November 2024 mendatang.

“Jadwal Pemilu itu ibarat kereta api, kalau sudah jalan ya jalan. Tidak bisa mundur, paling berhenti, tapi jalan lagi sampai ke tujuan,” tambah Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta itu pada forum silaturrahmi ulama dan umara se Tapal Kuda di Ponpes Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

 

 

(Humas Infokom)

 

Mahfud MD Himbau Rakyat Indonesia Bersatu dalam Perbedaan Jelang Tahun Politik 2024

nuruljadid.net – Pelaksanaan salat Idulfitri kali ini, Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo kedatangan tamu spesial. Pasalnya, Menkopolhukam Republik Indonesia Prof. Dr. Moh. Mahfud MD hadir selain menjadi khotib juga mengisi orasi ilmiah kebangsaan terbatas (22/04/2023) di aula 1 pesantren. Prof. Mahfud MD himbau seluruh rakyat Indonesia untuk perkuat persatuan dalam perbedaan menjelang tahun politik 2024.

“Indonesia termasuk salah satu negara dengan pulau terbanyak di dunia yakni 17.000 pulau, dan 5.000 diantaranya berpenghuni. Terdapat ribuan suku dan ratusan Bahasa. Kalau kita tidak bersatu maka tidak akan merdeka sebagaimana dulu kerajaan Jawa dan lain-lain. Akhirnya, setelah bersatu kita bisa merdeka,” jelasnya saat menyampaikan orasi di depan para ulama dan umara se Tapal Kuda.

Dalam sambutannya Prof. Mahfud MD menyampaikan bahwa negara Indonesia terbentuk atas berkat rahmat Allah SWT sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alinea ketiga. Sehingga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) perlu dijaga dan diupayakan bersama.

Secara historis, kemerdekaan Indonesia juga berkat perjuangan ulama pesantren namun setelah merdeka Indonesia dipimpin oleh kelompok non pesantren. Prof. Mahfud juga menegaskan bahwa cendekiawan pesantren perlu turut aktif mengisi kemerdekaan karena lulusan pesantren saat ini telah diakui sehingga dapat berkiprah di berbagai sektor pemerintahan.

“Indonesia tidak perlu menjadi negara Islam, namun nilai-nilai sudah tertanam sejak kemerdekaan. Sehingga kita perlu bersatu dalam keberagaman. Jadi Indonesia bukan negara Islam namun Islami,” terang mantan ketua MK tersebut.

Ia juga mengatakan peran lulusan ponpes sangat dibutuhkan saat ini. Para santri bisa bekerja di pemerintahan baik di TNI, Polri dan Pemerintahan mulai dari tingkat bawah hingga atas. “Zaman dulu santri tidak bisa menjadi anggota TNI dan Polri, namun sekarang semua lulusan ponpes yang memenuhi syarat bisa berperan di seluruh lini pemerintahan,” tambahnya.

Indonesia menurut Prof. Mahfud MD merupakan negara kosmopolitan sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW yang berarti seluruh warga negara Indonesia adalah satu kesatuan dalam komunitas tunggal. Adanya negara juga untuk membangun kemajuan dan ibadah, jika tidak ada negara umat Islam tidak bisa beribadah dengan baik. Majunya pesantren saat ini juga berkat sebuah negara yang merdeka sehingga NKRI perlu kita jaga dengan segala upaya dan sistemnya.

Tak kalah penting, Prof. Mahfud MD menegaskan, masih banyak dugaan kasus korupsi di tubuh bangsa Indonesia yang perlu diberantas sebagaimana hukum yang berlaku karena selain melawan hukum, tindak pidana korupsi juga melanggar ajaran agama Islam. Maka, selain menjaga persatuan dan kesatuan dalam perbedaan, Prof. Mahfud MD juga mengajak kita semua untuk bersama memberantas korupsi yang menjadi penyakit kronis negara Indonesia.

(Humas Infokom)

Menkopolhukam RI Mahfud MD Salat Idulfitri Bersama Para Masyayikh di Ponpes Nurul Jadid Paiton Probolinggo

nuruljadid.net – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Republik Indonesia (Menkopolhukam -RI) Prof. Dr. H. Mohammad Mahfud Mahmodin, S.H., S.U., M.I.P. pagi ini Sabtu (22/04/2023) bersama para masyayikh Nurul Jadidi menunaikan salat Idul Fitri 1444 H di Masjid Jami’ Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Kabupaten Probolinggo.

Diketahui Menkopolhukam Prof. Mahfud MD selain salat Eid, juga mengisi khotbah dan bersilaturahmi dengan keluarga besar Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Khotbah yang disampaikan dengan menggunakan bahasa Arab itu menyesuaikan budaya pesantren berisikan tentang bagaimana agar umat Islam senantiasa meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Hal ini lantas menjadi momen nostalgia ketika beliau menjadi santri dulu.

(Menkopolhukam RI Prof. Dr. Mahfud MD saat menyampaikan khotbah Idulfitri di masjid Jami Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo)

Salat Eid dipimpin oleh pengasuh KH. Moh. Zuhri Zaini dan diikuti oleh jajaran pemerintah dan pengurus pesantren. Usai salat dan khotbah, Kiai Zuhri memimpin pembacaan tahlil bersama. Bapak Mahfud juga berziarah ke maqbarah para muassis dan masyayikh Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Setelah itu, bapak Mahfud melakukan pertemuan terbatas dan memberikan orasi kebangsaan dengan para ulama dan umara se Tapal Kuda di Aula I pesantren yang berlangsung secara hybrid via Zoom Meeting.

Saat ditanya mengenai kunjungannya tersebut, bapak Mahfud menjawab bahwa dirinya murni bersilaturahmi. Tak ada bahasan tentang politik apalagi soal Pilpres 2024.

“Sejak puluhan tahun saya memang memiliki hubungan batin dengan PPNJ, sekitar 30 tahunan. Ini kunjungan biasa dalam rangka silaturahim, karena selama pandemi COVID- 19 tidak bisa berkunjung,” bapak Mahfud menuturkan.

Sementara itu, pengasuh KH. Moh. Zuhri Zaini mengamini bahwa mantan Ketua MK Republik Indonesia itu ansih dalam rangka silaturahmi karena memang bapak Mahfud merupakan sahabat lama Pondok Pesantren Nurul Jadid sejak puluhan tahun lalu.

“Beliau memang sudah berhubungan lama dengan pondok, sudah sejak tahun 1990 dan terus nyambung hingga saat ini. Kunjungannya murni sebagai sahabat,” ungkap kiai Zuhri.

Selain pengasuh, Menkopolhukam bapak Mahfud MD juga didampingi oleh kepala pesantren KH. Abd. Hamid Wahid, Plt. Bupati Probolinggo H. A. Timbul Prihanjoko, Kapolres Probolinggo AKBP Teuku Arsya Khadafi, Dandim 0820 Probolinggo Letkol Arm Heri Budiasto dan jajaran pemerintah kabupaten Probolinggo serta pimpinan pesantren lainnya.

(Humas Infokom)

Laziskaf Az-Zainiyah Nurul Jadid Melayani Penyetoran dan Penyaluran Zakat Fitrah Menjelang Idul Fitri

nuruljadid.net – Lembaga Amil, Zakat, Infaq, Shodaqoh dan Wakaf (Laziskaf) Az-Zainiyah Nurul Jadid yang dipimpin oleh KH. Fahmi Abdul Haq Zaini menerima dan melayani penyetoran zakat fitrah menjelang Idul Fitri 1444 H. Sebagaimana flyer atau selebaran informasi ini tersebar dan diinformasikan ke berbagai group pesantren baik telegram maupun WhatsApp.

Sholihin salah satu pengurus Laziskaf Az-Zainiyah membenarkan informasi ini bahwa pihaknya menerima layanan zakat fitrah dan akan mendistribusikannya kepada mustahiq zakat prioritasnya di sekitar Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Laziskaf Az-Zainiyah Nurul Jadid merupakan lembaga swasta pesantren yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada kepala pesantren melalui kepala lembaga. Adapun program Laziskaf Az-Zainiyah Nurul Jadid ini diantaranya adalah membantu fakir miskin untuk meringankan beban hidupnya sebagaimana visi pesantren yaitu pemberdayaan umat dan ini merupakan bentuk dakwah langsung.

Dalam selebaran itu berbunyi doa dan permohonan kepada bapak/ibu sekalian untuk mendukung Laziskaf Az-Zainiyah agar senantiasa dimampukan terus membantu masyarakat yang membutuhkan. Insyaallah amal jariyah dan pahalanya akan terus mengalir kepada kita semua.

Menyambut Ramadhan 1444 H ini, Laziskaf Az-Zainiyah Nurul Jadid menawarkan pelayanan Zakat Fitrah yaitu berupa Zakat Beras 3kg/orang; Zakat Berupa Uang Rp. 50.000,-/orang; Zakat Paket Sembako Rp. 150.000,- (Beras, Gula, Minyak, Mie, kue).

Apabila dari bapak dan ibu atau saudara ada yang berminat bisa melakukan transfer uang ke nomor rekening BRI: 651801024798531 a.n Laziskaf Nurul Jadid.

Narabuhung untuk informasi lebih lanjut bisa menghubungi Sholihin ke nomor wa.me/6285258742796 atau Qurrotul Aini ke nomor wa.me/6285259383042.

Laziskaf Az-Zainiyah juga masih tetap menerima Zakat Mal, Infaq, Shodaqoh dan Wakaf bagi para donator yang ingin ikut berpartisipasi dan berkontribusi menyisihkan hartanya untuk kepentingan dakwah dan kesejahteraan umat.

 

 

(Humas Infokom)