Pondok Pesantren Nurul Jadid Bekali Santrinya Keterampilan Abad 21 Siap Hadapi Tantangan Global

nuruljadid.net – Saat ini, kita telah memasuki abad 21 ditandai dengan perkembangan dunia yang sangat pesat. Perubahan ini dapat memberikan peluang jika dapat dimanfaatkan dengan baik, akan tetapi juga dapat menjadi bencana jika tidak diantisipasi secara sistematis, terstruktur, dan terukur. Itulah sebabnya, Pondok Pesantren Nurul Jadid membekali santrinya dengan keterampilan abad 21 dalam menghadapi tantangan zaman.

Tak dapat dipungkiri bahwa, dibutuhkan sumber daya manusia tangguh yang memiliki sejumlah kompetensi dan keterampilan agar dapat bertahan hidup (survive) di tengah perubahan yang begitu cepat dan unpredictable atau tidak dapat diprediksi. Keterampilan abad 21 merupakan keterampilan penting yang harus dikuasai oleh santri agar berhasil dalam menghadapi tantangan, permasalahan, kehidupan, dan karir di era digital dewasa ini.

National Education Association telah mengidentifikasi keterampilan abad 21 sebagai keterampilan “The 4Cs.” “The 4Cs” meliputi keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking), keterampilan berpikir kreatif (creativity), keterampilan berkomunikasi (communication) dan keterampilan berkolaborasi (collaboration).

Di lain sisi, menurut Lee Crocket (2011) dalam bukunya “Literacy is not enough: 21st Century Fluencies for the Digital Age” memaparkan paling tidak terdapat 6 keterampilan yang harus dikuasai seseorang di era digital diantaranya: keterampilan Problem Solving, Creativity, Collaboration, Analytical Thinking, Communication and Ethic & Accountability.

Pondok Pesantren Nurul Jadid dalam rangka penyiapan sumber daya manusia yang menguasai kompetensi dan keterampilan tersebut melakukan penguatan mutu pendidikan dan pengasuhan di pesantren. Menghadapi abad 21 yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian dan kualitas pendidikan kita yang belum membanggakan, diperlukan adanya berbagai terobosan dan strategi dalam dunia pendidikan.

Paradigma pendidikan pesantren harus disesuaikan untuk pengembangan kualitas SDM di era global ini. Berbagai strategi dan langkah pembelajaran serta asesmen yang terukur di berbagai bidang studi senantiasa diupayakan oleh Pondok Pesantren Nurul Jadid. Upaya ini tentu tidak dapat dilakukan tanpa adanya langkah terencana dan sistematis. Perubahan fundamental perlu dilakukan untuk membuat proses pendidikan relevan dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik.

Melalui penguatan nilai luhur kepesantrenan Trilogi dan Panca Kesadaran Santri, Pondok Pesantren Nurul Jadid melakukan berbagai macam upaya untuk membekali santrinya dengan keterampilan abad 21 yang dibutuhkan.

  1. Kesadaran Beragama

Penanaman nilai kesadaran dalam beragama, menjadi hal awal yang dilakukan oleh pesantren terhadap santrinya untuk beragama dengan penuh kesadaran. Menjalankan ajaran agama sebagai pilihan dan kebutuhan hidup bukan sebagai tuntutan keluarga apalagi warisan. Sehingga proses kesadaran beragama akan melatih dialektika santri yang mengasah berpikir analitis (Analytical Thinking) dengan tetap mengedepankan etika dan penuh tanggung jawab atas pilihannya (Ethic and Accountability).

  1. Kesadaran Berilmu

Menuntut ilmu dan terus belajar menjadi nilai wajib yang melekat dalam individu santri baik di dalam kelas maupun di lingkungan pesantren dalam konteks kehidupan yang luas. Pendidikan pesantren mengarah ke beberapa aspek pembelajaran; instruction should be student-centered, yakni pengembangan pembelajaran menggunakan pendekatan yang berpusat pada santri. Santri ditempatkan sebagai subyek pembelajaran yang secara aktif mengembangkan minat dan potensi yang dimilikinya. Sehingga dapat mengasah analytical thinking, critical thinking and creativity di ruang belajar.

Education should be communicative and collaborativeyakni santri harus dibelajarkan untuk dapat berkomunikasi dan berkolaborasi dengan orang lain. Elemen komunikasi menargetkan santri dapat menguasai, mengatur (manajemen) dan membuat hubungan komunikasi yang baik dan benar secara tulisan, lisan maupun multimedia. Santri diberi waktu untuk mengelola hal tersebut dan menggunakan kemampuan komunikasi untuk berhubungan seperti menyampaikan gagasan, berdiskusi hingga memecahkan masalah yang ada.

  1. Kesadaran Bermasyarakat

Learning should have context, yakni pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi dampak terhadap kehidupan santri di luar pesantren. Oleh karena itu, materi pelajaran perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari santri. Pendidik mengembangkan metode pembelajaran yang memungkinkan santri terhubung dengan dunia nyata (real world).

Pesantren should be integrated with society, yakni dalam upaya mempersiapkan santri menjadi warga negara yang bertanggung jawab, pesantren memfasilitasi santri untuk terlibat dalam lingkungan sosialnya. Misalnya, mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat, dimana santri dapat belajar mengambil peran dan melakukan aktivitas tertentu dalam lingkungan sosial sehingga mereka bisa belajar mengembangkan keterampilan problem solving, communication and collaboration.

  1. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara

Peran santri yang utama adalah mempertahankan dan mengisi kemerdekaan dengan menjaga dan mengawal NKRI sebagai warisan leluhur para ulama’. Dalam jiwa santri tentu tertanam panca-jiwa, panca-jangka, panca-bina dan panca-dharma. Selain itu, santri juga berkontribusi dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh bangsa dengan bentuk kontribusi kecil di lingkungan masyarakatnya.

Melalui pesantren, santri diajarkan menjaga dan membina etika yang baik serta bertanggung jawab terhadap tugas dan tanggung jawabnya sebagai bagian dari bangsa Indonesia sehingga santri dapat mengasah keterampilan (problem solving, ethic and accountability).

  1. Kesadaran Berorganisasi

Berorgansiasi merupakan salah satu nilai kesantrian yang perlu dimiliki santri sebagai bekal kelas di masyarakat. Tujuan organisasi santri yaitu untuk menyatukan, mengembangkan, membentuk serta memfasilitasi apa yang dibutuhan santri serta membangun jiwa seorang pemimpin yang berkepribadian matang. Dalam organisasi, santri dilatih dan ditempa mengasah keterampilan diri seperti problem solving, communication, collaboration, creativity, ethic and accountability.

 

 

 

(Humas Infokom)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *