KH. M. Lukman Hakim: Tuhan Jangan Dijadikan Kentongan

NurulJadid.net – Judul di atas dikutip dari pernyataan KH. M. Lukman Hakim dalam seminar thariqah dan pengukuhan UKM MATAN (Mahasiswa Ahli Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyah), Universitas Nurul Jadid (UNUJA). Probolinggo, Senin (15/10/18).

Dalam era millenial yang serba cepat, serba mudah, dimanja teknologi yang menjamur saat ini, masyarakat mengalami kekeringan spiritual. Keadaan tersebut menurut Kiai Lukman membuat momen manusia tersandra untuk sejenak melakukan permenungan-permenungan terhadap sang Khalik. Tak ayal kemudian, orang baru menyadari atau mengingat rabbnya ketika mereka tertimpa masalah atau kesulitan-kesulitan.

Lebih jauh, KH. Lukman Hakim kenapa manusia sering gelisah, stres, karena lupa terhadap tuhan, ini faktor dari ‘ego’ manusia. Egoisme-egoisme ini membuat mereka tejatuh dalam kubangan dhulumat (kegelapan) sehingga tuhan terhijab.

Dalam ceramah ilmiah tersebut, pimpinan Sufi Center ini memberi tips bagaimana cara mudah latihan zikir atau mengingat Allah, yakni model zikir a la nabi Muhammad saw. Menurutnya, nabi selalu berzikir kepada Allah hingga tidak sadarkan diri atau tertidur.

hal ini adalah langkah praktis agar kita terlatih yadzkuruna Allaha daiman (zikir mengingat Allah selalu), bukan sekedar diingat ketika kita tertimpa masalah. “Tuhan jangan jadikan kentongan. Kentongan di masjid itu bunyi jika hanya masuk waktu sholat, selain itu tidak”. Jelasnya.

Kenapa zikir urgen dalam kehidupan? “zikir itu seperti dinamo yang menghasilkan listrik yang mampu memberikan cahaya pada lampu”. Jika tidak ada aliran listrik yang terjadi adalah gelap.

Namun dia menjelaskan bahwa semuanya ada takarannya, begitu pula thariqah. Hal ini pula alasan munculnya banyak thariqah, karena takaran hati manusia berbeda-beda. Fakultas-fakultas pribadi sesorang tidak sama dan tidak harus disamakan. “Ada hati manusia yang takarannya seperti cangkir, seperti piring.” Terangnya.

Lebih lanjut pria paruh baya ini mengatakan, “Manusia sering stres karena mereka merasa berdaya” Ucapnya. Egoisme demikian memang membuat manusia jadi hebat. Puncak egoisme modern terjadi pada Desacartes yang kemudian lahirlah revolusi indusrti, manusia jadi hedonis, gedung-gedung tinggi, teknologi semakin canggih. “Mereka Hebat saya kira tapi hebat yang Dhulumat. Hebat yang gelap” Akunya. (Sholehuddin)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *