Pos

Pondok Ramadhan di Mabes Raudlatul Jannah

nuruljadid.net – Takmir dan Remaja Masjid Besar (Mabes) Raudlatul Jannah Banyuanyar Probolinggo, mengadakan kegiatan Pondok Ramadhan 1439 H yang di gelar selama 20 hari menjelang hari Raya Idul Fitri, hari Kamis (17/05/2018) di Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Acara tersebut di kemas dengan Pengajian sekaligus Buka Puasa bersama dengan para Penceramah beserta kaum muslimin maaupun muslimat. Setiap Penceramah yang mengisi Pengajian tersebut diberikan peran atau tema yang berbeda-beda setiap harinya.

Tujuan diadakan kegiatan tersebut untuk meningkatkan pemahaman dan pahala ibadah dibulan suci ramadhan kaum muslimin, dengan tausiyah yang disampaikan oleh penceramah sekaligus buka bersama,”kami mengadakan kegiatan ini menyambut bulan ramadhan dengan pengajian sekaligus buka bersama, agar dapat meningkatkan pemahaman dan ibadah di bulan ramadhan,” ujar ust. Abd. Hamid ketua panitia dalam sambutannya.

KH. Moh. Zuhri Zaini, Pengasuh PP. Nurul Jadid Paiton diundang sebagai penceramah pertama dalam acara pengajian tersebut  yang bertemakan “Keutamaan dan Hikmah Bulan Ramadhan”, beliau menyampaikan bahwa bulan ramadhan membawa semangat umat muslim dalam beribadah.

“Bulan suci Ramadhan ini membawa berkah dan anugerah bagi umat muslim, waktu yang sangat tepat untuk meningkatkan keimanan, karena di dalamnya banyak di buka pintu kebaikan dan ditutup nya pintu kejelekan,” Dawuh beliau.

Di sisi lain, beliau juga menyampaikan hikmah dibulan Ramadhan adalah untuk mencapai ketaqwaan pada Allah SWT. “puasanya orang muslim dituntut untuk menahan hawa nafsu, dan juga melatih seseorang untuk kuat, sabar dan tabah dalam menjalani puasa selama bulan ramadhan ini”, imbuh beliau

Penulis : Sukron-SJ.

Editor : Nuris

KH. Zuhri Zaini Berpita Merah Putih

Menyambut HSN 2017, Ini Pesan KH. Moh. Zuhri Zaini

nuruljadid.net – Menyambut hari santri nasional pada 22 Oktober 2017 ini, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Moh. Zuhri Zaini mengingatkan agar santri tidak terjebak pada acara seremonial, tetapi bagaimana memberikan peran yang bermanfaat.

“Seremonial itu sebagai penggugah saja supaya kita semangat bekerja,” begitulah pesan Kiai Zuhri. Oleh karena itu, kita bersama pemerintah dan komunitas lain harus ikut terlibat melakukan pembangunan dalam segala aspek kehidupan terutama yang sesuai dengan kompetensi santri seperti dakwah dan pendidikan. Namun bukan berarti melupakan bidang kebudayaan, ekonomi dan politik.

“Kalau dalam bidang pendidikan saya kira pesantren sejak dulu berkontribusi pada masyarakat, bahkan sebelum Indonesia merdeka. Tentu peran ini akan berdampak pada bidang ekonomi.” tambah Kiai low-profil ini.

Namun peran yang tidak kalah pentingnya, jelas Kiai Zuhri, adalah mempertahankan kemerdekaan, menjaga keutuhan bangsa sebagaimana kiai dan santrinya dahulu kala. Islam rahmatana lil alamin atau yang dikatakan sekarang Islam Nusantara itu harus dikembangkan.

“Karena kita sekarang menghadapi penetrasi paham-paham yang tidak sesuai dengan budaya bangsa kita. Sekalipun mereka mengatasnamakan Islam tapi dari sisi prilaku mereka tidak sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya.” Ungkap Kiai Zuhri.

Sehingga santri sebagai orang-orang yang mewarisi peran ulama dan nabi tidak boleh berpikir dan membekali ilmu untuk kepentingan sendiri dan keluarganya, melainkan juga harus berpikir untuk masyarakat, umat dan bangsa.

“Santri tidak harus jadi kiai ataupun jadi ustad. Jadi apa saja yang penting bermanfaat untuk umat, bangsa dan negara. Untuk bisa berperan lebih baik, santri jangan berhenti belajar, jangan hanya beramal tapi juga belajar.” Pungkas Kiai Zuhri Zaini.(Rizky)

 

 

Sejelek Apapun Keadaan Kita, Jangan Pernah Putus Asa Akan Rahmat Allah

nuruljadid.net – Di dunia banyak manusia yang mengaku berkuasa bahkan ada juga yang mengaku sebagai tuhan. Akan tetapi di akhirat, tiada manusia yang berkuasa. Semuanya tunduk dan patuh kepada Allah. Andaikan  di dunia ini, Allah menggunakan sifat adilNya, artinya ketika manusia berbuat dosa langsung disiksa mungkin kita semua akan binasa. Tetapi karena sifat RahmatNya lebih besar daripada murkaNya, akhirnya Allah tidak menyiksa kita di dunia sekalipun manusia sudah banyak  berbuat dosa. Inilah yang patut kita tiru sebagai hamba Allah. Sekalipun tidak harus sama dengan sifat tuhan. Kecuali sifat kebesaran tuhan, maka tidak boleh kita tiru, karena kita tidak mempunyai sifat besar, kalau tuhan memang mempunyai sifat Al-Mutakabbir,  kalau kita meniru sifat besar tuhan berarti kita sombong.

Dalam keadaan seperti itu Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Moh Zuhri Zaini, memberi nasihat kepada kita dalam pengajian Ramadhan kitab Irsyadul ‘Ibad

“Perlakuan tuhan kepada hambaNya tergantung bagaimana hamba tersebut meyakini. Apabila seseorang meyakini bahwa Allah mempunyai sifat pemurah, pengasih, pengampun dan maha penyayang, apabila kita memohon ampun dengan sungguh – sungguh pasti Allah akan mengampuni. Akan tetapi sebaliknya, apabila kita berburuk sangka kepada Allah maka hal itu akan terjadi kepada kita. Misalnya seperti orang yang berputus asa, karena orang yang putus asa adalah orang yang berburuk sangka kepada Allah. Semisal dia mengatakan saya tidak mungkin jadi orang baik, karna keturunan saya keturunan perampok, bapak saya keturunan perampok, kakek saya keturunan perampok, apabila keyakinan kita kepada Allah seperti itu, maka pasti kita akan menjadi prampok beneran” Dawuh Pengasuh.

Beliau melanjutkan, sejelek apapun keadaan kita jangan pernah berburuk sangka kepada Allah, jangan pernah putus asa, kita harus tetap memiliki harapan, artinya harapan kepada Allah, bukan harapan kepada selain Allah apalagi berharap kepada diri kita sendiri. Banyak kejadian – kejadian diluar nalar kita seperti orang yang tenggelam namun masih bisa diselamatkan. Terutama ketika kita dalam keadaan mendesak, maka jangan sekali – kali kita putus asa dan berburuk sangka kepada Allah. (zainul,zaky/red)

KH. Moh. Zuhri Zaini : Tak Ada Yang Terjadi Secara Kebetulan Di Dunia Ini, Semua Itu Sudah Takdir Allah.

Nuruljadid.net-Memiliki cita cita yang tinggi hampir dimiliki oleh semua orang. Mereka terus berjuang untuk menggapai cita cita tersebut. Namun terkadang ketika manusia terlalu berambisi untuk menggapai cita citanya mereka melupakan Sang Pencipta.

Dalam hidup ada yang namanya Sunnatullah, manusia boleh memiliki cita cita yang sangat tinggi, namun hal yang perlu diingat adalah diatas cita cita yang manusia miliki masih terdapat kekuasaan Allah SWT. Ada yang namanya Takdir dan qoda’ Allah. Terkadang manusia terlalu egois, melakukan sesuatu dengan seenaknya sendiri. Tidak menyadari bahwa hidup ada yang mengatur, mendesain dan berkuasa diatas kuasa manusia yaitu Allah SWT.

Dalam kondisi demikian, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Moh Zuhri Zaini, memberikan nasihat kepada kita semua melalui pengajian Kitab Bulan Ramadhan, ( Irsyadul ‘Ibad ), (Rabu, 31 Mei 2017)

“Orang kalau sudah kenal kepada Allah dalam keadaan mendesak lalu kemudian orang tersebut berdo’a kepada Allah, pasti Allah akan mengabulkan do’a orang tersebut. Selalu ada solusi bagi orang yang kenal kepada Allah. Orang yang kenal kepada Allah memahami bahwa semua itu terjadi bukan secara kebetulan, tapi karena pertolongan Allah. Dan orang yang kenal kepada Allah selalu menyadari bahwa semua yang terjadi karena takdir Allah, Sebab tidak ada kamus kebetulan di Alam semesta ini” Dawuh Beliau.

“Semuanya ada yang mengatur, dan yang mendesain. Allah lah yang mendesain semua itu. Seperti hidung menghadap kebawah, itu bukan kebetulan tapi Allah yang mentakdirkan. Lalu kalau semua hidung manusia menghadap keatas kemudian seperti apa jadinya. Didalam hidung ada yang namanya bulu hidung dan itu bukan kebetulan. Tapi Allah yang mendesain sebagai filter bagi kita semua. Di dunia ini tidak ada yang namanya kebetulan semuanya ada yang mendesain, dan yang mendesain adalah Allah.” Tambah beliau.

Beliau melanjutkan nasihatnya, Terkadang di alam semesta ini Allah membuat yang namanya skenario terkait keselamatan seseorang yang jauh diluar nalar manusia. Banyak peristiwa – peristiwa yang diluar nalar manusia, yang dapat mengantarkan manusia menyadari akan kekuasaan Allah. Serta mengantarkan manusia kembali kepada jalan Allah. Tetapi semua ini bagi orang yang hatinya lembut, kalau hatinya keras dan gelap sekalipun mau dipaksa maka tetap tidak bisa, seperti dalam sebuah berita tentang bandar Narkoba yang berada di penjara, didalam penjara dia masih menjalankan bisnis Narkoba, dia masih belum berhenti, kecuali dengan dihukum mati, ini kalau orag hatinya sudah keras. Oleh karena itu kita harus menjahui perbuatan dosa dan mengumbar hawa nafsu agar supaya hati kita tidak keras dan gelap. Saudara sekalian puasa yang kita lakukan ini bertujuan  sebagai pengendali hawa nafsu kita.

Kekuasaan Allah yang berperan di Alam semesta ini terkadang jauh dari nalar manusia, karna manusia tidak bisa melihat Tuhan dan terkadang manusia tersebut tidak menyadari dan tidak percaya kalau itu semua Allah yang mentakdirkan. (zainul,zaky/red)

 

Sumber : Pengajian Kitab Irsyadul ‘Ibad Ramadhan 1438 H.

KH. Moh. Zuhri Zaini : Jangan Menjual Ilmu Demi Kepentingan Dunia

nuruljadid.net – Manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadah dan menjadi khalifatullah di muka bumi, dengan segala potensi yang dimiliki serta akal yang menjadi pengendali hawa nafsu memberikan jalan kepada manusia untuk menjadi ahli ibadah, yang menjadi cita – cita luhur diciptakannya manusia.

Dengan kenikmatan serta kebahagian hidup yang dimiliki, manusia terkadang lupa akan tujuan luhur diciptakannya manusia itu sendiri. Manusia terkadang terbuai oleh kenikmatan serta kemewahan dunia, tak jarang apabila dengan kondisi demikian manusia sering melalaikan kewajibannya sebagai makhluk ciptaan-Nya.

Dalam menjalani hidup, tentunya manusia berkeinginan untuk hidup bahagia. Namun, tak semua manusia mengetahui jalan menuju kebahagian tersebut. Tak jarang ditemui, apabila manusia menukar kehidupan akhiratnya demi kehidupan dunia, dan tak jarang pula manusia menghalalkan segala cara demi kenikmatan dunia. Ironisnya lagi, masih banyak manusia yang menukar ilmunya dengan dunia dan menjual ilmunya demi dunia. Sebab ilmu yang kita miliki bukanlah untuk kesenangan dunia, bukanlah untuk meraih jabatan dunia, tetapi ilmu yang kita miliki adalah semata – mata untuk mengantarkan kedekatan kita kepada Allah.

Melihat kondisi tersebut, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Moh Zuhri Zaini, memberikan nasihat kepada kita dalam Pengajian Kitab (Irsyadul ‘Ibad) Bulan Ramadhan.

“Ada orang alim, ahli ibadah kalau dia melihat keatas dia langsung melihat Arsy dan do’anya “manjur” akan tetapi dia senang dunia, senang harta. Dia terjebak dengan kenikmatan dunia, dia menjual ilmunya dengan dunia, pada akhirnya derajatnya jatuh, yang awalanya dia “manjur” akhirnya tidak lagi karena terjebak dengan kesenangan duniawi. Itulah bahayanya dunia. Kita jangan merasa aman – aman, jangan merasa baik –baik saja, sekalipun kita berada di Pondok. Istiqomah mengaji dan beribadah setiap hari. Kita jangan sombong dengan amal ibadah kita, sebab kita tidak tau kita akan jadi seperti apa.” Dawuh Pengasuh ke IV PP. Nurul Jadid.

Beliau melanjutkan, terkadang ada orang yang awalnya baik, tapi pada akhirnya dia menjadi orang yang buruk. Begitupun sebaliknya, orang awalnya buruk tapi pada akhirnya dia mejadi orang yang baik. Oleh karenanya, jangan pernah putus asa sekalipun kita bukan keturunan orang yang baik, dan janganlah besar hati sekalipun kita keturunan orang yang baik. Sebab  kebaikan, kemuliaan dan ilmu tidak bisa diwariskan. (zainul,zaky/red)

Sumber : Pengajian Ramadhan 1438 H Kitab Irsyadul ‘Ibad

KH. Moh. Zuhri Zaini : Akal yang Sehat, Pengendali Hawa Nafsu

nuruljadid.net – Manusia mempunyai akal untuk membedakan antara dirinya dengan binatang. Dengan akalnya, manusia mampu membedakan mana yang baik dan yang buruk. Dan dengan akal pula manusia derajatnya menjadi terangkat. Dengan akal manusia dapat mendidik serta mengontrol hawa nafsunya agar menjadi hawa nafsu yang Mutma’innah, hawa nafsu yang mengantarkan manusia menjadi manusia yang baik.

Di zaman modern yang ditandai dengan majunya teknologi informasi dan komunikasi, menuntut manusia untuk selalu mengimbangi serta menyesuaikan diri dengan perkembangan tersebut. Majunya teknologi membuat hidup manusia serba instan, seakan – akan apapun yang dibutuhkan manusia dapat terpenuhi dengan teknologi, terkadang manusia yang terlalu larut dengan kemajuan teknologi dan tidak bisa mengontol diri akibatnya dia menjadi manusia yang diatur oleh teknologi (menkultuskan teknologi). Bukan menjadi manusia yang mengatur teknologi, Ketika orang diatur teknologi, lalu pertanyaannya dimana posisi akal yang selama ini menjadi pengendali serta pengontrol diri kita.

Dalam kondisi tersebut, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Moh. Zuhri Zaini, memberikan nasihat kepada kita, melalui pengajian Kitab Bulan Ramadhan (Irsyadul ‘Ibad)

Orang yang berbuat Maksiat, berarti orang tersebut orang yang tidak punya rasa malu kepada Allah, Ketika manusia kehilangan akal sehat karna dorongan hawa nafsunya, maka manusia tersebut lebih jahat daripaadan binatang. Manusia kalau sudah kadung sombong, maka manusia tersebut bisa mengaku dirinya sebagai Tuhan, seperti Fir’aun.

Beliau melanjutkan penjelasannya, Sebaliknya jika nafsu manusia terdidik, maka manusia tersebut akan lebih tinggi derajatnya ketimbang Malaikat. Dengan akal manusia dapat menggapai derajat yang tinggi, dan ketika akal manusia tidak berfungsi, maka manusia akan berada dipaling rendahnya derajat.

Demikian nasihat yang beliau sampaikan, semoga menjadi bekal bagi kita untuk menggapai derajat yang tinggi disisinya. Dan semoga nasihat beliau bisa kita jadikan pijakan hidup untuk menjalani kehidupan sehari hari yang semakin hari semakin berkembang. (zainul,zaky/red)

jika nafsu manusia terdidik, maka manusia tersebut akan lebih tinggi derajatnya ketimbang Malaikat. Dengan akal manusia dapat menggapai derajat yang tinggi, dan ketika akal manusia tidak berfungsi, maka manusia akan berada dipaling rendahnya derajat.

Sumber : Pengajian Ramadhan 1438 H Kitab Irsyadul ‘Ibad

KH. Moh. Zuhri Zaini : Perbuatan Dosa, Menjadikan Hati Menjadi Gelap

nuruljadid.net – Roda kehidupan selalu silih berganti, hidup tidak bisa ditebak, terkadang kenyataan hidup tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Dalam hidup semuanya bisa berubah, kecuali perubahan itu sendiri yang tidak pernah berubah. Layaknya siang dan malam, layaknya bahagia dan kesedihan, layaknya kesuksesan dan kegagalan, seperti itulah gambaran hati manusia selalu berubah – rubah terkadang dengan perbuatan dosa hati yang awalnya baik berubah menjadi jelek, hati yang awalnya terang bersinar berubah menjadi hati yang gelap gulita. Seperti itu pulah gambaran iman seseorang, terkadang dengan perbuatan baik, iman seseorang bertambah, terkadang pula dengan perbuatan jelek iman seseorang berkurang.

Dalam kondisi yang sudah tidak menentu ini, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, KH. Moh. Zuhri Zaini, dalam Pengajian Khotmil Kutub Bulan Ramadhan (Kitab Irsyadul ‘Ibad) mengingatkan bahwa ketika perbuatan dosa masuk kepada hati kita, maka iman akan tersingkir. Jangan pernah merasa suci, sekalipun kita sudah mengaji dengan istiqomah setiap hari, sebab yang namanya dosa ada yang nampak dan ada pula yang tidak. Seperti sifat sombong dan ngerasani orang, yang mengakibatkan hati menjad gelap.

Beliau melanjutkan penjelasannya, Hindari pergaulan bebas, yang mengara kepada perzinaan. Kalau orang ketika berbuat dosa hanya tenang – tenang saja, berarti orang tersebut hatinya sudah gelap. Kita menghindari pergaulan bebas yang mengara kepada perbuatan dosa, bukan berarti kita sok suci, tapi karena kita sering lupa bahwa perbuatan tersebut adalah dosa. Karna kita punya potensi berbuat dosa, maka hindari jalan2 yang mengantarkan kita kepada perbuatan dosa.

Demikian pesan singkat yang beliau sampaikan, semoga menjadi bekal kita semua, dalam menjalani kehidupan, untuk lebih berhati-hati agar tidak terjerumus kepada perbuatan dosa, yang mengakibatkan hati menjadi gelap. (zainul,zaky/red)

Kalau orang ketika berbuat dosa hanya tenang – tenang saja, berarti orang tersebut hatinya sudah gelap.

Pengajian Rutin Kitab Al Hikam di Musholla Riyadus Sholihin PP. Nurul Jadid dikaji langsung Oleh KH. Moh. Zuhri Zaini, Pengasuh PP. Nurul Jadid
KH. Moh. Zuhri Zaini : Tau Diri dan Sadar Diri Adalah Kunci Keselamatan Hidup

nuruljadid.net – Manusia mudah terbujuk dengan sesuatu yang tampak (Lahiriyah), tanpa melihat terhadap hikmah dan substansinya, manusia hanya berpikir tentang aspek lahiriyah dan kesenangan sesaat tanpa melihat dan menyadari posisi sebagai manusia.

Fenomena di era modernisasi yang menuntut manusia untuk mengimbangi dan menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Tanpa  harus menukar dan mengorbankan identitas serta posisi diri, sering kali manusia lupa dan tidak menyadari hakikat diri. Karena manusia sering  tertipu dengan bungkus yang sangat indah, sekalipun content-nya kering dari nilai – nilai atau substansi yang baik dan menyelamatkan.

Terkadang ketika manusia diberi nikmat, ketika itu juga terkadang manusia lupa, bahwa nikmat tersebut Allah yang memberikan, dengan kelalaiannya mengabaikan rasa syukur tehadap nikmat yang diberikan Allah kepadanya. Ketika Allah tidak memberikan nikmat, seketika itu juga terkadang manusia tidak menyadari bahwa posisinya sebagai seorang hamba, hanyalah sebatas mampu meminta dan berkeinginan dan yang menentukan hanyalah Allah.

Ditengah lupanya manusia untuk ma’rifatun nafsi, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Moh. Zuhri Zaini mengingatkan, ”dengan ma’rifatun nafsi orang akan tau kepada posisi dirinya,” kadang – kadang kita lupa bahwa diri kita adalah makhluk”.

“Kita tidak sendirian, dalam hidup kita bersama Allah dan makhluk Allah yang lainnya. Kita harus tau kapasitas dan posisi kita, tau diri dan sadar diri, sekali kita jadi hamba jadilah hamba yang baik, ketika jadi guru jadilah guru yang baik, ketika jadi suami jadilah suami yang baik, artinya kita tau kepada keadaan/posisi kita. Kita sebagai makhluk sering kali terbujuk dengan benda – benda lain, sehingga kita lupa bahwa diri kita adalah makhlukNya.” Nasihat sekaligus penjelasan beliau dalam Pengajian rutin Kitab Al Hikam Karya Ibnu Athoillah As-Sukandari.

Tau diri dan sadar diri merupakan kunci serta jalan bagaimana cara meraih keselamatan di dunia dan akhirat, yang menjadi keinginan manusia. (Zhen/Red)

“Kita tidak sendirian, dalam hidup kita bersama Allah dan makhluk Allah yang lainnya. Kita harus tau kapasitas dan posisi kita, tau diri dan sadar diri, sekali kita jadi hamba jadilah hamba yang baik, ketika jadi guru jadilah guru yang baik, ketika jadi suami jadilah suami yang baik, artinya kita tau kepada keadaan/posisi kita. Kita sebagai makhluk sering kali terbujuk dengan benda – benda lain, sehingga kita lupa bahwa diri kita adalah makhlukNya.”

KH. Moh. Zuhri Zaini : Hidup Sederhana, Kunci Kelapangan Hidup

nuruljadid.net – Hidup serba mewah menjadi dambaan dan keinginan sebagian orang, yang tujuannya hanya mencari kemewahan dunia serta menghabiskan kenikmatan hanya didunia tanpa menyisakan kenikmatan untuk akhirat. Pola kehidupan yang tujuannya hanya untuk meraih kemewahan serta kenikmatan  didunia, merupakan tipikal manusia modren yang butuh terhadap siraman – siraman hikmah untuk menghidupkan spiritualitas, agar tidak menjadi kering dengan kemewahan serta kenikmatan dunia.

Kehidupan manusia selalu dibayangi dengan yang namanya “Kebutuhan Hidup”, didalam persepsi sebagian orang sudah tertanam bagaimana cara agar kebutuhan hidup terpenuhi, bahkan ada sebagian orang yang dengan beraneka ragam cara yang dilakukan agar kebutuhan hidup bisa terpenuhi, sekalipun dengan cara yang melanggar aturan – aturan Syari’at Islam. Bahkan orang berpikir bukan hanya kebutuhan hidup yang terpenuhi, dengan sikap rakusnya terkadang manusia melebihi dari kebutuhan hidupnya, semisal ada sebagian orang yang kebutuhannya satu bulan tiga juta, dengan sikap rakus bahkan ada yang lebih dari tiga juta, bahkan dua kali lipatnya tiga juta.

Kondisi di era moderen saat ini, menuntut masyarakat untuk menyesuaikan dengan kondisi yang ada, yang identik dengan hidup serba mewah, modren dan instan. Dengan alasan tetap memilih dan mengoreksi apakah moderen tersebut sesuai dengan tradisi keislaman dan budaya lokal indonesia.

Dalam kondisi masyarakat yang saling berlomba – lomba untuk mendapatkan kemewahan, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Moh. Zuhri Zaini mengingatkan.

“Kalau hanya nafsu yang diumbar, maka hidup bermewah – mewahan tidak akan ada cukup. Hidup di dunia ini seharusnya tidak bermewah – mewahan, karna kita harus berpayah – payah beramal dan mencari bekal untuk akhirat” Dawuh Beliau.

Beliau melanjutkan penjelasannya dalam Pengajian Kitab Riyadhoh As-Sholihin di Masjid Jami’ Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

“Dengan meniru hidup Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat beliau yang hidup sederhana, hidup kita akan menjadi lapang”. Nasihat Beliau kepada santri.

Menjalani hidup sederhana amatlah sangat penting bagi manusia untuk meraih sukses yang hakiki, yaitu bukan hanya sukses didunia tetapi sukses di akhirat yang menjadi impian semua orang. (Zhen/Red)

“Kalau hanya nafsu yang diumbar, maka hidup bermewah – mewahan tidak akan ada cukup. Hidup di dunia ini seharusnya tidak bermewah – mewahan, karna kita harus berpayah – payah beramal dan mencari bekal untuk akhirat”

Pengajian Rutin Kitab Al Hikam di Musholla Riyadus Sholihin PP. Nurul Jadid dikaji langsung Oleh KH. Moh. Zuhri Zaini, Pengasuh PP. Nurul Jadid

KH. Moh. Zuhri Zaini : Lunturnya Nilai–Nilai Substansi Dakwah

nuruljadid.net – Manusia diciptakan dengan membawa dua misi, yang pertama adalah misi beribadah kepada allah, yang kedua adalah misi khalifatullah. Dalam bahasa lain bagaimana manusia membangun hubungannya dengan sang maha pencipta melalui ibadah – ibadah mahdhoh seperti sholat. Dan membangun hubungan kepada sesama manusia dengan ibadah – ibadah ghairu mahdhoh seperti shodaqoh.

Manusia sebagai khalifatullah, adalah manusia yang nantinya akan menjadi seorang pemimpin di muka bumi, demi tegaknnya ajaran – ajaran islam rahmatan lil’alamin, manusia yang dimanapun berada selalu siap berjuang dan berdakwah mengajak masyarakat kearah yang lebih baik.

Misi dakwah inilah merupakan manifestasi dari khalifatullah, yang menjadi tugas dari setiap manusia agar tidak hanya memikirkan urusannya sendiri, tetapi harus mampu mengajak orang lain untuk berbuat baik dan bersama sama menjunjug tingg yang namanya nilai – nilai keislaman dalam tataran masyarakat.

Fenomina dakwah di era globalisasi terkadang hanya menjadi sebatas simbolisasi bagi ormas, kelompok dan partai tertentu untuk mendapatkan apa yang menjadi keinginan dan tujuan mereka. Dan mengakibatkan lunturnya nilai – nilai substansi yang terkandung didalam dakwah itu sendiri.

Fenomina sekarang ketika kepentingan sudah di peroleh seakan akan misi dakwah sudah selesai, padahal tujuan yang demikian sangat jauh dari nilai nilai suci yang menjadi tujuan dari dakwah islamiyah.

Hal ini tentunya membuat banyak kekahwatiran dikalangan para ulama, kiai dan intelektual muslim, salah satunya adalah Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, probolinngo, KH. Moh. Zuhri Zaini, mengingatkan.” Sifat kasih sayang merupakan keberhasilan dari dakwah yang di lakukan oleh seseorang, “ kekuasaan bukan alat untuk mendapatkan kesenangan, akan tetapi kekuasaan adalah alat untuk menegakkkan yang namanya kebaikan atau dakwah islamiyah. Penjelasan beliau dalam pengajian kitab Al-Hikam karya Imam Ibnu Athoillah, senin, 06/03/17.

Kiai Zuhri melanjutka penjelasannya.” Nasehat yang baik yang datang dari hati yang tulus, maka akan mudah diterima dengan hati yang tulus pula.” Beliau melajutkan.” Inilah pentingnya keikhlasan dalam perjuangan.

Demekian pesan singkat beliau terkait fenomina dakwah, yang sekarang sering menjadi kendaraan bagi golongan atau kelompok tertetu. (Zhen/Red)

Pengajian Rutin Kitab Al Hikam di Musholla Riyadus Sholihin PP. Nurul Jadid dikaji langsung Oleh KH. Moh. Zuhri Zaini, Pengasuh PP. Nurul Jadid

KH. Moh. Zuhri Zaini : Jangan Bergantung Kepada Selain Allah SWT

nuruljadid.net – Allah menciptakan kehidupan dunia sebagai mazro’atu al-akhirat ( ladang untuk akhirat ). Di utusnya Nabi Muhammad ke dunia dengan misi menyebarkan ajaran – ajaran islam rahmatan lil’alamin dalam tataran kehidupan dunia. Terutusnya sang pembawa risalah juga merupakan nikmat yang sangat besar yang patut kita syukuri, karna dengan risalah yang di bawahnya manusia tidak merasa bingung dalam mengarungi kehidupan dunia. Seiring dengan dinamika kehidupan yang terjadi di tengah – tengah masyarakat, juga berdampak terhadap berubahnya pola pikir dan tingkah laku masyarakat. Dengan kondisi masyarakat yang mengalami dinamika, dan ketergantungan hidup masyarakat  terhadap materi, tentunya sangat di perlupakn menempatkan ajaran – ajaran islam sebagai sebuah basis ke agamaan yang menjadi control dalam tataran masyarakat.

Pola hidup mewah juga berdampak terhadap berlomba lombanya masyarakat untuk mendapatkan materi, dan ketergantungan masyarakat terhadap materi sangat besar. Bahkan tidak jarang sebagian masyarakat yang menjadikan tujuan hidupnya hanya untuk mencari yang namanya materi dan kesenangan dunia.

Dalam kondisi sebagian  masyarakat, yang bergantung terhadap materi, pengasuh pondok pesantren , Nurul Jadid, karanganyar, paiton, probolinggo, mengingatkan ,” dalam usaha apapun, mencari ilmu, beribadah jangan mengandalakn kemampuan kita, andalkanlah allah,” dauh beliau dalam pengajian kitab Hikam karya Ibnu Athoillah, sabtu ( 04/02/2017 ).

Kiai Zuhri melanjutkan dauhnya ,” orang yang slalu bergantung kepada allah pasti orang tersebut akan slalu di bantu,”  ketika orang beribadah, berjuang, jangan mengandalkan didri sendiri andalkanlah allah.

Ketika manusia mengandalkan allah dalam setiap usahanya, tidak menjadikan materi sebagai tempat bergantungnya, maka allah  pasti memerikan pertolongan kepada orang tersebut.karna hanya kepada allah kita bergantung dan berharap dari apa yang kita inginkan.

Pengajian Rutin Kitab Al Hikam di Musholla Riyadus Sholihin PP. Nurul Jadid dikaji langsung Oleh KH. Moh. Zuhri Zaini, Pengasuh PP. Nurul Jadid

KH. Moh. Zuhri Zaini : Jangan Mudah Terpengaruh Dengan Kesaktian

nuruljadid.net – Kemajuan teknologi di tengah – tengah masyarakat ,juga berdamapak terhadap  perubahan yang terjadi di tengah – tengah masyarakat. Seirng dengan semakin berkembangnya zaman pola hidup masyarakat juga mulai berkembang, baik dari aspek pola pikir, pergaulan, budaya dan lingkungan. Terdapat sebagian orang yang mempunyai pola pikir yang sangat sempit, mendadak kaya , dan gampang percaya terhadapa kesaktian – kesaktian duniawi yang menjamin kebahagian hidup dan kekayaan tanpa harus di lihat terlebih dahulu kesaktian tersebut sumbernya dari mana . orang yang demekian hanya melihat bungkusnya tidak bisa melihat nilai subtansi yang terkandung di dalamnya.

Dengan kondisi sebagian masyarakat yang demikian dan pola pikir masyarakat yang masi sempit , gampang percaya terhadap kesaktian yang bersifat duniawi, pengasuh pondok pesantren nurul jadid , karanganyar , paiton , probolinggo ,” mengingatkan , kita jangan terpujuk dengan kesaktian , yang penting bagaimana kita berjalan di jalan yang benar, dauh kiai zuhri dalam pengajian rutin kitab Al-Hikam , ahad .( 29/01/17 ).

Kiai zuhri melanjutkan penjelasannya,” orang yang istiqomah lalu orang itu mempunyai kesaktian , berarti kesaktian tersebut adalah karomah , tetapi kalau orangnya tidak istiqomah menjalankan perintah allah dan menjahui larangannya,  berarti kesaktian tersebut adalah istidroj,” kelebihan , kesaktian yang bersifat duniawi , itu tidak bisa di jadikan ukuran baik dan tidaknya seseorang,

Kiai zuhri melanjutkan dauhnya ,” ketika kita kagum sama seseorang bukan pada ke istiqomaanya dan orang itu kagum terhadap kelebihan yang bersifat duniawi, maka ucapan , tingkah laku orang yang di kagumi akan slalu di ikuti, beliau melanjutkan kembali dengan menjelaskan,” kita boleh mencari kesaktian , harta , jabatan , kalau semua itu di tujukan untuk semata mata berjuang di tengah – tengah masyarakat.

Dengan demikian kiai zuhri mengingatkan untuk tidak gampang percaya dan terpengaruh terhadap kesaktian yang terjadi di tengah – tengah masyarakat , kalau orang yang mempunyai kesaktian tersebut jauh dari kata istiqomah dalam menjalankan syari’at. Karna semua orang bisa memiliki kesaktian yang bersifat duniawi hal ini tentu memberikan kehati hatian untuk tidak tertipu dengan apa yang Nampak tetapi kita harus bisa melihat nilai sebtansi yang terkandung di dalamnya.

Pengajian Rutin Kitab Al Hikam di Musholla Riyadus Sholihin PP. Nurul Jadid dikaji langsung Oleh KH. Moh. Zuhri Zaini, Pengasuh PP. Nurul Jadid

KH. Moh. Zuhri Zaini : Mengontrol Diri dengan Riyadoh

nuruljadid.net – Kemajuan teknologi informasi menjadikan hidup manusia serba instan membuat kebutuhan manusia semakin mudah untuk didapatkan. Bahkan tak hanya itu saja, mereka juga dapat mengetahui kejadian ditempat yang jauh hanya dengan mengakses internet dan mengakses beberapa situs, google misalnya. Dan tak jarang didunia yang rata – rata manusia sudah mengkultuskan terknologi, keseharian mereka terutama dalam pola hidup mereka diatur oleh kecanggihan teknologi.

Berkembang pesatnya dunia teknologi juga berdampak terhadap perubahan pola hidup masyarakat baik dari aspek ekomomi, lingkungan dan gaya hidup mereka. Bisa jadi, dengan canggihnya teknologi, budaya budaya luar yang tak sepantasnya beredar ditengah tengah masyarakat, kini sudah mulai menjamah kehidupan masyarakat. Gaya hidup ala kebarat baratan contohnya, banyak sekali orang orang jaman sekrang mengikuti pola hidup seperti orang barat, bahasa yang lebih terkenal dikalangan anak anak muda adalah “Gaul”. Sehingga budaya budaya negeri ini sedikit demi sedikit terkikis dengan maraknya teknologi yang membuat anak bangsa kecaduan dalam penggunannya.

Dewasa ini, kemajuan dan berkembangnya dunia teknologi memang tidak bisa kita hindari, namun salah satu cara mengatasi kemajuan dan perkembangan teknologi tersebut adalah dengan cara mengimbanginya.

“Apabila kita tidak bisa mengimbanginya maka kita akan menjadi orang yang minoritas dan ketika kita menjadi orang minoritas kita tidak akan dibaca ditengah tengah masyarakat.” Dawuh Pengasuh ke IV Pondok Pesantren Nurul Jadid.

“Kemajuan teknologi mampu menyentuh kehidupan masyarakat. Dari kehidupan masyarakat yang paling atas samapai kehidupan masyarakat yang paling bawah. Kalau dulu mungkin hanya orang orang kota yang merasakan perkembangan teknologi tetapi sekarang seiring dengan kemajuan yang sangat pesat orang orang desa juga ikut serta menikmati kemajuan teknologi informasi.” tambah beliau.

Kemajuan teknologi tentunya bukan hanya memberikan dampak yang negatif terhadap pola hidup masyarakat,  tetapi kemajuan tersebut juga dapat memberikan dampak yang positif terhadap pola hidup masyarakat. Salah satu contohnya adalah ketika kita jadikan teknologi itu sebagai media dakwah untuk mengajak orang – orang ke jalan yang benar dengan mengisi media media sosial dengan tampilan tampilan yang islami serta menampilkan gambar yang islami dan menampilkan tulisan yang mengajak manusia untuk slalu berbuat baik. Disamping kita juga mengimbangi kemajuan teknologi dengan sesuatu yang bermanfaat. Tentunya di perlukan cara lain agar kemajuan tersebut membawa kebaikan bagi diri kita lebih – lebih kepada masyarakat.

Dalam kondisi yang seperti ini Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, Karanganyar, Paiton, Probolinggo, KH. Moh. Zuhri Zaini berdawuh dalam pengajian rutin kitab Al-Hikam  karya Ibnu Athoillah Al – Sakandari, kamis (26/01/2017), “meningatkan ilmu juga harus ditirakati, anak juga harus ditirakati, pesantrenpun juga harus ditirakati.”

Kiai Zuhri melanjutkan, di Pondok jangan mengumbar nafsu harus riyadoh untuk mengimbangi agar kita tidak terlena dengan kemajuan yang ada. Karena kemajuan yang ada tidak selamanya menjanjikan keselamatan dan kebahagian hidup bagi manusia, sangat perlu bagi kita untuk menjaga dan menahan diri kita dengan melakukan yang namanya riyadoh sebagai control bagi diri kita didalam menikmati kemajuan teknologi. Sebab kemajuan teknologi yang memberikan tampilan dan pola hidup yang berbeda beda perlu ada semacam control dalam diri kita agar tetap berada pada kehidupan yang benar. Dengan riyadoh merupakan salah satu cara agar bisa mengontrol diri kita.

Pengajian Rutin Kitab Al Hikam di Musholla Riyadus Sholihin PP. Nurul Jadid dikaji langsung Oleh KH. Moh. Zuhri Zaini, Pengasuh PP. Nurul Jadid

KH. Moh. Zuhri Zaini : Meraih Karomah Dengan Istiqomah

nuruljadid.net – Di zaman modernisasi yang ditandai dengan proses bergesernya sikap dan mentalitas suatu warga masyarakat agar tetap hidup dengan tuntutan masa kini membuat kondisi masyarakat berangsur angsur berubah, sebagian masyarakat yang memiliki persepsi yang keliru dan tidak dibenarkan dalam agama islam. Ada sebagian masyarakat yang memiliki pemikiran dengan melakukan ritual – ritual tertentu, agar orang tersebut bisa mendapatkan kesaktian. Salah satu contohnya adalah melakukan ritual ritual khusus untuk mendapatkan uang dengan tanpa harus bekerja terlebih dahulu. Dengan melakukan amalan – amalan tertentu yang tidak dibenarkan dalam ajaran ajaran, islam orang tersebut bisa menggandakan uang, sekalipun orang yang membacanya jauh dari kata istiqomah dalam menjalankan syari’at islam. Banyak masyarakat yang tertipu dengan istilah “karomah”.

“Anehnya oleh sebagian masyarakat orang yang melakukan demikian dianggap sesuatu yang benar dan dianggap sebuah karomah padahal orang yang melakukannya adalah orang yang jauh dari kata istiqomah dalam menjalakan syari’at. Dan lebih aneh lagi ketika terjadi sesuatu yang demikian ditengah – tengah masyarakat baginya dianggap suatu kemajuan dan kelebihan dalam masyarakat tersebut.” Dawuh KH. Zuhri Zaini dalam pengajian rutin kitab Al-Hikam Ibnu Athoillah Al-Sakandari, senin (23/01/2017).

Padahal tidak selamanya kelebihan dan kemajuan akan selalu mengarah kepada kebaikan, bisa saja kelebihan dan kemajuan tersebut mengakibatkan kondisi masyarakat mengalami dekadensi baik dari aspek moralitas, pemikiran dan nilai – nilai sosial yang berada di tengah – tengah masyarakat.

Ditengah kondisi zaman yang demikian, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, Karanganyar, Paiton Probolinggo, KH. Moh. Zuhri Zaini, mengingatkan agar manusia tidak terjebak dengan pemikiran yang salah, pemikiran yang  berdasarkan hawa nafsu yang tujuan akhirnya mencelakakan manusia itu sendiri,” dawuh Kiai Zuhri dalam pengajian rutin kitab Al-Hikam Ibnu Athoillah Al-Sakandari, senin (23/01/2017).

Kiai Zuhri melanjutkan, kesaktian yang tidak disertai dengan ridho Allah itu adalah istidroj, salah satu tanda orang ridho kepada Allah adalah orang tersebut istiqomah dijalanNya. Beliau melanjutkan penjelasannya dalam kitab Al Hikam dengan membagi karomah menjadi dua bagian.

Pertama, karomah keimanan, kedua, karomah amal. Lebih lanjut beliau menjelaskan, karomah yang sebenarnya adalah ketika orang tersebut mencapai istiqomah dan mencapai sempurnanya keistiqomaan, karena pada hakikatnya, karomah yang sebenarnya adalah beribadah dengan istiqomah.

Sementara ini banyak orang yang menganggap kesaktian yang dimiliki oleh seseorang adalah sebuah karomah tanpa terlebih dahulu melihat orang yang memiliki kesaktian tersebut apakah istiqomah dalam ibadahnya.

“Kalau orangnya istiqomah dalam beribadah bisa jadi itu adalah karomah yang sesungguhnya, namun jika orangnya tidak istiqomah dalam ibadah bisa jadi itu adalah istidroj. Karena yang namanya kesaktian bisa saja dimiliki oleh semua orang” Dawuh Kiai Zuhri ketika memaparkan karomah dan kekaromahan.

Oleh karena itu, kita harus melihat terlebih dahulu jangan samapai terpujuk dengan dhohirnya saja dengan menghilangkan aspek substansi terhadap sesuatu yang kita lihat. Di zaman sekarang sesuatu yang tidak benar dianggap benar, karna dibungkus dengan bungkusan yang menggoda secara lahiriah dan hawa nafsu. Kita seringkali terjebak dengan hal hal demikian karena menjadikannya sesuatu yang nampak sebagai ukuran baik dan tidaknya sesuatu tersebut. Dan menjadikan hawa nafsu sebagai alat untuk mengukurnya serta mengabaikan agama sebagai barometernya. Akhirnya kita mengarungi kehidupan seakan akan berada pada jalan yang benar, padahal jalan tersebut adalah jalan yang salah karna kita terjebak dengan hawa nafsu dan keindahan lahiriah saja.

Pengajian Rutin Kitab Al Hikam di Musholla Riyadus Sholihin PP. Nurul Jadid dikaji langsung Oleh KH. Moh. Zuhri Zaini, Pengasuh PP. Nurul Jadid

KH. Moh. Zuhri Zaini : Pentingnya Menyadari Diri Sebagai Hamba Allah

nuruljadid.net – Tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada Allah. Ibadah memiliki makna yang luas, ibadah bukan hanya sekedar shalat atau zakat saja, namun pekerjaan hambaNya juga bisa disebut ibadah. Setiap pekerjaan yang diniatkan untuk mencari atau mengharap ridho Allah maka pekerjaan itu bernilai ibadah di hadapan Allah. Salah satu contohnya ketika kita berjuang di tengah masyarakat dengan dinitakan untuk mengharap ridho Allah maka perjuangan tersebut bernilai ibadah.

“Salah satu diantara bentuk ibadah adalah berjuang di tengah tengah masyarakat kalau di niatkan hanya untuk mengharap ridho Allah maka perjuangan tersebut akan bernialai ibadah.” Dawuh beliau dalam pengajian rutin kitab  Al Hikam karangan Ibnu Athoillah, Kamis (19/01/2017)

Beliau juga mengimbuhkan, sebagai hamba Allah yang mempunyai  misi dan tugas penghambaan perlu kita sadari bahwa sifat yang hakiki yang ada pada diri seorang hamba adalah sifat merasa lemah dan hina di hadapan Allah SWT.

Sangatlah penting bagi manusia untuk menyadari akan sifat hakiki tersebut. Agar manusia tidak terjebak dengan pemikiran bahwa dirinya mempunyai kemampuan dengan keberhasilan dan prestasi yang diraihnya tanpa bantuan Sang Pencipta. Padahal secara hakikat semua itu adalah bentuk dari pertolongan dan kekuasaan Allah untuk hambaNya.

“Semua kemampuan yang kita miliki adalah fasilitas dan yang menentukan berhasil dan tidaknya maanusia adalah takdir yang Allah gariskan kepada kita,” dawuh beliau.

“Manusia hanya mampu berusaha dan dibalik kesuksesan dan keberhasilan usaha tersebut adalah jalan Allah yang diberikan kepada hambaNya.” Tambah beliau.

Disinilah petingnya kita menyadari bahawa kita adalah Hamba Allah yang tak memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu. Dan manusia juga seharusnya sadar bahwa dirinya adalah makhluk yang hina dihadapan Allah. Apabila manusia sudah menyadari dan mengakui bahwa dirinya adalah makhluk yang hina, maka Allah akan mengatrol kita dengan  sifat kemuliaanNya.

“Kita harus merasa hina hanya dihadapan Allah, kita tidak boleh menampakkan sifat kehinaan kepada hamba Nya namun bukan berarti kita boleh menampakkan kemewahan diri kita dihadapan hamba Allah, sebab kemewahan yang ada pada diri kita hanya berupa titipan Allah. Jika kemewahan yang ada pada diri kita ditampakkan, maka akan banyak menimbulkan kecemburuan sosial dan dapat memancing orang lain untuk berlomba lomba menampakkan kemewahan kemewahan mereka.” Nasihat beliau.

Namun pada kenyataannya, masih banyak ummat islam yang saling menampakkan kemewahan atas keberhasilan yang dia dapatkan didunia ini, padahal islam telah mengajarkan kepada ummatnya untuk membiasakan diri hidup sederhana tanpa harus menampakkan dan mengkultuskan harta dan tahta mereka. Sebagai hamba Allah, menyadari bahwa kita adalah hambaNya yang lemah harus kita kecamkan dalam kehidupan sehari hari agar tidak berpaling dari perintahNya.

“Dengan kita menyadari akan kelemahan kita dihadapan Allah maka Allah akan senantiasa menolong kita dengan kekuasaanNya.” Dawuh KH. Moh. Zuhri Zaini sekaligus sebagai nasihat beliau kepada santrinya.

Begitu sangat istimewanya orang yang menyadari bahwa dirinya adalah hamba Allah yang memiliki sifat lemah dan hina dihadapanNya. Sebab hamba yang demikian adalah hamba yang akan mendapatkan beberapa keistimewaan dan akan diperlakukan istimewa dihadapan Allah. Beberapa keistimewaannya adalah sebagai berikut :

  1. Allah akan memberikan kemuliaan-Nya
  2. Allah akan memberikan pertolongan dengan kekuasaaan-Nya
  3. Allah akan memberikan nur cahaya dan kekuatan-Nya

Demikianlah beberapa keistimewaan yang akan diberikan Allah kepada hambaNya yang sadar bahwa dirinya adalah seorang hamba yang penuh dengan kekurangan. Maka dalam dewasa ini, tak pantas jika kita merasa lebih melebihi dari apa yang Allah berikan kepada kita. Dalam kehidupan sehari hari seharusnya kita hidup dengan sederhana dengan tanpa menghambur hamburkan kenikmatan yang Allah berikan kepada hambaNya.