Pos

Memahami Konsep Kaya dan Miskin ala Kiai Zuhri

nuruljadid.net – “Kaya itu relatif, miskin juga relatif.” Terang Kiai Zuhri saat mengisi pengajian kitab Minhajul Abidin karya Imam Ghazali di Musala Riyadlus Shalihin, Rabu (08/05/24).

Menurut Kiai Zuhri standar penyematan cap kekayaan atau kemiskinan pada seseorang itu berdasarkan pada rasio antara pendapatan dan pengeluaran.

“Orang yang tiap hari memiliki penghasilan 1 juta, tapi kebutuhan hidupnya 2 juta. Maka dia itu miskin, bahkan fakir. Berbeda jika orang yang berpenghasilan 500 ribu, tapi kebutuhannya 200 ribu, maka ia kaya,” paparnya dengan nada halus dan menyentuh hati.

Kemudian, beliau memberi contoh sosok tokoh ulama’ besar dari Sukorejo, Situbondo. Adalah Kiai As’ad Syamsul Arifin, Sang Pahlawan Nasional. Dengan senyum sumringah, Kiai Zuhri menceritakan kisah Kiai As’ad saat bertemu presiden di istana negara.

“Kiai As’ad itu pakaiannya ya begitu terus, sarungan lalu berpakaian sederhana. Bahkan saat ke istana negara untuk bertemu presiden, beliau tetap berpakaian seperti itu. Kalau kita di posisi beliau, pasti risih ya?” tanya beliau membuat kami para peserta tersenyum malu.

Setidaknya, lanjut beliau, kita bisa meneladani Nabi yang hidup sederhana namun mampu melaksanakan kewajiban, bahkan melebihinya.

Antara bermewah-mewah dan sederhana yang berkecukupan, kata beliau, kita harus dapat membedakan. Bermewah-mewah adalah ketika kita melakukan atau mengambil sesuatu yang lebih dari kebutuhan atau keperluan.

“Contoh muslim yang baik adalah ia yang tidak mengambil yang tidak perlu,” imbuhnya.

Jadi, simpulan beliau, dalam berdakwah misalnya, jika dengan sederhana kita sudah bisa melaksanakan dakwah, lantas kenapa harus berlebih alias bermewah-mewah.

Tak berhenti di situ, bak samudera ilmu, beliau memberikan keterangan lebih lanjut tentang urutan “selamat”, “manfaat”, dan “nikmat” dalam mengambil suatu keputusan.

“Ada orang yang berpikir tentang ‘selamat’ dan ‘manfaat’. Ada juga orang yang berpikir ‘nikmat’. Semua itu tidak apa-apa, asalkan ‘selamat’, ‘manfaat’, baru ‘nikmat’. Sebab, jika ‘nikmat’ yang didahulukan tapi tidak ‘selamat’, lantas bagaimana?” jelas beliau.

 

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

Kitab Ibadatul Islam Jilid I (Sholat)

Silahkan download  kitab Ibadatul Islam Jilid I (Sholat) diampu langsung oleh KH. Moh. Zuhri Zaini pengasuh untuk pengajian selanjutnya melalui link dibawah ini :

https://drive.google.com/file/d/1qcf3ibO6lejBe8JD3lmioCh5hnmCYln7/view?usp=sharing

 

KH. Zuhri Zaini; Kita Tidak Perlu Susah Untuk Urusan Rezeki

nuruljadid.net- Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid KH. Moh. Zuhri Zaini mengatakan, kita harus yakin bahwa yang mengatur hidup dan rezeki adalah Allah. Oleh karena itu kita harus optimis kepadaNya.

Jalan hidup itu, yang mengatur adalah Allah, tapi kita bagaimana menjalani hidup mengikuti petunjuk-petunjukNya. Soal kemana dan jadi apa itu bukan urusan kita. Karena kita tidak bisa memastikan nasib kita sendiri, tapi merencanakan boleh.

Hal ini dikatakan Kiai Zuhri di Pengajian Khataman Kitab Adabu Salikul Murid di Musalla Riyadhus Sholihin Pondok Pesantren Nurul Jadid, Sabtu Malam (09/05).

Kiai Zuhri melanjutkan, Hidup itu jangan takut fakir, tapi tetap mengikuti petunjuk-petunjuk Allah bukan takut fakir tapi diam. Kita tidak perlu susah untuk urusan rezeki yang penting berusaha.

Pengasuh ke IV Pondok Nurul Jadid ini menambahkan, Rezeki yang dijamin oleh Allah itu rezeki untuk bahan hidup bukan rezeki untuk kaya. Kalau untuk kaya tidak ada jaminan, meski orang itu berusaha.

“Asalkan kita melaksanakan yang menjadi kewajibannya kepada Allah, bukan hanya kewajiban bersifat ritual semata namun juga kewajiban yang bersifat sosial, Allah akan menjamin rezekinya dan memberikan fasilitas. Orang yang lebih mengutamakan mengabdi, hidupnya pasti lapang (terkabul hajatnya),” Kata Kiai Zuhri.

 

 

Pewarta : PM

Menyelami Psikologi Anak Dalam Mendidik, Ini Kata Kiai Zuhri

nuruljadid.net- Ada banyak kekeliruan yang dilakukan oleh orang tua maupun seorang pendidik (guru) dalam mendidik anak-anak atau murid-muridnya. Mendidik hanya dipahami sebagai transformasi ilmu pengetahuan semata kepada seorang anak untuk bisa memahami pengetahuan sesuai dengan apa yang disampaikannya. Tidak sedikit dari orang tua maupun seorang pendidik memaksakan anak atau muridnya agar sama seperti dirinya dengan melakukan berbagai macam cara supaya keinginannya bisa tergapai.

Padahal menjadi orang tua dan seorang pendidik harus memahami potensi yang dimiliki oleh para anak-anak dan murid-murid mereka. Agar di dalam mendidik bisa memperoleh hasil yang maksimal. Setiap anak mempunyai kelebihan yang berbeda satu sama lain, bahkan dengan orang tuanya pun memiliki pengetahuan dan karakter yang berbeda. Menggali potensi setiap diri seorang anak merupakan sesuatu yang sangat urgen dalam melaksanakan proses pendidikan. Disini pentingnya orang tua atau seorang pendidik mengetahui psikologi perkembangan kognisi, afeksi maupun psikomotorik anak dengan baik.

Dalam pengajian kitab Adabu Salikul Murid bertempat di Musalla Riyadhus Sholihin, Kamis malam (07/05) KH. Moh. Zuhri Zaini Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid mengatakan, Jadi orang tua atau pendidik harus menyelami perkembangan psikologi anak-anaknya supaya tidak memaksakan seperti dirinya, itu bisa menimbulkan ketidak stabilan bagi seorang anak. Sebab kalau dipaksa anak tidak akan takut dan menentang.

 

 

Pewarta : PM

Kiai Zuhri Ungkap Manfaat Menghidupkan Waktu Sehabis Sholat Subuh Dan Asar Dengan Dzikir

nuruljadid.net- Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo menyampaikan terkait manfaat memakmurkan waktu sehabis waktu subuh dan setelah asar hingga terbenam matahari.

Dalam penuturannya, saat memberikan pengajian kitab adabu salikul murid, Selasa malam (28/04) di Musalla Riyadhus Sholihin. Kiai Zuhri menyampaikan, waktu sehabis subuh dan asar merupakan waktu mulia yang bisa menandingi waktu malam karena pada waktu itu mengalirnya tambahan pertolongan Allah dan sedang dibuka lebar-lebar.

“Dzikir itu bisa dilakukan kapan saja, hanya saja ada waktu-waktu tertentu aliran madad pertolongan Allah sangat deras. Di pesantren-pesantren pada waktu yang disebutkan, diisi dengan dzikir, istighosah,” Dawuhnya.

Kiai Zuhri melanjutkan, orang yang menghidupkan waktu sehabis subuh dengan dzikir dia akan memperoleh rezeki.

“Rezeki ada yang bersifat jasmani dan rohani. Yang bersifat jasmani berupa materi dan kesehatan. Orang yang istikamah berdzikir sehabis subuh, akan dimudahkan rezekinya. Sementara orang yang menghidupkan waktu setelah asar dengan dzikir, maka dia akan mendapatkan rezeki yang bersifat qolbiyah seperti ilmu dan keistikamahan,” Tambah Kiai Zuhri.

“Tentu pada waktu-waktu aliran tambahan pertolongan Allah itu, kita harus proaktif dengan melakukan sabab,” Lanjutnya.

 

 

Pewarta : PM

Orang Yang Dawamul Wudhu’ Tidak Mudah Tergoda Oleh Setan

nuruljadid.net- Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid KH. Moh. Zuhri Zaini pada pengajian khataman kitab adabu salikul murid, Jum’at malam (24/04), di Musalla Riyadus Sholihin, menjelaskan tentang pentingnya menjaga wudhu. 

Kiai Zuhri menyampaikan, dulu Syekh Abdul Qodir Jailani pernah berguru kepada Nabi Khidir dan Syekh Abdul Qodir diperintah olehnya untuk berada di pinggir sungai dalam waktu satu tahun agar tidak pernah putus dari wudhu’. Kalau syekh Abdul Qodir berhadats kecil bisa langsung segera berwudhu dan apabila berhadats besar bisa segera mandi.

Orang yang terus menerus punya wudhu’ atau “dawamul wudhu'” akan terjaga pertahanan batinnya dan akan kuat tidak mudah tergoda oleh setan. Karena orang yang berwudhu selalu berdzikir dan ingat kepada Allah.

Untuk menghindari banyaknya hadats, Kiai Zuhri menambahkan, agar mempersedikit makan dan minum.

“orang yang banyak makan dan minumnya akan banyak hadatsnya. Supaya mudah menjaga kesucian jangan banyak makan dab minum,” Tutur beliau.

Makanlah, makanan yang halal dan menyehatkan dan itu tidak perlu banyak. Terkadang kita makan bukan karena butuh tapi karena enak. Kalau butuh kita perlu mengetahuai berapa ukuran kebutuhannya. Kalau ukuran enak, sekalipun kita kenyang terus ingin makan,” Sambung Kiai Zuhri.

“Makanan enak, tapi kita ingin berhenti makan, itu bagian dari riyadhah melawan nafsu,” Tambahnya.

 

Pewarta : PM

Pelanggaran Hak Kepada Manusia Itu Berat, Ini Ulasan KH. Moh. Zuhri Zaini

nuruljadid.net- Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo KH. Moh. Zuhri Zaini,  tentang pentingnya melaksanakan taubat  terhadap kesalahan yang dilakukan oleh setiap orang. Pada pengajian kitab adab salikul murid, bertempat di Musalla Riyadhus Sholihin (16/04), beliau dengan rinci menjelaskan tentang taubat dan cara menyesalinya.

“Sebagai orang yang beriman jangan berangan-angan apalagi berencana untuk berbuat dosa. Kalau kebetulan tergelincir berbuat dosa, segera bertaubat,” Katanya.

Dalam melaksanakan taubat, seseorang harus merasa bersalah dan mengakuinya dengan penuh penyesalan.

Kiai Zuhri melanjutkan, orang yang tidak merasa bersalah dari dosa yang dilakukannya, maka taubatnya tidak akan diterima. Jangan bosan-bosan bertaubat seperti kita tidak pernah bosan melakukan dosa. Kita jangan pernah putus asa kalau kita mau berbenah diri.

Masih kata Kiai Zuhri, dosa itu tidak hanya melanggar hak Allah, tetapi juga melanggar hak sesama. Bahkan bukan hanya kepada sesama manusia, tapi melanggar kepada binatang itu juga dosa. Orang mati syahid, jika memiliki dosa kepada Allah, maka segera dihapus olehNya. Tapi  jika memiliki dosa kepada sesama tidak akan dihapus oleh Allah sebelum orang tersebut memaafkan nya.

Manusia itu tidak bisa terhindar dari kesalahan, tapi Allah memberikan solusi yaitu segera bertaubat,” Sambungnya.

 

Pewarta : PM

Kiai Zuhri: Orang Atheis Bukan Semuanya Tidak Percaya Pada Tuhan

nuruljadid.net-  Pengajian KH. Moh. Zuhri Zaini, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo pada kegiatan khotmil kutub di Pondok Pesantren telah memasuki hari ke empat, setelah dimulai pada, Sabtu malam (11/04). Dalam kitab adabu salikul murid yang dibaca, salah satu penjelasan beliau menerangkan tentang pentingnya berdzikir (ingat kepada Allah).

“Ingat kepada Allah harus benar dan baik. Kalau ingat kepada Allah dalam keadaan benci itu jelek. Sebab, orang yang berdzikir kepada Allah harus memiliki pikiran yang positif,” Katanya.

Oleh karena itu, orang yang masih hatinya keras, jangan langsung diajak berdzikir dikhawatirkan takut marah-marah pada Allah. Dan orang yang memiliki akhlak yang jelek ia akan selalu berbuat suudzan pada Allah.. Karena dzikir itu harus dimulai dengan makrifat (mengenal Allah) dan penanaman akhlakul karimah. Orang yang mengenal Allah dengan benar pasti akan takdhim,” Imbuhnya.

Dakwah yang tidak berhasil itu bukan karena Islam tidak benar atau tidak baik tapi karena orang atau pendakwahnya tidak benar dan kurang baik,” Lanjutnya.

Selain tentang dzikir, Kiai Zuhri menyampaikan tentang kedekatan Tuhan pada manusia.

“Kedekatan Tuhan pada manusia dalam batin atau dalam hati. Kalau kita ingat pada Tuhan dengan ingat yang baik, tunduk dan patuh berarti kita dekat dengan tuhan. Kalu kita lupa pada pada Tuhan atau ingat dalam keadaan mel akukan perbuatan maksiat berate kita jauh,” Tegasnya.

Lebih jauh, sosok kiai yang dikenal low profile ini menyampaikan bahwa Tuhan selalu hadir pada kehidupan kita tapi kadang-kadang kita gaflah lalai dan tidak menyadarinya. Orang yang lalai pada Tuhan yang begitu tampak ia tidak akan musyahadah.  Orang atheis tidak semuanya tidak percaya pada Tuhan tapi hanya kadang-kadang tak peduli pada Tuhan.

Orang yang terhijab pada Allah, maka ia akan dikendalikan oleh nafsunya, ia tidak akan menjadi abdullah tapi menjadi abdul hawa,” Terangnya.

 

Pewarta : PM

Sambung Rasa di Pengajian Kitab Syu’abul Iman

nuruljadi.net-Sabtu, 15 Februari 2020, salah satu rumah di Cakung, Jakarta Timur, nampak ramai. Beberapa lelaki dan perempuan yang mengenakan busana muslim terlihat berdatangandan bersalaman. Di antara mereka ada yang membawa momongan, ada pula yang datang sendirian. Mereka saling bertegur sapa, tukar cerita,dan bercanda ria sambil menikmati secangkir kopi hitam dan aneka kudapan.Di antara mereka ada yang bertanya seputar aktivitas terkini, jumlah keturunan, saling mendoakan atas kebaikan, dan atau sekedar mengenang masa-masa belajar di Pondok Pesantren Nurul Jadid (Ponpes NJ), Paiton Probolinggo.

Pada Sabtu yang cerah itu, para alumni Ponpes NJ yang bermukin di sekitar Jabodetabek Banten sedang mengadakan pertemuan yang dibalut dengan Pengajian Syu’abul Iman, yaitu kegiatan mengaji kitab yang memuat bait-bait tentang cabang-cabang iman, buah karya Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Zaini ‘Abdul Mun’im.

 Tepat pukul 11.30 WIB, salah satu alumni bernama Abdul Majid, memimpin tahlil yang dikhususkan untuk Pendiri dan Masyayikh Ponpes NJ. Para alumni lainnya khusyuk mengikuti irama tahlil yang cepat dan kompak.

 Usai pembacaan tahlil, sebagian alumni bersegera menunaikan ibadah sholat dan makan siang (Ishoma). Selanjutnya mereka segera berkumpul di dalam rumah, di mana pertemuan antaralumni bersama nara sumber Kitab Syu’abul Iman, yaitu KH Najiburrahman Wahid atau Kiai Najib, diselenggarakan.

 Dari dalam rumah itu, lamat-lamat terdengar Qosidah Tawasul Pendiri Ponpes NJ disenandungkan. Iramanya enak didengar, dan merasuk ke relung jiwa para alumni yang telah lama tak mendengarnya.

 “Pertemuan ini bagaikan oase bagi kita,” ujar Ahmad Im’an, tuan rumah yang didapuk untuk menyampaikan sambutan.“Karena itu, saya sangat bersyukur atas kehadiran teman-teman pada Pengajian Kitab Sy’abul Iman yang diampu oleh KH. Najiburrahman Wahid,” pungkasnya.

 Hal senada disampaikan Nasrul Umam Syafi’i, Ketua P4NJ Jabodetabek Banten. Menurut lelaki asal Tuban ini, kegiatan mengaji kitab sangat penting untuk menjaga silaturahim. Karena itu, ia bertekad akan menjadikan pengajian kitab ini sebagai kegiatan rutin 3 bulan sekali.

 Sementara Anas Nasihin, salah satu alumni yang kini bermukim di perbatasan antara Depok dan Tangerang Selatan, mengatakan bahwa Pengajian Kitab Syuabul Iman dapat diartikan sebagai tabarukan dan sambung rasa, baik antaralumni di sekitar Jabodetabek Banten, dan terutama dengan Pendiri dan Masyayikh Pondok Pesantren Nurul Jadid.

 Menanggapi hal tersebut, Kiai Najibyang didaulat sebagai nara sumber Pengajian Kitab Syu’abul Iman, menyatakan bahwa ada banyak nilai yang terkandung dalam pertemuan ini. Salah satunya adalah mendamaikan perselisihan antarsesama manusia.

 Terkait hal tersebut, Kiai Najib bercerita tentang sebuah kejadiandi mana dua orang yang saling bermusuhan dalam urusan politik, akhirnya islah setelah bertemu pada sebuah forum silturrahim keluarga. Mereka terkejut karena baru sadar bahwa sesungguhnya mereka masih bersaudara.

 “Akhirnya mereka ishlah. Inilah hikmah atau nilai positif darisilaturrahim ini, dan dapat pula bermakna mensinergikan potensi yang berbeda-beda,” pungkasnya.

Sementara itu, Saiful Anwar, salah satu alumni yang dulu pernah bersekolah di MAK Nurul Jadid angkatan III, mengatakan bahwa ia sangat bersyukur dapat menghadiri Pengajian Kitab Sy’abul Iman. Selain dapat mengingatkannya pada sosok guru yang yang amat ia kagumi, yaitu KH Abd. Wahid Zaini yang nota bene merupakan Ayahanda Kiai Najib, ia juga dapat bertemu dengan beberapa alumni lainnya yang selama ini susah dijumpai karena padatnya aktivitas di rimba raya Jakarta.

 “Bahkan dengan Im’an itu, baru kali ini saya bertemu selama berada di DKI Jakarta,” ujarnya.*

 

Pewarta : M. Adib Minanurokhim

Rektor IAI Ibrahimy Apresiasi, P4NJ Banyuwangi

nuruljadid.net- Ngaji kitab syu,abul iman yang dilaksanakan di Aula Mini Universitas Nurul Jadid Paiton mendapat apresiasi dari rektor IAI Ibrahimy genteng Banyuwangi, Dr. KH. Holiluraman M.Pd.I atau yang akrab dipanggil Gus lilur dalam sambutan sebelum memulai pengajian yang di isi langsung oleh pengasuh Nurul Jadid KH. Moh. Zuhri Zaini .

“Kehadiran jumlah peserta ngaji ke Nurul Jadid dari Banyuwangi ini di luar ekspektasi sebab baru kali ini P4NJ Banyuwangi mengelar ngaji barang dengan KH Zuhri yg diadakan di PP Nurul Jadid. Menurut Gus lilur bisanya kita mengundang atau hadirkan kiai ke Banyuwangi dan baru kali ini kita ngaji dengan beberapa rombongan ke Nurul Jadid Alhamdulillah antusiasisme alumni cukup besar,” Ucap Gus Lilur

Senada dengan Gus lilur ketua P4NJ Banyuwangi Ustadz Rouf Tsani menyatakan kaget dengan jumlah alumni Banyuwangi yang bisa hadir di acara ngaji yang di gelar tgl 7 Pebruari 2020 awal nya etimasi saya peserta yang hadir tidak lebih dari 35 orang ternyata setelah acara di mulai peserta mulai berdatangan hingga Aula Mini penuh. saya bersyukur mudah- mudahan ini awal yang baik untuk kegiatan rutin kita dalam mengaji kitab yang dikarang oleh almarhum KH Zaini Mun,im, pendiri PP. Nurul Jadid.  Dalam acara ini Pengasuh Pesantren Nurul Jadid yang ke VI  Kiai Zuhri, menekankan pentingnya kita menjaga iman.

“Iman itu tidak hanya mempercayai Allah SWT tapi bagaimana kita juga bisa menjalankan perintahNya. Kalau sekedar percaya iblis pun percaya akan kebesaran Allah namun iblis tidak patuh kepada perintah Allah,” Dawuh beliau.

 

Pewarta : Rofiq Syamwil

Editor : Ponirin Mika

P4NJ Banyuwangi Ngaji Kitab Syu’abul Iman Di Pondok Pesantren Nurul Jadid

nuruljadid.net- Pembantu Pengurus Pondok Pesantren Nurul Jadid (P4NJ) Banyuwangi ngaji kitab syu’abul iman bersama KH. Moh. Zuhri Zaini, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid. Ngaji bareng pengasuh ini diikuti oleh 50 orang, ditempatkan di AULA MINI Pondok, Jum’at sore (07/02) WIB.

Nampak hadir mengikuti kegiatan ngaji bareng itu, Ketua P4NJ Pusat KH. Junaidi Mu’thi, Sekretris P4NJ H. Syamsul Arifin, Kasubag Protokoler Nurul Jadid Ustadz Bashori Alwi

Ustadz Rofiq Syamwil saat dikonfirmasi mengatakan bahwa kegiatan ngaji kitab syu’abul iman oleh Pembantu Pengurus Pondok Pesantren (P4NJ) Banyuangi dilaksanakan setiap tiga bulan sekali. Kiai Zuhri sendiri yang mengisi kegiatan tersebut. Dan kegitan itu berlangsung kurang lebih 2 tahun bertempat di Banyuangi.

“Kami P4NJ Banyuangi ingin ngaji ke Pondok Nurul Jadid langsung. Biar tidak Kiai Zuhri terus yang rawuh ke Banyuangi. Kegiatan ini sudah lama dilaksanakan mas, dua tahun yang lalu,” Tutur Rofiq.

Insya Allah barokahnya lebih banyak saat kami ngaji langsung ke Pondok, sekalian kami jum’at malam langsung ikut Istighosah sabtu wage,” Sambungnya.

 

Pewarta : PM

Santri Harus Merawat Perbedaan

nuruljadid.net-Perbedaan merupakan rahmat yang harus disyukuri dan bukan menjadi alasan untuk berpecah belah. Untuk itulah, para santri memiliki tanggung jawab untuk terus merawat perbedaan tersebut di tengah keberagaman Indonesia.

Pesan yang disampaikan oleh Pengasuh Ponpes Nurul Jadid KH Zuhri Zaini dalam kegiatan pertemuan alumni PP Nurul Jadid di Desa/Kecamatan Tanggul kemarin (11/3). Kegiatan rutin tiga bulan sekali  itu dihadiri ratusan para alumni yang tersebar se Jember.

“Alumni harus melanjutkan perjuangan kiai, terutama Alm  KH Zaini Abdul Mun’im,” katanya. Perjuangan itu mulai dari berbagai bidang sesuai dengan pekerjaan yang sedang ditekuni. Namun, tetapi dibawah naungan organisasi Nahdlatul Ulama (NU).

Para kiai, kata dia, selalu  istiqomah memperjuangkan NU karena paling sesuai dengan Islam Nusantara. Yakni Islam  tawassuth  atau moderat dan menghargai segala jenis perbedaan. Seperti yang sudah dilakukan oleh  Nabi Muhammad SAW yang tertuang dalam piagam madinah.

Sekarang, lanjut dia, mulai tumbuh bibit kelompok  yang ingin merongrong NU dan keutuhan NKRI. Untuk itulah, alumni santri harus menghindari dan  menentang kelompok-kelompok tersebut. Sebab ingin melakukan pecah belah. “Indonesia masih aman dari perang saudara seperti yang terjadi di Afghanistan,” tuturnya.

Kerukunan yang selama ini sudah berlangsung, harus dijaga dan dilestarikan bersama. Apalagi sekarang masuk tahun  politik. “Alumni bebas menyalurkan aspirasi politik lewat mana saja, yang terpenting satu tujuan dan menggunakan kendaraan yang mengarah pada tujuan yang sama,” jelasnya.

Sebab,  hampir semua partai politik  lebih berorientasi program  dan figur, bukan lagi pada ideologi. Kendati demikian, berpolitik juga bukan alasan untuk tidak menghargai perbedaan yang ada. Namun, tetap saling menghormati. “Alumni harus kompak  dan bersatu, meskipun berada ditempat atau bidang kehidupan yang berbeda-beda,” paparnya.

Perbedaan pendapat merupakan  hal yang wajar,  terpenting harus saling menghargai perbedaan  menjauhi  perpecahan. Dalam berjuang, para alumni santri menyesuaikan dengan keahlian bidang masing-masing. “Misal dalam ekonomi birokrasi,” ujarnya.

Sementara itu,  Endra Hardianto, ketua panitia kegiatan menambahkan pertemuan alumni itu untuk memperkuat ikatan silaturahmi para alumni Ponpes Nurul Jadid. Untuk pengembangan ekonomi, para alumni sepakat membentuk koperasi Baitul Mal Wattanwil (BMT). “Kemudian juga makan nasi tabhek bersama,” pungkasnya.

Sumber Berita : p4njjember.com

32 Dosen STAI Attaqwa Bondowoso, Ngaji Bareng Di Pondok Pesantren Nurul Jadid

nuruljadid.net- Sebanyak 32 Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Attaqwa Bondowoso, ngaji bareng KH. Moh. Zuhri Zaini di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Rabu (05/02) bertempat di Aula Mini Pesantren.

Wakil Rektor I STAI Attaqwa Dr. Rifa’i, S.Ag, M. Pd, dalam sambutannya menuturkan alasannya memilih Pondok Pesantren Nurul Jadid pada kegiatan ini.

“Kita tahu bahwa PP. Nurul Jadid memiliki visi keislaman, sebagai pengayom umat dan melahirkan banyak tokoh yang memiiliki karakter kepesantren dan nilai-nilai islam rahmatan lilalamin”, Ungkapnya.

Pria yang berprofesi sebagai dosen ini menyampaikan harapannya, “Kami mohon banyak ilmu dan tausyiah dari Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid agar kami civitas akademika yang memang dosen-dosen STAI banyak alumni Pesantren, tetapi kalau sudah lama bergaul dengan masyarakat perlu penyegaran kembali”, Sambungnya.

Kegiatan dilanjutkan dengan Tausyiah Pengasuh PP. Nurul Jadid, KH. Moh. Zuhri Zaini, diakhiri dengan do’a, pemberian cindera mata dan foto bersama.

Pewarta : PM

KH. Moh. Zuhri Zaini, Tidak Menerima Keputusan Allah Sebuah Kekafiran

nuruljadid.net- Dalam menghadapi Tuhan jangan sampai disamakan seperti menghadapi mahluk seperti hewan (kambing). Menghadapi Tuhan harus dilanfadi adab yang baik. Menjadi mahluk Allah kita harus mampu melihat siapa dirinya dan kemampuan yang dimiliki. Pesan ini disampaikan oleh KH. Moh. Zuhri Zaini Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, pada pengajian kitab Minhajul Abidin, Rabu pagi pukul 06. 00 WIB di Musala Riyadhus Sholihin.

Pesan Kiai Zuhri, Seorang tidak akan celaka kalau dia tahu terhadap takaran dirinya (Arafa qodra nafsi). Ketika menjadi rakyat meskipun lebih pintar dari pemimpinnya ya tetap harus taat.

“Ketika kita menjadi rakyat harus taat kepada pemimpinnya meskipun kita lebih pintar. Apalagi kita kepada Allah,” Tegas beliau.

Kita sebagai mahluk Allah harus tunduk terhadap aturanNya dan harus pasrah kepada keputusanNya. Namun tunduk dan patuh itu harus di dasari oleh akal yang baik.

Jika kita tidak menerima terhadap keputusan Allah, maka itu sebuah kekafiran.

Pewarta : PM

Kiai Zuhri, Jangan Pernah Merasa Baik dan Sempurna

nuruljadid.net- Nampak serius sekali para santri yang ikut ngaji kitab Minhajul Abidin di Musalla Riyadhus Sholihin (Musalla Timur) yang diampu langsung oleh Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid KH. Moh. Zuhri Zaini, pada hari Rabu pagi kemarin

Pengajian pagi di musalla ini kebanyakan diikuti oleh Pengurus Pesantren dan Mahasiswa sementara kebanyakan santri mengikuti pengajian yang di ampu oleh KH. Najiburrahman Wahid bertempat di Masjid Jami’. Bahkan saat ini Biro Kepesantrenan Bidang Tarbiyah Watta’lim mengadakan banyak majlis pengajian dengan melakukan klasifikasi berdasarkan tingkat kompetensi santri, sehingga pagi hari ada majlis pengajian dibeberapa tempat.

Pada pengajian kitab Minhajul Abidin, Rabu pagi kemarin (06/08/19) ditengah-tengah pembahasannya, dawuh Kiai Zuhri “Jangan pernah merasa baik dan sempurna tapi berusaha untuk menjadi baik dan sempurna itu baik”
Orang yang baik bukan orang yang tidak punya kesalahan. Orang jelek itu adalah orang yang tidak pernah menginginkan berbuat baik dan sudah berbuat jelek, tapi kita tidak boleh nenvonis orang itu jelek,” Dawuh beliau.

Pernyataan itu disampaikan oleh beliau saat beliau menjelaskan tentang ridha di dalam menerima takdir yang Allah berikan.

Pewarta : PM