Pos

ANTARANEWS: Kiai Zuhri: Sosialisasi dampak perundungan mulai dari diri sendiri

Kita perlu menyosialisasikan pentingnya dampak perundungan ini mulai dari diri kita sendiri, komunitas, hingga kepada masyarakat

Probolinggo (ANTARA) – Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur (Jatim), KH Moh Zuhri Zaini mengemukakan pentingnya menyosialisasikan dampak dari perundungan mulai dari diri sendiri dan komunitas hingga ke masyarakat.

“Kita perlu menyosialisasikan pentingnya dampak perundungan ini mulai dari diri kita sendiri, komunitas, hingga kepada masyarakat,” ujarnya saat memberikan sambutan dalam acara “Halaqah Pesantren Ramah Santri” di Aula Ponpes Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, Senin.

Menurut Kiai Zuhri, perbuatan perundungan sangat bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan kemasyarakatan, juga agama, dengan dalih apapun.

Oleh karena itu, lanjut dia, sosialisasi dari dampak dari perundungan penting disampaikan kepada masyarakat, termasuk di lingkungan pesantren.

Kegiatan sosialisasi tentang perundungan dapat membantu meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang dampak dari perundungan.

Dengan sosialisasi yang baik, kata dia, diharapkan masyarakat dapat lebih peka terhadap dampak negatif perundungan baik bagi korban maupun pelaku, serta mendorong lingkungan yang lebih inklusif.

“Sekarang sangat marak terkait perundungan ini, baik itu terjadi di lembaga-lembaga maupun di rumah tangga,” kata Kiai Zuhri.

Ia juga mengingatkan bahwa Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan dakwahnya dengan menggunakan cara-cara yang santun, ramah, dan tidak menyakitkan.

“Nabi diingatkan oleh Allah untuk berdakwah dan mengajak manusia ke jalan keselamatan dan diperintahkan oleh Allah untuk menggunakan cara-cara yang santun, ramah, dan tidak menyakitkan. Bahkan sekalipun beliau diganggu dan mau dihabisi tetap beliau mengedepankan sifat-sifat kesantunan yang didasari oleh sifat rahmah,” tutur Kiai Zuhri.

Kiai Zuhri juga mengajak  masyarakat agar bersyukur dan bergembira dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai penyebar rahmah di alam semesta ini.

“Nilai-nilai kesantunan, nilai-nilai kasih sayang, sehingga tidak menghalangi kita untuk mengerjakan yang tidak baik, khususnya perundungan,” katanya.

Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim bekerja sama dengan Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton menggelar halaqah dalam rangka menciptakan komunitas pesantren bebas dari perundungan (bullying).

Pewarta: Novi Husdinariyanto
Editor: Risbiani Fardaniah

(Sumber: antaranews.com)

Di Tabligh Akbar BI, Kiai Zuhri Zaini Ajak Santri Memiliki Kepekaan Sosial

berita.nuruljadid.net – Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo KH. Moh. Zuhri Zaini mengajak para santri untuk tidak bahagia dan senang sendirian. Akan tetapi harus memperhatikan nasib orang lain dan peka kepada keberadaan masyarakat di sekitarnya (peka sosial).

Pernyataan itu diungkapkan saat memberikan tausiyah pada tabliqh akbar yang diselenggarakan Bank Indonesia Malang di Aula I Pondok Pesantren Nurul Jadid. Rabu (24/10/24).

Selain itu, Kiai Zuhri menegaskan bahwa sebagai manusia harus berikhtiar agar menjadi sukses. Ia juga menerangkan sosok panutan umat yaitu Rasulullah SAW.

“Rasulullah itu adalah saudagar, beliau menikahi Siti Khodijah dengan mas kawin kurang lebih satu miliar,” tegasnya.

Namun kata Kiai Zuhri, bekerja apapun yang penting pekerjaan yang baik harus diniati baik pula.

“Orang yang bekerja di kantor, sawah, Perusahaan harus diniati dengan baik salah satunya niati untuk menafkahi keluarga,” imbuhnya.

Tak lupa juga, Kiai yang terkenal sederhana dan familiar ini menyitir sabda Rasulullah “Betapa banyaknya pekerjaan yang dianggap pekerjaan dunia tetapi dengan niat yang baik maka menjadi pekerjaan akhirat, sebaliknya banyak pekerjaan seakan-akan pekerjaan akhirat tapi dengan niat yang tidak benar maka jadi perbuatan dunia”.

Kiai Zuhri juga berpesan agar kita bersungguh-sungguh dalam belajar dan bekerja dengan baik agar bisa menjadi orang sukses.

“Dalam usaha tidak hanya dilakukan sendirian tapi lebaik utk bersama sama,” ungkapnya.

 

Pewarta: Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor: Ponirin Mika

Peringati Maulid Nabi 1446 H, Kiai Zuhri Zaini: Ini Bentuk Cinta Kita kepada Rasulullah

berita.nuruljadid.net – Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, menggelar peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1446 H di Masjid Jami’ Nurul Jadid pada Ahad (19/09/24). Acara ini dihadiri oleh Penceramah Habib Achmad Jamal bin Thoha Baagil, Pengasuh Pesantren KH. Moh. Zuhri Zaini, jajaran Masyayikh Nurul Jadid, pengurus pesantren, santri, alumni, serta masyarakat.

Dalam sambutannya, KH. Moh. Zuhri Zaini menjelaskan bahwa peringatan Maulid Nabi dilakukan dengan berbagai kegiatan seperti pembacaan Maulid Diba’, Barzanji, dan Simtudduror, sebagai bentuk kecintaan kita terhadap Nabi Muhammad SAW.

“Hikmah adanya peringatan maulid ini adalah untuk mensyukuri kelahiran Nabi Muhammad SAW sebagai a’dzomun ni’am, nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada kita. Melalui beliau kita bisa menjadi orang yang beriman dan berislam, orang yang bisa membedakan haq dan batil, sehingga kita bisa tahu jalan yang menuntun ke surga dan jalan yang menjerumuskan ke neraka,” tuturnya.

Dengan adanya penyampaian tentang maulid Nabi, lanjut beliau, kita bisa semakin mengenal sosok Rasulullah. Beliau menerangkan bahwa kecintaan kepada Nabi dapat tumbuh dengan tidak hanya mengenal nama Nabi saja, akan tetapi juga mengenal akhlak dan amaliahnya.

“Kecintaan ini sangat penting. Kita berharap dengan cinta kepada beliau, kita akan dikumpulkan bersama di hari akhir, sekaligus termotivasi meneladani akhlak dan amaliah beliau, sehingga menjadi manusia yang selamat di dunia dan akhirat,” imbuhnya.

Kiai Zuhri berharap, peringatan Maulid Nabi ini membawa oleh-oleh berkah berupa ilmu yang bermanfaat.

“InsyaAllah, jika ilmu itu diamalkan, manfaatnya akan dirasakan tidak hanya di dunia, tapi juga di akhirat,” tutupnya.

 

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

Ini Peran Seorang Santri Menurut Kiai Zuhri Zaini

nuruljadid.net – Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton KH. Moh, Zuhri Zaini menjelaskan tentang hakikat seorang santri di acara halal bihalal yang dilaksanakan Pembantu Pengurus Pondok Pesantren Nurul Jadid (P4NJ) Probolinggo barat. Ahad (11/03/24).

Kiai Zuhri mengulas prihal yang harus dimiliki oleh santri. Ia mengungkapkan bahwa santri harus memiliki amaliah, perilaku dan amaliah ahlusunnah waljamaah.

“Sebab santri tidak mengenal tempat dan waktu. Bahkan secara luas, sebagai seorang santri harus memiliki amaliah, perilaku dan aqidah yang berpaham ahlussunnah,” imbuhnya.

Selain itu, pengasuk ke IV Pesantren Nurul Jadid ini menerangkan tentang manfaat dari halal bihalal. Katanya, halal bihalal adalah ajang silaturrahim dan momentum untuk saling meminta maaf.

“Orang yang ingin dilapangkan rizkinya oleh Allah (bukan berarti kaya), salah satunya dengan merutinkan silaturahmi,” tegasnya.

Sebagai makhluk sosial, Kiai Zuhri mengungkapkan sebuah keniscayaan pasti berinteraksi dengan yang orang lain, kecuali orang yang tidak normal. Maka dalam interaksi itu ada ungkapan yang kemungkinan salah.

“Sebagai manusia memiliki fitrah dan tempat salah dan dosa, ini harus di sadari,. Jika berbuat salah segera meminta maaf dan sebaliknya juga memaafkan kepada orang lain pada dirinya,” imbuhnya.

Beliau memberikan contoh seorang panutan umat manusia, yaitu junjungan Nabi Muhammad Saw. Menurutnya, kiata perlu melihat rumah nabi, dengan kamar terbatas, di samping masjid, tapi pemiliknya berhati luas, maka menjadi luas dan tempat bernaung umat.

“Nabi juga senang menyambung silaturahmi. Melalui aktifitas ini, dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya. Umur itu tidak berarti jumlah tahun. Tapi seberapa banyak kebaikan yang dilakukan. Nabi dalam waktu berumur pendek namu sangat panjang kebaikannya,” tegasnya.

Selain itu, kiai Zuhri menyinggung pentingnya kebersamaan. Kebersamaan dibutuhkan untuk melanjutkan kehidupan. Kebersamaan perlu dirawat dan diperbaharui. kebersamaan tidak hanya menunggu takdir, tapi harus dijemput, diikhtiarkan. kita melihat kebersamaan tumbuh manakala ada musibah. kita tidak perlu menunggu musibah untuk memelihara kebersamaan. Mulailah sejak saat ini. kebersamaan dilakukan dalam wadah yang sempit, yaitu perkumpulan alumni, atau lebih luas yakni jam’iyah Nahdlatul Ulama, atau lebih luas lagi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Lebih lanjut, kiai menambahkan, hikmah lain dalam kegiatan silaturahmi dan halal bihalal itu adalah terus menambah ilmu pengetahuan. Hidup ini jangan sekedar dijalani tapi juga dipelajari agar setiap hari senantiasa tambah baik. Sebagaimana sabda nabi, orang yang hari ini lebih baik dengan kemarin adalah orang yang untung, orang yang hari ini sama dengan kemarin rugi, orang yang hari ini lebih buruk hari kemarin binasa. Menjadi orang bermanfaat tidak harus menjadi kiai, ustadz, apa yang bermanfaat dilakukan saja.

“Merawat kebersamaan dilakukan dengan saling menghargai satu sama lain, jangan menuntut dihargai saja, tapi belajar menghargai yang lain,” harapnya.

Kiai Zuhri juga berharap, selain mencari ilmu, tugas lain adalah menyebar ilmu, meski tidak alim, tidak perlu menunggu alim atau kaya untuk berdakwah, kita sebagai santri adalah pewaris nabi. Mewarisi apa? yaitu ilmu untuk diamalkan dan disebarkan. untuk hal ini kita bisa kerjasama dengan alumni pondok pesantren manapun, atau bahkan dengan kelompok yang tidak pernah mondok sekalipun, asalkan memiliki komitmen yang sama.

 

Pewarta: Ponirin Mika

Memahami Konsep Kaya dan Miskin ala Kiai Zuhri

nuruljadid.net – “Kaya itu relatif, miskin juga relatif.” Terang Kiai Zuhri saat mengisi pengajian kitab Minhajul Abidin karya Imam Ghazali di Musala Riyadlus Shalihin, Rabu (08/05/24).

Menurut Kiai Zuhri standar penyematan cap kekayaan atau kemiskinan pada seseorang itu berdasarkan pada rasio antara pendapatan dan pengeluaran.

“Orang yang tiap hari memiliki penghasilan 1 juta, tapi kebutuhan hidupnya 2 juta. Maka dia itu miskin, bahkan fakir. Berbeda jika orang yang berpenghasilan 500 ribu, tapi kebutuhannya 200 ribu, maka ia kaya,” paparnya dengan nada halus dan menyentuh hati.

Kemudian, beliau memberi contoh sosok tokoh ulama’ besar dari Sukorejo, Situbondo. Adalah Kiai As’ad Syamsul Arifin, Sang Pahlawan Nasional. Dengan senyum sumringah, Kiai Zuhri menceritakan kisah Kiai As’ad saat bertemu presiden di istana negara.

“Kiai As’ad itu pakaiannya ya begitu terus, sarungan lalu berpakaian sederhana. Bahkan saat ke istana negara untuk bertemu presiden, beliau tetap berpakaian seperti itu. Kalau kita di posisi beliau, pasti risih ya?” tanya beliau membuat kami para peserta tersenyum malu.

Setidaknya, lanjut beliau, kita bisa meneladani Nabi yang hidup sederhana namun mampu melaksanakan kewajiban, bahkan melebihinya.

Antara bermewah-mewah dan sederhana yang berkecukupan, kata beliau, kita harus dapat membedakan. Bermewah-mewah adalah ketika kita melakukan atau mengambil sesuatu yang lebih dari kebutuhan atau keperluan.

“Contoh muslim yang baik adalah ia yang tidak mengambil yang tidak perlu,” imbuhnya.

Jadi, simpulan beliau, dalam berdakwah misalnya, jika dengan sederhana kita sudah bisa melaksanakan dakwah, lantas kenapa harus berlebih alias bermewah-mewah.

Tak berhenti di situ, bak samudera ilmu, beliau memberikan keterangan lebih lanjut tentang urutan “selamat”, “manfaat”, dan “nikmat” dalam mengambil suatu keputusan.

“Ada orang yang berpikir tentang ‘selamat’ dan ‘manfaat’. Ada juga orang yang berpikir ‘nikmat’. Semua itu tidak apa-apa, asalkan ‘selamat’, ‘manfaat’, baru ‘nikmat’. Sebab, jika ‘nikmat’ yang didahulukan tapi tidak ‘selamat’, lantas bagaimana?” jelas beliau.

 

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

Zikir Bukan Hanya di Hati dan Lisan, tapi Juga pada Tindakan; Berikut Ulasan Kiai Zuhri Zaini Ketua Majelis Ifta’ JATMAN Kraksaan

nuruljadid.net – Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid sekaligus Ketua Majelis Ifta’ Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mutabarah Annahdliyah (JATMAN) Kota Kraksaan, KH. Moh. Zuhri Zaini, mengharap hadirnya JATMAN sebagai media silaturahmi merekatkan persatuan di tengah perbedaan thoriqoh.

Menurut Kiai Zuhri, sekalipun thoriqoh kita berbeda, namun salah satu tujuan adanya JATMAN adalah sebagai media untuk melahirkan ketersalingan dalam memahami dan menyatukan.

“Kita memiliki tujuan yang sama, hanya metodenya saja yang berbeda,” imbuhnya saat menyampaikan tausiyah pada acara silaturahmi triwulan JATMAN Kota Kraksaan di Musala Riyadlus Shalihin Pondok Pesantren Nurul Jadid, Selasa (07/05/24).

Menjadi pengurus JATMAN, lanjut Kiai Zuhri, kita harus bersyukur karena telah dipercaya oleh Allah untuk berkhidmat kepada umat melalui JATMAN.

“Ibadah tanpa zikir itu kurang sempurna, begitupun ibadah sosial. Zikir bukan hanya di hati dan lisan saja, tapi juga di dalam tindakan,” terang Kiai Zuhri.

Potret foto pengurus bersama peserta Silaturahmi Triwulan JATMAN Kota Kraksaan.

Pada kesempatan yang sama, Pengasuh Pondok Pesantren Badridduja sekaligus Mudir Jatman Wustho Jawa Timur, KH Musthafa Quthbi Badri sependapat dengan Kiai Zuhri. Harapannya, kita dipilih oleh Allah sebagai pengurus JATMAN untuk mengikuti salah satu thariqoh, dengan bersungguh-sungguh dan menjaga ke-istiqamah-an dalam mengamalkan thoriqoh.

Di samping itu, Kiai Musthafa juga menerangkan tentang keterikatan manusia yang tak bisa lepas dari dua hal, yaitu nilai-nilai agama (religiusitas) dan sebagai makhluk sosial (ijtima’i).

“Oleh sebab itu, sebagai manusia yang akan selalu merindukan Allah, kita harus hidup bersama-sama di dalam perbedaan,” imbuhnya.

 

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi

Editor: Ponirin Mika

Dihadapan Pengurus NU, Kiai Zuhri Ingatkan Pentingnya Merawat Kebersamaan

nuruljadid.net – Menjadi pengurus Nahdhatul Ulama (NU) jangan lupa untuk terus membangun kebersamaan dalam melaksanakan tugas. Kebersamaan itu akan memudahkan setiap tugas bisa dilaksanakan dengan baik.

“Berjamaah atau kebersamaan perintah agama. Ini bukan hanya dalam melaksanakan sholat tapi berjamaah dalam melaksanakan tugas keseharian,” kata Kiai Zuhri saat memberikan tausiyah dihadapan pengurus MWCNU Paiton Probolinggo di Aula Mini Pondok Pesantren Nurul Jadid, Sabtu (02/03/24).

Beliau menambahkan, mengemban amanah harus sebaik-baiknya. Menurut beliau, hal ini bisa didapati jika dikerjakan dengan berjamaah atau kebersamaan. Meskipun hal itu tidak mudah namun bila kita saling memahami dan menghormati sikap dan perbedaan, insya Allah akan bisa tercapai.

“Kalau ada pengurus yang keliru ya minta maaf dan harus dimaafkan,” tegasnya.

Beliau juga menegaskan bahwa, menjadi pengurus NU merupakan orang-orang terpilih dari Allah. Ia berharap agar dalam melaksanakan amanah dari NU semata-mata berharap ridha Allah SWT.

“Kalau kita bekerja untuk Allah maka segala hajat dan kebutuhan kita akan diperhatikan oleh Allah,” imbuhnya.

Selanjutnya, Kiai Zuhri menceritakan perjuangan para pendahulu. Kata beliau, para pendahulu kita mendapatkan pertolongan dari Allah. Hidup mereka tidak mengalami kesulitan karena beliau berjuang untuk Allah dan umatnya.

Tak hanya itu, beliau menjelaskan pentingnya silaturahim. Kata Kiai Zuhri, menyampaikan pentingnya silaturahim adalah untuk memperkokoh ukhuwah diniyah, wathaniyah, insaninyah dan nahdhiyah.

Potret foto bersama pengurus MWCNU Kecamatan Paiton bersama Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid KH. Moh. Zuhri Zaini di penghujung acara silaturrahim

Sementara itu, ketua Tanfidziah Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Paiton H. Zainul Arifin mengatakan, anjangsana pengurus ke masyayikh pesantren sebagai salah satu upaya di dalam menghadirkan energi positif agar terus mengalir semangat pengabdiannya pada NU.

“NU betul-betul organisasi yang militan butuh semangat dari Masyayikh. Ini dimaksudkan agar semangat pengabdian pengurus MWCNU Paiton sehingga semangatnya terus berkibar,” tegasnya.

Kita datang, ungkap Ustaz Zein, untuk memohon tausyiah atau arahan untuk membangkitkan Ruhul jihad di NU.

 

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi

Editor: Ponirin Mika

Peringatan Hari Guru Nasional, KH. Moh. Zuhri Zaini: Guru Jadi Penentu Masa Depan Generasi Bangsa

nuruljadid.net – Setiap tanggal 25 November, Indonesia memperingati Hari Guru Nasional. Hal itu merupakan sebuah bentuk penghormatan kepada jasa para guru yang telah mencerdaskan kehidupan bangsa. Genap sudah usianya, selama 78 tahun guru mewarnai “eskalator sosial” di Indonesia sejak disahkan pertamakalinya tahun 1945.

Pada tahun 2023, Biro Pendidikan Pondok Pesantren Nurul Jadid turut memperingati Hari Guru Nasional dengan menggelar berbagai kegiatan, tidak hanya kegiatan berupa sanjungan, apresiasi dan pujian atas jasa guru, mereka juga menghadirkan Pengasuh Pesantren KH. Moh. Zuhri Zaini untuk menyampaikan nasihat dan renungan guru di pagelaran acara inti pada Sabtu (25/11/23) bertempat di Aula II Pesantren.

Foto bersama Kepala Biro Pendidikan Nurul Jadid K. Moh. Imdad Robbani (kiri) dan Kabid. Kurikulum H. Foni Yusanda (kanan) usai memberikan bingkisan kepada para Guru Teladan

Mengusung tema “Guru Adalah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”, acara ini menekankan pentingnya niat guru untuk mengabdi dengan tulus dan ikhlas.

“Menjadi guru merupakan pengabdian yang sangat mulia karena mengajarkan ilmu. Baik dan tidaknya masa depan bangsa atau umat bergantung pada guru dalam mempersiapkan generasi,” dawuh KH. Moh. Zuhri Zaini saat menyampaikan nasihat dalam acara tersebut.

Kiai Zuhri melanjutkan, mendidik itu memang berat. Karena yang dididik itu bukan barang, tapi sama dengan kita yaitu manusia. Apalagi harus menyesuaikan dengan perubahan zaman, media dan teknologi.

“Sebagai seorang guru jangan meninggalkan keimanan dan ketakwaan. Iman, takwa dan perkembangan zaman yang terpadu,” tuturnya.

Menurut beliau, hal terpenting dalam mendidik murid adalah menginternalisasikan prinsip keimanan dan ketakwaan pada diri mereka, sebagaimana kemampuan teknis dan keterampilan adalah hal yang bisa dipelajari.

“Kecerdasan harus diimbangi dengan pendidikan karakter. Koruptor itu bukan orang bodoh, ia pintar tapi tidak bisa mengamalkan ilmunya dengan baik (tidak memiliki karakter baik),” imbuh beliau.

Di samping itu, pada peringatan Hari Guru Nasional ini, Kiai Zuhri berharap agar guru dapat menjadi teladan yang patut dicontoh oleh murid dan tidak melupakan riyadhoh.

“Perilaku riyadhoh itu penting. Perjuangan harus dibarengi dengan permohonan do’a kepada Allah SWT.,” pungkasnya.

 

Reporter: Ahmad Zainul Khofi

(Humas Infokom)

KH. Moh. Zuhri Zaini Bekali Santri Agar Libur Lebih Bermakna

nuruljadid.net – Libur bukan berarti nganggur, isilah masa libur dengan hal yang bermanfaat. Adalah pesan Pengasuh Pesantren KH. Mohammad Zuhri Zaini saat memberikan tausiyah menjelang libur santri Bulan Maulid 1445 H di Masjid Jami’ Nurul Jadid, Ahad (24/09/23).

Demikian juga, Kiai Zuhri mengingatkan pentingnya menghargai waktu, yaitu mengisi setiap detik, menit, bahkan hari dengan hal bermanfaat, tidak sekali-kali mengisinya dengan hal yang tidak berguna, apalagi membahayakan.

“Dalam pepatah Arab disebutkan al waqtu atsmanu minadz dzahabi, waktu lebih berharga daripada emas. Jadi hargailah waktu kita,” imbuh beliau.

Mengisi waktu dengan hal berguna, lanjut Kiai Zuhri, bukan harus dengan hal-hal yang serius (seperti selalu mengaji), namun bagilah waktu bersama keluarga, untuk olahraga dan refreshing, asalkan tidak meninggalkan amalan-amalan yang dilaksanakan di pondok, utamanya yang wajib.

Sosok kiai kharismatik itu juga menjelaskan, tujuan liburan adalah sebagai batu lompatan untuk mengisi daya semangat santri agar lebih giat lagi saat kembali menimba ilmu di pesantren.

“Jadikan libur ini momen untuk mempraktikkan ilmu kita, sebab mempraktikkan ilmu adalah tanda bahwa kita behasil melakukan perubahan yang lebih baik,” jelasnya.

Potret santri tengah mengamati tausiyah oleh Pengasuh Pesantren KH. Moh. Zuhri Zaini di Masjid Jami’ Nurul Jadid

Kiai Zuhri menghimbau, santri sebagai duta atau perwakilan dari pesantren dan keluarga di lingkungan masyarakat harus memberikan contoh yang baik agar tidak merusak nama keluarga maupun almamater pesantren.

“Libur ini adalah ajang momen untuk praktik ilmu, terutama akhlakul karimah baik kepada Allah, orang tua, masyarakat, sesama dan makhluk hidup. Sebab sealim atau sepintar apapun, dan sekaya apapun seseorang namun tidak beradab, pasti tidak disukai oleh Allah dan orang-orang di sekitarnya,” imbuh beliau.

Menurut beliau, hal itu dilakukan bukan demi mendapatkan pujian, namun dalam rangka membawa diri pada perubahan ke arah yang lebih baik. Oleh karenanya, intropeksi atau muhasabah diri harus sering dilakukan, agar tidak merasa diri telah sempurna.

“Orang yang semakin hari semakin baik itu adalah orang yang beruntung, dan orang yang hari ini sama dengan hari kemarin itu adalah orang yang merugi, dan bahkan orang yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin itu adalah orang yang celaka,” dawuh beliau mengutip Hadits Rasul Riwayat Al Hakim.

Tak lupa, beliau juga berpesan kepada santri agar melakukan kegiatan pengabdian di lingkungan masyarakat dengan wadah Forum Komunikasi Santri (FKS) untuk tetap menjaga dan mentaati peraturan agama (syariat) dan pesantren.

 

Reporter: Ahmad Zainul Khofi

(Humas Infokom)

Memasuki Abad Kedua, Kiai Zuhri Zaini Berharap PBNU Mediasi Konflik Kemanusian dan Dirikan Pesantren Muallaf Centre

nuruljadid.net – (30/04/2023) Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid K.H. Moh. Zuhri Zaini, dalam forum silaturrahim bersama PBNU, menyampaikan harapannya agar PBNU bisa memediasi konflik kemanusiaan yang tidak berkesudahan terjadi di negera mayoritas muslim seperti Afghanistan, Pakistan juga di Israel-Palestina.

Selain itu, Kiai Zuhri juga menyinggung soal pendirian pesantren Muallaf Centre sebagai wadah bagi mereka yang baru memeluk Islam untuk belajar aqidah ahlussunah wal jamaa’ah.

Memasuki abad kedua Nahdlatul Ulama’ (NU), kiai Zuhri menyampaikan bahwa ini merupakan momen yang krusial bagi PBNU untuk melakukan penguatan di berbagai sektor.

Kiai Zuhri mengutip sebuah hadits tentang kemunculan mujaddid setiap seratus tahun yang bersumber dari Abu Hurairah RA yang meriwayatkan sabda Rasulullah SAW sebagai berikut,

إنَّ اللهَ يَبْعَثُ لِهذهِ الأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِيْنَهَا

Artinya: “Sesungguhnya Allah mengutus kepada umat Islam, setiap seratus tahun, seorang yang memperbarui untuk mereka (interpretasi) ajaran agama mereka.” (HR Abu Daud)

Kiai yang akrab dengan kesederhanaannya itu berharap PBNU dibawah kepemimpinan Gus Yahya bisa menjadi pelopor dalam memperjuangkan masalah ummat.

Menyoal konflik kemanusiaan, kiai Zuhri menaruh harapan besar agar PBNU bisa merangkul Israel dan menjadikannya kawan untuk memnyudahi konfliknya dengan Palestina. Harapannya, PBNU bisa menjadi mediator antara kedua negara tersebut tanpa memihak salah satunya meski negara Muslim demi perkuat tali persaudaraan.

Sebelumnya, kiai Zuhri juga menyinggung tentang kemandirian warga nahdliyin melalui penguatan ekonomi pesantren agar dapat mandiri berjama’ah.

“Memasuki Abad kedua, ini bisa menjadi peluang sekaligus tantangan untuk melaksanakan visi-misi NU, pertama bagaimana kita sebagai warga nahdliyin mandiri, Alhamdulillah banyak pesantren merintis dan menggerakkan pemberdayaan ekonomi,” terang Kiai Zuhri.

Poin terakhir, Kiai Zuhri juga mengusulkan agar PBNU membentuk wadah bagi para muallaf. “Pesantren Muallaf perlu dipikirkan bersama oleh kita warga NU karena banyak difasilitasi oleh kelompok lain. Seandainya ada pembinaan khusus untuk para muallaf akan sangat baik sehingga aqidahnya sama ASWAJA,” tuturnya.

Menutup sambutannya Kiai Zuhri berharap semoga pertemuan ini membawa keberkahan bagi semua yang hadir khususnya PBNU dan Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

 

(Humas Infokom)

Kiai Zuhri Zaini: Penguatan Akidah Itu Penting Agar Tidak Bingung di Tengah Perkembangan Zaman

nuruljadid.net – Globalisasi dan digitalisasi merupakan kepastian dewasa ini yang menuntut sebuah perubahan di berbagai bidang, mulai dari teknologi, ekonomi, pendidikan sampai dengan sosial budaya. Perubahan adalah sebuah keniscayaan, karena zaman tidak bergerak stagnan. Perubahan multi sektor itu terjadi dan membawa perubahannya sendiri.

Sebagaimana yang didawuhkan oleh pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid kiai Zuhri Zaini pada kesempatan halaqah internasional alumni 2023 lalu. Bahwa perubahan saat ini semakin cepat termasuk perubahan dalam etika dan tatakrama manusia.

“perubahan itu terjadi semakin cepat. Bukan hanya dalam hal teknologi. Tapi juga tatakrama, etika dan akhlaqul karimah” tutur pengasuh yang syarat dengan pakaian serba putihnya.

Kiai Zuhri Zaini menyadari bahwa perubahan zaman juga merupakan wujud pola bagaimana manusia berinteraksi satu dengan yang lain. Perubahan tersebut juga membawa bersamanya nilai-nilai baik positif maupun negatif termasuk dalam hal akidah atau keyakinan.

Perihal akidah, kiai Zuhri mengajak kita semua untuk terus memperkuat iman dan keyakinan kita kepada Allah SWT. “Terutama masalah penguatan akidah. Bagaimana kita tidak bingung dalam perkembangan zaman agar kita tidak kehilangan pegangan. Di barat sudah tidak lagi mempedulikan agama. Banyak ateis dan tidak peduli Tuhan” pesan kiai Zuhri kepada alumni pada forum halaqah.

Namun, meskipun banyak tantangan yang ummat hadapi, kiai Zuhri menguatkan agar kita tetap optimis dan bersikap positif. Menurut beliau kondisi carut-marutnya ummat saat ini perlu dilihat sebagai peluang untuk membumikan akidah ahlussunnah wal jamaah (ASWAJA) an-nahdliyah.

“Kondisi begitu, adalah peluang bagi kita untuk berdakwah. Banyak muallaf, bagaimana muallaf itu kita arahkan biar akidahnya sesuai dengan yang kita jalankan. Jangan sampai yang muallaf itu menjadi radikal. Mereka sangat militan. Sekarang banyak muallaf center dan sejenisnya.” Beliau menekankan dalam sambutannya.

“Minimal santri kita dan alumni itu tidak terbawa dengan radikalisme. Harus berakidah aswaja an-nahdliyah. Kita tidak boleh menghilangkan tradisi lama, tapi, perlu juga mengambil tradisi baru yang baik” imbuh kiai Zuhri.

 

 

(Humas Infokom)

 

 

Kiai Zuhri Zaini Sebut Peringatan Maulid Nabi Tahun ini Istimewa, Berikut Alasannya !

nuruljadid.net – Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Moh. Zuhri Zaini menyebutkan dalam sambutannya bahwa Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1444 H tahun ini istimewa. Kegiatan ini diselenggarakan di Halaman Pesantren yang diikuti oleh seluruh santri Nurul Jadid.

“Maulid sekarang istimewa. Jadi, selain memperingati kelahiran beliau, juga memperingai Hari Santri,” dawuh Kiai yang sangat sederhana dan bersahaja tersebut pada sabtu (22/10) malam.

Lanjut dalam sambutannya, kiai Zuhri menyampaikan harapannya terhadap pelaksanaan pengajian umum dalam rangka memperingati kelahiran Nabi akhir dan manusia paling mulia Muhammad Ibn Abdillah tersebut.

“Mudah-mudahan berkumpulnya kita di majelis yang mulia ini akan bersama dengan ridho serta maunah Allah SWT. Sehingga membawa kebaikan, keberkahan bagi kita, bagi pesantren, bahkan bagi masyarakat, ummat, bangsa dan negara,” tuturnya yang disambut dengan Amin oleh seluruh hadirin dan ribuan santri yang ikut pengajian tersebut.

“Dan mudah-mudahan dengan barokahnya Maulid pada malam hari ini, Iman takwa kita kepada Allah SWT akan semakin meningkat. Juga demikian Mahabbah kita kepada beliau yang kita peringati kelahirannya akan semakin menguat,” pengasuh menambahkan.

Sebab memang, sebagaimana yang disampaikan oleh pengasuh, acara seperti ini jangan hanya dijadikan kegiatan rutinitas yang berlalu begitu saja, tapi harus bermakna dan memberikan qudwah, uswah dan hikmah pada kita melalui sirah nabi Muhammad SAW. Kemudian Kiai Zuhri menjelaskan makna dari peringatan maulid ini kepada para santri.

“Peringatan Maulid ini adalah bentuk takdzim, bentuk syukur, serta ungkapan mahabbah kita, kepada beliau yang kita peringati Maulidnya, yaitu junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Sehingga itu menjadi modal bagi kita untuk mengikuti ajaran-ajarannya, mengikuti sunnah-sunnahnya, dan meniru akhlaknya. Dan harapan puncaknya adalah kita akan mendapat syafaatnya dan akan berkumpul kelak dengan beliau. Tentu kalau berlumpul dengan Nabi itu pasti di syurga. Sekalipun mungkin tempatnya tidak sama,” tutur putra kelima dari Kiai Zaini Mun’im dan Nyai Nafi’ah.

Untuk mengungkapkan mahabbah dan syukur kita atas kelahiran beliau, Lanjut kiai Zuhri tidak cukup hanya dengan mengadakan perayaan seperti ini, termasuk membaca sholawat (srakalan) itu penting, sebab itu syiar. Tetapi juga harus ditindaklanjuti dengan tindakan dan perbuatan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Jadi kalau hanya ucapan, harapan dan doa tanpa ada tindakan, tidak ada manfaatnya.

Sebelum mengakhiri sambutannya, beliau berpesan kepada santri dan alumni Pondok Pesantren Nurul Jadid.

“Maka dari itu, kita sebagai santri, baik yang masih ada di pondok, maupun yang sudah terjun ke masyarakat ini agar belajar dan terus belajar, sekalipun tidak di tempat-tempat formal atau khusus,” pesan pengasuh menutut sesi sambutannya.

 

 

(Humas Infokom)

Maknai liburan, Kiai Zuhri Sebut Santri Adalah Duta Pesantren di Tengah Masyarakat

nuruljadid.net – Dalam tausyiahnya untuk seluruh santri sebelum libur maulid, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Moh. Zuhri Zaini menyampaikan arti penting dari liburan maulid yang dilaksanakan di Masjid Jami’ Nurul Jadid untuk putra, dan melalui audio speaker di wilayah masing-masing untuk putri.

Dalam tausiah yang digelar pada Senin (3/10/2022) malam itu, kiai Zuhri menyampaikan beberapa hal penting. Mulai dari memaknai hari libur santri, pesan kepada santri ketika dirumah, harapan kepada orang tua, dan aturan pesantren yang harus diikuti.

”Libur itu istilahnya break sebentar, selama sepuluh hari untuk menghilangkan kejenuhan dari rutinitas kita di pondok. Sebab kalau jenuh kita akan kehilangan semangat dan motivasi. Tapi harapan kita dengan adanya libur ini, kita akan segar kembali. Sehingga ketika balik ke pondok akan lebih semangat lagi,” dawuh Pengasuh.

KH. Zuhri dalam tausiahnya menyebut santri sebagai duta pesantren di masyarakat.

“Para santri ini adalah Duta-duta dari pondok ini. Yang artinya, adalah perwakilan yang mencerminkan pondok, bagaimana bisa menjaga nilai kesantriannya, mulai dari ibadah, hingga akhlaknya,” tuturnya.

 

Suasana ketika Tausiah Pengasuh di dalam Masjid Jami’ Nurul Jadid

Oleh karena itu, beliau berpesan agar santri bisa mengisi liburan dengan hal yang bermanfaat. Mulai dari pekerjaan rumah, hingga aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.

“Isilah libur ini selain dengan ibadah yang wajib, juga dengan kegiatan yang bermanfaat. Paling tidak ikut membantu pekerjaan dirumah. Menyapu umpamanya,”

Di sisi lain, beliau juga berharap kepada wali santri agar turut mengawasi putra-putrinya ketika pulang di rumah.

“kepada keluarga khususnya orang tua, saya berharap, agar lebih menyempatkan diri untuk ikut mengawasi putra putri kita,” pinta pengasuh.

Berulang kali Pengasuh menyampaikan dalam tausiahnya agar santri harus memiliki akhlak yang baik.

“Jadi sekali lagi, jagalah akhlak dengan berperilaku yang baik dan hindari perilaku yang buruk,” beliau menegaskan.

Di akhir tausiahnya, beliau berharap agar aturan-aturan pesantren harus tetap dilaksanakan dan diikuti dengan baik, termasuk ketentuan kapan santri harus pulang dan kembali.

Setelah tausiah usai, dilanjutkan dengan sesi penyampaian ketentuan Puber (Pulangan Bersama) yang disampaikan oleh bapak Rahmat.

 

 

(Humas Infokom)

KH. Moh. Zuhri Zaini : Pengurus dan Wali Asuh Mendidik Santri Harus Sabar dan Telaten

nuruljadid.net – Biro Kepesantren Pondok Pesantren Nurul Jadid Bidang Bagian Konseling (BK) dan Wali Asuh (WA) mengadakan Ngaji Bareng pengasuh khusus pengurus dan wali asuh asrama pusat Selasa malam di Aula I KH. Zaini Mun’im (27/09/2022).

Ngaji bareng merupakan bentuk dari ngaji ruhul khidmah kepada pengasuh KH. Moh. Zuhri Zaini, sebagaimana disampaikan oleh Kabid. BK/WA dan Penataan Wilayah Ustaz Alief Hidayatullah bahwa kegiatan ini bertujuan dalam rangka me-refresh kembali semangat pengabdian dan meningkatkan layanan kepada santri di pesantren.

Acara yang dimulai sejak pukul 19.30 WIB ini diawali dengan pembacaan Maulid Simtudduror karena telah memasuki bulan Robiul Awal, sehingga ummat Islam disunnahkan perbanyak membaca sholawt dan pujian atas Nabi Muhammad SAW. Tepat pukul 20.15 WIB pembacaan simtudduror yang dipimpin oleh perwakilan wali asuh usai bersamaan dengan kedatangan pengasuh.

Moh. Zuhri Zaini dalam tausiyahnya berpesan kepada setiap pengurus yan hadir termasuk wali asuh untuk mengedepankan rasa kasih sayang dan sikap mengayomi melalui ketauladanan yang baik kepada santri agar dapat dicontoh dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, kiai Zuhri juga menjelaskan bahwa terdapat dua jenis emosi yang dimiliki oleh semua manusia normal yaitu pertama emosi yang berupa amarah dipicu oleh kebencian dan kedua emosi yang mengekspresikan perasaan senang berlebih. Beliau menyampaikan bahwa kita perlu menyeimbangkan keduanya agar diri kita dapat dikendalikan untuk tetap objektif dalam menilai sesuatu.

Beragam niat santri yang mondok di pesantren, ada tipe santri yang mondok sambil sekolah, ini baik karena tujuan utamanya adalah mondok untuk mengaji dan membina akhlaqul karimah. Sedangkan tipe santri yang lain yaitu niat sekolah sambil mondok dimana tujuan utamanya adalah sekolah formal, bukan mondoknya. Hal ini juga tidak sedikit datang dari fakor wali santri.

Dalam menyikapi hal tersebut kiai Zuhri berpesan agar pengurus harus perbanyak sabar dan telaten. Sabar dalam mendidik dan menganyomi serta telaten. Telaten artinya pengurus harus cermat, hati-hati, teliti, rajin, dan tekun untuk membimbing para santri tidak sembarangan karena mereka adalah amanah dari para orang tua juga masyarakat. Insyaallah jika hal ini dilakukan dengan penuh sabar dan ikhlas akan bernilai pahala dan kebarokahan yang luar biasa.

Beliau juga bercerita bahwa banyak orang yang menganggap peran pengasuh di pesantren sangat besar padahal itu tidak sepenuhnya benar. Beliau menganalogikan bahwa peran pengasuh itu ibarat pentolan tasbih yang besar dengan peran yang sangat kecil, sedangkan pengurus ibarat pentolah tasbih kecil berisi 99 biji yang perberan besar dalam berdzikir karena lebih banyak terhitung. Sedangkan pentolan tasbih besar hanya sesekali dilewati jika hendak mencapai hitungan seratus.

Di akhir tausiyah, Kiai Zuhri mengungkapkan rasa terimakasihnya kepada seluruh pengurus dan wali asuh yang tetap berkhidmat kepada pesantren untuk mengemban amanah yang mulia ini. Beliau juga mendoakan semoga semuanya diberikan kesabaran dan kebarokahan dalam menjalankan tugas di pesantren. Acarapun diakhiri dengan doa dan penganugerahan pengurus berprestasi.

Turut hadir pada kegiatan Ngaji Bareng tersebut Kabid. Tarbiyah wa Ta’lim, ustaz Misbahul Munir; Kabid. BK WA dan Penataan Wilayah, ustaz Moh. Alief Hidayatullah; Kabid. Kesejahteraan Santri, ustaz Ghofur Haikal; Wakabid Kemanan dan Ketertiban, ustaz Afifi.

Kegiatan berjalan dengan khidmat, pengurus nampak sangat antusias dan khusyuk mendengarkan tausiyah pengasuh yang sesekali diselipi gurauan ringan khas beliau. Pengurus dan wali asuh merespon dengan senyum dan tertawa kecil tanpa menghilangkan kekhidmatan acara tersebut.

 

 

(Humas Infokom)

Kitab Khotmil Kutub KH. Moh. Zuhri Zaini - Kitab Nashoikhul I'bad

Khotmil Kutub KH. Moh. Zuhri Zaini – Kitab Nashoikhul I’bad

Khotmil Kutub KH. Moh. Zuhri Zaini – Kitab Nashoikhul I’bad

Silahkan Download Kitab Nashoikhul I’bad.pdf  link di bawah:

————————