Ini Peran Seorang Santri Menurut Kiai Zuhri Zaini

nuruljadid.net – Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton KH. Moh, Zuhri Zaini menjelaskan tentang hakikat seorang santri di acara halal bihalal yang dilaksanakan Pembantu Pengurus Pondok Pesantren Nurul Jadid (P4NJ) Probolinggo barat. Ahad (11/03/24).

Kiai Zuhri mengulas prihal yang harus dimiliki oleh santri. Ia mengungkapkan bahwa santri harus memiliki amaliah, perilaku dan amaliah ahlusunnah waljamaah.

“Sebab santri tidak mengenal tempat dan waktu. Bahkan secara luas, sebagai seorang santri harus memiliki amaliah, perilaku dan aqidah yang berpaham ahlussunnah,” imbuhnya.

Selain itu, pengasuk ke IV Pesantren Nurul Jadid ini menerangkan tentang manfaat dari halal bihalal. Katanya, halal bihalal adalah ajang silaturrahim dan momentum untuk saling meminta maaf.

“Orang yang ingin dilapangkan rizkinya oleh Allah (bukan berarti kaya), salah satunya dengan merutinkan silaturahmi,” tegasnya.

Sebagai makhluk sosial, Kiai Zuhri mengungkapkan sebuah keniscayaan pasti berinteraksi dengan yang orang lain, kecuali orang yang tidak normal. Maka dalam interaksi itu ada ungkapan yang kemungkinan salah.

“Sebagai manusia memiliki fitrah dan tempat salah dan dosa, ini harus di sadari,. Jika berbuat salah segera meminta maaf dan sebaliknya juga memaafkan kepada orang lain pada dirinya,” imbuhnya.

Beliau memberikan contoh seorang panutan umat manusia, yaitu junjungan Nabi Muhammad Saw. Menurutnya, kiata perlu melihat rumah nabi, dengan kamar terbatas, di samping masjid, tapi pemiliknya berhati luas, maka menjadi luas dan tempat bernaung umat.

“Nabi juga senang menyambung silaturahmi. Melalui aktifitas ini, dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya. Umur itu tidak berarti jumlah tahun. Tapi seberapa banyak kebaikan yang dilakukan. Nabi dalam waktu berumur pendek namu sangat panjang kebaikannya,” tegasnya.

Selain itu, kiai Zuhri menyinggung pentingnya kebersamaan. Kebersamaan dibutuhkan untuk melanjutkan kehidupan. Kebersamaan perlu dirawat dan diperbaharui. kebersamaan tidak hanya menunggu takdir, tapi harus dijemput, diikhtiarkan. kita melihat kebersamaan tumbuh manakala ada musibah. kita tidak perlu menunggu musibah untuk memelihara kebersamaan. Mulailah sejak saat ini. kebersamaan dilakukan dalam wadah yang sempit, yaitu perkumpulan alumni, atau lebih luas yakni jam’iyah Nahdlatul Ulama, atau lebih luas lagi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Lebih lanjut, kiai menambahkan, hikmah lain dalam kegiatan silaturahmi dan halal bihalal itu adalah terus menambah ilmu pengetahuan. Hidup ini jangan sekedar dijalani tapi juga dipelajari agar setiap hari senantiasa tambah baik. Sebagaimana sabda nabi, orang yang hari ini lebih baik dengan kemarin adalah orang yang untung, orang yang hari ini sama dengan kemarin rugi, orang yang hari ini lebih buruk hari kemarin binasa. Menjadi orang bermanfaat tidak harus menjadi kiai, ustadz, apa yang bermanfaat dilakukan saja.

“Merawat kebersamaan dilakukan dengan saling menghargai satu sama lain, jangan menuntut dihargai saja, tapi belajar menghargai yang lain,” harapnya.

Kiai Zuhri juga berharap, selain mencari ilmu, tugas lain adalah menyebar ilmu, meski tidak alim, tidak perlu menunggu alim atau kaya untuk berdakwah, kita sebagai santri adalah pewaris nabi. Mewarisi apa? yaitu ilmu untuk diamalkan dan disebarkan. untuk hal ini kita bisa kerjasama dengan alumni pondok pesantren manapun, atau bahkan dengan kelompok yang tidak pernah mondok sekalipun, asalkan memiliki komitmen yang sama.

 

Pewarta: Ponirin Mika

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *