Alumni Nurul Jadid Asal Jember Jadi Budayawan Nasional

 nuruljadid.net- SUASANA sunyi dan sepi memasuki kawasan Kebun Sanggar Bermain (KSB) di Jalan Agus Salim 32 Mumbulsari. Tempat itu dikelilingi oleh pepohonan yang menghadirkan kesejukan. Ketika memasuki pintu gerbang, tampak beberapa pendapa yang sepertinya sangat indah untuk dijadikan tempat berekreasi.

Setelah Radar Jember Jawa Pos mengucapkan salam, istri dari pemilik KSB tersebut mempersilahkan masuk di ruang tamu yang berbentuk pendapa. Selang beberapa menit, lelaki berambut panjang dengan kumis dan jenggot memutih yang bernama Oonk Fathorrahman tersebut menyapa. Dia merupakan alumni Pondok Pesantren Nurul Jadid.

KSB tersebut didirikan pada 1987 oleh pria yang biasa disapa Gus Oonk ini. Berangkat dari kekecewaan terhadap pendidikan yang hanya menekankan aspek pengetahuan tanpa membekali siswa dengan karakter dan mental kehidupan. “Jadi pada masa orde baru, siswa hanya dicekoki dengan pengetahuan saja tanpa ada pemberian pemahaman pada siswa tentang bagaimana menjalani kehidupan dengan benar,” jelas Oonk.

Selain itu, kegelisahan terhadap akhlak para pemuda yang semakin tidak terarah, mengantarkannya pada kemantapan untuk mendirikan sanggar tersebut. Karena pondasi utama yang harus dimiliki oleh manusia adalah mental dan karakter atau akhlak yang baik. “Saya merasakan sendiri waktu itu bagaimana pemuda itu membutuhkan ruang untuk bergerak mengekspresikan diri tapi terarah,” ungkapnya.

Hal yang lebih menginspirasi pendirian KSB tersebut yakni ketika membaca sejarah pemuda Ashabul Kahfi. Menurutnya, para pemuda tersebut lari dari seorang raja yang zalim yang selalu memberikan teror terhadap perkembangan kepribadian manusia. Sehingga mereka memasuki goa untuk menghilangkan segala hal yang meneror dirinya. “Goa itulah yang saya analogkan dengan KBS. Agar orang-orang yang masuk di dalamnya bisa menyelami arti sesungguhnya dari kehidupan. Sehingga ketika keluar mereka menjadi orang yang tangguh,” tambah Oonk.

Dari sanalah KSB mulai berdiri dan didatangi beberapa pemuda yang ingin mencari filosofi kehidupan. Namun, yang masuk ke sanggar tersebut adalah mereka yang memiliki kenakalan yang luar biasa, tapi tidak menemukan wadah. “Mereka pemuda yang orang tuanya sudah tidak sanggup mengasuh karena sangat nakal,” akunya.

Selain itu, yang ikut bergabung dengan sanggar tersebut adalah anak jalanan yang tidak menemukan kemerdekaan dalam dirinya. Bahkan mereka tinggal di sanggar tersebut hingga menikah dan membina rumah tangga di lingkungan sekitar. “Ada yang saya temui di jalanan, lalu saya ajak kesini,” imbuh ayah angkat penyanyi religi Opick ini.

KSB tersebut mendidik para pemuda untuk peka terhadap lingkungannya dengan menekankan pada kepedulian terhadap alam dan manusia serta kesadaran akan nilai-nilai kehidupan. Sehingga untuk mencapai tujuan tersebut, KSB memiliki beberapa kegiatan yang mendukung tercapainya keinginan itu.

Pendidikan kepada para pemuda tersebut difasilitasi oleh KSB sendiri, sesuai dengan potensi yang dimiliki. Seperti kesenian teater, melukis, berpuisi, mengukir, maupun bermain musik. “Jadi setiap minggu mereka menyetor satu puisi. Ada yang setoran lukisan,” tambah lelaki yang pernah menjadi anak asuh W.S. Rendra ini.

Bahkan, teater anak-anak di KSB pernah tampil di beberapa negara, seperti Jerman, Jepang, Filipina, dan Vietnam. Hal tersebut sebagai latihan bahwa mereka memiliki mental yang kuat meskipun tinggal di daerah terpencil.

Dalam mengajarkan kepekaan terhadap segala hal, di sanggar tersebut diajarkan olah badan, nyanyian jiwa, dan menari. “Misal gerakan-gerakan menari yang diikuti dengan zikir pada Allah SWT,” tandasnya.

Setiap Selasa malam dan Kamis malam, mereka rutin berkumpul untuk melakukan introspeksi. Anak-anak tersebut diberi kesempatan mengungkapkan segala kegelisahan yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, pembentukan karakter pada mereka yakni dengan sikap-sikap yang baik. Seperti kedisplinan. Bila ada anak yang mentalitasnya buruh, maka mereka diberi tugas untuk membuang sampah. Sebab disana mereka bisa belajar tentang kecerobohan manusia. “Sehingga dia tahu kecerobohan yang diperbuat manusia melalui sampah yang dibuangnya. Lalu ketika dia sukses di situ, dipindahkan menyapu halaman,” kata Oongk mencontohkan sikap kedisiplinan tersebut.

Di samping itu, KSB tersebut juga melatih para pemuda untuk bertahan hidup dengan segala keadaan. Mereka tidak hanya diajarkan tentang arti kehidupan, namun juga diberikan pemahaman tentang dunia kerja. “Jadi kami juga ajarkan mereka cara bertahan untuk hidup, seperti menjual bakso, membuka laundry, dan sebagainya. Kami dengan keras mengajarkan mereka untuk tidak meminta-minta dan bermalas-malasan,” tegasnya.

Di sanggar tersebut tidak ada struktur organisasi. Sebab, ikatan yang terjalin bersifat kekeluargaan. Sehingga panggilan kepada pendiri sanggar tersebut adalah ayah dan ibu. Sedangkan untuk beberapa yang bergiat di sanggar tersebut adalah saudara.

Seluruh kebutuhan hidup penghuni sanggar ditanggung ditanggung oleh Gus Oonk. “Bahkan dari makan sampai uang transport untuk kuliah, kami yang tanggung. Karena saya memposisikan diri sebagai ayah,” terangnya.

 

Sumber Berita : p4njjember.com

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *