KH. Abd. Hamid Wahid; Alumni PPNJ terus Berjejaring dalam Ekonomi, Sosial dan Pendidikan

nuruljadid.net – MALANG- KH. Abdul Hamid Wahid, selaku Kepala Pondok Pesantren Nurul Jadid menghadiri acara temu alumni lintas generasi dan Sambut Mahasiswa Baru (SAMBA) di gedung Pascasarjana Universitas Islam Malang (UNISMA), yang dilaksanakan pada Sabtu (03/11/2018).

Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh keluarga besar Ikatan Mahasiswa Alumni Nurul Jadid (IMAN) Malang, dalam rangka menyambut Mahasiswa Baru (MABA) dengan tema “Mengukuhkan Solidaritas Satu Almamater dan Merawat Amaliah Kesantrian”.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menjalin silaturrahmi antara keluarga besar Pondok Pesantren Nurul Jadid dan Alumni.

Dalam sambutannya, KH. Abdul Hamid Wahid berpesan agar “pertemuan lintas generasi ini ada kesinambungan baik dari yang muda, dan yang sepuh bagaimana berkesenambungan di dalam berjuang dan ikhtiyar untuk saling mengingatkan di dalam menjaga Ruhul Jihad bersama,” dawuhnya.

Lanjut, Kepala Pesantren berpesan agar alumni terus menjaga ikatan baik dengan masyarakat di segala bidang. “diharapkan kepada alumni untuk berjejaring dengan masyarakat di dalam menjaga ekonomi, sosial dan dunia pendidikan,” Dawuh Beliau.

Selain itu, beliau berharap kepada alumni untuk menerapkan 5 Panca Kesadaran santri yakni, Kesadaran berorganisasi, Kesadaran beragama, Kesadaran berbangsa dan bernegara, Kesadaran berilmu, dan kesadaran bermasyarakat. Sehingga tetap terjalin silaturahmi antara Alumni dengan Pondok Pesantren Nurul Jadid.

(Yahya/kontributor Malang)

KH. Abdul Hamid Wahid sampaikan 5 Program Pengembangan yang Tercapai di Rapat Senat Unuja

KH. Abdul Hamid Wahid sampaikan 5 Program Pengembangan yang Tercapai di Rapat Senat Unuja

nurujadid.net-  Acara Rapat Senat terbuka yang diadakan oleh Universitas Nurul Jadid (UNUJA), pada Ahad (28/10/2018) dihadiri oleh KH. Abdul Hamid Wahid, Rektor Unuja.

Acara yang berlangsung di Halaman Unuja tersebut diawali dengan sambutan, salah satu sambutan beliau ialah penyampaian bahwa Unuja berdiri sejak satu tahun sesuai dengan SK Kemeristek DIKTI Nomor 0589/KPT/I/2017 pada tanggal 17-Oktober-2017 dan telah diresmikan oleh Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, Bapak Mohammad Nasir pada acara wisuda pada tanggal 19 Oktober 2017.

“Universitas Nurul Jadid berdiri melalui proses penggabungan tiga perguruan tinggi yayasan Nurul Jadid yang telah ada sebelumnya, yaitu : Institut Agama Islam(IAI) Nurul Jadid, Sekolah Tinggi Teknologi(STT) Nurul Jadid dan Sekolah Tinggi kesehatan(STIKES) Nurul Jadid,”tutur beliau dalam sambutan.Ahad(28/10/2018).

Mengenai dengan Wisudawan – wisudawati yang telah menyelesaikan masa pengukuhan pada (28/10/2018), sebanyak 856 Wisudawan – wisudawati yang terdiri dari, 396 Fakultas Agama Islam, 383 dari Fakultas Teknik, 49 dari Fakultas Kesehatan dan 28 dari Program Magister.

beliau turut menuturkan bahwa acara tersebut dihadiri oleh Mahasiswa baru Unuja sebanyak 1407 Mahasiswa – Mahasiswi yang terbagi sebagaimana berikut : 525 Mahasiswa – Mahasiswi di Fakultas Agama Islam, 485 di Fakultas Teknik, 90 di Fakultas Kesehatan, 197 di Fakultas Sosial dan Humaniora dan 110 di Program Magister.

Demi memeriahkan Acara Rapat Senat terbuka, UNUJA telah melakukan serangkaian acara yang telah dilaksanakan pada beberapa tempo yang lalu, seperti Musyawarah pembentukan ikatan alumni dan ikatan orang tua mahasiswa Universitas Nurul Jadid, pada hari ahad, 14- Oktober- 2018.

“Seminar thoriqoh Nasional yang dilaksanakan pada (14-10-2018), Penandatangan kerja sama internasional antara UNUJA dengan Indonesia International Education Foundation (IEF) serta pelaksanaan TOEFL untuk calon wisudawan pada (24-10-2018), Pelatihan kesiapan kerja, bisnis dan kewirausaan yang dilaksanakan olek LPKK(Lembaga Pengembangan Profesionalitas dan Kewirausahaan) bekerja sama dengan IKA UNUJA pada (25-10-2018),”Ungkapnya.

Selain beberapa hal yang telah disampaikan diatas, K. Hamid (sapaan akrab dari KH. Abdul Hamid Wahid) menerangkan beberapa program 5 bidang pengembangan yang telah dicapai oleh UNUJA. Seperti di Bidang Pendidikan, Tata Kelola, Penelitian, pengabdian atau pelayanan kepada masyarakat dan Menjalin kerjasama ke beberapa instansi baik dari luar maupun dalam negeri.

Diakhir sambutan beliau,mengucapkan rasa terima kasihnya kepada para Pengurus Ikatan Orang Tua Mahasiswa(IKOMA) yang baru dilantik oleh Unuja sebelum sesi sambutan dari Rektor Unuja.“kami berharap organisasi ini(IKOMA, red) akan dapat menjadi wasilah dan merpererat tali silaturahmi antar wali mahasiswa, serta mampu memberikan arahan, masukan positif terhadap proses pencapaian  Visi dan Misi Unuja dalam menciptakan lulusan yang unggul, inovatif dan berkeadaban dengan memegang teguh nilai – nilai dan prinsip trilogi dan panca kesadaran santri.”Pungkasnya.

Selanjutnya ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada pengurus ikatan orang tua mahasiswa (IKOMA) yang telah berkenan hadir dan turut serta mendukung terwujudnya organisasi IKOMA,

Penulis : Ahmad

Editor : Alfan Rosyidi

KH. Abdul Hamid Wahid; Momentum Hari Santri

nuruljadid.net- Hari Santri Nasional (HSN) merupakan salah satu momentum santri untuk terus mengingat jati diri dan perjuangan ulama’ dan santri, dalam memerdekakan Republik Indonesia. KH. Abdul Hamid Wahid, Kepala Pondok Pesantren Nurul Jadid menjelaskan momentum tentang lahirnya bangsa, bahwa santri bukan hanya punya peran, tetapi juga punya andil yang besar dalam sejarah lahirnya bangsa dan negara.

Lebih lanjut, beliau juga menjelaskan bahwa HSN merupakan refleksi terhadap Resolusi Jihad. “Resolusi Jihad yang dicetuskan oleh KH. Hasyim Asy`ari sebagai hasil konsultasi para pejuang kemerdekaan pada waktu itu khususnya Bung Tomo. Sehingga keluar intruksi yang kita kenal dengan Resolusi Jihad, kemudian melahirkan pertempuran besar di Surabaya dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia,” papar beliau saat sambutan Inspektur Upacara.

Selain itu, menurut beliau santri merupakan jembatan bagi bangsa dan negara keluar dari jurang kegelapan menuju era pencerahan. “Para santri telah membawa bangsa ini keluar dari jurang kegelapan dengan hadir dan membawa pencerahan serta hidayat, yaitu agama Islam.”

Hal tersebut dicatat dalam sejarah bahwa santri kemudian masuk tanpa mengganggu bahkan bisa berbaur dengan baik dengan budaya, meluruskan budaya-budaya yang tidak benar menuju budaya yang baik, itu kita kenal dengan istilah Penetrasi Pasifik.

Akhirnya, tasyakkur peringatan HSN rasanya tidak ada alasan untuk berkecil hati. Kita harus bangga menjadi santri walaupun tidak untuk berbangga-bangga. Artinya bahwa keberadaan kita dalam sejarah itu cukup menjadi alasan kita untuk mempertahankan peran kedepan yang lebih baik dalam tantangan yang berbeda.

 

Penulis: Abdul Hannan

Editor: Badrus Sholeh

K. Muhammad Alfayyadl pada saat memberi sambutan dalam acara Studium General LPBA (24/8/2018)

Muhammad Alfayyadl: Kedepan, Bahasa Asing di Pesantren Harus Menjadi Sarana Penggabdian Masyarakat dan Aktualisasi Diri

nuruljadid.net – Kegiatan studium general  Lembaga Pengembangan Bahasa Asing (LPBA) Pondok Pesantren Nurul Jadid, dengan tema “Bahasa dan Semangat Kepesantrenan” dan bertempat di Aula Universitas Nurul Jadid pada Jum’at (24/8),  disambut dengan girang oleh direktur LPBA, K. Muhammad Alfayyad.

Dalam acara tersebut, beliau memberikan kata sambutan, diantaranya tentang program – program LPBA  yang telah dilaksanakan dari masa awal jabatan tahun 2018.

Alhamdulillah, sejak kami (gus Fayyad sapaan akrab K. Muhammad Alfayyadl) diberi amanah untuk mengelola LPBA dari awal tahun 2018 dan efektif sejak bulan maret 2018, LPBA telah menyelenggarakan suatu pertemuan konferensi Bahasa asing yang merupakan majelis pengambilan keputusan tertinggi LPBA,”tutur beliau dengan ramah.

Dalam kesempatan itu, beliau juga menjelaskan hasil rapat konferensi LPBA yang nantinya akan direalisasikan di Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Insyaallah, dalam jangka waktu menengah dan Panjang LPBA ini tidak hanya akan mengurus kegiatan Bahasa asing asrama (LPBA) saja tapi juga mengurus seluruh kegiatan kebahasaan asing di Pondok Pesantren Nurul Jadid,”jelas beliau.

Selain itu, beliau juga menerangkan beberapa perubahan manajemen yang telah dilakukan; “yang pertama ialah diangkatnya 2 wakil direktur, yaitu wakil direktur LPBA putera dan wakil direktur LPBA puteri. Adapun yang kedua ialah membentuk tim Koordinator Program Inter-wilayah (KPI) yang bertugas mendampingi kegiatan kebahasaan asing di setiap wilayah di Pondok Pesantren Nurul Jadid,” tutur beliau.

Gus Fayyad juga mengimbuhkan bahwa target yang diharap kedepannya bagi siswa didik LPBA yaitu, yang pertama, pengembangan pada tingkat dasar, yang hal ini siswa didik harus menguasai grammer dan kaidah kebahasaan dengan baik; yang kedua, pengembangan tingkat lanjut, siswa didik mampu menjadikan bahasa asing sebagai sarana pengabdian pada masyarakat serta aktualisasi diri; yang ketiga, pembenahan kelembagaan.

Diakhir sambutannya, beliau menjelaskan perlunya menekankan perbedaan antara belajar bahasa asing di pondok pesantren khususnya Pondok Pesantren Nurul Jadid dengan belajar bahasa asing di luar pesantren.

“kalau di pesantren, bahasa Arab itu bukan hanya sekedar buat pamer, tapi digunakan untuk tafaqquh fi al-din (mendalami ilmu agama dan ilmu pengetahuan), begitu juga dengan bahasa Inggris, betapa sedikit orang yang memahami ajaran agama Islam dengan bahasa Inggris bahkan mendakwahkan agama Islam,”pungkas beliau.

Penulis : ahmad

Editor : Muhammad Nuris

K.H. Abdul Hamid Wahid Gelar Tasyakkuran Karena Dua Hal Sekaligus

Nuruljadid.net-Kepala Pesantren PP Nurul Jadid K.H. Abdul Hamid Wahid mengadakan acara Tasyakkuran, Walimatus shafar wal Hajj, Hal ini dimaksudkan untuk putra sulung beliau, Gus Tomy Lutfan AM yang akan berangkat menunaikan ibadah haji pada hari Minggu (12/08/18).

Acara yang dimulai Ba’da Maghrib tersebut dihadiri oleh Pengasuh PP Nurul Jadid K.H Zuhri Zaini, Pengasuh PP Mambaul Ulum Paiton K.H. Shidiq Humaidi serta seluruh majlis keluarga PP Nurul Jadid, Rombongan keluarga dari PP Bahrul Ulum Jombang, Pengurus, Dosen serta Dewan guru PP Nurul Jadid.

“Kebetulan dan tanpa diduga-duga Ivan (Panggilan Gus Tomy Lutvan AM) memperoleh kesempatan undangan dari saudi melalui dubes yang kebetulan kemaren mengisi acara di UI (Universitas Indonesia)”. Ungkap K.H. abdul Hamid Wahid

Keberangkatan Gus Ivan memang dinilai sangat singkat, Melalui Proses yang hanya berjalan sekitar 2 Minggu dan melengkapi dokumen selama 2 hari, beliau beserta 19 orang lainnya (5 Dosen dan 15 Mahasiswa) akhirnya terpilih untuk berangkat melaksanakan rukun islam yang kelima tersebut.

“Alhamdulillah atas anugerah dan izin Allah, karena mungkin memang mendapat panggilan akhirnya termasuk yang mendapat kesempatan untuk berangkat. Tanpa antri dan mendapat fasilitas haji plus”. Imbuh Putra Alm. K.H. Abdul Wahid Zaini tersebut.

Dalam Sambutannya, K.H. Zuhri Zaini Berpesan kepada Gus ivan “Orang haji dan Umroh adalah tamu yang diundang oleh Allah, maka dia akan diampuni (Dosanya) oleh Allah dan puncaknya ampunan adalah surga dari Allah. Namun Begitu, tentu sebagai tamu Allah untuk Anugrah-anugrah itu akan diberikan kalau kita bisa menjaga Adab dan Tatakrama sebagai tamu Allah.” Tutur Putra ke-5 pendiri PP Nurul Jadid tersebut.

Gus Ivan akan menunaikan Ibadah Haji selama 20 hari. Diperkirakan akhir Agustus beliau beserta rombongan sudah tiba kembali di Tanah Air.

Selain karena keberangkatan Gus Ivan, Tasyakkuran itu digelar juga sebagai wujud rasa syukur karena Gus Ivan yang tercatat sebagai Mahasiswa Aktif Universitas Indonesia semester akhir tersebut telah dinyatakan lulus Tugas Akhir (TA) dan akan segera diwisuda dalam waktu dekat. (Hasyim As’ari SJ)

20180604_KH.-Zuhri-Zaini,-PP.-Nurul-Jadid-Mengikuti-Sistem-Yang-Diterapkan-Oleh-Rasullullah-Swt

KH. Zuhri Zaini : Asatidz Harus Menjadi Uswah

nuruljadid.net – Acara buka bersama yang diadakan Pondok Pesantren Nurul Jadid, dihadiri langsung oleh Pengasuh PP. Nurul Jadid, KH. Zuhri Zaini. Beliau sekaligus memberikan sambutan dalam acara yang bertempat di Masjid Jami’ Nurul Jadid tersebut. Senin(4/6/2018).

Diawal sambutan, beliau menyampaikan tujuan dari diadakannya acara tersebut “pertama, menyambung dengan  hakikat Allah swt karena dengan sambungan seorang hamba pasti akan tertuntun dijalanNya.”

“Dan karena itu juga kita sebagai hamba Allah mempunyai kewajiban untuk beribadah dan apa yang semua kita lakukan baik yang ibadah mahdhah ataupun juga ibadah yang ghairu mahdhah termasuk seperti sekarang kita berkhidmat di PP. Nurul Jadid  ini,”tutur beliau dengan lembut. 

“Kedua untuk menyambung diantara sesama khotib, sesama pengabdi dan pelayan dipesantren ini(PP. Nurul Jadid.red) tentu diharapkan pertemuan ini ada kesamaan walaupun tidak harus persis sama mungkin ada persamaan dari cara memandang yaitu didalam upaya – upaya kita dalam melaksanakan program – program pesantren untuk ini ada kesesuaian,”jelas beliau.

Lain dari pada itu, beliau turut meneruskan dari apa yang disampaikan oleh Kepala Pesantren bahwa suatu pendidikan itu lebih kepada hakikat dan sistem yang diterapkan oleh PP. Nurul Jadid itu sebetulnya meniru apa yang diterapkan oleh Nabi Muhammad saw didalam mendidik para santri.

“Yakni sistem pertemanan lni bukan berarti teman biasa antara nabi dengan santrinya jadi sahabat  jadi hubungan antara murid dengan guru itu dari berlangsung dari ruang kelas yang mana didalam ruang kelas ini terjadi transfer ilmu pengetahuan dan  juga berlangsung dimanapun dan kapanpun,”ungkap beliau.

Tak hanya itu, beliau juga menerangkan orang – orang pesantrenlah yang menjadi penerus dari pada Rasullah SAW. Sebagai seorang penerus Nabi, seorang Asatidz atapun seorang guru yang menyebarkan ilmu agama juga harus berupaya untuk memberikan Uswah yang baik kepada para murid dan santri.

“Oleh karena itu ini yang harus ketahui bersama bahwa Asatidz itu bukan hanya sekedar memberi pelajaran akan tetapi juga memberikan pendidikan khususnya pendidikan karakter dengan nilai-nilai dan prinsip agama islam dan tentu kita mencontoh para pendahulu kita walaupun dengan zaman yang berbeda tapi minimal jiwanya beliau – beliau bersama kita dan akhlakul karimah,” tegas beliau.(Ahmad)

20180406_Puasa-Bersama,-Kepala-Pesantren-Progres-kedepan-dari-pesantren

KH. Abdul Hamid Wahid : Mari Bangun Integritas Pesantren

nuruljadid.net – Pasca tiga hari kepulangan santri putra. Pondok Pesantren Nurul Jadid mengadakan acara Buka Puasa Bersama yang dihadiri oleh Kepala Pesantren Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Abdul Hamid Wahid yang bertempat di Masjid Jami’ Nurul Jadid. Senin(4/6/2018).

Acara tersebut turut dihadiri oleh Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Zuhri Zaini, Para Dewan Pengasuh,  Segenap Dewan Guru dan Karyawan Lembaga Pendidikan Formal, serta seluruh Pengurus Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Tepat pukul 16.00 WIB acara tersebut dimulai, KH. Abdul Hamid Wahid menyampaikan sambutan yang mana didalam sambutannya beliau membeberkan bahwa acara Buka Puasa Bersama yang diadakan oleh PP. Nurul Jadid tersebut merupakan kali kedua.

“Bulan ramadhan adalah saat yang baik untuk kita menyegarkan kembali peran kita sebagai pengabdi di PP. Nurul Jadid dan mungkin juga mengenai semangat pengabdian yang mana acara Buka Puasa Bersama ini merupakan kedua kalinya,”tutur Kepala Pesantren.

Selain itu, beliau juga menyampaikan beberapa progres yang akan dilakukan oleh PP. Nurul Jadid yang diantaranya ialah pada bulan juli mendatang pengurus pesantren akan melakukan penyempurnaan program dan anggaran yang pastinya akan dilaksanakan setelah melakukan evaluasi dari bulan – bulan yang lalu.

“Ada satu hal yang perlu kita sampaikan kepada para pengurus dan dewan guru yang bisa kita optimalkan ditahun paruh kedua yang akan datang adalah didalam hal integritas pesantren dengan lembaga pendidikan formal di PP. Nurul Jadid,”ungkap beliau.

Lain dari pada itu, beliau yang juga menjabat sebagai Rektor Universitas Nurul Jadid menerangkan bahwa Pesantren yang mempunyai lembaga pendidikan formal merupakan suatu kelebihan yang mana kebanyakan masyarakat menganggap bahwa hal itu merupakan Full Day School padahal lebih dari pada itu.

“Yang kita harapkan adalah bisa membentuk kepribadian manusia yang utuh dan itu sebetulnya butuh sinergitas antara pendidikan formal dengan pesantren yang pastinya hal itu tidak bisa berjalan sendiri-sendiri  dan ini mungkin dalam rangka ini kita harapkan bersama pengurus pesantren, pengurus lembaga bagaimana nantinya kita ini bersama bisa meng-optimalkan hal itu,” tutur beliau.

Beliau bersyukur karena evaluasi – evaluasi yang telah dilakukan pesantren telah banyak menyabet prestasi – prestasi walaupun masih  banyak catatan – catatan yang mungkin perlu ditata kembali.

“Barang kali kita tidak usah menunggu itu mari kita mulai dari diri sendiri bahwa kita ini kurang kita maksimal dalam kualitas dan kuantitas mengabdi kita mungkin kurang baik sebelum kita melaksanakan sistem – sistem yang kita programkan,”tutur beliau.

“Dalam kaitannya ini mungkin barangkali kedepan kita melakukan penataan tarbiyah wat ta’lim, sinergitas dan optimalisasinya agar menjadi fokus didalam program  yang akan  kita jalankan kedepan itu yang pertama, Yang kedua,  pelaksanaan program yang belum terverifikasi dengan baik belum semua peraturan yang kita  tentukan dan yang ketiga ialah pembuatan aplikasi pesantren,”imbuh beliau.(Ahmad)

Soal Aksi Teror, KH. Moh. Zuhri Zaini: Kedepankan Sikap Rahmah Ala NU

Nuruljadid.net- KH Moh Zuhri Zaini, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, turut perihatin atas terjadinya aksi teror bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya  (Minggu 13/5/2018) dan Rusunawa depan Mako Polresta Surabaya (Senin, 14/5/2018). “Kita turut berbela sungkawa kepada korban,” dawuhnya.

Kiai Zuhri sangat menyayangkan aksi bom bunuh diri itu terjadi dalam suasana yang hampir memasuki bulan ramadhan. “Tentu kita mengutuk aksi teror itu. Karena itu suatu kedhaliman yang menyebabkan bencana,” sesal beliau.

Oleh karenanya, beliau menghimbau agar umat harus waspada dan jangan terus larut dalam suasana seperti ini.“Selain itu kita jangan terpancing, sehingga siapapun orangnya, jangan sampai menyeret-nyeret kelompok atau agama tertentu,” pesan beliau.

“Mereka (pelaku bom bunuh diri) mungkin punya agama tertentu, semisal Islam. Tapi Islam tidak menyuruh seperti itu (melakukan teror). Ini hanya kelompok yang mungkin punya pemahaman keliru terhadap agama,” jelas Kiai Zuhri.

Meskipun tujuan teror ingin memberantas kemungkaran, tetapi menurut Kiai Zuhri pemboman itu tetap keliru. “Ini bukan pembinaan, tapi pembinasaan karena tidak memberikan kesempatan kepada orang untuk bertobat. Oleh karenanya, kita harus tetap berpegang pada prinsip yang sudah diyakini dan diamalkan ulama terdahulu, yakni ahlussunnah wal jamaah ala NU, yang mengedepankan sikap rahmah dan tidak mudah menyalahkan orang lain,” pesan beliau.

Kiai Zuhri berharap agar pemerintah dan aparat yang berwenang sigap melakukan upaya-upaya preventif, tetapi hati-hati agar tepat sasaran. “Jangan seperti dulu, karena ketakutan yang berlebihan, sehingga para ulama didata. Nah, ini kan menjadi teror juga pada ulama,” dawuh beliau.

Padahal ulama dan pesantren tidak akan menjadi sarang paham-paham radikal. Karena paham keagamaan pesantren mengikuti NU yang tawasuth, i’tidal, tasamuh atau toleransi. “Insyaallah pesantren tidak mengkhawatirkan,” tegas beliau.

Selain itu, sebagai upaya pencegahan teror beliau berharap kepada umat agar melakukan pendidikan karakter, menjaga ketakwaan kita kepada tuhan, serta mengembangkan akhlakul karimah antar sesama manusia sehingga kita selalu menghargai orang lain. (Sholehuddin)

penutupan bulan lomba harlah 69

Lora Maimun : Gali Potensi Diri dan Pantang Menyerah

NurulJadid.net Kamis (12/4/18). Ratusan santri Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, menggelar acara penutupan bulan lomba.

Acara ini digelar secara outdoor di halaman gedung SMPNJ. Sebuah ajang adu kreatifitas santri ini dihadiri Kepala Bagian Koordinasi Olahraga Santri (BKOS), KH. Makki Maimun Wafi.

Dalam sambutannya, Lora Maimun, sapaan akrab KH. Makki Maimun Wafi, sangat apresiasi panitia dan para santri. Ajang ini terselenggara dengan baik, lancar dan kreatif.

“Apresiasi sebesar-besarnya kepada panitia dan seluruh peserta lomba, yang bekerjasama mengawal dan mengikuti acara bulan lomba ini hingga tuntas terselenggara dengan lancar”, katanya.

“Memang dalam setiap lomba tentu akan ada yang berhasil menjadi juara, dan juga ada yang tidak berhasil meraih juara. Seperti ini adalah hal yang sudah biasa dalam setiap lomba-lomba”, imbuhnya.

Dihadapan hadirin, figur kiai muda ini berpesan. Santri tidak boleh menyerah, harus terus menggali potensi dan kreatifitasnya. Meski dalam satu kesempatan lomba gagal meraih juara, pasti pada kesempatan berikutnya akan sukses.

“Kepada seluruh peserta lomba yang telah berhasil menang harus pandai bersyukur. Tapi bagi yang belum beruntung menjadi juara, untuk tetap semangat, dan terus menggali potensi diri serta pantang menyerah. Agar dapat mewakili pesantren Nurul Jadid di ajang yang lebih bergengsi, baik tingkat lokal maupun nasional”, katanya dengan nada semangat.

Ajang penutupan bulan lomba ini memang rutin digelar santri menjelang puncak acara Haul Pendiri dan Harlah Pondok Pesantren NurulJadid Paiton ke 69, yang akan dihelat Minggu 15 April besok.

Berbagai kegiatan dan perayaan dilakukan santri. Salah satunya acara penutupan bulan lomba, yakni sebuah ajang adu kreatifitas diantara para santri untuk menunjang beragam skill yang mereka miliki.

KH. Najiburrahman Wahid; Muhasabah Diri, Bekal Masa Depan

KH. Najiburrahman Wahid; Muhasabah Diri, Bekal Masa Depan

nuruljadid.net – Upaya untuk menjadi santri yang berakhlakul karimah serta siap untuk menghadapi tantangan masa depan, Biro Pendidikan Pondok Pesantren Nurul Jadid menghelat Pembukaan Orientasi Siswa Kelas Akhir (OSKAR) yang bertempat di Aula MA Nurul Jadid, Kamis, (05/4/2018).

Kegiatan tersebut bertujuan sebagai bekal awal bagi peserta didik kelas akhir tingkat SLTA untuk menghadapi masa depan mereka masing-masing. Acara tersebut dihadiri oleh Wakil Kepala Pesantren, KH. Najiburrrahman Wahid. M.Ag, Kepala Biro Pendidikan, KH. Mahfud Faqih beserta seluruh kepala sekolah dimasing-masing lembaga formal (SLTP dan SLTA) di PP. Nurul Jadid.

KH. Najiburrahman Wahid, dalam sambutannya menyampaikan, bermuhasabah diri untuk mencapai tujuan mondok yakni Niat Mengaji dan Membina Aklakul Karimah.

“Hendaknya santri sebelum lulus dari pesantren untuk selalu Bermuhasabah diri dengan mendekatkan diri kepada Allah dan sesama untuk mencapai tujuan pesantren, Niat mondok untuk mengaji dan Membina Akhlakuk Karimah,” dawuh beliau.

Beliau juga menyampaikan agar peserta didik kelas akhir mampu mempertimbangkan segala sesuatu yang akan dituju. Salah satunya adalah dengan mempertimbangkan aspek positif dan negatif jika melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi didalam ataupun diluar pesantren.

Diakhir sambutan, beliau berharap agar semua peserta didik kelas akhir mampu menjaga nama baik pesantren, lebih-lebih mengharumkan namanya. Lanjut, Beliau membaca Basmalah sebagai bentuk simbolis dibukanya kegiatan ini.(red)

KH. Moh. Zuhri Zaini : Tak Ada Yang Terjadi Secara Kebetulan Di Dunia Ini, Semua Itu Sudah Takdir Allah.

Nuruljadid.net-Memiliki cita cita yang tinggi hampir dimiliki oleh semua orang. Mereka terus berjuang untuk menggapai cita cita tersebut. Namun terkadang ketika manusia terlalu berambisi untuk menggapai cita citanya mereka melupakan Sang Pencipta.

Dalam hidup ada yang namanya Sunnatullah, manusia boleh memiliki cita cita yang sangat tinggi, namun hal yang perlu diingat adalah diatas cita cita yang manusia miliki masih terdapat kekuasaan Allah SWT. Ada yang namanya Takdir dan qoda’ Allah. Terkadang manusia terlalu egois, melakukan sesuatu dengan seenaknya sendiri. Tidak menyadari bahwa hidup ada yang mengatur, mendesain dan berkuasa diatas kuasa manusia yaitu Allah SWT.

Dalam kondisi demikian, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Moh Zuhri Zaini, memberikan nasihat kepada kita semua melalui pengajian Kitab Bulan Ramadhan, ( Irsyadul ‘Ibad ), (Rabu, 31 Mei 2017)

“Orang kalau sudah kenal kepada Allah dalam keadaan mendesak lalu kemudian orang tersebut berdo’a kepada Allah, pasti Allah akan mengabulkan do’a orang tersebut. Selalu ada solusi bagi orang yang kenal kepada Allah. Orang yang kenal kepada Allah memahami bahwa semua itu terjadi bukan secara kebetulan, tapi karena pertolongan Allah. Dan orang yang kenal kepada Allah selalu menyadari bahwa semua yang terjadi karena takdir Allah, Sebab tidak ada kamus kebetulan di Alam semesta ini” Dawuh Beliau.

“Semuanya ada yang mengatur, dan yang mendesain. Allah lah yang mendesain semua itu. Seperti hidung menghadap kebawah, itu bukan kebetulan tapi Allah yang mentakdirkan. Lalu kalau semua hidung manusia menghadap keatas kemudian seperti apa jadinya. Didalam hidung ada yang namanya bulu hidung dan itu bukan kebetulan. Tapi Allah yang mendesain sebagai filter bagi kita semua. Di dunia ini tidak ada yang namanya kebetulan semuanya ada yang mendesain, dan yang mendesain adalah Allah.” Tambah beliau.

Beliau melanjutkan nasihatnya, Terkadang di alam semesta ini Allah membuat yang namanya skenario terkait keselamatan seseorang yang jauh diluar nalar manusia. Banyak peristiwa – peristiwa yang diluar nalar manusia, yang dapat mengantarkan manusia menyadari akan kekuasaan Allah. Serta mengantarkan manusia kembali kepada jalan Allah. Tetapi semua ini bagi orang yang hatinya lembut, kalau hatinya keras dan gelap sekalipun mau dipaksa maka tetap tidak bisa, seperti dalam sebuah berita tentang bandar Narkoba yang berada di penjara, didalam penjara dia masih menjalankan bisnis Narkoba, dia masih belum berhenti, kecuali dengan dihukum mati, ini kalau orag hatinya sudah keras. Oleh karena itu kita harus menjahui perbuatan dosa dan mengumbar hawa nafsu agar supaya hati kita tidak keras dan gelap. Saudara sekalian puasa yang kita lakukan ini bertujuan  sebagai pengendali hawa nafsu kita.

Kekuasaan Allah yang berperan di Alam semesta ini terkadang jauh dari nalar manusia, karna manusia tidak bisa melihat Tuhan dan terkadang manusia tersebut tidak menyadari dan tidak percaya kalau itu semua Allah yang mentakdirkan. (zainul,zaky/red)

 

Sumber : Pengajian Kitab Irsyadul ‘Ibad Ramadhan 1438 H.

KH. Moh. Zuhri Zaini : Jangan Menjual Ilmu Demi Kepentingan Dunia

nuruljadid.net – Manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadah dan menjadi khalifatullah di muka bumi, dengan segala potensi yang dimiliki serta akal yang menjadi pengendali hawa nafsu memberikan jalan kepada manusia untuk menjadi ahli ibadah, yang menjadi cita – cita luhur diciptakannya manusia.

Dengan kenikmatan serta kebahagian hidup yang dimiliki, manusia terkadang lupa akan tujuan luhur diciptakannya manusia itu sendiri. Manusia terkadang terbuai oleh kenikmatan serta kemewahan dunia, tak jarang apabila dengan kondisi demikian manusia sering melalaikan kewajibannya sebagai makhluk ciptaan-Nya.

Dalam menjalani hidup, tentunya manusia berkeinginan untuk hidup bahagia. Namun, tak semua manusia mengetahui jalan menuju kebahagian tersebut. Tak jarang ditemui, apabila manusia menukar kehidupan akhiratnya demi kehidupan dunia, dan tak jarang pula manusia menghalalkan segala cara demi kenikmatan dunia. Ironisnya lagi, masih banyak manusia yang menukar ilmunya dengan dunia dan menjual ilmunya demi dunia. Sebab ilmu yang kita miliki bukanlah untuk kesenangan dunia, bukanlah untuk meraih jabatan dunia, tetapi ilmu yang kita miliki adalah semata – mata untuk mengantarkan kedekatan kita kepada Allah.

Melihat kondisi tersebut, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Moh Zuhri Zaini, memberikan nasihat kepada kita dalam Pengajian Kitab (Irsyadul ‘Ibad) Bulan Ramadhan.

“Ada orang alim, ahli ibadah kalau dia melihat keatas dia langsung melihat Arsy dan do’anya “manjur” akan tetapi dia senang dunia, senang harta. Dia terjebak dengan kenikmatan dunia, dia menjual ilmunya dengan dunia, pada akhirnya derajatnya jatuh, yang awalanya dia “manjur” akhirnya tidak lagi karena terjebak dengan kesenangan duniawi. Itulah bahayanya dunia. Kita jangan merasa aman – aman, jangan merasa baik –baik saja, sekalipun kita berada di Pondok. Istiqomah mengaji dan beribadah setiap hari. Kita jangan sombong dengan amal ibadah kita, sebab kita tidak tau kita akan jadi seperti apa.” Dawuh Pengasuh ke IV PP. Nurul Jadid.

Beliau melanjutkan, terkadang ada orang yang awalnya baik, tapi pada akhirnya dia menjadi orang yang buruk. Begitupun sebaliknya, orang awalnya buruk tapi pada akhirnya dia mejadi orang yang baik. Oleh karenanya, jangan pernah putus asa sekalipun kita bukan keturunan orang yang baik, dan janganlah besar hati sekalipun kita keturunan orang yang baik. Sebab  kebaikan, kemuliaan dan ilmu tidak bisa diwariskan. (zainul,zaky/red)

Sumber : Pengajian Ramadhan 1438 H Kitab Irsyadul ‘Ibad

KH. Moh. Zuhri Zaini : Akal yang Sehat, Pengendali Hawa Nafsu

nuruljadid.net – Manusia mempunyai akal untuk membedakan antara dirinya dengan binatang. Dengan akalnya, manusia mampu membedakan mana yang baik dan yang buruk. Dan dengan akal pula manusia derajatnya menjadi terangkat. Dengan akal manusia dapat mendidik serta mengontrol hawa nafsunya agar menjadi hawa nafsu yang Mutma’innah, hawa nafsu yang mengantarkan manusia menjadi manusia yang baik.

Di zaman modern yang ditandai dengan majunya teknologi informasi dan komunikasi, menuntut manusia untuk selalu mengimbangi serta menyesuaikan diri dengan perkembangan tersebut. Majunya teknologi membuat hidup manusia serba instan, seakan – akan apapun yang dibutuhkan manusia dapat terpenuhi dengan teknologi, terkadang manusia yang terlalu larut dengan kemajuan teknologi dan tidak bisa mengontol diri akibatnya dia menjadi manusia yang diatur oleh teknologi (menkultuskan teknologi). Bukan menjadi manusia yang mengatur teknologi, Ketika orang diatur teknologi, lalu pertanyaannya dimana posisi akal yang selama ini menjadi pengendali serta pengontrol diri kita.

Dalam kondisi tersebut, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Moh. Zuhri Zaini, memberikan nasihat kepada kita, melalui pengajian Kitab Bulan Ramadhan (Irsyadul ‘Ibad)

Orang yang berbuat Maksiat, berarti orang tersebut orang yang tidak punya rasa malu kepada Allah, Ketika manusia kehilangan akal sehat karna dorongan hawa nafsunya, maka manusia tersebut lebih jahat daripaadan binatang. Manusia kalau sudah kadung sombong, maka manusia tersebut bisa mengaku dirinya sebagai Tuhan, seperti Fir’aun.

Beliau melanjutkan penjelasannya, Sebaliknya jika nafsu manusia terdidik, maka manusia tersebut akan lebih tinggi derajatnya ketimbang Malaikat. Dengan akal manusia dapat menggapai derajat yang tinggi, dan ketika akal manusia tidak berfungsi, maka manusia akan berada dipaling rendahnya derajat.

Demikian nasihat yang beliau sampaikan, semoga menjadi bekal bagi kita untuk menggapai derajat yang tinggi disisinya. Dan semoga nasihat beliau bisa kita jadikan pijakan hidup untuk menjalani kehidupan sehari hari yang semakin hari semakin berkembang. (zainul,zaky/red)

jika nafsu manusia terdidik, maka manusia tersebut akan lebih tinggi derajatnya ketimbang Malaikat. Dengan akal manusia dapat menggapai derajat yang tinggi, dan ketika akal manusia tidak berfungsi, maka manusia akan berada dipaling rendahnya derajat.

Sumber : Pengajian Ramadhan 1438 H Kitab Irsyadul ‘Ibad

KH. Moh. Zuhri Zaini : Perbuatan Dosa, Menjadikan Hati Menjadi Gelap

nuruljadid.net – Roda kehidupan selalu silih berganti, hidup tidak bisa ditebak, terkadang kenyataan hidup tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Dalam hidup semuanya bisa berubah, kecuali perubahan itu sendiri yang tidak pernah berubah. Layaknya siang dan malam, layaknya bahagia dan kesedihan, layaknya kesuksesan dan kegagalan, seperti itulah gambaran hati manusia selalu berubah – rubah terkadang dengan perbuatan dosa hati yang awalnya baik berubah menjadi jelek, hati yang awalnya terang bersinar berubah menjadi hati yang gelap gulita. Seperti itu pulah gambaran iman seseorang, terkadang dengan perbuatan baik, iman seseorang bertambah, terkadang pula dengan perbuatan jelek iman seseorang berkurang.

Dalam kondisi yang sudah tidak menentu ini, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, KH. Moh. Zuhri Zaini, dalam Pengajian Khotmil Kutub Bulan Ramadhan (Kitab Irsyadul ‘Ibad) mengingatkan bahwa ketika perbuatan dosa masuk kepada hati kita, maka iman akan tersingkir. Jangan pernah merasa suci, sekalipun kita sudah mengaji dengan istiqomah setiap hari, sebab yang namanya dosa ada yang nampak dan ada pula yang tidak. Seperti sifat sombong dan ngerasani orang, yang mengakibatkan hati menjad gelap.

Beliau melanjutkan penjelasannya, Hindari pergaulan bebas, yang mengara kepada perzinaan. Kalau orang ketika berbuat dosa hanya tenang – tenang saja, berarti orang tersebut hatinya sudah gelap. Kita menghindari pergaulan bebas yang mengara kepada perbuatan dosa, bukan berarti kita sok suci, tapi karena kita sering lupa bahwa perbuatan tersebut adalah dosa. Karna kita punya potensi berbuat dosa, maka hindari jalan2 yang mengantarkan kita kepada perbuatan dosa.

Demikian pesan singkat yang beliau sampaikan, semoga menjadi bekal kita semua, dalam menjalani kehidupan, untuk lebih berhati-hati agar tidak terjerumus kepada perbuatan dosa, yang mengakibatkan hati menjadi gelap. (zainul,zaky/red)

Kalau orang ketika berbuat dosa hanya tenang – tenang saja, berarti orang tersebut hatinya sudah gelap.

K. Imdad Robbani : Jadikanlah Al Qur’an Sebagai Pendamping yang Bisa Dijadikan Tuntunan Bagi Kita

nuruljadid.net – Pelantikan dan Lepas Pisah merupakan sebuah kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Melepas dan melantik merupakan sebuah proses pembelajaran sekaligus pengkaderan dalam sebuah organisasi. Dimana didalamnya harus ada peremajaan atau pembaharuan dalam sebuah organisasi agar terdapat sebuah jenjang karir yang terstruktur. Dan itu merupakan sebuah hal yang lumrah dalam organisasi.

Pesantren yang salah satu fungsinya adalah pengkaderisasian terjadi di Pondok Pesantren Nurul Jadid. Malam ini, Pengurus Mushalla Raudlatul Qur’an melakukan regenerasi yang bertujuan untuk memberikan nuansa baru dalam organisasinya. Proses Pelantikan dan Pelepasan pun menjadi rentetan agenda pada malam hari ini (06/04).

Kegiatan yang bertempat di Raudlatul Qur’an ini dihadiri oleh Wakil Kepala Biro Kepesantrenan, K. Imdad Robbani yang mewakili Kepala Biro Kepesantrenan, KH. Fahmi AHZ yang tidak bisa hadir pada acara ini. Dalam kesempatan ini beliau diminta untuk memberikan mauidatul hasanah bagi pengurus terlantik dan demisioner.

Pada awal mauidatul hasanah beliau, beliau menyampaikan bahwa orang yang belajar dan mengajar Al Qur’an itu adalah sebaik baiknya ummat Nabi Muhammad SAW. Beliau juga menyampaikan selamat kepada pengurus muta’allim yang telah diwisuda karena mereka telah melalui satu tahap yakni ta’allama dan akan menunjang tahap wa’allamah. Beliau juga berpesan kepada para muallim untuk tidak pernah jerah dalam belajar.

“Belajar adalah proses sepanjang hidup, jangan pernah berhenti mengejar dan jangan pernah sedikitpun merasa bahwa dengan wisuda ini saya sudah selesai belajar.” Dawuh beliau.

“Belajar Al Qur’an itu tiada batasnya. Karena Al Qur’an adalah firman Allah yang tiada batasnya. Bagi kalian yang telah diwisuda, ini adalah kulit terluar untuk membaca Al Qur’an. Jangan lupa, dibalik kulit tersebut masih ada sari pati yang isinya tentang kandungan firman Allah SWT yang masih harus dipelajari dan dipahami” tambah beliau.

Beliau menyampaikan bahwa tiada manusia yang mengerti dan paham tentang semua kandungan Al Qur’an. Belajar Al Qur’an adalah sesuatu sangat berharga. Oleh karenanya, tiada batas akhir untuk belajar Al Qur’an. Selain belajar memahami kandungan dari Al Qur’an, mengajarkan tentang cara membaca Al Qur’an dengan tartil adalah sebuah hal yang sangat mulia apalagi dengan tidak mengharapkan materi.

“Kita sudah satu tahap dalam belajar dan mengajar Al Qur’an. Pada zaman sekarang ini mengajar Al Qur’an merupakan sebuah sesuatu yang sangat amat berharga. Jika kita melihat di kota besar, maka orang yang mau mengajar dan belajar Al Qur’an masih membutuhkan materi. Berbeda dengan kondisi kita disini, tanpa materipun kita masih bisa mengajar dan belajar Al Qur’an. Oleh karena itu jangan berhenti menggali Al Qur’an. Kita harus tetap memiliki giroh untuk menggali Al Qur’an.” Dawuh beliau kepada semua hadirin pada acara pelantikan malam hari ini.

“Jadikanlah Al Qur’an sebagai pendamping yang bisa dijadikan tuntunan bagi kita untuk menjalani kehidupan, tapi jangan jadikan Al Qur’an sebagai pendamping sekunder. Jika kita memiliki cita cita yang tinggi, jadikanlah Al Qur’an sebagai pendamping kita. Jadikan Al Qur’an sebagai pijakan awal bagi kita untuk melangkah lebih lanjut.” Tambah beliau dalam tausiyahnya.

Secara global, ilmu terbagi dua bagian, ilmu fardu ‘ain dan kifayah. Contoh Ilmu fardu ‘ain (ilmu yang wajib diketahui oleh ummat islam) adalah sholat, puasa termasuk baca Al Qur’an. Apabila fardu ain sudah tuntas, maka kembangkan menjadi ilmu kifyah. Mendalami dan mngembangkan ilmu itu adalah ilmu fardu kifayah.

“Harapan kedepan adalah tidak lagi ada pandangan ideologis tentang pandangan ilmu (ilmu agama dan umum). Semua ilmu itu adalah ilmu Allah. Secara umum ilmu itu ada 2 yaitu ilmu fardu ‘ain dan kifayah. Ilmu fardu ‘ain adalah kewajiban seorang muslim dalam keseharian termasuk dalam membaca Al Qur’an. Mendalami dan mengembangkan ilmu itu adalah fardu kifayah. Jangan sampai semua itu terbalik. Jangan sampai kita pintar dalam hal sience tapi tidak sholat. Jangan sampai kita ahli fisika tapi tidak bisa membaca Al Qur’an” nasihat beliau kepada semuanya.

“Kalau ada orang yang tidak memiliki hubungan baik dengan Allah, dia akan cenderung lupa diri. Orang yang punya hubungan baik dengan allah maka dia akancenderung bisa mengontorol diri. Contohnya kita sering kali dipaksa untuk melakukan hal yang tidak kita inginkan oleh nafsu. Itu merupakan contoh dari kita tidak memiliki hubungan baik dengan Allah” Dawuh Beliau.

“Orang yang ingin curhat kepada Allah, maka dia akan Shalat. Orang yang rindu akan firman Allah, maka dia akan membaca Al Qur’an. Jika kita igin bermunajat kepada Allah maka sebaik baiknya bermunajat kepadaNya adalah ketika kita shalat. Karena dengan membaca Al Qur’an dalam shalat kita telah melakukan 2 hal tersebut (curhat dan rindu firman Allah). Janganlah puas hanya karena bisa membaca Al Qur’an saja, kita harus terus meningkatkannya”  Dawuh Beliau.

“Tanamkan pada diri kita masing masing, saya akan menjadi santri selamanya. Santri selamanya bermakna akan selalu mencari ilmu, akan selalu menjadi orang yang tidak pernah merasa sudah tahu yang akibatnya tidak belajar. Tapi saya akan menjadi orang yang selalu merasa tidak tahu sehingga saya akan terus belajar. Jadilah orang yang merasa tidak tahu sehingga ada rasa butuh dan ingin belajar” Dawuh Beliau.

Banyak hal yang tidak pernah kita sadari nilainya ketika kita di pondok. Oleh karena itu jangan meremehkan hal hal kecil ketika berada di Pondok karena sekecil apapun tugas kita pasti akan ada hikmahnya. Hikmah itu adalah sesuatu yang jalan bagi manfaatnya ilmu. Hal hal yang kecil itu merupakan sebuah proses pematangan diri kita sebagai manusia. santri, ummat islam dan ciptaanNya.

Semoga allah akan senantiasa menganugerahkan Al Qur’an kepada kita semuanya agar kita bisa mempelajari, memahami dan mengamalkannya. Kalimat tersebut menutup maudatul hasanah beliau. (Q2/Red)