K. Muhammad Alfayyadl pada saat memberi sambutan dalam acara Studium General LPBA (24/8/2018)

Muhammad Alfayyadl: Kedepan, Bahasa Asing di Pesantren Harus Menjadi Sarana Penggabdian Masyarakat dan Aktualisasi Diri

nuruljadid.net – Kegiatan studium general  Lembaga Pengembangan Bahasa Asing (LPBA) Pondok Pesantren Nurul Jadid, dengan tema “Bahasa dan Semangat Kepesantrenan” dan bertempat di Aula Universitas Nurul Jadid pada Jum’at (24/8),  disambut dengan girang oleh direktur LPBA, K. Muhammad Alfayyad.

Dalam acara tersebut, beliau memberikan kata sambutan, diantaranya tentang program – program LPBA  yang telah dilaksanakan dari masa awal jabatan tahun 2018.

Alhamdulillah, sejak kami (gus Fayyad sapaan akrab K. Muhammad Alfayyadl) diberi amanah untuk mengelola LPBA dari awal tahun 2018 dan efektif sejak bulan maret 2018, LPBA telah menyelenggarakan suatu pertemuan konferensi Bahasa asing yang merupakan majelis pengambilan keputusan tertinggi LPBA,”tutur beliau dengan ramah.

Dalam kesempatan itu, beliau juga menjelaskan hasil rapat konferensi LPBA yang nantinya akan direalisasikan di Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Insyaallah, dalam jangka waktu menengah dan Panjang LPBA ini tidak hanya akan mengurus kegiatan Bahasa asing asrama (LPBA) saja tapi juga mengurus seluruh kegiatan kebahasaan asing di Pondok Pesantren Nurul Jadid,”jelas beliau.

Selain itu, beliau juga menerangkan beberapa perubahan manajemen yang telah dilakukan; “yang pertama ialah diangkatnya 2 wakil direktur, yaitu wakil direktur LPBA putera dan wakil direktur LPBA puteri. Adapun yang kedua ialah membentuk tim Koordinator Program Inter-wilayah (KPI) yang bertugas mendampingi kegiatan kebahasaan asing di setiap wilayah di Pondok Pesantren Nurul Jadid,” tutur beliau.

Gus Fayyad juga mengimbuhkan bahwa target yang diharap kedepannya bagi siswa didik LPBA yaitu, yang pertama, pengembangan pada tingkat dasar, yang hal ini siswa didik harus menguasai grammer dan kaidah kebahasaan dengan baik; yang kedua, pengembangan tingkat lanjut, siswa didik mampu menjadikan bahasa asing sebagai sarana pengabdian pada masyarakat serta aktualisasi diri; yang ketiga, pembenahan kelembagaan.

Diakhir sambutannya, beliau menjelaskan perlunya menekankan perbedaan antara belajar bahasa asing di pondok pesantren khususnya Pondok Pesantren Nurul Jadid dengan belajar bahasa asing di luar pesantren.

“kalau di pesantren, bahasa Arab itu bukan hanya sekedar buat pamer, tapi digunakan untuk tafaqquh fi al-din (mendalami ilmu agama dan ilmu pengetahuan), begitu juga dengan bahasa Inggris, betapa sedikit orang yang memahami ajaran agama Islam dengan bahasa Inggris bahkan mendakwahkan agama Islam,”pungkas beliau.

Penulis : ahmad

Editor : Muhammad Nuris

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *