Kominfo Ajak Santri Nurul Jadid Bijak Menggunakan Media Digital

berita.nuruljadid.net – Guna mendorong generasi muda agar lebih bijak dalam menggunakan media sosial, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengadakan seminar literasi digital di Pondok Pesantren Nurul Jadid. Acara ini berlangsung di Lapangan Raya Pesantren pada Rabu (9/10/2024), mulai pukul 08.00 WIB.

Mengusung tema “Menjadi Pengguna Media Sosial yang Bijak, Kreatif, dan Inovatif”, seminar ini menghadirkan tiga narasumber praktisi dari berbagai universitas yang memberikan pandangan dan materi dari perspektif yang berbeda.

Nikmal, salah satu Staf Kominfo pusat, mengungkapkan bahwa Pondok Pesantren Nurul Jadid telah lama menjadi target kegiatan literasi digital ini.

“Kami sudah merencanakan sejak lama. Untuk konfirmasi, kami telah bersilaturahmi dengan pengasuh pondok pesantren,” ujarnya.

Sementara itu, Khotibul Umam, Direktur LKP Mitra Ilmu yang juga menjadi narasumber, menjelaskan bahwa acara ini merupakan inisiatif Kominfo yang bergerak di sektor pendidikan.

“Ini adalah seminar perdana yang digelar secara langsung. Sebelumnya, kegiatan semacam ini hanya bisa dilakukan secara daring karena pandemi,” jelasnya.

Terkait pemilihan narasumber, pria asal Tulungagung ini menambahkan bahwa pemilihan tersebut sepenuhnya dikoordinasi oleh Kominfo pusat.

“Sebenarnya ada banyak kandidat, namun yang terpilih menjadi narasumber kali ini adalah orang-orang yang sudah tersertifikasi dan direkomendasikan oleh pihak Kominfo,” katanya.

Khotibul Umam berharap para santri dapat menjadi penyambung ilmu bagi teman-teman mereka yang lain di pesantren nanti.

“Kami harap, santri yang hadir dapat membagikan ilmu yang didapat kepada yang lain. Pesantren ini memiliki budaya yang kuat, dan kami yakin para santri mampu menciptakan konten yang positif, kreatif, dan inovatif sebagai upaya melawan konten negatif,” tutupnya.

 

Pewarta: Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Revolusi Pembelajaran Sejarah di Era Milenial

penasantri.nuruljadid.net – Kita telah memasuki abad ke-21, di mana generasi yang lahir di era ini sering disebut sebagai kaum milenial. Di era ini, kaum milenial tidak lagi terikat pada satu ideologi tertentu. Sebaliknya, mereka lebih terbuka untuk mengeksplorasi berbagai pemikiran dan gagasan demi menjawab tantangan zaman yang dihadapi.

Kaum milenial juga identik dengan modernisasi, seperti teknologi canggih dan internet cepat yang memudahkan akses informasi serta penyelesaian berbagai persoalan. Tak heran, banyak yang berpendapat bahwa siswa yang fokus pada ilmu sains lebih mudah beradaptasi dengan perkembangan zaman. Sementara itu, siswa yang mendalami ilmu sejarah sering dianggap kesulitan bersosialisasi dengan modernisasi tersebut.

Hal ini sebagian besar disebabkan oleh metode pengajaran sejarah yang masih konvensional, di mana guru menjelaskan dan siswa mendengarkan. Sering kali, siswa hanya dituntut untuk menghafal peristiwa sejarah, lengkap dengan waktu dan lokasinya, tanpa adanya pendekatan yang lebih praktis. Akibatnya, pembelajaran sejarah terasa membosankan karena minimnya interaksi langsung, seperti sentuhan praktikum dan tinjauan terhadap masa lalu yang mereka pelajari.

Akibat dari metode ini, minat siswa terhadap sejarah kian menurun. Jika kondisi ini dibiarkan, kita akan menghadapi masalah serius: generasi milenial yang kehilangan jejak sejarah bangsanya. Pada akhirnya, mereka bisa saja tidak lagi mengenali identitas bangsa mereka sendiri.

Lebih dari itu, pandangan siswa terhadap pelajaran sejarah bisa berubah drastis. Mereka mungkin menganggap sejarah sebagai sesuatu yang tidak relevan dengan masa depan mereka, bahkan mungkin hanya melihatnya sebagai dongeng untuk anak-anak sebelum tidur.

Padahal, sejarah memegang peranan penting dalam membentuk kesadaran generasi muda. Tanpa pemahaman sejarah, generasi penerus tidak akan tahu asal-usul bangsanya dan bagaimana bangsa ini berkembang dari masa ke masa.

Tak cukup sampai disitu, jika diamati, sejarah mempunyai manfaat yang begitu besar apabila siswa tersebut mampu mengkolaborasikan isi moral yang terkandung didalamnya dengan kehidupan kesehariannya. Dengan melihat serta belajar dari masa lalu, siswa akan berusaha untuk tidak melakukan kesalahan yang sama di masa-masa mendatang. Dengan belajar sejarah, siswa akan mampu mengkaji semua hal yang terjadi di sekitarnya.

Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno, menekankan pentingnya sejarah dengan semboyannya yang terkenal, “Jasmerah” – jangan sekali-kali melupakan sejarah. Bahkan jauh sebelum era milenial, Cicero (106-43 SM), seorang sejarawan dan filsuf klasik, menyebut sejarah sebagai “guru kehidupan” atau historia magistra vitae.

Melihat fakta-fakta tersebut, sepatutnya guru sejarah harus bertekad kuat untuk mengubah pendekatan pengajaran mereka, dari metode konvensional menjadi lebih konstruktif. Meski bukan hal mudah, perubahan ini diperlukan agar pembelajaran sejarah lebih relevan bagi siswa. Salah satu tantangan terbesar adalah kenyamanan guru dengan metode lama, yang sudah menjadi kebiasaan sejak mereka masih menjadi siswa.

Selain guru, sekolah juga perlu berperan aktif dalam menjaga mempertahankan mata pelajaran yang berada di ambang kepunahan itu. Dengan kolaborasi antara guru dan sekolah, siswa tidak hanya akan mendapat teori, tetapi juga pengalaman langsung. Misalnya, melalui kunjungan studi ke situs-situs bersejarah atau museum. Guru juga bisa memanfaatkan media audiovisual untuk memperkaya pembelajaran, sehingga siswa dapat berimajinasi lebih jauh tentang kehidupan masa lampau.

Dengan pendekatan ini, pelajaran sejarah akan kembali menarik perhatian siswa. Sejarah tidak lagi dianggap sebagai pelajaran yang membosankan atau tidak relevan. Perlahan tapi pasti, siswa akan menyadari pentingnya sejarah sebagai pelajaran yang mengajarkan nilai-nilai kehidupan dan identitas bangsa.

 

Penulis: Moh. Wildan Dhulfahmi*
Editor: Ahmad Zainul Khofi

*) Siswa Unggulan IPA (UI) Madrasah Aliyah Nurul Jadid, Wakil Pimred Majalah Kharisma edisi 35 dan Coordinator Religion Devision Intteligent Student Organization (ISO). 

Mahasiswa Santri Baru Ikuti Kajian Hikmah dan Majelis Sholawat

berita.nuruljadid.net – Lembaga Pembinaan Pondok Mahasiswa (LP. Pomas) Pondok Pesantren Nurul Jadid menggelar acara “Majelis Sholawat dan Hikmah” dalam rangka menyambut mahasiswa baru tahun akademik 2024/2025, yang berlangsung di Musala Riyadus Sholihin, pada Rabu (2/10/2024). Acara ini dimulai dengan lantunan sholawat yang dipimpin oleh K. Durry Raiq Najih Muhammad dan KH. M. Hilman Zidny Romzi, diiringi pesan-pesan kebajikan yang ditujukan kepada para mahasiswa santri.

Dalam kesempatan tersebut, K. Durry Raiq Najih Muhammad menyampaikan pentingnya niat dalam menuntut ilmu. “Yang perlu didahulukan adalah niat,” ujarnya.

Ia menekankan bahwa banyak orang berhijrah, namun hanya mendapatkan “kulitnya” saja. Oleh karena itu, mahasiswa santri diharapkan memanfaatkan waktu di pesantren untuk belajar dengan tekun, baik ilmu teori maupun praktik.

“Selama ada di pondok, silakan mengulak sebanyak mungkin ilmu, baik di kampus maupun di pesantren,” harap Kiai Raiq.

Lebih lanjut, beliau menambahkan bahwa mahasiswa santri harus memiliki lima kesadaran utama: kesadaran beragama, berilmu, bermasyarakat, berbangsa bernegara, dan berorganisasi. Kesadaran ini akan membentuk fondasi kuat bagi mereka untuk menjadi pribadi yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

“Latihan iman itu penting. Tanpa latihan, hasil yang baik tidak mungkin tercapai,” tegasnya, sambil mencontohkan proses pembuatan genting yang memerlukan pembakaran untuk menjadi kokoh dan tahan lama—begitu juga dalam menuntut ilmu.

KH. M. Hilman Zidny Romzi pun turut menyampaikan nasihatnya dengan gaya khas yang mengundang senyum para peserta.

“Kehidupan manusia itu kebanyakan berandai-andai, makanya Allah ciptakan nyamuk, untuk menampar diri kita biar sadar,” selorohnya.

Namun di balik canda tersebut, Kiai Hilman mengingatkan para santri agar tidak menyia-nyiakan kesempatan emas yang ada di Pondok Pesantren Nurul Jadid.

“Sangat rugi jika mahasiswa santri tidak mampu menimba ilmu sebanyak-banyaknya di pondok ini,” katanya.

Beliau juga menggarisbawahi bahwa ilmu yang diperoleh di pondok dan di kampus tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi juga saat mereka kembali ke masyarakat.

“Santri yang memiliki pengetahuan di berbagai bidang akan lebih mudah berjuang dan berkhidmat untuk masyarakat,” tambahnya, menutup dengan ajakan agar para mahasiswa terus bersemangat dalam menuntut ilmu.

Pewarta: Moh. Jasri Ahyak
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Intip Kreativitas Santri Nurul Jadid Sambut Maulid Nabi

berita.nuruljadid.net – Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1446 H di Pondok Pesantren Nurul Jadid dimeriahkan dengan berbagai kegiatan. Selain pembacaan maulid diba’, simtuddurror, dan tausiah ulama, pesantren juga menyelenggarakan berbagai lomba untuk menambah semarak acara tersebut.

Salah satu lomba yang paling menarik perhatian adalah lomba parsel yang digelar di Wilayah Al-Hasyimiyah pada Senin malam (30/09). Berlokasi di depan daerah Al-Masruriyah, seluruh daerah di Wilayah Al-Hasyimiyah diwajibkan untuk berpartisipasi dalam perlombaan ini.

Penilaian lomba didasarkan pada tiga kriteria utama: kreativitas, kerapian, dan keindahan. Menariknya, parsel yang dirangkai oleh para santriwati tidak hanya dipamerkan, tetapi juga untuk diserahkan kepada keluarga pengasuh pesantren.

“Awalnya, kami mengusulkan lomba parsel dengan buah-buahan karena Maulid Nabi identik dengan buah. Namun, kami khawatir buah-buahan tersebut tidak segar saat diserahkan. Akhirnya, kami memutuskan untuk membuat lomba parsel snack,” ungkap Aulia Meca, Ketua Himpunan Abdi Santri Al Hasyimiyah selaku koordinator penyelenggara kegiatan.

Potret beberapa produk hasil karya santri dalam lomba parsel peringatan PHBI Maulid Nabi Muhammad SAW 1446 H.

Setiap tim peserta terdiri dari empat orang, dengan waktu satu jam yang diberikan oleh panitia untuk merangkai parsel. Para peserta terlihat fokus dan bekerja sama untuk menyelesaikan parsel tepat waktu.

“Waktu satu jam cukup, karena kami diperbolehkan mempersiapkan item-itemnya terlebih dahulu. Di lokasi, kami hanya tinggal merangkai dan menghias parselnya,” ujar Fatimah Az-Zahra, perwakilan dari daerah Riyadlul Jinan yang berhasil meraih juara pertama.

 

Pewarta: Wahdana Nafisatuz Zahra
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Antusias Santri dan Alumni Banjiri Acara PHBI Maulid 1446 H

berita.nuruljadid.net – Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) Maulid Nabi Muhammad SAW 1446 H di Pondok Pesantren Nurul Jadid sukses dibanjiri antusias santri, alumni, dan masyarakat selama rangkaian acara berlangsung. Ribuan jamaah memenuhi Masjid Jami’ dan halaman pesantren pada Ahad (29/09/2024) malam.

Dalam acara tersebut, pelaksana menghadirkan Penceramah Habib Ahmad Jamal bin Toha Ba’agil, Pengasuh Pondok Pesantren Anwarut Taufiq, Batu, Malang. Sebelum tausiah dimulai, hadirin mengikuti pembacaan Simtudduror yang dipimpin oleh Kiai Fahmi AHZ.

Sekretaris Pesantren, Tahiruddin, mengungkapkan bahwa persiapan acara ini dilakukan di tengah masa liburan santri, dengan rapat yang diadakan secara daring.

“Karena jarak antara liburan dan acara sangat singkat, kami mengadakan rapat secara daring untuk memastikan semua berjalan sesuai rencana,” jelasnya.

Sebagai penanggung jawab acara, Tahiruddin menambahkan, pemilihan Masjid Jami’ sebagai lokasi utama ditujukan untuk menjangkau lebih banyak audien atau jamaah.

“Saat kami berkonsultasi dengan pengasuh, beliau menyarankan format acara menyerupai istighosah bulanan, yang biasanya menjangkau lebih banyak santri, alumni, dan pengurus,” tuturnya.

Untuk pemilihan penceramah, pihak pelaksana telah merumuskan beberapa nama jauh sebelum liburan Maulid digelar.

“Kami telah mencantumkan beberapa calon muballigh, kemudian pengasuh menambahkan nama Habib Ahmad Jamal. Alhamdulillah, beliau berkenan hadir setelah kami sowan ke pesantrennya,” tutupnya.

Tak hanya santri, alumni pun menyambut gembira acara tersebut. Imam, salah satu alumni asal Situbondo yang pernah menjadi khadam Almarhum Kiai Abdul Haq Zaini, mengungkapkan kegembiraannya.

“Sejak sore saya sudah di sini. Saya sangat bahagia bisa hadir kembali sebagai alumni, ini pertama kalinya sejak pandemi,” ucapnya penuh syukur.

 

Pewarta: Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Peringati Maulid Nabi 1446 H, Kiai Zuhri Zaini: Ini Bentuk Cinta Kita kepada Rasulullah

berita.nuruljadid.net – Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, menggelar peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1446 H di Masjid Jami’ Nurul Jadid pada Ahad (19/09/24). Acara ini dihadiri oleh Penceramah Habib Achmad Jamal bin Thoha Baagil, Pengasuh Pesantren KH. Moh. Zuhri Zaini, jajaran Masyayikh Nurul Jadid, pengurus pesantren, santri, alumni, serta masyarakat.

Dalam sambutannya, KH. Moh. Zuhri Zaini menjelaskan bahwa peringatan Maulid Nabi dilakukan dengan berbagai kegiatan seperti pembacaan Maulid Diba’, Barzanji, dan Simtudduror, sebagai bentuk kecintaan kita terhadap Nabi Muhammad SAW.

“Hikmah adanya peringatan maulid ini adalah untuk mensyukuri kelahiran Nabi Muhammad SAW sebagai a’dzomun ni’am, nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada kita. Melalui beliau kita bisa menjadi orang yang beriman dan berislam, orang yang bisa membedakan haq dan batil, sehingga kita bisa tahu jalan yang menuntun ke surga dan jalan yang menjerumuskan ke neraka,” tuturnya.

Dengan adanya penyampaian tentang maulid Nabi, lanjut beliau, kita bisa semakin mengenal sosok Rasulullah. Beliau menerangkan bahwa kecintaan kepada Nabi dapat tumbuh dengan tidak hanya mengenal nama Nabi saja, akan tetapi juga mengenal akhlak dan amaliahnya.

“Kecintaan ini sangat penting. Kita berharap dengan cinta kepada beliau, kita akan dikumpulkan bersama di hari akhir, sekaligus termotivasi meneladani akhlak dan amaliah beliau, sehingga menjadi manusia yang selamat di dunia dan akhirat,” imbuhnya.

Kiai Zuhri berharap, peringatan Maulid Nabi ini membawa oleh-oleh berkah berupa ilmu yang bermanfaat.

“InsyaAllah, jika ilmu itu diamalkan, manfaatnya akan dirasakan tidak hanya di dunia, tapi juga di akhirat,” tutupnya.

 

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

Lantunan Simtudduror di Dinding Nurul Jadid Menguras Rindu Lautan Santri

penasantri.nuruljadid.net – Ada banyak cara meraih berkah, dan santriwati Wilayah Al-Hasyimiyah memilih mengawali rutinitas pesantren dengan lantunan Maulid Simtudduror. Seakan tak cukup hanya mengucap kata, mereka menyerahkan segenap jiwa pada pujian yang mengalir malam itu, seiring selesainya liburan dan kembalinya perjalanan menjadi santri di pesantren.

Suasana pasca-liburan masih menggantung di langit-langit pesantren. Para santriwati yang baru kembali dari rumah, membawa rindu yang terburai di setiap jejak langkah mereka. Meski jiwa seolah masih tertinggal di kampung halaman, mereka tahu bahwa panggilan pesantren harus dijawab. Maka, hari-hari berlalu dengan cerita-cerita singkat tentang rumah, tentang keluarga, tentang segala hal yang tak mereka temui di balik dinding asrama.

Senin, 23 September. Malam itu, Wilayah Al-Hasyimiyah masih riuh dengan tawa para santriwati. Usai salat Isya berjamaah, mereka bercengkrama di pelataran asrama, melepaskan sisa-sisa beban yang mereka bawa dari rumah. Tetapi, keasyikan itu terhenti sejenak ketika suara pengumuman mengalun dari pengeras suara kantor wilayah, memecah malam yang mulai meremang.

“Bagi sahabat-sahabati santri Wilayah Al-Hasyimiyah, bahwasanya pada malam ini akan dilaksanakan pembacaan Simtudduror sebagai pembuka dan awal pengaktifan kegiatan wilayah,” suara itu mengundang mereka untuk berkumpul.

Tanpa aba-aba, para santriwati bergegas. Buku kecil Maulid Simtuddhuror yang biasa tergeletak di atas rak dalam lemari baju, kini digenggam erat. Mereka berjalan keluar kamar, memenuhi halaman daerah masing-masing. Di bawah langit yang pekat, mereka duduk berbaris, bersiap membuka lembaran-lembaran berisi pujian pada Baginda Nabi.

Kala lantunan Simtudduror mulai terdengar dari pengeras suara. Satu per satu bait mereka lantunkan, penuh ritme, seirama dengan nafas dan detak jantung. Kata demi kata mereka lafalkan, bukan sekadar dengan lisan, tapi juga dengan hati. Puji-pujian pada Nabi mengangkasa, meresap ke setiap sudut, membangun suasana yang tak hanya khidmat, tapi juga mendalam.

Sampai tiba pada mahalul qiyam, suasana seketika berubah, semakin khusyuk. Mereka serentak berdiri, menghadap kiblat, mata terpejam, seakan menyambut kehadiran Baginda Nabi yang mereka rindukan. Tak ada suara lain selain lantunan shalawat yang bergema, mengalirkan rasa syukur dan harapan di antara deru malam.

Seusai suasana yang khusyuk itu, Zahiyah Adiba, kepala Wilayah Al-Hasyimiyah, berdiri mengawasi. Di balik sorot matanya, tersimpan harapan besar agar pembacaan Simtudduror ini menjadi pemicu semangat bagi para santri.

“Kita semua berharap, seluruh kegiatan dari awal hingga akhir mendapatkan berkah. Salah satu upayanya adalah dengan menghadiahkan shalawat kepada Nabi di awal setiap langkah,” tuturnya.

Adiba mengakui, mengatur santriwati yang baru kembali dari liburan bukanlah perkara mudah. Rindu yang tersisa masih kuat, dan disiplin pun kadang mengendur. Namun, ia merasa terbantu dengan adanya divisi kepengurusan yang solid.

“Alhamdulillah, pengurus di sini menjalankan tugasnya dengan baik. Dengan mereka, semuanya terasa lebih ringan,” ujarnya.

Malam itu, Wilayah Al-Hasyimiyah tak hanya memulai kembali aktivitas pesantren, tapi juga menapaki langkah baru dengan semangat yang telah diperbarui. Di antara lantunan shalawat, terajut niat dan harapan untuk terus belajar, bukan hanya tentang ilmu, tapi juga tentang kehidupan yang penuh makna.

 

Penulis: Wahdana Nafisatuz Zahra
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Santri Ma’had Aly Nurul Jadid Raih Juara MQK Tingkat Provinsi

berita.nuruljadid.net – Santri Ma’had Aly Pondok Pesantren Nurul Jadid berhasil meraih juara di ajang Musabaqoh Qiratil Kutub (MQK) tingkat Provinsi Jawa Timur pada Ahad (08/09/24) yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Nurul Qarnain, Jember.

Dalam kompetisi yang bergengsi ini, Dina Kamiliyah, santri dari Ma’had Aly Nurul Jadid, menyabet juara ketiga dari jajaran lima terbaik antara sekian banyak peserta yang ikut berpartisipasi dalam ajang perlombaan ini.

“Total ada sebanyak 54 peserta delegasi dari pesantren se-Jawa Timur yang berkompetisi dalam ajang tersebut. Alhamdulillah Dina berhasil menjadi salah satu juaranya,” ungkap Pendamping Lomba Ma’had Aly Nurul Jadid Mustain Romli saat diwawancarai oleh Tim Nurul Jadid Media.

Menurut Mustain, kompetisi tersebut merupakan bagian dari Festival MQKNQ tingkat provinsi yang diadakan setiap tahunnya bagi para santri untuk berkompetisi dan mengasah kemampuan membaca serta memahami kitab kuning.

“Festival ini dianggap sangat penting, karena tidak hanya menjadi wadah bagi santri untuk mengukur kemampuan akademik mereka, tetapi juga sebagai sarana memperkuat pemahaman terhadap tradisi keilmuan Islam,” terangnya.

Proses seleksi, lanjut Mustain, dilakukan dalam satu sesi penjurian yang ketat, di mana para peserta merupakan perwakilan dari berbagai pondok pesantren di Jawa Timur disaring melalui penilaian yang kompetitif.

“Mereka dinilai berdasarkan kemampuan membaca dan menjelaskan kitab kuning secara fasih dan mendalam. Dari puluhan peserta yang mengikuti kompetisi ini, akhirnya dipilih lima peserta terbaik untuk menerima penghargaan,” jelas Asatidz Ma’had Aly Nurul Jadid tersebut.

Keberhasilan Dina Kamiliyah dalam meraih juara ketiga ini tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi Ma’had Aly Nurul Jadid. Prestasi ini tidak hanya menunjukkan kemampuan individu santri, tetapi juga mencerminkan kualitas pendidikan di pesantren, yang terus berkomitmen melahirkan santri-santri berprestasi di bidang keilmuan Islam.

 

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

Kiai Zuhri Resmikan Kantor P4NJ Situbondo

berita.nuruljadid.net – Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton KH. Moh. Zuhri Zaini meresmikan Kantor Pembantu Pengurus Pondok Pesantren Nurul Jadid (P4NJ) Kabupaten Situbondo pada Rabu (18/09/24).

Beliau menyampaikan bahwa gedung kantor ini adalah sarana perjuangan bagi P4NJ Situbondo untuk melahirkan kebaikan bagi sesama.

“Momentum ini sangat pas sekali dimulai dengan rangkaian kegiatan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. dan Haul Masyayikh,” imbuh beliau.

Dalam kesempatan yang sama, beliau juga menguraikan ibadah yang harus dilakukan oleh Muslim, yaitu ritual ibadah kepada Allah dan ibadah sosial.

“Di Islam itu, hubungan kepada Allah harus disertai dengan hubungan yang baik kepada sesama,” terangnya.

Di dalam berjuang untuk kebaikan bersama, lanjut beliau, kita memerlukan organisasi untuk mengatur dan mengorganisir kerja-kerja kebaikan tersebut.

“Alhamdulillah di sini sudah ada sarana berorganisasi, yaitu kantor. Jangan sampai perjuangan ini hanya tinggal alatnya saja. Semoga dengan adanya sarana ini akan meningkatkan kinerja kita, khususnya bagi P4NJ Situbondo,” ungkap beliau.

Di samping itu, beliau juga berharap dengan berdirinya gedung kantor P4NJ pertama ini bisa memotivasi pendirian gedung kantor P4NJ di kabupaten-kabupaten lainnya.

“Peresmian dan berdirinya kantor P4NJ Situbondo ini mudah-mudahan menjadi contoh bagi P4NJ di kabupaten lain,” harapnya.

 

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

Peringati Kelahiran Nabi, Biro Kepesantrenan Gelar Safari Maulid 41 Malam

berita.nuruljadid.net – Untuk memperingati bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, Biro Kepesantrenan (Biktren) Pondok Pesantren Nurul Jadid (PPNJ) menggelar Safari Maulid. Acara tersebut diisi dengan pembacaan Simtuddurar yang dilaksanakan di seluruh wilayah PPNJ, dengan lokasi pertama di Asrama Maulana Malik Ibrahim (T).

Safari Maulid ini dijadwalkan berlangsung selama 41 malam, mulai dari 1 Rabi’ul Awal yang jatuh pada Kamis (05/09) hingga 12 Rabi’ul Akhir, bertepatan dengan Selasa (15/10).

Kepala Wilayah Pusat Putra Muhammad Sahlan, menjelaskan bahwa kegiatan ini pertama kali digelar pada tahun 2019. Saat itu, tiga orang dari Biktren, termasuk Lora Fahmi, memperoleh sanad Simtuddurar di Solo.

“Setelah mendapatkan sanad, kami memutuskan untuk mengamalkan pembacaan Simtuddurar,” tuturnya.

Awalnya, lanjut Sahlan, kegiatan ini dikelola oleh Kepala Seksi Ubudiyah Bidang 1 Biktren.

“Namun, karena agenda mereka terlalu padat, akhirnya pengelolaannya diambil alih oleh Biktren,” tambahnya.

Pria asal Probolinggo itu juga menjelaskan bahwa penutupan Safari Maulid akan diadakan di Daerah Raden Fatah (O).

“Penutupan biasanya dihadiri banyak santri, termasuk keluarga pengasuh seperti Lora Fahmi dan Lora Abdur. Kami memilih Raden Fatah karena halamannya luas dan dapat menampung banyak orang,” ujarnya.

Menurut Sahlan, kegiatan ini sangat bermanfaat, terutama dengan pembacaan Simtuddurar.

“Melalui pembacaan ini, kita dapat mengenang kisah-kisah Nabi yang menambah kekhusyukan dan kebersamaan, serta menunjukkan cinta kita kepada Nabi Muhammad,” ungkapnya.

Tidak hanya pengurus Biktren yang terlibat, salah satu anggota Biro Pendidikan juga turut serta dalam kegiatan ini. Berdasarkan keputusan rapat Biktren, jadwal safari di tiap daerah PPNJ diacak dan tidak dilaksanakan secara berurutan.

 

Pewarta: Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Persyaratan Liburan Pesantren, Santri Wajib Hafal Materi Furudhul Ainiyah

berita.nuruljadid.net – Menjelang liburan Pesantren, baik bulan ramadan maupun maulid, Pondok Pesantren Nurul Jadid mewajibkan santrinya untuk menyetorkan hafalan materi Furudhul Ainiyah sebagai syarat untuk melaksanakan libur Pesantren. Praktik setoran FA tersebut dilaksanakan di wilayah atau asrama santri, Senin (09/09).

Kepala Bidang Bimbingan Konseling, Wali Asuh, dan Pembinaan Santri Biro Kepesantrenan, Rahmat Toyyib, menjelaskan bahwa penyetoran hafalan menyasar seluruh santri tanpa terkecuali, namun terdapat perbedaan antara santri di wilayah pusat dan satelit. Persyaratan ini berfokus menyasar pada santri tingkat SLTP dan SLTA.

“Wilayah satelit memiliki target capaian tersendiri, jadi kami fokuskan pada santri di wilayah pusat,” jelasnya.

Sebagai bukti ketuntasan FA itu, maka Kabid. 1 Biro Kepesantrenan membuat bukti ketuntasan dan mekanismenya melalui blanko setoran. Rahmad mengungkapkan, alur distribusi blanko hafalan dimulai dari Kabid 1 Biktren yang mendistribusikannya ke wilayah pusat, kemudian diteruskan ke setiap daerah secara mandiri.

“Pengurus daerah yang mengelola distribusinya. Jadi, ada kemungkinan beberapa daerah lebih cepat menerima dibanding yang lain,” tambahnya.

Biktren menargetkan semua santri sudah menyelesaikan setoran hafalan sebelum liburan dimulai. Santri yang belum tuntas menyetorkan hafalannya terancam tidak bisa pulang.

“Itu sudah menjadi bagian dari persyaratan pulang,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Wilayah Pusat Putra Muhammad Sahlan berharap, dengan adanya setoran hafalan ini, para santri dapat memahami aspek amaliyah agama.

“Santri tidak harus jadi kiai, cukup tahu tata cara pelaksanaan hukum-hukum agama sudah memadai,” tutupnya.

Materi hafalan yang harus disetorkan santri meliputi tiga pokok bahasan utama: pengertian Islam, iman, dan ihsan, memahami bacaan salat termasuk sunat Ab’ad dan Hai’at, serta tata cara shalat jenazah.

Pewarta: Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Taubat dan Syukur dalam Kitab Syu’abul Iman Karya Kyai Zaini Mun’im

berita.nuruljadid.net – Dalam pengajian sore di Masjid Jami’ Nurul Jadid pada Kamis (05/09/2024), Kyai Imdad Rabbani menguraikan bait-bait yang ada dalam Kitab Syu’abul Iman karya Kiai Zaini Abdul Mun’im. Saat itu, beliau membahas dua cabang dari iman: taubat (cabang iman ke-12) dan bersyukur kepada Allah (cabang iman ke-13).

Menurut Kiai Imdad, taubat yang sungguh-sungguh itu harus disertai dengan rasa penyesalan yang mendalam.

“Hal terpenting saat kita bertaubat ialah penyesalan,” ungkap beliau.

Selain itu, beliau menguraikan syarat-syarat taubat. Syarat pertama adalah penyesalan atas dosa yang telah dilakukan. Kedua, meminta maaf kepada orang yang pernah disakiti. Sedangkan syarat yang terakhir adalah tekad kuat untuk tidak kembali terjerumus dalam dosa.

“Syarat ini berlaku bila kita ingin menebus dosa dari kesalahan yang diperbuat,” tambahnya.

Setelah menjelaskan tentang taubat, Kiai Imdad melanjutkan pembahasan tentang cabang iman ke-13, yaitu bersyukur kepada Allah. Ia menekankan bahwa rasa syukur kepada Allah harus dimulai dengan pengakuan bahwa segala nikmat berasal dari-Nya. Putra Kiai Zuhri Zaini ini juga menambahkan bahwa ketika seorang hamba sudah mampu bersyukur, seluruh perbuatannya—baik pikiran maupun hati—akan digunakan untuk menunjukkan kepatuhan kepada Allah.

“Kita harus mengakui bahwa semua anugerah dan nikmat merupakan pemberian Allah. Dengan begitu, hati kita terdorong untuk bersyukur,” jelasnya.

Kendati demikian, beliau juga mewanti-wanti kepada seluruh santri. Walaupun seorang hamba harus bersyukur kepada Allah, bukan berarti hamba tersebut melupakan terhadap perantara akan turunnya nikmat tersebut.

“Di samping bersyukur kepada Allah, kita tidak boleh melupakan orang yang menjadi sebab datangnya nikmat tersebut,” tutup beliau.

 

Pewarta: Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Ponpes Abu Zairi Bondowoso Belajar Manajemen Pengembangan Bahasa Asing di Nurul Jadid

berita.nuruljadid.net– Pondok Pesantren Abu Zairi , Pakisan, Bondowoso berkunjung ke Ponpes Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo untuk belajar manajemen organisasi, tata kelola pesantren, manajemen keuangan dan pengembangan bahasa asing. Ahad (08/09/24).

“Pesantren Nurul Jadid sangat bagus. Perkembangan di pondok ini sangat cepat, baik dalam mengelola organisasinya dan pengembangan bahasa arabnya,” kata Kyai Mohammad Holid, M.Ag Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Abu Zairi.

Ia menegaskan bahwa sejak dari dulu mengenal ponpes Nurul Jadid.

“Saya sudah dari dulu mengenal pesantren ini. Dan beberapa kali mengikuti kegiatan-kegiatan seminar disini (pesantren),” imbuhnya.

Sebagai pengasuh pesantren, kyai Holid menginginkan pesantrern untuk meniru manajemen dan tata kelola di pesantren Nurul Jadid.

“Kita ingin mencontoh dan mengadopsi manajemen organisasi, tata kelola, pengelolaan keuangan, pengembangan bahasa asing untuk diterapkan di pesantren kami,” tegasnya.

Sedangkan Sekretaris Pesantren Nurul Jadid H. Tahirudin, M.MPd mengungkapkan bahwa pesantren Nurul Jadid juga ingin meniru pesantren Salafiyah Abu Zairi.

“Setiap pesantren memiliki khas masing-masing. Pesantren Nurul Jadid ingin belajar juga. Pertemuan ini lebih pas bila dikatakan studi banding bukan studi tiru,” ungkapnya.

Selain itu, Tahiruddin menjelaskan struktur dan tugas, pokok dan fungsinya, juga berkait posisi pengasuh dan kepala pesantren.

“Pengasuh kalau di NU ibarat Rois Syuriah dan Kepala Pesantren sebagai ketua tanfidziyahnya,” terangnya.

Pada sisi dialog, rombongan dari pesantren Abu Zairi ini bersemangat untuk belajar manajemen pengembangan bahasa asing.

“Kita ingin belajar manajemen pengembangan bahasa asing lebih khusus. Pengembangan bahasa asing di pesantren ini sangat bagus, bahkan tidak sedikit para pesertanya mendapatkan juara pada lomba-lomba bahasa arab di tingkat Nasional,”,” kata Zainul Arifin salah satu peserta rombongan.

 

Pewarta     : Ahmad Zainul Khofi

Editor        : Ponirin Mika

Ngaji Manajemen Sentralisasi di Pesantren Nurul Jadid

berita.nuruljadid.net – Pondok Pesantren Nurul Abror Al-Robbaniyyin, Alasbuluh, Wongserojo, Banyuwangi di mengadakan kunjungan yang dikemas silaturrahmi ke Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Sabtu (07/09/24)

Kunjungan ini bertujuan untuk melakukan studi banding mengenai sistem sentralisasi pengelolaan pesantren yang diterapkan di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton. Perwakilan Pondok Pesantren Nurul Abror Al-Robbaniyyin, Ustaz Suyono mengungkapkan, “Kunjungan ini merupakan langkah penting bagi kami untuk belajar dan mengadaptasi praktik terbaik dalam pengelolaan pesantren. Kami sangat terkesan dengan sistem yang diterapkan di Nurul Jadid dan berharap dapat mengimplementasikan beberapa aspek dari sistem tersebut di pesantren kami.”

“Selama kunjungan tersebut, tim dari Nurul Abror Al-Robbaniyyin akan mempelajari mengelola berbagai aspek pesantren secara sentralisasi, termasuk administrasi, kurikulum, kegegawaian, serta pengelolaan keuangan dan fasilitas. Diskusi yang berlangsung sangat produktif, dengan fokus utama pada bagaimana penerapan sistem sentralisasi dapat meningkatkan kinerja dan koordinasi internal pesantren,” ujar Miftahul Huda Kabag I Sekretariat Pesantren Nurul Jadid.

Rombongan Pondok Pesantren Nurul Abror Al-Robbaniyyin, yang dipimpin oleh H. Imam Bustomi selaku Kepala Biro Pendidikan, disambut  oleh pengurus Pondok Pesantren Nurul Jadid, K. Ahmad Zaki Kepala Biro Pendidikan, Miftahul Huda Kabag I Sekretariat, Muslehuddin Kasubbag Umum dan PSB, Moh. Jasri Ka. TU Yayasan Nurul Jadid, Abdul Manaf Firdaus Kasubbag Kepegawaian, Muhammad Nurthariq Sekretaris Biro Pendidikan, Moh. Tohet Kabid PTK, Mujiburrohman Kabid Kelembagaan dan Peserta Didik. Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya mereka untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan pesantren dan memperkuat sistem manajerial di lingkungan pesantren mereka.

Di akhir kunjungan, pihak Nurul Jadid memberikan apresiasi atas perhatian dan keseriusan Pondok Pesantren Nurul Abror Al-Robbaniyyin dalam mencari solusi untuk pengelolaan pesantren yang lebih baik. Kunjungan ini diharapkan dapat mempererat silaturahmi antar pesantren dan membuka peluang untuk kolaborasi di masa depan.

 

Pewarta    : Mujiburrahman

Editor       : Ponirin Mika

Santri Nurul Jadid Juara 1 Pidato Bahasa Arab Tingkat Nasional

berita.nuruljadid.net – Pernggelaran lomba yang diselenggarakan Madrasah Aliyah Negeri (MAN-1), Surakarta diikuti ratusan peserta yang dating dari berbagai daerah dan santri dari Pondok Pesantren. Tak ketinggalan juga, empat siswa Language Intensive Program of SMP (LIPS) Pondok Pesantren Nurul Jadid dalam lomba itu berhasil memborong gelar juara dalam perlombaan bahasa yang bertajuk MAPK Fair 2024 tingkat nasional. Ahad (25/08/24).

Pembina LIPS Ridwan Adi Wijaya menuturkan prestasi yang diraih oleh para murid Lips merupakan sebuah kebanggaan bagi sekolah dan pesantren, sebab berhasil mempertahankan gelar juara yang pernah diraih pada tahun sebelumnya.

Peserta yang bernama Azman Ribbyl Hasan keluar sebagai juara 1 lomba khitobah mengalahkan ratusan peserta lainnya.

“Prestasi ini adalah hasil dari kerja keras dan kegigihan belajar mereka selama di pondok. Kami juga bangga bisa mempertahankan gelar juara seperti tahun sebelumnya,” ungkapnya.

Menurutnya, dukungan dari ustaz, orang tua dan rekan sejawat juga memiliki peran penting dalam memotivasi para santri.

“Dukungan itu sangat terasa terutama ketika mereka lolos ke Grand Final. Pada tahap awal, lomba diadakan secara virtual. Ketika masuk babak final yang digelar secara tatap muka di Solo, beberapa dari mereka sempat gugup melihat kualitas lawan yang hebat, namun support dari orang tua sangat membantu,” jelasnya.

Salah satu delegasi, Azman Ribbyl Hasan, juga berbagi pengalamannya. Ia menilai bahwa berkompetisi merupakan cara untuk mengukur kemampuan diri.

“Lomba ini sangat menantang. Kita bisa tahu seberapa jauh kualitas kita dibanding peserta lain. Semoga teman-teman juga bisa ikut merasakan pengalaman ini di luar pesantren,” ujar Azman.

Adapun hasil yang diraih oleh empat delegasi tersebut adalah Harapan 2 Lomba Khitobah untuk Syafa Al Karimah, Juara 1 Khitobah untuk Azman Ribbyl Hasan, Juara 2 Story Telling untuk Ayda Salma Syahrin Ramadhani, dan Harapan 1 Speech untuk M. Ubaidillah.

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika