MANJ Dorong Siswa Ahli Pengelolaan Keuangan Syariah Berbasis Pesantren

berita.nuruljadid.net – Madrasah Aliyah Nurul Jadid Paiton, Probolinggo membuat akselesari pengetahuan berkait pengelolaan keuangan syariah berbasis pesantren. Kegiatan tersebut berbentuk magang kilat praktis, seperti yang dilaksanakan oleh siswi Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial Madrasah Aliyah Nurul Jadid (IPS-MANJ) bertempat di Bank Mini Universitas Nurul Jadid (BMU), Selasa (20/8/2024).

Hal ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk langsung mempraktikkan pengelolaan keuangan secara berkelanjutan. Pasalnya, program MK ini sudah beberapa kali dilaksanakan sejak kerja sama dengan BMU terjalin dengan tujuan meningkatkan keterampilan pengelolaan keuangan syariah berbasis pesantren para siswa melalui sistem Bank Siswi.

“Dalam program tersebut, siswi dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing-masing terdiri dari lima orang untuk menjalani magang di setiap pekan,” kata Alfan Pratama Koordinator Peminatan IPS.

Selanjutnya, ia menambahkan, program magang tersebut merupakan tindak lanjut dari kerjasama antara MANJ dan BMU sejak tahun 2023 lalu.

“BMU menyambut baik kerja sama ini, terutama karena Bank Mini UNUJA telah resmi beroperasi,” imbuhnya.

Sementara itu, kata Alfan, selama proses magang kilat, siswa mendapatkan pembekalan dasar tentang perbankan dari petugas BMU. Pembekalan ini dilakukan dalam sesi pematerian dan Focus Group Discussion. Setelah itu, setiap siswi wajib mendokumentasikan kegiatan MK dalam bentuk lapora di akhir program.

Direktur BMU Mohammad Syaiful Suib menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan sebuah inovasi yang dapat mendukung proses belajar siswa dalam memahami teori secara praktis di lapangan.

“Kegiatan ini sangat membantu siswa IPS dalam memahami materi ekonomi dan akuntansi yang mereka pelajari di madrasah,” pungkasnya.

Pewarta: Bunga Adelia Gadisian
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Kunjungi BMKG Malang, Siswi MANJ Perdalam Pengetahuan Cuaca dan Gempa Bumi

berita.nuruljadid.net – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Malang menjadi tujuan kunjungan studi bagi para siswi peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) MA Nurul Jadid (MANJ) dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL), Kamis (22/08/2024). Kunjungan ini memberikan pengalaman langsung bagi para siswi dalam mempelajari aplikasi ilmu geografi, terutama terkait pengamatan cuaca dan iklim.

Rombongan tiba di BMKG pukul 09.00 WIB setelah perjalanan panjang dari Probolinggo. Sambutan hangat dari tim BMKG langsung menciptakan suasana akrab. Para siswa diajak mengenal visi dan misi BMKG serta dipandu oleh Tim Observasi BMKG Nur Utami dan Nur Faris Prih, yang mengarahkan mereka dalam kelompok untuk mempermudah penyampaian materi.

Di lapangan, para siswa diperkenalkan dengan berbagai alat pengamatan cuaca, seperti Psychrometer, Penakar Hujan, hingga Anemometer. Faris dengan telaten menjelaskan cara kerja setiap alat.

“Penting bagi kita memahami alat ini karena data yang dihasilkan sangat berpengaruh pada keselamatan banyak pihak,” ujar beliau, menekankan pentingnya keakuratan data cuaca.

Selain itu, siswa juga mendapatkan pengetahuan tentang metode pengamatan manual dan otomatis. Pengamatan manual dianggap lebih akurat, sehingga tetap digunakan untuk rekap hasil yang akan diunggah ke situs BMKG.

“Meski ada alat otomatis, kami masih menggunakan manual untuk memastikan data yang tepat,” jelas pria yang telah bekerja di BMKG selama 4 tahun itu.

Manfaat dari kegiatan ini, lanjut Faris, bukan hanya sebatas pengenalan alat, tetapi juga membuka wawasan karier bagi para siswa.

“Siapa tahu ada di antara kalian yang tertarik mendalami ilmu meteorologi atau bahkan bergabung dengan BMKG di masa depan,” kata Faris, disambut dengan antusiasme peserta.

Setelah sesi di lapangan, siswa diajak masuk ke laboratorium untuk melihat langsung cara penginputan data pengamatan. Di sini, mereka juga diajarkan tentang jenis-jenis awan dan kegunaan satelit Himawari, yang berfungsi memantau curah hujan dan suhu laut.

“Awan kumulonimbus harus dihindari karena mengandung es yang berbahaya bagi penerbangan,” terang Faris.

Kegiatan edukatif ini diakhiri dengan kunjungan ke berbagai destinasi wisata seperti Alun-Alun Batu dan Museum Angkut, memberikan kesan mendalam bagi para siswa.

“Pengalaman ini sangat berharga. Selain belajar, kami juga menikmati perjalanan yang menyenangkan,” ungkap Aliviya Mardliyah, salah satu peserta PKL.

 

Pewarta: Shelma Nasywa Ramadhani Munir
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Pendidikan Diniyah Formal Ingatkan Pentingnya Tafaqquh Fiddin pada Santri

berita.nuruljadid.net – Dalam rangka memberikan pengenalan berkait pentingnya mempelajari ilmu-ilmu agama, Pendidikan Diniyah Formal (PDF) memberikan motivasi bagi peserta didiknya pada kegiatan Iftitah ad-Dirasah dan Seminar, Kamis (29/08/24) di Aula I Pesantren. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mendorong semangat peserta didik dalam menuntut ilmu (tafaqquh fiddin).

Mewakili Kepala PDF K. Yasid Al-Bustomi, Wakil Kepala PDF Muhammad Sholeh menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan momentum penting untuk meneguhkan kembali semangat santri dalam memperdalam ilmu agama, atau yang dikenal dengan istilah tafaqquh fiddin.

“Peran kakak kelas itu penting untuk membimbing adik-adiknya dengan penuh kasih sayang, tanpa melakukan tindakan perundungan. Apalagi ini berkait dengan lembaga pendidikan, yaitu pesantren,” ujarnya saat memberikan sambutan.

Sementara itu, Syamsuri, narasumber pada kegaitan Seminar Motivasi, menguraikan makna mendalam dari tafaqquh fiddin. Baginya, tafaqquh fiddin bukan sekadar membaca atau mengikuti pelajaran, tetapi sebuah upaya serius yang memerlukan dedikasi penuh. Ia mencontohkan perjuangan Imam as-Syafi’i, yang telah mengembara mencari ilmu sejak usia tujuh tahun hingga akhir hayatnya.

“Jangan pernah melihat usia saat bertafaqqquh fiddin. Semangat harus dijaga agar selalu berada di posisi puncak,” ungkapnya.

Ia memberikan tiga kunci utama untuk menjaga semangat santri: mengetahui keutamaan tafaqquh fiddin, memahami rintangan dan tantangan yang akan dihadapi, serta menetapkan tujuan yang jelas dalam proses belajar.

“Semangat itu fluktuatif. Namun, dengan memahami ketiga kunci ini, semangat dapat terus terjaga,” imbuhnya

Menyoal acara, peserta yang hadir berjumlah 120 orang, termasuk 14 peserta didik baru yang ikut merasakan dorongan motivasi semangat dan hikmah dari rangkaian acara ini. Dengan suasana yang hangat dan penuh semangat, acara ini bukan hanya menjadi ajang pembelajaran, tetapi juga peneguhan kembali akan pentingnya tafaqquh fiddin dalam menjalani kehidupan di era modern.

 

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

Bimbingan Teknis dan Implementasi Peraturan pada Satuan Kerja di Nurul Jadid

berita.nuruljadid.net – Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo terus memperkuat tata kelola dan peraturan internal untuk memastikan setiap satuan kerja (satker) menjalankan tugas sesuai pedoman yang berlaku.

Pada Kamis (29/08/24), Bagian Hukum dan Advokasi Sekretariat Pondok Pesantren Nurul Jadid mengadakan bimbingan teknis tentang penyusunan peraturan bagi satuan kerja dan satuan pendidikan, bertempat di Ruang Wisma Dosen Universitas Nurul Jadid.

Sekretaris Pesantren, H. Tahiruddin, menyatakan bahwa dengan adanya peraturan yang jelas, diharapkan setiap satker dan satuan pendidikan tidak menjalankan program sesuai keinginan pribadi, tetapi sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan.

“Kepala pesantren berharap bahwa setiap satuan kerja harus memiliki peraturan yang selaras dan tidak bertentangan satu sama lain, tetap mengacu pada qonun asasi dan tata kelola pesantren,” ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa peraturan yang dibuat oleh setiap satker harus harmonis dan tidak tumpang tindih, sehingga program yang dijalankan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing.

“Saya berharap satker dapat menyusun draf peraturan terlebih dahulu, yang kemudian akan diharmonisasikan oleh Bagian Hukum dan Advokasi Pesantren,” tambahnya.

Seterusnya, Tahiruddin menekankan pentingnya pengundangan peraturan di setiap satker agar segera dapat diterapkan. Ia juga menyatakan bahwa pesantren sedang menuju sertifikasi ISO, yang membutuhkan peraturan, SOP, juknis, dan juklak yang terintegrasi.

“Pesantren kita sudah memiliki tata kelola yang baik, jadi saya harap peraturan ini mendapat perhatian penuh dari kita semua,” harapnya.

Sementara itu, Kasubbag Hukum dan Advokasi, Dr. Ainul Yaqin, menegaskan bahwa bimbingan teknis ini bertujuan agar perwakilan dari setiap satker yang diundang sebagai peserta dapat lebih memahami dan mampu menyusun peraturan yang sesuai dengan kebutuhan.

“Produk hukum nantinya harus sesuai dengan kebutuhan, bukan selera pribadi,” tegasnya.

 

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

Kuliah Tasawuf ke-10: Kiai Zuhri Zaini Jelaskan Mahabbah Puncak Tertinggi Seorang Salik Menuju Allah

berita.nuruljadid.net – Malam Jumat (25/07/24), suasana begitu khusyuk saat Kuliah Tasawuf ke-10 yang dipimpin oleh KH. Moh. Zuhri Zaini, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, berlangsung. Suasana khidmat menyelimuti acara rutin bulanan ini, yang telah menjadi oase spiritual bagi para santri.

Kegiatan tersebut berlangsung di dua lokasi berbeda antara santri putra dan putri. Santri putra berkumpul di Musala Riyadlussholihin, sementara santri putri berada di wilayah mereka masing-masing. Sedangkan bagi peserta yang tak dapat hadir tatap muka, atau bagi khalayak umum, mengikuti kegiatan ini melalui siaran langsung di kanal YouTube Universitas Nurul Jadid.

Dalam kuliah tersebut, Kiai Zuhri menyelami materi tentang hakikat Maqom, atau tingkatan spiritual seorang hamba dalam perjalanannya menuju Tuhan. Beliau menegaskan bahwa tingkatan tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang hamba adalah mahabbah, cinta yang murni dan penuh penghambaan. Adapun catatan lebih lanjut dari Kuliah Tasawuf ke-10 ini dapat disimak dalam narasi berikut ini.

Prolog: Seputar Ahwal & Maqomat

Allah menciptakan kita untuk beribadah. Kita sebenarnya butuh ibadah, Allah tidak membutuhkan ibadah kita. Bagi sebagian orang yang tidak mengerti pentingnya ibadah, akan menganggap ibadah sebagai beban, padahal secara hakikat ibadah adalah kebutuhan.

Kemudian di dalam ibadah adalah suatu perjalanan menuju Allah, ini ada beberapa Maqom dan Hal. Maqom ini tingkat-tingkat pencapaian dari seseorang. Sebagaimana kita melakukan perjalanan fisik, kita mau ke Surabaya. Tentu kita tidak langsung ke Surabaya, tapi harus keluar ke gerbang, melewati kota ini dan itu terlebih dahulu.

Selain itu, perlu persiapan-persiapan juga. Dalam kitab Minhjaul Abidin, tahapan pertama dalam perjalanan itu adalah mencari ilmu, sekalipun ilmu itu adalah persiapan dalam perjalanan. Karena kalau kita berjalan tanpa ilmu, bisa jadi kita berjalan tanpa arah. Sehingga kita tidak mencapai tujuan, bahkan semakin jauh.

Dalam perjalanan kepada Allah, juga banyak yang tidak mencapai bahkan semakin jauh. Seperti pada masa jahiliah, orang-orang menyembah patung. Ketika ditanya, mengapa melakukan perbuatan demikian. Mereka menjawab, “tidaklah apa yang kami lakukan kecuali agar patung itu untuk mendekatkan diri pada Allah”. Ini adalah syirik, dan perbuatan ini tidak akan diterima oleh Allah.

Dan masih banyak lagi tahapan-tahapan setelah itu, dan semuanya sudah diterangkan pada pertemuan-pertemuan yang lalu.

Pembahasan Utama: Maqom Mahabbah

Topik kali ini adalah tentang mahabbah.

Maqom itu tempat pencapaian kita dalam perjalanan. Sedangkan hal itu secara bahasa adalah keadaan. Keadaan itu agak berbeda dengan Maqom. Meski sebagian ulama ada yang tidak membedakan antara hal dan Maqom.

Kalau hal itu keadaan seseorang menjalani Maqom yang sedang ia jalani. Jadi ada sedikit perbedaan. Kalau tingkat perjalanan itu ada perencanaan yang kemudian dilaksanakan untuk mencapai pencapaian itu. Seperti mencari ilmu. Cari ilmu itu bisa direncanakan, bahkan ada kurikulumnya dan dilaksanakan.

Sedangkan kalau hal ini keadaan yang kita alami dalam perjalanan. Misal menuju Surabaya, ketika di perjalanan kita melihat hal-hal yang indah, sehingga hati kita jadi senang. Senang itu hal bukan Maqom.

Kalau Maqom itu bisa direncanakan dan dicari. Misal hendak ke Surabaya, kita sekarang ada di Probolinggo, lalu direncanakan akan melewati Pasuruan. Nah, ini kan bisa direncanakan.

Keadaan itu tidak bisa dikendalikan, seperti senang atau tidak senang. Takut atau tidak takut. Beda dengan mencari ilmu, kita berhenti mencari ilmu itu bisa. Sedangkan senang atau benci, itu tidak bisa dihentikan seketika. Hanya mungkin ada jalan untuk menjadi senang atau tidak senang.

Sedangkan terkait mahabbah (kecintaan). Mahabbah ini sifat manusia. Objeknya bisa apa saja. Bisa pada seseorang, binatang, dll. Tapi mahabbah yang dimaksud di sini adalah mahabbah kepada Allah.

Jadi senang/suka itu di luat kendali kita, tetapi kita bisa melakukan sesuatu yang berdampak pada mahabbah itu. Sekalipun tentu tidak mudah.

Mahabbah ini adalah suatu tingkatan tertinggi dalam perjalanan kita menuju pada Allah SWT. Orang ibadah kalau senang, tidak akan terasa berat, bahkan akan terasa senang.

Seperti nabi kalau qiyamullail itu sampai kakinya bengkak. Kenapa nabi begitu ? Karena nabi senang. Sholat itu bisa menghibur.

Dalam hadits disebutkan, “dari dunia kalian ini, aku dijadikan senang pada perkara ini, yakni perempuan (meski nabi bisa mengendalikannya), wangi-wangian, sejuk mata kita dengan sholat”.

Nah, sedangkan kita ini tidak dijadikan sholat sebagai penyejuk mata kita. Kalau nabi sedang ada urusan yang memberatkan nabi, beliau akan segera sholat.

Ketika sudah masuk sholat, nabi menyuruh sahabat Bilal untuk adzan. Kata nabi, “Ya Bilal, arihna Bi sholat”. Artinya, hiburlah saya dengan sholat.

Ketika Sahabat Bilal adzan, nabi senang karena mau ketemu Allah di dalam sholat.

Mahabbah ini menurut para ulama itu wajib, Karen mahabbah itu tanda dari iman. Dalam hadits diterangkan,

لا يؤمن أحدكم حتى يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما

Artinya : salah seorang dari kalian tidak dianggap beriman atau tidak dianggap sempurna imannya, sampai Allah dan Rasulnya lebih dicintai dia ketimbang yang lain.

Maksudnya tidak sempurna keimanan seseorang sampai Allah dan Rasulnya lebih dicintai daripada selainnya. Dari sini, mahabbah adalah ukuran kesempurnaan keimanan seseorang. Meski mungkin kita juga mencintai yang lain, seperti istri, anak, dll. tapi Allah dan Rasulullah yang menjadi prioritas.

Mahabbah (Cinta) Harus Ma’rifah Terlebih dahulu

Untuk mencapai mahabbah itu perlu ma’rifah atau mengenal kepada Allah terlebih dahulu. Bagaimana kita mencintai, sedangkan mengenal saja belum. Sebagaimana kata pepatah, “tak kenal maka tak sayang”.

Ada dua sifat tuhan. Sifatul Jalal (keagungan), seperti tuhan maha kuasa, pencipta, menghidupkan, mematikan dll. Selain itu, ada sifatul Jamal (keindahan), seperti tuhan maha pengasuh, penyayang. Karena kasih sayangnya, kita diberi makan, minum. Bahkan kita sering melanggar, tapi tetap diberi kesempatan untuk taubat.

Dalam Fatihah pun, sifat Rahman rahim itu diulang dua kali, yakni di ayat pertama dan ke tiga. Jadi tuhan itu lebih menampakkan sifat kasih sayangnya ketimbang kebesarannya. Sedangkan kita kadang-kadang kurang peduli dengan tuhan. Orang seperti ini biasa disebut dengan agnostik, orang yang percaya tuhan tapi tidak beragama. Bahkan ada orang yang saking sombongnya, itu tidak mengakui keberadaan tuhan, padahal hati kecilnya mengakui tuhan. Meski sebenarnya atheis itu tidak ada. Itu banyak bukti-buktinya.

Manusia ketika berjaya, kadang-kadang dia tidak butuh pada yang lain, juga kepada tuhan. Nanti ketika sudah terpuruk, baru merasa butuh kepada yang lain. Seperti halnya Fir’aun, ia diberi kekuasaan, kelebihan fisik, harta, akhirnya ia sombong bahkan jadi merasa jadi tuhan. Nabi Musa mengingatkan tapi tidak digubris. Tapi ketika peristiwa membelah lautan dan Fir’aun sudah hampir meninggal ketika tenggelam, ia baru mengucapkan beriman kepada Allah.

Oleh karena itu, kita disuruh banyak merenung, supaya kita tahu keberadaan dan kekuasaan Tuhan, serta kelamahan kita. Dari situ kita akan merasa ta’dhim dan takut kepada Allah. Ketika kita tahu bahwa Allah itu maha baik, kita akan mencintai-Nya.

Seperti tadi, Allah itu punya sifat Jalal dan Sifat Jamal. Sifat Jalal itu menakutkan. Tapi sifat Jamal itu menyenangkan. Sebenarnya tuhan itu jamilun, tuhan itu Indah. Tapi sayangnya tuhan itu tidak bisa dengan mata kepala. Keindahan tuhan itu hanya bisa dilihat dengan mata batin/hati. Ketika mata hati/batin ini tumpul, hanya mata kepala yang melihat, maka kita tidak akan bisa melihat keindahan tuhan. Sehingga kecintaan itu tidak akan timbul.

Disinilah pentingnya membersihkan mata hati kita, sehingga kita bisa tahun keindahan tuhan sehingga mencintainya. Bagaimana membersihkannya ?

Cara Menjernihkan Mata Batin

Harus tahu ilmunya, lalu taubat (ini sudah masuk perjalanan ibadah), lalu Zuhud (melawan nafsu) atau tidak menyenangi kesenangan duniawi, untuk itu perlu sabar, ada raja’ (harap), khouf (takut) dan Tawakal. Lalu ketika kita mengenal tuhan, kita akan mencintai Allah. Buah dari cinta atau mahabbah ini adalah asy-Syauq (Rindu). Seperti ingin sholat terus, dzikir terus, dll.

Tapi ini perasaan. Kalau perasaan harus dikendalikan oleh akal. Kalau hilang kesadaran itu sudah lain lagi. Oleh karena itu melaksanakan tasawuf harus dibarengi syariat, tapi melaksanakan tasawuf sebenarnya syariat itu sendiri. Jangan dipilah-pilah.

Selanjutnya buah dari mahabbah itu ada al-Unsu (senang bersama tuhan), lalu ar-ridho (ridho kepada apapun hal yang berkaitan dengan tuhan), meskipun menurut orang lain itu tidak senang.

Perihal aturan dari tuhan, senang atau tidak, tetap harus kita lakukan. Tapi lebih baik dengan senang, perlu diusahakan. Jadi, mahabbah dari mar’rifah, ma’rifsh dari belajar kepada guru atau merenungi ciptaan-Nya.

Setelah kita tahu kenal tuhan dan tahu cara-cara mendekat pada Allah dengan cara ibadah, maka mendekatkan kepada tuhan (taqarrub). Bagaimana caranya?

Mendekat bukan berarti secara fisik. Memang, kedekatan secara hakiki itu bukan secara fisik. Tak ada gunanya meski fisik kita dekat, tapi tidak kedekatan batin. Semisal ada dua orang duduk bersama, tapi sedang bermusuhan atau tidak menyapa. Oleh karena itu hubungan itu harus dijaga. Untuk merawat itu butuh pengorbanan dan kesabaran. Harus saling menyesuaikan.

Ini hubungan dengan manusia. Kalau dengan tuhan, kitalah yang menyesuaikan. Tuhan itu sudah banyak memberi kita. Maka kalau kita tidak bersyukur dan berkorban mendekati Allah, jadi kita tidak tahu diri.

Bagaimana kita taqarrub kepada Allah ?

Dalam sebuah hadits qudsi diterangkan :

ما تقرب إلي المتقربون بمثل أداء ما افترضت عليهم، ولا يزال العبد يتقرب إلى بالنوافل حتى أحبه، فإذا أحببته كنت سمعه الذي يسمع به، وبصره الذي يبصربه، ولسانه الذي ينطق به، ويده التي يبطش بها، ورجله التي يمشي بها

Tidaklah seorang hamba–Ku mendekatkan diri kepada–Ku dengan sesuatu yang lebih  Aku cintai daripada hal–hal yang telah Aku wajibkan baginya. Senantiasa hamba–Ku mendekatkan diri kepada–Ku dengan amalan–amalan nafilah (sunnah) hingga Aku mencintainya. Apabila Aku telah mencintainya maka Aku menjadi pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, Aku m’njadi penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, Aku menjadi tangannya yang dia gunakan untuk memegang  dan Aku menjadi kakinya yang dia gunakan untuk melangkah. Jika dia meminta kepada–Ku pasti Aku memberinya dan jika dia ”emin’a perlindungan kepada–Ku pasti Aku akan melindunginya.”

Sebenarnya mendekat pada tuhan itu mirip-mirip dengan mendekati manusia, yakni kerjakan sesuatu yang diminta atau yang disenangi tuhan.

Kalau kita melaksanakan sesuatu yang disenangi orang lain, berarti kita menunjukkan penghargaan pada orang itu. Kalau tuhan lebih dari itu. Tuhan lebih banyak pemberiannya pada kita. Kalau membalas tak mungkin, jadi disuruh saja melaksanakan perintahnya. Itupun demi kebaikan kita. Bukan untuk tuhan kebaikan-kebaikan itu.

Perintah-perintah Tuhan itu ada yang wajib, disenangi, dll. Lalu bagaimana?

Dimulai dari yang wajib dulu. Seperti halnya yang tertuang dalam poin pertama trilogi santri, yakni memperhatikan kewajiban-kewajiban fardhui ain.

Kedua, meninggalkan dosa-dosa besar. Kalau dosa kecil, tetap tidak boleh, tapi jangan dianggap kecil, nanti akan jadi dosa besar. Karena kita memang sulit lepas dari dosa kecil.

Jadi ada kaidah dalam ilmu tasawuf itu,

الاصرار على الصغائر كبيرة

“Terus menerus melakukan dosa kecil dengan sengaja itu sama saja dengan dosa besar”.

Oleh karena itu hindari tempat-tempat yang rawan. Ada haditsnya, jauhi duduk-duduk di pinggir jalan. Karen Akita takut tidak bisa mengendalikan diri. Jadi dosa kecil itu sulit untuk dihindari, karena itu untuk jadi santri tidak harus tidak punya dosa. Minimal jangan lakukan dosa besar.

Jadi taqarrub itu mendekat pada Allah, dimulai dari yang wajib, terutama fardhu in. Kalau kita mendapat tugas fardhu kifayah, apalagi ketika memang tidak ada lagi yang melaksanakannya, maka status kewajibannya menjadi fardhu ain. Jangan dibalik.

Kalau tahlilan, semangat, tapi kalau sholat jumat atau sholat hari raya malah semangat. Ini kan terbalik. Ini lucu ya, seperti orang yang pakai jas, songkok, dll. Tapi tidak pakai celana.

Kalau kita ingin tetap melanjutkan taqarrub kepada Allah, kita bisa melaksanakan perkara-perkara yang sunah sebagaimana yang tertera dalam hadits qudsi.

Kalau sekarang hamba sudah melakukan perkara wajib, tetap mendekat kepadaku dengan melakukan perkara sunah. Atau tidak jelas-jelas sunah tapi disukai oleh Allah, hingga Aku mencintai dia. Kalau Aku sudah mencintainya, maka aku akan mengawal dia terus. Kalau melihat, mendengar, memegang, berjalan.

Apa artinya selalu dalam pengawalan Allah ?

Ia selalu dalam jalur yang benar dan baik. Jadi ada kecintaan di situ. Sehingga tidak berat menjalankan perintah Allah, tapi dimulai latihan dulu. Awalnya memang berat, tapi lama-lama bisa sendiri. Itu yang oleh orang disebut Wali. Wali itu orang yang dicintai dan didampingi oleh Allah.

Wali itu bukan nabi. Kalau nabi itu ma’shum (terjaga dari dosa). Keliru bisa, dosa tidak. Apa bedanya keliru dengan dosa ? Dosa itu sengaja, sedangkan keliru tidak sengaja. Sekalipun andaikan sengaja dosa, tapi kalau tidak sengaja itu namanya keliru. Nabi pernah melakukan seperti itu, tapi tidak dosa.

Nabi kan pernah begitu, waktu mengimami sholat (Dzuhur/ashar). Dapat dua rakaat lalu langsung salam. Oleh para sahabat ditanya, “apakah sholatnya diqoshor atau anda lupa rakaat ?”.

Dijawab oleh nabi, “keduanya tidak terjadi”.

Lalu sholatnya dilanjutkan. Sholatnya tidak batal, karena tidak sengaja dan tidak dosa.

Padahal seandainya disengaja, maka batal dan dosa karena itu sholat fardhu. Keliru itu bisa dilakukan oleh nabi, apalagi selain nabi. Tapi dosa tidak. Hanya saja begini, kekeliruan yang dilakukan nabi terkait tugas kerasulan, pasti diingatkan. Karena nabi itu dikawal oleh Allah.

Suatu ketika nabi pernah kedatangan oleh tokoh-tokoh Mekah yang belum masuk Islam. Nabi ingin menyenangkan hati mereka supaya mereka mau masuk Islam. Waktu itu ada orang yang buta datang kepada nabi tapi tidak dihiraukan oleh nabi. Karena beliau masih Melayani tokoh-tokoh Mekah itu. Lalu nabi ditegur karena kurang memperhatikan orang buta tadi. Kisah ini tertuang dalam surat ‘Abasa.

Kembali ke pembahasan awal, kalau bukan nabi dan sudah mencapai tingkatan mahabbah, ia bukan ma’shum, tapi -istilah ulama-“ Mahfudz”, artinya terjaga. Terjaga itu artinya ia meskipun melakukan kesalahan, tapi dosanya tidak terlalu banyak. Karena belum tentu orang yang takut pada Allah, ia lalu tidak melakukan dosa. Karena namanya manusia tentu pernah melakukan khilaf (kesalahan).

Dulu, pernah ada sahabat pernah khilaf dengan berzina. Setelah melakukan zina, ia ketakutan dan melapor pada Rasul. Padahal, konsekuensi yang ia lakukan adalah rajam karena ia berzina dalam keadaan sudah menikah. Rajam itu seseorang dipendam sampai lehernya, lalu dilempari batu kecil sampai ia mati.

Jadi orang yang berbuat salah belum tentu orang yang jelek. Kebetulan waktu itu salah, artinya setelah melakukan kesalahan ia merasa menyesal sekali.

Akhirnya, setelah dibuktikan bahwa ia berzina, ia pun dirajam. Meninggal, lalu dimandikan, dikafani oleh para sahabat. Lalu ketika sholat, nabi pun ikut mensholati sahabat tersebut.

Sahabat sempat ada desas-desus, mengapa nabi mensholati pelaku zina ini. Nabi pun mendengar pembicaraan tersebut. Nabi pun berkomentar, bahwasanya orang ini telah bertobat dengan sungguh-sungguh. Seandainya tobatnya diberikan kepada seluruh penduduk Madinah, niscaya cukup.

Jadi tobat itu sebesar apapun dosa kita, asalkan sungguh-sungguh dan tulus. Dimulai dengan penyesalan, merasa bersalah, menghentikan perasaan bersalahnya, meminta maaf kepada tuhan dan kepada manusia (bila memang kepada manusia), bertekad tidak mengulangi lagi, pasti diampuni.

Hanya masalahnya, apakah tobat kita sungguh-sungguh atau tidak ?. Kalau tobat tapi masih mengulang lagi, tobat mengulang lagi, bisa jadi ia tidak sungguh-sungguh. Makanya jangan main-main dengan tobat.

Kalau kita bermain-main dengan tobat, bagaimana mendapat cinta tuhan ? Ya tidak bisa. Cinta bukan hanya dalam omongan, dibuktikan dengan perbuatan. Kalau memang cinta, sedangkan hati yang dicintai.

Untuk mendapatkan mahabbah ini, kita harus betul-betul dimulai dengan ketundukan pada Allah, menjalani perintah dan menjauhi larangan, dengan tujuan mendekat (taqorrub). Bukan tujuan apa-apa, tapi memang bertujuan mencari mendekat dan mencari ridho Allah, bahkan mahabbah dari Allah.

Jadi mahabbah adalah pencapaian tingkatan tertinggi. Kalau kita beribadah didasari mahabbah, ibadah itu menjadi ringan bahkan menyenangka. Namun untuk mencapai itu tidak mudah. Pertama dengan kesadaran penuh melalui perenungan, pikiran tentang kebesaran dan kebaikan Tuhan. Sesudah itu dengan tunduk kepada Tuhan. Nanti disenangi Tuhan.

Kalau Tuhan sudah senang, kita akan diberikan mahabbah. Allah mencintai mereka, dan mereka juga mencintai Allah. Ada ayat yang berbunyi,

فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ

Artinya : Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya. (QS. Al-maidah : 54).

وَالَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡٓا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِ ؕ

Artinya : Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. (QS. Al-Baqarah: 165)

Kepada yang lain juga cinta, tapi Allah yang jadi prioritas. Ketika bertentangan atau berhadapan antara tuhan dengan selain tuhan, maka dahulukan tuhan.

Tapi ini jangan dipahami secara dangkal. Kalau kita mencintai Allah, lalu bukan berarti tidak mencintai selain Allah. Kalau kita mencintai Allah, kita harus mencintai makhluk-makhlukNya. Sebab menyayangi sesama, menggembirakan orang lain itu perintah Allah.

Contoh sempurna dalam mencintai Allah adalah nabi kita. Beliau mencintai Allah, tapi bagaimana sikap nabi kepada keluarga, bahkan anak kecil. Nabi itu kadang-kadang bermain menemani anak kecil. Tidak gengsi.

 

Penulis: Alfin Haidar Ali
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Adanya Mahabbah Kepada Allah, Bukti Keimanan Seseorang, Berikut Ulasan Kiai Zuhri Zaini

berita.nuruljadid.net-Maqomat atau tangga menuju Allah dalam dunia tasawuf sangat banyak. Salah satunya adalah maqom mahabbah. Salah satu seorang sufiyah yang bernama Robiatul Adawiyah di kenal dengan maqom mahabbahnya. Sehingga ia lebih mencintai Allah daripada yang lain.

Disini, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid KH. Moh. Zuhri Zaini menegaskan bahwa mahabbah kepada Allah merupakan salah maqom tinggi yang ada dalam ilmu tasawuf.

Sebab, kata Kiai Zuhri, adanya keimanan pada diri seseorang bila ada mahabbah pada Allah.

“Orang yang tidak memiliki makrifat dan mahabbah kepada Allah maka keimanannya perlu dipertanyakan,” ungkapnya saat memberi kuliah tasawuf pada mahasiswa Universitas Nurul Jadid di musalla riyadhus sholihin. Kamis (22/08/24)

Menurutnya, untuk mencapai tingkatan mahabbah, seseorang harus mengenal Allah dengan baik (makrifatullah).

Dengan mengenal Allah secara baik, maka seseorang akan mencintainya. Karena termasuk bukti keimanan seorang hamba apabila ada mahabbah pada dalam hatinya.

Kiai Zuhri; Jangan Memvonis Orang Sembarangan

berita.nuruljadid.net – Salah satu larangan dalam agama Islam adalah perilaku suka memvonis atau menghakimi orang. Perbuatan ini merupakan tindakan yang tidak terpuji.

Adalah KH. Moh. Zuhri Zaini Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo memberikan penjelasan berkait bahaya dari perilaku seseorang yang suka memvonis orang dengan mudah tanpa mengetahui kebenarannya.

“Kita memang memvonis orang karena apa yang lihat nampak di mata kita berkait perbuatan orang tersebut secara Zahir saja . Padahal kita belum melihat batinnya seperti apa, oleh karena itu hati-hati dalam memvonis orang lain,” katanya.

Kiai Zuhri menegaskan, terkadang ada orang melihat orang lain memakai baju hitam di malam hari kemudian ia menuduh bahwa orang itu adalah perampok, padahal itu bukan. Inilah keteledoran orang yang sangat mudah memvonis orang lain.

“Kalau kita belum benar-benar mengetahui orang lain seperti apa, maka jangan mudah cepat menghakimi orang,” imbuhnya.

Hal itu disampaikan Kiai Zuhri saat mengisi pengajian kitab kuning rutinan dihadapan ribuan santrinya di Masjid Jami’ Nurul Jadid. Selasa (21/08/24)

Pewarta. : M. Bakron Andre S.
Editor. : Ponirin Mika

Kiai Zuhri Ungkap Keistimewaan Orang Istikamah Melaksanakan Sholat Subuh

 

berita.nuruljadid.net – Pada pengajian kitab riyadhus Sholihin, KH. Moh. Zuhri Zaini mengungkapkan keistimewaan orang yang istikamah melaksanakan sholat subuh baik secara berjamaah maupun sendirian.

“Orang yang melaksanakan sholat subuh berada dalam perlindungan Allah,” tegasnya saat membaca kitab riyadhus sholihin bersama ribuan santri di Masjid Jami’ Nurul Jadid, Senin (19/08/24).

Kiai Zuhri menyebut sholat subuh merupakan sholat yang paling berat ketimbang sholat yang lain.

“Mengapa sholat subuh ini disebut sebagai sholat paling berat? Sebab orang yang mau melakukan harus bangun dari tidurnya yang sedang enak-enaknya,” kata pengasuh pondok pesantren Nurul Jadid yang ke VI ini.

Selain itu, Kiai Zuhri menegaskan bahwa ukuran keimanan seseorang bisa dilihat dari semangatnya dalam melaksanakan sholat subuh.

“Sholat subuh puncak gunung es. Kalau sholat subuhnya dikerjakan dengan baik, maka sholat yang lain akan dikerjakan dengan baik,” pungkasnya.

Ia menambahkan, yang menjadi sangat istimewa itu bukan karena rakaatnya tapi karena sedang enak- enaknya tidur.

Sehingga, kata beliau, orang yang istikamah dalam melakukan sholat subuh kemudian diganggu oleh orang, maka Allah tidak akan terima. Allah akan melindungi orang tersebut dari kejahatan orang lain.

Pewarta : Muhammad Bakron Andre Setiawan
Editor. : Ponirin Mika

Ning Din Ingatkan Pemuda Merawat Kemerdekaan

berita.nuruljadid.net – Dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-79, seluruh santri putri Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, bersama jajaran guru dan pengurus, mengikuti upacara kemerdekaan di lapangan ayaman, Sabtu (17/8/24).

Ny. Hj. Nur Diana Kholida nama lengkapnya, bertindak sebagai inspektur upacara, menegaskan kembali pentingnya menghargai perjuangan para pahlawan yang telah mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dalam sambutannya, beliau menekankan bahwa kemerdekaan bukanlah sesuatu yang diberikan dengan cuma-cuma, melainkan hasil dari perjuangan yang penuh pengorbanan.

“Merdeka bukan sesuatu yang dilimpahkan, melainkan suatu perjuangan. Para pahlawan bersama-sama ingin memerdekakan Indonesia dengan susah payah,” ujar beliau di bawah terik matahari siang itu.

Lebih lanjut, Ning Din menekankan pentingnya peran generasi muda dalam menjaga dan meneruskan semangat kemerdekaan.

“Kita sebagai penerus bangsa harus turut serta menjaga kemerdekaan tersebut dengan saling tolong-menolong tanpa memandang bulu, menunjukkan pribadi dan karakter yang baik kepada semua orang, serta menjadi pemuda yang berprestasi bagi Indonesia di masa depan,” tegasnya.

Dalam pesan yang penuh harapan, beliau juga mengajak seluruh santriwati Nurul Jadid untuk mempersiapkan diri sebagai pemimpin masa depan yang mampu menjaga dan mempertahankan kemerdekaan.

“Saya berharap, kalian yang menjadi pemuda hari ini, akan menjadi pemimpin bangsa Indonesia yang lahir dari Pondok Pesantren Nurul Jadid dan mampu menjaga kemerdekaan ke depannya,” ungkap beliau.

Menutup sambutannya, ia tidak lupa mengingatkan pentingnya bersyukur atas nikmat kemerdekaan yang telah diraih bangsa Indonesia, sambil mengingat kondisi saudara-saudara di Palestina yang masih harus berjuang melawan penjajahan.

“Kita harus bersyukur sudah diberikan kemerdekaan, dan melihat bagaimana kondisi saudara kita di Palestina yang masih harus berjuang melawan penjajah,” tuturnya sebelum upacara ditutup dengan doa.

 

Pewarta: Nur Zhafira Adilah Zahdah
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Siswi LIPS SMPNJ Melalui Seni Beri Pesan Pentingnya Melestarikan Laut

berita.nuruljadid.net – Acara tahunan Lipsshow 2024 yang diselenggarakan oleh Language Intensive Program of SMP Nurul Jadid (LIPS) berhasil digelar pada Kamis malam (15/8/2024).

Lipsshow tersebut mengusung tema “SEA” (Laut), melalui acara ini siswi Lips menyampaikan pesan penting tentang kelestarian laut kepada para santri Nurul Jadid.

Lipsshow yang digelar di depan Asrama LIPS Putri ini dihadiri oleh para pengurus LIPS, alumni angkatan 20, 21, dan 22, serta Presiden Lembaga Pengembangan Bahasa Asing. Tak ketinggalan juga, ratusan siswa baru SMP Nurul Jadid turut hadir mengikuti rangkaian kegiatan yang berlangsung dari sekitar pukul 19.00 hingga 22.00 waktu setempat.

Berbagai penampilan menarik disuguhkan, mulai dari taqdimul qissoh, story telling, khitobah, hingga dance. Penampilan tersebut tidak hanya menghibur, tetapi juga berhasil mengikat perhatian penonton dengan pesan-pesan lingkungan yang terkandung dalam setiap pertunjukan.

Menurut Direktur LIPS Abdur Rasyid, penampilan ini tak hanya sebagai ajang ekspresi seni, tetapi juga sebagai sarana edukasi yang penting.

“Melalui Lipsshow, kami ingin menanamkan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian laut. Laut bukan hanya sumber kehidupan, tetapi juga bagian dari warisan yang harus kita lestarikan,” ujar beliau.

Sementara itu, seorang santri baru Syifa Naufalin yang turut hadir juga menyatakan kesannya.

“Acara ini sangat seru dan memberikan banyak wawasan baru. Saya jadi lebih sadar betapa pentingnya menjaga laut kita,” katanya.

Dengan suksesnya penyelenggaraan Lipsshow 2024, LIPS berharap acara ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan di kalangan santri.

 

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

Sanggar Seni Santri Ramaikan Upacara Kemerdekaan RI ke-79

berita.nuruljadid.net – Upacara peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-79 di Pondok Pesantren Nurul Jadid menjadi lebih meriah dengan penampilan dari berbagai sanggar seni santri. Menurut Ponirin Mika, Kepala Sub Bagian Humas dan Infokom Pondok Pesantren Nurul Jadid yang juga koordinator pelaksana acara, keterlibatan para santri dalam kegiatan ini memberikan mereka wadah untuk menampilkan bakat seni mereka sekaligus melatih mental dan kepercayaan diri di hadapan publik. Sabtu (17/08/24).

Dari berbagai lembaga pendidikan yang ada di pesantren, lanjut Ponirin, hanya empat yang berkesempatan menampilkan kelompok seni mereka. Di antaranya adalah SMANJ, SMKNJ, SMPNJ, dan MTs Az-zainiyah Gerinting.

“Masing-masing sanggar seni menampilkan tema kemerdekaan. Sanggar Akselerasi dari SMKNJ mengisahkan perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah Belanda, sementara Sanggar AMOBA dari SMANJ juga mengangkat tema serupa. Sanggar seni SMPNJ menampilkan puisi tentang perjuangan ulama, dan siswa MTs Az-zainiyah Gerinting menampilkan seni bela diri Pagar Nusa,” jelasnya.

Pria berkacamata itu menerangkan bahwa penampilan para santri ini bukan hanya sekadar hiburan, akan tetapi juga menjadi sarana edukatif yang mendalam bagi seluruh peserta upacara. Menurutnya, meski terik matahari begitu menyengat, antusiasme para santri yang menonton tak surut hingga akhir acara. Mereka tidak hanya terhibur, tetapi juga mendapatkan wawasan baru tentang sejarah perjuangan bangsa melalui drama kolosal yang dipertunjukkan.

“Penampilan seni ini adalah bagian dari khazanah pesantren. Santri tidak hanya belajar kitab kuning, mereka juga kaya akan kreativitas, termasuk dalam seni,” tegasnya.

Di akhir acara, penampilan dari sanggar seni Akselerasi milik SMKNJ terpilih sebagai penampilan terbaik dan keluar sebagai juara dalam acara tersebut.

 

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

Upacara Kemerdekaan di Ponpes Nurul Jadid, Kiai Najiburrahman Ajak Santri Hargai Jasa Pahlawan

berita.nuruljadid.net – Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo menggelar upacara peringatan Hari Ulang Tahun ke-79 Republik Indonesia di Lapangan HSN pada Sabtu (17/8/24). Dalam acara tersebut, Inspektur Upacara KH Najiburrahman Wahid menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya mengenang jasa para pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan Indonesia.

“Kemerdekaan ini bukan hadiah, tetapi hasil dari perjuangan yang berdarah-darah,” ujar Kiai Najib, mengingatkan para santri akan harga yang harus dibayar oleh para pahlawan untuk merebut kemerdekaan Indonesia.

Dalam amanatnya, Kiai Najib mengajak para santri untuk turut berjuang menjaga kemerdekaan yang telah diwariskan oleh para pahlawan. Ia menekankan bahwa upacara ini bukan hanya ritual tahunan, tetapi momen penting untuk menyadarkan generasi muda agar tidak melupakan sejarah perjuangan bangsa.

“Melupakan sejarah perjuangan para pahlawan adalah kelalaian besar dan bentuk pengkhianatan terhadap pengorbanan mereka,” tegasnya.

Kiai Najib juga menekankan pentingnya berpegang teguh pada Pancasila, yang ia yakini sesuai dengan nilai-nilai Islam. Ia menegaskan bahwa kesetiaan kepada Pancasila harus diwujudkan oleh para santri dengan mengamalkan Panca Kesadaran.

“Kelima sila dalam Pancasila dan Panca Kesadaran saling berkaitan untuk mencetak santri yang siap mengabdi bagi agama, bangsa, dan negara,” pungkasnya.

Sebagai informasi, Pondok pesantren Nurul Jadid didirikan oleh Kiai Zaini Mun’im yang merupakan murid Kiai Haji Hasyim Asy’ari. Salah satu pendiri NU ini dikenal sebagai seorang pembaharu atau mujaddid yang mampu memadukan Islamisme dan Nasionalisme.

 

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

Pesantren Membangun Generasi Jurnalis Melalui Madrasah Jurnalistik

berita.nuruljadid.net – Madrasah Jurnalistik (MJ), sebuah program ekstrakurikuler yang berada di bawah koordinasi Humas dan Infokom Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton dirancang untuk membina santri berbakat dalam keterampilan jurnalistik dan literasi, resmi diluncurkan. MJ berfungsi sebagai sarana pembinaan bagi calon jurnalis pesantren yang berkualitas.

Grand Launching MJ sekaligus Diklat Jurnalistik perdana ini dibuka oleh Wakil Sekretaris Pesantren Ny. Hj. Mutmainnah Waqid pada Selasa (13/8) di Aula Mini Pesantren. Acara ini menghadirkan Hana Susanti, Pimpinan Redaksi Radar Bromo-Jawa Pos, sebagai narasumber.

Sebanyak 20 peserta yang telah lolos seleksi MJ berpartisipasi dalam acara ini. Mereka akan mengikuti Diklat Jurnalistik secara rutin setiap dua pekan sekali.

Ning Iin sapaan akrabnya beliau, dalam sambutannya menyampaikan harapannya agar MJ dapat melahirkan jurnalis-jurnalis pesantren yang siap mengabdi sepenuhnya kepada pesantren.

“Saya berharap dari Madrasah Jurnalistik ini akan lahir jurnalis-jurnalis pesantren hebat yang siap mengabdi dua puluh empat jam kepada pesantren,” tutur beliau.

Lebih lanjut, Ning Iin, menekankan pentingnya pembinaan khusus bagi jurnalis pesantren.

“Pewarta di pesantren harus selalu ramah dan tersenyum kepada siapa pun dan kapan pun, karena narasumber yang akan mereka hadapi bisa berasal dari berbagai kalangan, mulai dari pengurus eksekutif, legislatif, hingga pengasuh pesantren,” ujarnya.

Sementara itu, menyoal diklat perdana ini, Hana Susanti menyampaikan dua materi utama: Kepenulisan Berita dan Teknik Wawancara. Para peserta tampak antusias dan aktif berpartisipasi, tidak hanya menerima materi, tetapi juga mempraktikkan apa yang telah dipelajari.

 

Pewarta: Wahdana Nafisatuz Zahra
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Nurul Jadid Tuan Rumah Bahtsul Kutub Kubro Probolinggo

berita.nuruljadid.net – Bulan ini, Pondok Pesantren Nurul Jadid menjadi tuan rumah pelaksanaan kegiatan Bahtsul Kutub (BK) Kubro di Aula I Pesantren pada Jumat (02/08). Kegiatan ini merupakan salah satu acara rutin yang diadakan oleh Forum Komunikasi Pondok Pesantren Putri Probolinggo (FKP3 Pro).

Juma’ani, Wakil Kepala FKP3 Pro, mengungkapkan bahwa fokus utama FKP3 Pro dalam mengadakan kegiatan semacam ini adalah untuk mempererat tali silaturahmi antar pondok pesantren di Probolinggo.

“Tujuan kami yang pertama adalah untuk mempererat tali silaturahmi antar pesantren. Yang kedua, untuk Nasy’ul Ilmi atau menyebarkan ilmu. Karena perbuatan demikian ini sama halnya dengan jihad,” ujarnya.

BK Kubro rutin diselenggarakan setiap bulan sekali dan umumnya terdiri dari dua jalsah (sesi) yang dipisah dengan Istirahat, Sholat, Makan (Ishoma). Jalsah pertama dimulai sekitar pukul 08.30 WIB, tepat setelah seremoni pembukaan dan berlangsung hingga pukul 11.30 WIB. Jalsah kedua berlangsung sejak pukul 13.00 hingga 16.00 WIB. Kitab yang dikaji dalam kegiatan BK Kubro ini adalah Taqrib, matan kitab Fathul Qorib. Dalam forum musyawarah kali ini, para musyawirat membahas bab fardu-fardunya mandi hingga bab sunnah-sunnah dalam mandi.

Selama kegiatan berlangsung, para musyawirat yang terdiri dari 23 lembaga kitab se-Kabupaten Probolinggo tampak aktif dan saling mengemukakan argumen masing-masing. Mereka terlihat asyik mengkritisi pendapat kelompok lain yang berbeda dengan ibaroh kelompoknya. Tidak hanya itu, mereka bahkan mendebat dewan mushohhih dan perumus menggunakan ibaroh yang mereka pegang.

Juma’ani tetap tenang menyaksikan fenomena tersebut. Baginya, perdebatan dalam forum musyawarah adalah hal yang lumrah, sama seperti perbedaan pendapat di kalangan para ulama.

“Saya ingat dawuh salah satu guru saya. Jika khilaf itu rahmat, maka jangan pernah katakan sepakat. Mereka, para musyawirat yang notabene santriwati, di dalam forum musyawarah memang menjadi lawan, namun begitu keluar dari forum, mereka kembali menjadi kawan,” tandasnya.

 

Pewarta: Wahdana Nafisatuz Zahra
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Kunjungan Delegasi Filipina di Nurul Jadid, Bukti Peran Alumni di Kancah Internasional

berita.nuruljadid.net – Pondok Pesantren Nurul Jadid baru-baru ini menjadi objek kunjungan bagi tiga puluh orang delegasi dari Filipina. Kunjungan ini tidak terlepas dari peran aktif Mokhamad Iksan, alumni Nurul Jadid yang saat ini menjabat sebagai Senior Education Advisor di The Palladiom Group, Filipina, ia berhasil menarik perhatian mereka untuk mengeksplorasi Nurul Jadid.

Kunjungan berlangsung selama lima hari, dari Ahad hingga Kamis (21-25/07/24). Selama waktu tersebut, delegasi Filipina diperkenalkan dengan berbagai aspek kepesantrenan, termasuk tata kelola organisasi, integrasi sekolah dan pesantren, serta pengelolaan keuangan. Selain itu, mereka juga mendapatkan wawasan tentang kerja sama dan personal branding.

Dalam acara Farewell Ceremonial, Mokhamad Iksan menyampaikan bahwa tujuan kunjungannya adalah untuk memperkenalkan model pendidikan berbasis pesantren ke Bangsomoro, Mindanao, Filipina.

“Saya berharap, setelah kembali ke negara asal kami, segala yang telah kami dapatkan di Nurul Jadid bisa diaplikasikan dengan baik, sehingga ilmu-ilmu yang kami peroleh tidak menguap begitu saja usai kunjungan,” terangnya.

Mujiburrahman, Kepala Bidang Kelembagaan dan Peserta Didik Biro Pendidikan Nurul Jadid, memberikan apresiasi atas dedikasi Iksan. Ia menyampaikan bahwa Iksan adalah bukti eksisnya ikatan emosional dan spiritual antara alumni dan pesantren.

“Saya dibuat terenyuh dengan ungkapan Bapak Iksan semalam, bahwa setinggi apapun jabatan atau posisi seorang alumni Nurul Jadid di luar, namun saat dia kembali ke Nurul Jadid, statusnya tetap kembali menjadi santri,” ungkapnya kepada Tim Redaktur nuruljadid.net, Kamis (25/07/24).

Sebagai penutup kunjungan, Nurul Jadid mengadakan Farewell Ceremonial. Acara perpisahan ini meliputi gala dinner, pertunjukan, testimoni dari delegasi Filipina, serta berbagai agenda pendukung lainnya.

 

Pewarta: Wahdana Nafisatuz Zahra
Editor: Ahmad Zainul Khofi