Outbound BIKTREN PPNJ: Pengurus AK-22 Memperkuat Komitmen dan Silaturahmi

berita.nuruljadid.net – Pengurus Biro Kepesantrenan (BIKTREN) Putri Pondok Pesantren Nurul Jadid (PPNJ) angkatan ke-22 (AK-22) menggelar kegiatan outbound pada Jumat, 1 November 2024, di Pantai Randu Tata (Duta), Jawa Timur. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat komitmen pengabdian dan mempererat silaturahmi antar pengurus.

Kegiatan dimulai dengan pemberangkatan bersama dari Jati Raya (Jatray) pada pukul 04.30 WIB. Setibanya di pantai, peserta menikmati makan bersama sebelum mendengarkan pengarahan dari Wakil Kepala Biro Kepesantrenan, Ning Mamnuhaturrahmah. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya kegiatan outbound sebagai sarana refreshing dan mempererat tali persaudaraan di antara pengurus AK-22.

Kegiatan dilanjutkan dengan senam sambil berzikir bersama yang dipandu oleh Ustazah Windiya Budiyanti. Beliau mengingatkan peserta untuk menjaga kesehatan fisik dan mental agar dapat terus menularkan kebaikan.

Outbound kali ini bukan hanya sekadar ajang refreshing, tetapi juga sebagai pembinaan karakter dan komitmen, sejalan dengan visi dan misi pesantren. Para peserta dibagi menjadi sepuluh kelompok untuk berpartisipasi dalam berbagai permainan, seperti Bottle Blind, Blind and Trust, Pindahkan Gelas, dan Bola Ceria. Kelompok 6 dari wilayah Al-Hasyimiyah dinyatakan sebagai kelompok terhits, sementara kelompok 5 meraih predikat kelompok terbaik.

Kegiatan ditutup dengan tadabbur alam dan doa bersama yang dipimpin oleh Ustazah Madinatul Munawwarah. Ustazah Maknunah, selaku ketua panitia, berharap agar kegiatan ini membawa perubahan positif bagi seluruh pengurus AK-22.

Dengan latar belakang pantai yang menenangkan, outbound ini memberikan ruang bagi para pengurus untuk merenungkan peran dan tanggung jawab mereka serta menguatkan semangat untuk terus berkontribusi dalam membangun lingkungan pesantren yang harmonis dan berprestasi.

 

Pewarta: Maria Al Faradela
Editor: Ponirin Mika

SMA Nurul Jadid Buka Pendaftaran Ujian HSK(K) Online, Berikut Informasinya!

berita.nuruljadid.net – Salah satu lembaga pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Jadid, SMA Nurul Jadid, akan menyelenggarakan Ujian HSK dan HSKK pada 8 Desember 2024. Ujian HSK (Hanyu Shuiping Kaoshi) merupakan standar internasional untuk mengukur kemahiran bahasa Mandarin secara tertulis pada enam level berbeda, dari HSK 1 hingga HSK 6. Sedangkan HSKK (Hanyu Shuiping Kouyu Kaoshi) menilai keterampilan lisan dalam tiga tingkatan: Dasar, Menengah, dan Lanjutan. Kedua ujian ini merupakan pengukuran untuk kemampuan bahasa Mandarin peserta. Pendaftaran berlangsung online hingga 28 November 2024. Untuk informasi lebih lengkap dapat diamati pada narasi berikut:

A. Jadwal Ujian

Jenis Ujian Tanggal Pelaksanaan Batas Pendaftaran Pengumuman Hasil Ujian
HSK Minggu, 8 Desember 2024 28 November 2024

Pukul 13.00 WIB

23 Desember 2024
HSKK 30 Desember 2024

B. Biaya Ujian

Level Ujian Waktu Ujian Durasi Waktu Ujian Biaya Ujian
HSK 1 13.30 WIB – 14.05 WIB 35 menit Rp. 250.000
HSK 2 09.00 WIB – 09.50 WIB 50 menit Rp. 320.000
HSK 3 13.30 WIB – 14.55 WIB 85 menit Rp. 700.000
HSKK 7 初级 15.40 WIB – 15.57 WIB 17 menit
HSK 4 09.00 WIB – 10.40 WIB 100 menit Rp. 900.000
HSKK 8 中级 11.25 WIB – 11.46 WIB 21 menit
HSK 5 13.30 WIB – 15.30 WIB 120 menit Rp. 1.200.000
HSKK 9 高级 16.30 WIB – 16.54 WIB 24 menit
HSK 6 09.00 WIB – 11.15 WIB 135 menit Rp. 1.300.000
HSKK 9 高级 16.30 WIB – 16.54 WIB 24 menit

C. Tempat Ujian

Lokasi ujian dilaksanakan di SMA Nurul Jadid, Jl. K.H. Zaini Mun’im, Desa Karanganyar, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo

D. Sesi Ujian

  • Sesi 1 (09.00) Ujian HSK 2,4,6 bersamaan dalam satu lab komputer maksimal 40 peserta.
  • Sesi 2 (11.25) Ujian HSKK 8 中级 maksimal 40 peserta.
  • Sesi 3 (13:30) Ujian HSK 1,3,5 bersamaan dalam satu lab komputer maksimal 40 peserta.
  • Sesi 4 (15.40) Ujian HSKK 7 初级 maksimal 40 peserta.
  • Sesi 5 (16.30) Ujian HSKK 9 高级 kuota maksimal 40 peserta

*Catatan: Ujian akan dilaksanakan jika salah satu sesi memenuhi kuota minimal 20 Peserta, jika tidak, ujian akan ditunda pada bulan berikutnya.

E. Tahap Pendaftaran

  1. Mengisi formular pendaftaran secara online di laman https://www.chinesetest.cn/kdInfo?id=41558430
  2. Tekan “book a test” di bagian upcoming test sesuai jenis ujian yang akan dipilih
  3. Kemudian, lakukan login.
  4. Apabila belum memiliki akun, maka daftar akun dengan tekan tombol “register now”
  5. Upload berkas yang dibutuhkan:
    • Paspor/KTP/Kartu Pelajar yang masih berlaku sampai dengan tanggal ujian. (Tidak kadaluwarsa).
    • Upload foto diri dengan ketentuan:
      • Format file adalah .jpg
      • Ukuran file maksimal 100 KB
      • Foto berwarna
      • Warna baju dan warna background foto tidak boleh sama atau mirip
      • Tidak boleh memakai topi, jepit rambut, bando, atau kaca mata hitam
      • Foto harus dari kepala sampai bagian dada (close-up)
  6. Transfer biaya pendaftaran sesuai dengan biaya yang tertera pada table di atas ke nomor rekening: BNI 0688862063 an. Syamsul Hadi
  7. Kirim bukti pembayaran ke Syamsul Hadi: 085940894322

F. Tata Tertib Ujian

  1. Registrasi peserta dilaksanakan 1 jam sebelum ujian berlangsung.
  2. Peserta wajib berada di dalam ruang ujian 30 menit sebelum ujian dimulai.
  3. Peserta wajib membawa Kartu Peserta Ujian (Admission Ticket) dan kartu identitas asli (Paspor /KTP /Kartu Pelajar) sesuai dengan pendaftaran. Jika tidak, maka peserta tidak diperkenankan mengikuti ujian dengan alasan apapun, dan biaya pendaftran yang telah dibayar tidak dapat dikembalikan.
  4. Peserta masuk ruang ujian hanya diperkenankan membawa Kartu Peserta Ujian (Admission Ticket), kartu identitas. Selain itu tidak diperkenankan dibawa masuk ke ruang ujian.
  5. Peserta memakai pakaian bebas dan rapi.

G. Pengambilan Sertifikat

Pengambilan sertifikat akan diumumkan sekitar 2 bulan setelah ujian, hanya tersedia dalam bentuk cetak yang dikirim dari Hanban.

H. Rute

  1. Dari arah barat:
    • Jalur bus: Peserta menaiki Bis Jurusan Proboliggo/Jember/Banyuwangi/Muncar, turun di terminal Probolinggo, ganti bus jurusan Situbondo/Bondowoso/Muncar, turun di Persimpangan tanjung (PP. Nurul Jadid), naik becak, turun di SMA Nurul Jadid.
    • Jalur kereta: Peserta menaiki kereta jurusan Probolinggo, turun di stasiun Probolinggo, naik angkot ke terminal Probolinggo, naik bus jurusan Situbondo/Bondowoso/Muncar, turun di Persimpangan tanjung(PP. Nurul Jadid), naik becak, turun di SMA Nurul Jadid.
  2. Dari arah timur:
    • Jalur bus: Naik Bis Jurusan Proboliggo/Surabaya/Madura, turun di Persimpangan tanjung(PP. Nurul Jadid), naik becak, turun di SMA Nurul Jadid.

I. Penginapan

Rekomendasi penginapan disekitar Pondok Pesntren Nurul Jadid dengan harga yang cukup terjangkau.

  1. Penginapan Aria. Hp. 0852-3216-3362
  2. Hotel Mash 0813-6226-0000

J. Contact Person

Syamsul Hadi: 085940894322

 

Unduh dokumen informasi pendaftaran ujian HSK/HSKK di sini

 

 

ANTARANEWS: Kiai Zuhri: Sosialisasi dampak perundungan mulai dari diri sendiri

Kita perlu menyosialisasikan pentingnya dampak perundungan ini mulai dari diri kita sendiri, komunitas, hingga kepada masyarakat

Probolinggo (ANTARA) – Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur (Jatim), KH Moh Zuhri Zaini mengemukakan pentingnya menyosialisasikan dampak dari perundungan mulai dari diri sendiri dan komunitas hingga ke masyarakat.

“Kita perlu menyosialisasikan pentingnya dampak perundungan ini mulai dari diri kita sendiri, komunitas, hingga kepada masyarakat,” ujarnya saat memberikan sambutan dalam acara “Halaqah Pesantren Ramah Santri” di Aula Ponpes Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, Senin.

Menurut Kiai Zuhri, perbuatan perundungan sangat bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan kemasyarakatan, juga agama, dengan dalih apapun.

Oleh karena itu, lanjut dia, sosialisasi dari dampak dari perundungan penting disampaikan kepada masyarakat, termasuk di lingkungan pesantren.

Kegiatan sosialisasi tentang perundungan dapat membantu meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang dampak dari perundungan.

Dengan sosialisasi yang baik, kata dia, diharapkan masyarakat dapat lebih peka terhadap dampak negatif perundungan baik bagi korban maupun pelaku, serta mendorong lingkungan yang lebih inklusif.

“Sekarang sangat marak terkait perundungan ini, baik itu terjadi di lembaga-lembaga maupun di rumah tangga,” kata Kiai Zuhri.

Ia juga mengingatkan bahwa Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan dakwahnya dengan menggunakan cara-cara yang santun, ramah, dan tidak menyakitkan.

“Nabi diingatkan oleh Allah untuk berdakwah dan mengajak manusia ke jalan keselamatan dan diperintahkan oleh Allah untuk menggunakan cara-cara yang santun, ramah, dan tidak menyakitkan. Bahkan sekalipun beliau diganggu dan mau dihabisi tetap beliau mengedepankan sifat-sifat kesantunan yang didasari oleh sifat rahmah,” tutur Kiai Zuhri.

Kiai Zuhri juga mengajak  masyarakat agar bersyukur dan bergembira dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai penyebar rahmah di alam semesta ini.

“Nilai-nilai kesantunan, nilai-nilai kasih sayang, sehingga tidak menghalangi kita untuk mengerjakan yang tidak baik, khususnya perundungan,” katanya.

Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim bekerja sama dengan Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton menggelar halaqah dalam rangka menciptakan komunitas pesantren bebas dari perundungan (bullying).

Pewarta: Novi Husdinariyanto
Editor: Risbiani Fardaniah

(Sumber: antaranews.com)

RRI: Hari Santri Nasional, PP Nurul Jadid Gelar Seminar ISEF

KBRN, Probolinggo: Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2024, Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Kabupaten Probolinggo, menggelar Seminar dengan tema “Semarak Hari Santri Nasional dan Road to Indonesia Sharia Economy Festival (ISEF)”, Rabu (23/10/2024)

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Malang, Dedy Prasetyo yang hadir dalam acara tersebut mengatakan, kontribusi santri dalam pengembangan ekonomi syariah khususnya di wilayah Jawa Timur, sangat penting.

“Oleh karena itu, edukasi ekonomi syariah dan digitalisasi terhadap santri harus diperkuat. Dan seminar ini menjadi bagian dari persiapan menuju ISEF yang akan digelar pada 30 Oktober hingga 3 November 2024 di Jakarta,” ujar Dedy Prasetyo di hadapan ribuan santri sebagai peserta Seminar.

Katanya, literasi terkait ekonomi syariah serta memperluas pemahaman tentang digitalisasi sistem pembayaran menjadi bagian untuk memperkuat ekosistem halal, yang dinilai sangat potensial dikembangkan di Indonesia.

Menurut laporan State of Global Islamic Economy 2023, Indonesia saat ini menduduki peringkat ketiga pasar syariah global, naik satu peringkat dari tahun 2022. Meskipun kemajuan ini cukup signifikan, Indonesia, dengan populasi muslim terbesar di dunia, diharapkan dapat berperan lebih besar di pasar global.

“Tantangan yang dihadapi adalah memperbaiki literasi keuangan syariah dan bersaing dengan negara-negara non-muslim yang lebih maju, seperti Uni Emirat Arab dan Inggris dalam keuangan syariah, serta China dalam fashion syariah,” bebernya.

Indonesia punya potensi besar dengan populasi muslim yang besar. Namun banyak sektor yang masih dikuasai oleh negara lain seperti Brazil yang menjadi pusat unggas halal global, dan Thailand yang mendominasi bumbu makanan halal.

“Kita harus menangkap peluang ini dan menjadikan Indonesia sebagai pusat keuangan syariah global,” jelasnya.

Untuk mendukung cita-cita ini, Bank Indonesia telah menyusun Blueprint Kebijakan Pengembangan Ekonomi Syariah 2019-2024, yang terdiri dari tiga pilar di antaranya pemberdayaan ekonomi syariah melalui penguatan ekosistem halal, pengembangan pasar keuangan syariah, dan penguatan riset serta edukasi terkait gaya hidup halal.

Informasi dihimpun, dalam acara ini juga dilakukan diskusi terbatas (Focus Group Discussion – FGD) bersama Gus Faiz dan perwakilan Hebitren Jawa Timur, yang bertujuan memperkuat peran pesantren dalam pembangunan ekonomi.

Hebitren Jawa Timur diharapkan dapat menjadi jembatan penghubung antar pesantren dalam mengoptimalkan potensi ekonomi. Dari perkiraan kasar, pesantren-pesantren di Jawa Timur memiliki kebutuhan ekonomi harian yang mencapai sekitar Rp 8,5 miliar, yang menunjukkan betapa besar kontribusi pesantren dalam perputaran ekonomi lokal.

“Acara ini menegaskan kembali pentingnya kolaborasi semua pihak dalam mengembangkan produk halal dan memperkuat ekosistem syariah di Indonesia. Dengan upaya bersama, Indonesia diharapkan bisa meraih posisi sebagai pusat ekonomi syariah dunia dalam waktu dekat,” ungkapnya.

Oleh: Diana Dinar
Editor: Sumarsono

(Sumber: rri.co.id)

ANTARANEWS: Pengasuh Ponpes Nurul Jadid Probolinggo ajak santri peka

Probolinggo (ANTARA) – Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, KH Moh Zuhri Zaini mengajak para santri untuk tidak bahagia dan senang sendirian namun peka terhadap keberadaan masyarakat di sekitarnya.

“Harus memperhatikan nasib orang lain dan peka kepada keberadaan masyarakat di sekitar (peka terhadap kondisi sosial),” katanya saat memberikan tausiah kegiatan Tabliqh Akbar diselenggarakan Perwakilan Bank Indonesia (BI) Malang di Aula I Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton di Probolinggo, Kamis.

Ia mengatakan manusia harus terus berikhtiar agar menjadi sukses. Ia juga menerangkan sosok panutan umat yaitu Rasulullah SAW.

“Rasulullah itu adalah saudagar (pedagang kaya), Beliau menikahi Siti Khodijah dengan mas kawin kurang lebih Rp1 miliar,” katanya.

Namun demikian, kata dia, bekerja apapun yang penting pekerjaan yang baik itu harus mempunyai niat baik pula.

Menurut dia, orang yang bekerja di kantor, petani, dan perusahaan harus memiliki niat dengan baik, sedangkan salah satunya niat untuk menafkahi keluarga.

Ia mengatakan tentang sabda Rasulullah SAW, “Betapa banyaknya pekerjaan yang dianggap pekerjaan dunia tetapi dengan niat yang baik maka menjadi pekerjaan akhirat, sebaliknya banyak pekerjaan seakan-akan pekerjaan akhirat tapi dengan niat yang tidak benar maka jadi perbuatan dunia”.

“Agar kita bersungguh-sungguh dalam belajar dan bekerja dengan baik agar bisa menjadi orang sukses. Dalam usaha tidak hanya dilakukan sendirian, tapi lebih baik untuk bersama-sama,” kata Kiai Zuhri.

Pewarta: Novi Husdinariyanto
Uploader: Taufik

Kegiatan Peduli Sosial Awali Seminar Ekonomi Syariah BI di Nurul Jadid

berita.nuruljadid.net – Bank Indonesia (BI) cabang Malang menyelenggarakan festival ekonomi syariah dalam bentuk seminar ekonomi, bertepatan dengan peringatan Hari Santri Nasional. Acara ini berlangsung di Aula 1 Pondok Pesantren Nurul Jadid pada Rabu (23/10/24). Tujuan dari acara ini adalah untuk memberikan wawasan tentang dunia ekonomi syariah kepada para peserta.

Acara ini tidak hanya terbatas pada seminar; berbagai kegiatan turut mengisi rangkaian acara, antara lain lomba menulis artikel untuk mahasiswa dan pemberian santunan kepada anak yatim. Anggara, salah satu staf BI, mengungkapkan bahwa lomba artikel diadakan untuk memperluas literasi ekonomi syariah. Selain itu, lanjutnya, santunan untuk anak yatim menjadi kegiatan rutin sebagai bentuk kepedulian sosial dari BI.

“Santunan ini menjadi pembuka acara kami. Selain anak yatim, kami juga memberikan bantuan kepada beberapa marbot masjid, mengingat acara ini berlangsung di lingkungan pesantren. Ini adalah wujud kepedulian sosial kami,” ujar Anggara.

Sementara itu, Asisten Manager BI, Arum, menambahkan bahwa festival syariah ini melibatkan berbagai pihak, termasuk Pondok Pesantren Nurul Jadid, Hebitren se-Probolinggo, dan sejumlah pelaku usaha. Di luar aula, terdapat stan-stan yang menampilkan produk-produk kolaborasi antara BI dengan beberapa UMKM.

Setelah pembukaan, acara berlanjut dengan diskusi panel yang menghadirkan para pengusaha sukses. Mereka berbagi pengalaman berharga, mulai dari merintis usaha dari nol hingga mencapai kesuksesan.

Diskusi panel tersebut diikuti oleh sesi pembahasan tentang digitalisasi pembayaran, di mana panitia mengajak beberapa peserta untuk berpartisipasi dalam sesi tanya-jawab. Peserta yang berhasil menjawab pertanyaan mendapat bingkisan dari panitia, kemudian dilanjutkan dengan pemberian kupon untuk ditukarkan saat sesi Qris Experience.

Anggara berharap, melalui seminar ini, para peserta dapat memanfaatkan wawasan yang diperoleh untuk masa depan mereka. Acara ini juga bertujuan untuk membekali para santri dengan edukasi ekonomi syariah dan literasi digital agar menjadi syariah entrepreneur yang berdaya saing.

“Acara ini direncanakan menjadi agenda tahunan BI dengan lokasi yang berpindah-pindah secara bergilir, menjadikan pondok pesantren sebagai salah satu sasaran utamanya,” pungkasnya.

Pewarta: Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Di Tabligh Akbar BI, Kiai Zuhri Zaini Ajak Santri Memiliki Kepekaan Sosial

berita.nuruljadid.net – Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo KH. Moh. Zuhri Zaini mengajak para santri untuk tidak bahagia dan senang sendirian. Akan tetapi harus memperhatikan nasib orang lain dan peka kepada keberadaan masyarakat di sekitarnya (peka sosial).

Pernyataan itu diungkapkan saat memberikan tausiyah pada tabliqh akbar yang diselenggarakan Bank Indonesia Malang di Aula I Pondok Pesantren Nurul Jadid. Rabu (24/10/24).

Selain itu, Kiai Zuhri menegaskan bahwa sebagai manusia harus berikhtiar agar menjadi sukses. Ia juga menerangkan sosok panutan umat yaitu Rasulullah SAW.

“Rasulullah itu adalah saudagar, beliau menikahi Siti Khodijah dengan mas kawin kurang lebih satu miliar,” tegasnya.

Namun kata Kiai Zuhri, bekerja apapun yang penting pekerjaan yang baik harus diniati baik pula.

“Orang yang bekerja di kantor, sawah, Perusahaan harus diniati dengan baik salah satunya niati untuk menafkahi keluarga,” imbuhnya.

Tak lupa juga, Kiai yang terkenal sederhana dan familiar ini menyitir sabda Rasulullah “Betapa banyaknya pekerjaan yang dianggap pekerjaan dunia tetapi dengan niat yang baik maka menjadi pekerjaan akhirat, sebaliknya banyak pekerjaan seakan-akan pekerjaan akhirat tapi dengan niat yang tidak benar maka jadi perbuatan dunia”.

Kiai Zuhri juga berpesan agar kita bersungguh-sungguh dalam belajar dan bekerja dengan baik agar bisa menjadi orang sukses.

“Dalam usaha tidak hanya dilakukan sendirian tapi lebaik utk bersama sama,” ungkapnya.

 

Pewarta: Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor: Ponirin Mika

Halaqah Pesantren Angkat Tema Bullying, Ini Alasannya!

berita.nuruljadid.net – Dalam upaya menanggulangi maraknya perundungan di lingkungan pesantren, Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) bersama Pondok Pesantren Nurul Jadid menyelenggarakan Halaqah Pesantren Ramah Santri dengan tema “Membangun Komunitas Anti-Bullying dan Bebas Perundungan.” Acara tersebut digelar di Aula I Pesantren pada Senin (15/11/2024) dan dihadiri oleh perwakilan pesantren serta satuan pendidikan di wilayah Probolinggo.

Tema acara ini diangkat karena PWNU dan lima pesantren mitra, termasuk Nurul Jadid, merasa penting untuk mengedukasi masyarakat, termasuk pelajar, tentang pencegahan bullying (perundungan) dan kekerasan di pesantren.

“Sangat penting bagi kita dan seluruh pesantren untuk memahami cara mencegah perundungan yang sedang marak ini. Melalui acara seperti halaqah, kita bisa berbagi solusi,” tegas Tahiruddin, Sekretaris Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Salah satu pemateri, Rifa Hidayah, yang merupakan psikolog anak dan remaja dari UIN Malik Ibrahim, menyampaikan bahwa menumpas perundungan adalah tanggung jawab bersama para pengurus pesantren dan sekolah.

Bullying terjadi karena ketidakberdayaan korban untuk melawan. Kita semua yang hadir di sini punya tugas untuk mengatasinya,” ungkapnya.

Rifa menjelaskan bahwa korban perundungan perlu mendapatkan terapi dan dukungan dengan keyakinan bahwa semuanya akan kembali normal. Sementara bagi pelaku, diperlukan tindakan tegas seperti pemberian takzir yang diharapkan dapat memberikan efek jera, disertai kegiatan positif agar mereka tidak mengulangi tindakan tersebut.

Karena jumlah peserta acara terbatas, Tahirudin menyampaikan bahwa sebagai tindak lanjut, pihaknya akan mencetak buku kesimpulan dan panduan pencegahan perundungan. Buku tersebut akan didistribusikan setelah rangkaian Halaqah Pesantren di lima pesantren mitra PWNU selesai digelar.

 

Pewarta: Shelma Nasywa Ramadhani Munir
Editor: Ahmad Zainul Khofi

 

Bersama PWNU, Nurul Jadid Antisipasi Perundungan di Pesantren

berita.nuruljadid.net – Isu perundungan di lingkungan pendidikan semakin sering menjadi sorotan. Hal ini juga menjadi bahasan utama dalam acara Halaqah Pesantren Ramah Santri yang diselenggarakan di Aula I Pondok Pesantren Nurul Jadid pada Senin (14/10). Acara tersebut dihadiri berbagai tokoh penting, termasuk Kepala Kementerian Agama (Kemenag), perwakilan Kementerian Pendidikan, serta lembaga pendidikan formal dan pesantren dari wilayah Probolinggo.

Sebagai tuan rumah, Nurul Jadid memaparkan strategi yang sudah diterapkan sejak lama untuk mengatasi dan mengantisipasi perundungan di lingkungan pesantren. Sekretaris Pesantren, Tahiruddin, menjelaskan bahwa Badan Konseling dan Wali Asuh (BKWA) menjadi ujung tombak dalam mendampingi santri yang menjadi korban perundungan.

“Saya yakin setiap lembaga pendidikan, baik formal maupun pesantren, pasti memiliki devisi Bimbingan Konseling (BK). Di Ponpes Nurul Jadid, kami telah lama memiliki BKWA yang bertugas melindungi para santri korban perundungan, menampung masalah yang mereka hadapi, dan mengarsipkan dokumen kasus. Setelah itu, kami mencari solusi sebagai jalan keluar,” ungkapnya.

Ia juga menambahkan bahwa peran Wali Asuh sangat penting dalam menangani santri yang menjadi korban.

“Wali Asuh harus selalu memperhatikan keseharian santri, memberi perhatian khusus jika ada masalah. Memberikan pengertian kepada santri agar berani terbuka dan menyampaikan apa yang mereka alami juga sangat diperlukan,” tegasnya.

Selain itu, para Wali Asuh di Nurul Jadid secara berkala mendapatkan bimbingan dan pelatihan untuk memperkuat kemampuan mereka dalam menghadapi berbagai karakteristik dan problem santri yang diasuh. Pendekatan ini menjadi bagian penting dalam menciptakan lingkungan pesantren yang ramah santri dan bebas dari perundungan.

 

Pewarta: Wahdana Nafisatuz Zahra
Editor: Ahmad Zainul Khofi

 

Pertama Kalinya, BWI dan Nurul Jadid Cetus Gerakan Pesantren Indonesia Berwakaf

berita.nuruljadid.net – Badan Wakaf Indonesia (BWI) menyelenggarakan pertemuan Waqf Goes to Pesantren (WGTP) yang pertama di Aula I Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo pada, Rabu (16/10/24).

Dalam perhelatan itu, para pimpinan Badan Wakaf Indonesia dan Pondok Pesantren Nurul Jadid berkumpul untuk meresmikan sekaligus menggagas tindak lanjut program gerakan Indonesia berwakaf masuk pesantren.

Rendahnya tingkat literasi masyarakat tentang wakaf telah menjadi perhatian forum WGTP, sebagaimana isu tersebut telah diupayakan jalan keluarnya melalui beberapa program yang telah diinisiasi oleh BWI dan badan lain yang bergerak di bidang filantropi, termasuk salah satunya Waqf Goes to Pesantren yang diresmikan hari ini.

Dalam sambutannya, Ketua Divisi Humas, Sosialisasi, dan Literasi Wakaf BWI Agus Priyatno menyampaikan latar belakang memilih pesantren sebagai salah satu sasaran objek program peningkatan literasi wakaf.

“Indonesia ada 43.000 pesantren dan 22% nya di Jawa Timur, jadi kira-kira 13.000 pesantren di Jawa Timur. Ternyata, potensi pesantren yang sedemikian besar itu belum terkelola dengan baik, terutama pada potensi wakaf-wakafnya,” ujarnya.

Menurutnya, BWI telah menyediakan instrumen pendukung berupa wakaf uang melalui aplikasi digital guna menyongsong kesuksesan program tersebut.

“Beberapa inisiatif telah dilakukan, salah satunya instrumen wakaf uang. Melalui teknologi digital, masyarakat bisa terlibat dalam kegiatan wakaf internasional dan bisa mendorong potensi lembaga-lembaga pendidikan ataupun ekonomi Islam dengan tidak terbatas oleh tempat,” imbuhnya.

Di samping itu, Sekretaris BWI Anas Nasikhin menyampaikan bahwa Pondok Pesantren Nurul Jadid merupakan pesantren pencetus awal dalam menyemarakkan gerakan Indonesia berwakaf masuk pesantren.

“Alhamdulillah Nurul Jadid, sebagaimana namanya “Cahaya Baru”, hari ini kita melalui sebuah kebaruan, yakni sebagai pesantren penggerak wakaf di Indonesia,” ungkapnya.

Dalam sejarahnya, lanjut Anas, Pondok Pesantren Nurul Jadid telah aktif dalam peran kemasyarakatan pesantren sejak dulu, yaitu terlibat dalam pembentukan Biro Pengembangan Pesantren dan Masyarakat.

“Peran kemasyarakatan pesantren pernah dicetuskan oleh 4 pesantren besar di negeri ini, di antaranya Pesantren Cipasung, Matholiul Falah Pati, Nurul Jadid, dan Annuqayah Sumenep,” imbuhnya.

Dalam pertemuan tersebut, Ketua BWI H. Kamaruddin Amin mengajak setiap elemen untuk terus mengambil langkah bersama secara cepat dalam menyukseskan program wakaf ini.

“Dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional tahun 2024-2029, pembangunan agama yang telah kami diskusikan dalam RPJMN, menjadikan keuangan sosial atau zakat wakaf sebagai salah satu program prioritas,” terangnya.

Target itu, menurut Ketua BWI dimulai dari pesantren dengan melakukan pembentukan karakter santri agar menjadikan wakaf sebagai gaya hidup berderma, keinginan membantu yang lemah dan membutuhkan.

“Tantangan kita, cita cita kami semuanya, suatu saat gaya hidup berwakaf ini menjadi gaya hidup anak-anak muda. Hal itu kami mulai dari pondok pesantren. Berwakaf ini bukan persoalan mampu atau tidak mampu, akan tetapi ini persoalan tahu atau tidak tahu, persoalan ada fasilitas atau tidak ada fasilitas untuk melakukannya, persoalan literasi,” jelasnya.

Kepala Pondok Pesantren Nurul Jadid KH. Abdul Hamid Wahid setuju untuk mendukung akselerasi perkembangan wakaf sebagai salah satu kontribusi atau pilar pengembangan ekonomi masyarakat di Indonesia.

“Alhamdulillah pesantren dalam hal ini telah mendorong gerakan wakaf, kami mempunyai unit kerja Laziskaf yang sudah memulai gerakan wakaf ini kepada masyarakat. Kami merasa kegiatan ini sangat penting, Nurul Jadid siap menjadi bagian dari gerakan Indonesia berwakaf,” terang Kiai Hamid.

Pertemuan WGTP pertama pada hari ini menjadi dasar koordinasi erat yang diperlukan di masa depan untuk menentukan cara terbaik dalam menghadapi tantangan gerakan Indonesia berwakaf.

 

Reporter: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

Kominfo Ajak Santri Nurul Jadid Bijak Menggunakan Media Digital

berita.nuruljadid.net – Guna mendorong generasi muda agar lebih bijak dalam menggunakan media sosial, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengadakan seminar literasi digital di Pondok Pesantren Nurul Jadid. Acara ini berlangsung di Lapangan Raya Pesantren pada Rabu (9/10/2024), mulai pukul 08.00 WIB.

Mengusung tema “Menjadi Pengguna Media Sosial yang Bijak, Kreatif, dan Inovatif”, seminar ini menghadirkan tiga narasumber praktisi dari berbagai universitas yang memberikan pandangan dan materi dari perspektif yang berbeda.

Nikmal, salah satu Staf Kominfo pusat, mengungkapkan bahwa Pondok Pesantren Nurul Jadid telah lama menjadi target kegiatan literasi digital ini.

“Kami sudah merencanakan sejak lama. Untuk konfirmasi, kami telah bersilaturahmi dengan pengasuh pondok pesantren,” ujarnya.

Sementara itu, Khotibul Umam, Direktur LKP Mitra Ilmu yang juga menjadi narasumber, menjelaskan bahwa acara ini merupakan inisiatif Kominfo yang bergerak di sektor pendidikan.

“Ini adalah seminar perdana yang digelar secara langsung. Sebelumnya, kegiatan semacam ini hanya bisa dilakukan secara daring karena pandemi,” jelasnya.

Terkait pemilihan narasumber, pria asal Tulungagung ini menambahkan bahwa pemilihan tersebut sepenuhnya dikoordinasi oleh Kominfo pusat.

“Sebenarnya ada banyak kandidat, namun yang terpilih menjadi narasumber kali ini adalah orang-orang yang sudah tersertifikasi dan direkomendasikan oleh pihak Kominfo,” katanya.

Khotibul Umam berharap para santri dapat menjadi penyambung ilmu bagi teman-teman mereka yang lain di pesantren nanti.

“Kami harap, santri yang hadir dapat membagikan ilmu yang didapat kepada yang lain. Pesantren ini memiliki budaya yang kuat, dan kami yakin para santri mampu menciptakan konten yang positif, kreatif, dan inovatif sebagai upaya melawan konten negatif,” tutupnya.

 

Pewarta: Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Revolusi Pembelajaran Sejarah di Era Milenial

penasantri.nuruljadid.net – Kita telah memasuki abad ke-21, di mana generasi yang lahir di era ini sering disebut sebagai kaum milenial. Di era ini, kaum milenial tidak lagi terikat pada satu ideologi tertentu. Sebaliknya, mereka lebih terbuka untuk mengeksplorasi berbagai pemikiran dan gagasan demi menjawab tantangan zaman yang dihadapi.

Kaum milenial juga identik dengan modernisasi, seperti teknologi canggih dan internet cepat yang memudahkan akses informasi serta penyelesaian berbagai persoalan. Tak heran, banyak yang berpendapat bahwa siswa yang fokus pada ilmu sains lebih mudah beradaptasi dengan perkembangan zaman. Sementara itu, siswa yang mendalami ilmu sejarah sering dianggap kesulitan bersosialisasi dengan modernisasi tersebut.

Hal ini sebagian besar disebabkan oleh metode pengajaran sejarah yang masih konvensional, di mana guru menjelaskan dan siswa mendengarkan. Sering kali, siswa hanya dituntut untuk menghafal peristiwa sejarah, lengkap dengan waktu dan lokasinya, tanpa adanya pendekatan yang lebih praktis. Akibatnya, pembelajaran sejarah terasa membosankan karena minimnya interaksi langsung, seperti sentuhan praktikum dan tinjauan terhadap masa lalu yang mereka pelajari.

Akibat dari metode ini, minat siswa terhadap sejarah kian menurun. Jika kondisi ini dibiarkan, kita akan menghadapi masalah serius: generasi milenial yang kehilangan jejak sejarah bangsanya. Pada akhirnya, mereka bisa saja tidak lagi mengenali identitas bangsa mereka sendiri.

Lebih dari itu, pandangan siswa terhadap pelajaran sejarah bisa berubah drastis. Mereka mungkin menganggap sejarah sebagai sesuatu yang tidak relevan dengan masa depan mereka, bahkan mungkin hanya melihatnya sebagai dongeng untuk anak-anak sebelum tidur.

Padahal, sejarah memegang peranan penting dalam membentuk kesadaran generasi muda. Tanpa pemahaman sejarah, generasi penerus tidak akan tahu asal-usul bangsanya dan bagaimana bangsa ini berkembang dari masa ke masa.

Tak cukup sampai disitu, jika diamati, sejarah mempunyai manfaat yang begitu besar apabila siswa tersebut mampu mengkolaborasikan isi moral yang terkandung didalamnya dengan kehidupan kesehariannya. Dengan melihat serta belajar dari masa lalu, siswa akan berusaha untuk tidak melakukan kesalahan yang sama di masa-masa mendatang. Dengan belajar sejarah, siswa akan mampu mengkaji semua hal yang terjadi di sekitarnya.

Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno, menekankan pentingnya sejarah dengan semboyannya yang terkenal, “Jasmerah” – jangan sekali-kali melupakan sejarah. Bahkan jauh sebelum era milenial, Cicero (106-43 SM), seorang sejarawan dan filsuf klasik, menyebut sejarah sebagai “guru kehidupan” atau historia magistra vitae.

Melihat fakta-fakta tersebut, sepatutnya guru sejarah harus bertekad kuat untuk mengubah pendekatan pengajaran mereka, dari metode konvensional menjadi lebih konstruktif. Meski bukan hal mudah, perubahan ini diperlukan agar pembelajaran sejarah lebih relevan bagi siswa. Salah satu tantangan terbesar adalah kenyamanan guru dengan metode lama, yang sudah menjadi kebiasaan sejak mereka masih menjadi siswa.

Selain guru, sekolah juga perlu berperan aktif dalam menjaga mempertahankan mata pelajaran yang berada di ambang kepunahan itu. Dengan kolaborasi antara guru dan sekolah, siswa tidak hanya akan mendapat teori, tetapi juga pengalaman langsung. Misalnya, melalui kunjungan studi ke situs-situs bersejarah atau museum. Guru juga bisa memanfaatkan media audiovisual untuk memperkaya pembelajaran, sehingga siswa dapat berimajinasi lebih jauh tentang kehidupan masa lampau.

Dengan pendekatan ini, pelajaran sejarah akan kembali menarik perhatian siswa. Sejarah tidak lagi dianggap sebagai pelajaran yang membosankan atau tidak relevan. Perlahan tapi pasti, siswa akan menyadari pentingnya sejarah sebagai pelajaran yang mengajarkan nilai-nilai kehidupan dan identitas bangsa.

 

Penulis: Moh. Wildan Dhulfahmi*
Editor: Ahmad Zainul Khofi

*) Siswa Unggulan IPA (UI) Madrasah Aliyah Nurul Jadid, Wakil Pimred Majalah Kharisma edisi 35 dan Coordinator Religion Devision Intteligent Student Organization (ISO). 

Mahasiswa Santri Baru Ikuti Kajian Hikmah dan Majelis Sholawat

berita.nuruljadid.net – Lembaga Pembinaan Pondok Mahasiswa (LP. Pomas) Pondok Pesantren Nurul Jadid menggelar acara “Majelis Sholawat dan Hikmah” dalam rangka menyambut mahasiswa baru tahun akademik 2024/2025, yang berlangsung di Musala Riyadus Sholihin, pada Rabu (2/10/2024). Acara ini dimulai dengan lantunan sholawat yang dipimpin oleh K. Durry Raiq Najih Muhammad dan KH. M. Hilman Zidny Romzi, diiringi pesan-pesan kebajikan yang ditujukan kepada para mahasiswa santri.

Dalam kesempatan tersebut, K. Durry Raiq Najih Muhammad menyampaikan pentingnya niat dalam menuntut ilmu. “Yang perlu didahulukan adalah niat,” ujarnya.

Ia menekankan bahwa banyak orang berhijrah, namun hanya mendapatkan “kulitnya” saja. Oleh karena itu, mahasiswa santri diharapkan memanfaatkan waktu di pesantren untuk belajar dengan tekun, baik ilmu teori maupun praktik.

“Selama ada di pondok, silakan mengulak sebanyak mungkin ilmu, baik di kampus maupun di pesantren,” harap Kiai Raiq.

Lebih lanjut, beliau menambahkan bahwa mahasiswa santri harus memiliki lima kesadaran utama: kesadaran beragama, berilmu, bermasyarakat, berbangsa bernegara, dan berorganisasi. Kesadaran ini akan membentuk fondasi kuat bagi mereka untuk menjadi pribadi yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

“Latihan iman itu penting. Tanpa latihan, hasil yang baik tidak mungkin tercapai,” tegasnya, sambil mencontohkan proses pembuatan genting yang memerlukan pembakaran untuk menjadi kokoh dan tahan lama—begitu juga dalam menuntut ilmu.

KH. M. Hilman Zidny Romzi pun turut menyampaikan nasihatnya dengan gaya khas yang mengundang senyum para peserta.

“Kehidupan manusia itu kebanyakan berandai-andai, makanya Allah ciptakan nyamuk, untuk menampar diri kita biar sadar,” selorohnya.

Namun di balik canda tersebut, Kiai Hilman mengingatkan para santri agar tidak menyia-nyiakan kesempatan emas yang ada di Pondok Pesantren Nurul Jadid.

“Sangat rugi jika mahasiswa santri tidak mampu menimba ilmu sebanyak-banyaknya di pondok ini,” katanya.

Beliau juga menggarisbawahi bahwa ilmu yang diperoleh di pondok dan di kampus tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi juga saat mereka kembali ke masyarakat.

“Santri yang memiliki pengetahuan di berbagai bidang akan lebih mudah berjuang dan berkhidmat untuk masyarakat,” tambahnya, menutup dengan ajakan agar para mahasiswa terus bersemangat dalam menuntut ilmu.

Pewarta: Moh. Jasri Ahyak
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Intip Kreativitas Santri Nurul Jadid Sambut Maulid Nabi

berita.nuruljadid.net – Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1446 H di Pondok Pesantren Nurul Jadid dimeriahkan dengan berbagai kegiatan. Selain pembacaan maulid diba’, simtuddurror, dan tausiah ulama, pesantren juga menyelenggarakan berbagai lomba untuk menambah semarak acara tersebut.

Salah satu lomba yang paling menarik perhatian adalah lomba parsel yang digelar di Wilayah Al-Hasyimiyah pada Senin malam (30/09). Berlokasi di depan daerah Al-Masruriyah, seluruh daerah di Wilayah Al-Hasyimiyah diwajibkan untuk berpartisipasi dalam perlombaan ini.

Penilaian lomba didasarkan pada tiga kriteria utama: kreativitas, kerapian, dan keindahan. Menariknya, parsel yang dirangkai oleh para santriwati tidak hanya dipamerkan, tetapi juga untuk diserahkan kepada keluarga pengasuh pesantren.

“Awalnya, kami mengusulkan lomba parsel dengan buah-buahan karena Maulid Nabi identik dengan buah. Namun, kami khawatir buah-buahan tersebut tidak segar saat diserahkan. Akhirnya, kami memutuskan untuk membuat lomba parsel snack,” ungkap Aulia Meca, Ketua Himpunan Abdi Santri Al Hasyimiyah selaku koordinator penyelenggara kegiatan.

Potret beberapa produk hasil karya santri dalam lomba parsel peringatan PHBI Maulid Nabi Muhammad SAW 1446 H.

Setiap tim peserta terdiri dari empat orang, dengan waktu satu jam yang diberikan oleh panitia untuk merangkai parsel. Para peserta terlihat fokus dan bekerja sama untuk menyelesaikan parsel tepat waktu.

“Waktu satu jam cukup, karena kami diperbolehkan mempersiapkan item-itemnya terlebih dahulu. Di lokasi, kami hanya tinggal merangkai dan menghias parselnya,” ujar Fatimah Az-Zahra, perwakilan dari daerah Riyadlul Jinan yang berhasil meraih juara pertama.

 

Pewarta: Wahdana Nafisatuz Zahra
Editor: Ahmad Zainul Khofi

Antusias Santri dan Alumni Banjiri Acara PHBI Maulid 1446 H

berita.nuruljadid.net – Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) Maulid Nabi Muhammad SAW 1446 H di Pondok Pesantren Nurul Jadid sukses dibanjiri antusias santri, alumni, dan masyarakat selama rangkaian acara berlangsung. Ribuan jamaah memenuhi Masjid Jami’ dan halaman pesantren pada Ahad (29/09/2024) malam.

Dalam acara tersebut, pelaksana menghadirkan Penceramah Habib Ahmad Jamal bin Toha Ba’agil, Pengasuh Pondok Pesantren Anwarut Taufiq, Batu, Malang. Sebelum tausiah dimulai, hadirin mengikuti pembacaan Simtudduror yang dipimpin oleh Kiai Fahmi AHZ.

Sekretaris Pesantren, Tahiruddin, mengungkapkan bahwa persiapan acara ini dilakukan di tengah masa liburan santri, dengan rapat yang diadakan secara daring.

“Karena jarak antara liburan dan acara sangat singkat, kami mengadakan rapat secara daring untuk memastikan semua berjalan sesuai rencana,” jelasnya.

Sebagai penanggung jawab acara, Tahiruddin menambahkan, pemilihan Masjid Jami’ sebagai lokasi utama ditujukan untuk menjangkau lebih banyak audien atau jamaah.

“Saat kami berkonsultasi dengan pengasuh, beliau menyarankan format acara menyerupai istighosah bulanan, yang biasanya menjangkau lebih banyak santri, alumni, dan pengurus,” tuturnya.

Untuk pemilihan penceramah, pihak pelaksana telah merumuskan beberapa nama jauh sebelum liburan Maulid digelar.

“Kami telah mencantumkan beberapa calon muballigh, kemudian pengasuh menambahkan nama Habib Ahmad Jamal. Alhamdulillah, beliau berkenan hadir setelah kami sowan ke pesantrennya,” tutupnya.

Tak hanya santri, alumni pun menyambut gembira acara tersebut. Imam, salah satu alumni asal Situbondo yang pernah menjadi khadam Almarhum Kiai Abdul Haq Zaini, mengungkapkan kegembiraannya.

“Sejak sore saya sudah di sini. Saya sangat bahagia bisa hadir kembali sebagai alumni, ini pertama kalinya sejak pandemi,” ucapnya penuh syukur.

 

Pewarta: Moh. Wildan Dhulfahmi
Editor: Ahmad Zainul Khofi