KH. Abd. Hamid Wahid : Santri Harus Mengamalkan 3 Point Penting

nuruljadid.net –  “Sebuah proses pelantikan kelulusan setelah menempuh masa belajar pada suatu instansi pendidikan”. Demikianlah banyak orang menyebutnya dengan wisuda. Ajang ini bolehlah bisa kita sebut sebagai momentum yang penting. Akan tetapi, hal ini bukan lantas menjadi sebuah tahap akhir dari tugas kita untuk terus selalu berjuang dan meneruskan belajar. Ini adalah sebuah pengingat bagi kita untuk terus menerus melakukan perjalanan dalam mencari ilmu.

Jangan pernah merasa bahwa dengan didapatkanya ijazah bahkan ijab sah sekalipun menjadi pertanda akan akhir dari proses pencarian ilmu. Termasuk komponen yang dimaksudkan di sini adalah santri. Santri adalah termasuk status yang tidak ada pensiun dan berhentinya. Sekali seseorang menjadi santri maka dalam seluruh lini kehidupanya mempunyai tugas kesantrian dan tugas belajar terus menerus tanpa ada batasnya.

Ada tiga poin penting sebenarnya yang ingin disampaikan dalam tulisan ini. Pertama adalah status dan posisi kita sebagai santri. santri adalah kader yang bertugas untuk berbuat dan mengabdikan diri kepada masyarakat. Dalam sebuah firman Allah Al-quran surat At-taubah ayat 122 yang artinya “tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam tentang agama dan untuk memberi peringatan pada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.

Kepala Pesantren Pondok Pesantren Nurul Jadid (KH. Abd. Hamid Wahid) pada saat memberikan Tausiyah Wisuda Madrasah Diniyah Al Hasyimiyah. Foto (Zaky/Red)

Ayat ini merupakan peringatan kepada Rasulullah ketika gentingnya dalam masa-masa perang untuk tidak menyertakan seluruh umatnya ikut berperang. “Mbok ya jangan ikut perang semua sisakan satu kelompok untuk mendalami ilmu agama,” begitu kira-kira. Tujuanya adalah agar kelompok yang tidak ikut berperang tadi mendalami agama dan disyiarkan kepada masyarakat luas. Sebab, bagaimana mungkin akan lestari bila semisal seluruh umat islam pada waktu itu turut serta berperang semua dan gugur di medan perang? Hal ini yang tentunya tidak diinginkan.

Ini merupakan salah satu bagian tanggung jawab yang harus disandang santri. santri tidak cukup hanya hidup untuk dirinya saja tanpa pernah peduli memperjuangkan syiar agama islam. Santri juga harus memberikan sumbangsih pada masyarakatnya.  KH. Zaini Abdul Munim pengasuh sekaligus pendiri Pondok Pesantren Nurul Jadid sangat memperdulikan keadaan umatnya. Salah satu dauhnya yang sering digaungkan bahwa “Santri yang hanya sekedar hidup untuk dirinya sendiri sekedar untuk ekonominya sendiri, sekedar untuk pendidikanya sendiri  maka dia sudah berbuat maksiat pada Allah,”.

Dauh beliau ini untuk memperkuat dan memperkokoh pada status kesantrian kita bahwa santri adalah kader yang harus menjadi tanaman tumbuh dan bermanfaat, tumbuh dan berkembang, berkembang dan berbuah yang buahnya dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Meski beliau KH. Zaini tidak mengharuskan santrinya untuk menjadi Kiyai atau Bu Nyai saja. Tapi dalam tempat dan kondisi apapun ia berbuat silahkan asal dengan tetap membawa nilai-nilai kesantrian. Nilai ini yang sebenarnya dalam sistem pendidikan kita Pondok Pesantren terkandung dalam tiga hal komponen penting yakni trilogi santri.

Sebagai santri Nurul Jadid tentunya harus hafal pada trilogi santri ini. Komponen pertama  isi dari kandungan dari trilogi santri tersebut adalah santri mempunyai perhatian untuk melaksanakan Fardlu Ain. Kedua santri mempunyai perhatian untuk meninggalkan dosa-dosa besar. Ketiga mempunyai adab yang baik kepada Allah dan makhluknya. Ketiga hal tersebut bukan berarti apa yang dicari santri dan bukan berarti ketika tiga hal tersebut tercapai tugas santri selesai. Akan tetapi, ini adalah modal dasar hal fardlu ain yang wajib bagi mukallaf, muslim dan mukmin untuk melakukanya. Kemudian posisi yang kedua menularkan adalah perbuatan fardlu kifayah.

Maksudnya adalah sisi yang menjadi tugas eksklusif dari sebagian orang dan menjadi gugur tugas kewajiban itu bagi sebagian masyarakat yang lain. Kerap kali tidak kita sadari bahwa apa yang kita lakukan di pondok sebetulnya upaya persiapan besar yang akan kita lakukan ketika pulang. Tentang persiapan ini Imam Syafii pernah mengingatkan pada kita semua bahwa hendaknya kita mengkaji ilmu dan pengalaman sebelum kita menduduki pekerjaan dan jabatan.

Poin yang kedua adalah ilmu yang kita cari dan gali harus beriorientasi pada manfaat dan amal. Ilmu tanpa amal seperti pohon yang tak berbuah. Buah dari ilmu adalah amal. Santri ilmunya harus amaliyah dan amaliyahnya harus ilmiyah. Kita seharusnya selektif dalam memilih ilmu yang sesuai denga masa depan kita. Disesuaikan pada porsi yang dibutuhkan masyarakatnya.

Orang yang mencari ilmu tidak mesti ilmunya manfaat. Ilmu yang manfaat urusan Allah, bagian dari rahmat dan hidayah Allah. Tanda dari orang yang ilmunya manfaat dapat menyelamatkan da mendekatkan dirinya kepada Allah. Semakin menggairahkan kita untuk melakukan tugas dan kewajiban kita sebagai hamba. Orang yang bertambah ilmunya tapi tidak bertambah hidayahnya berarti ia jauh dari Allah.

Poin ketiga adalah bahwa nilai-nilai dari seseorang itu sama dengan baju yang dikenakan. Baju yang kita kenakan menjadi bagian hidup dari penampilan. Baju yang digunakan untuk beramal itu adalah akhlak dan adab, etika dan etiket. Ini hal penting yang harus diperhatikan dan terus kita pelihara sehingga menjadi kebiasaan dan watak kita. Watak adalah asalnya pengetahuan yang dibiasakan. Kebiasaan terbentuk menjadi ciri khas da karakter. Watak ini dapat dibentuk ketika dalam masa pembentukan karakternya. Dan tak akan dapat dibentuk lagi selagi sudah sampai pada usia 40 tahun. Akhlak yang baik diperoleh dari kebiasaan. Bagi manusia baju yang dipakai untuk berhias dan memperindahkan kehidupan adalah akhlak dan adab. Berilmu tidak berakhlak sama saja ilmunya tiada. Sebab ukuran manfaat dari ilmu adalah bagusnya perangai dan etika. Selamat Ber-etika! Wallahu a’lam bisshowab. (DL)

Sumber : Tausiyah Kepala Pesantren Pondok Pesantren Nurul Jadid (KH. Abd. Hamid Wahid) Pada Kegiatan Wisuda Purna Awwaliyah III Madrasah Diniyah Al Hasyimiyah.

Mengenal Lebih Dekat Sosok Mimi, Wisudawati Terbaik Asal Thailand

nuruljadid.net – Jauhnya jarak yang membentang Tak pernah sedikitpun membuatnya patah arang. Sebagai seorang anak rantau dia dapat membuktikan bahwa dia juga mempunyai kesempatan untuk menjadi juara. Nun Jauh di seberang sana sosok seorang ayah yang hebat bernama Abdulloh Pohchiseng selalu berharap yang terbaik bagi anaknya. Malam itu, sang putri kebangganya terpanggil menjadi yang terbaik memenuhi harapan dan cita-cita sang ayah.

Paras wajah ayunya terlihat berbinar. Semburat ekspresi bahagianya tak dapat dibendung. Sangat kentara wajah khas berketurunan etnis Thailand. Riasan make up-nya masih melekat rapi di atas wajahnya. Sederhana saja tak terlalu tampak norak dan menor. Tidak seperti biasanya ia berdandan dengan demikian. Guna mengikuti acara perhelatan wisuda Purna Madrasah Awwaliyah III, sengaja ia tampil dengan performa yang lebih. Acara wisuda yang ia ikuti pada Rabu malam kemarin (10/05) merupakan momen yang luar biasa dalam Hidupnya.

“Menimbang dan seterusnya memutuskan bahwa nama yang tercantum dibawah ini adalah wisudawati terbaik Madrasah Diniyah Awwaliyah III,” begitulah detik-detik mendebarkan ketika Surat Keputusan (SK) mulai dibacakan oleh Ustadzah Imroatul Husna ketika penentuan Wisudawati terbaik dalam acara wisuda yang dilaksanakan oleh Madrasah. Semua jerih payah belajar jelas terbayarkan punah melihat megah tropi berada di pangkuan tangan.

Namanya Fateehah Pohchiseng. Satu-satunya siswi dari Thailand yang mendapat penghargaan wisudawati terbaik dalam acara Wisuda Purna Awwaliyah III. Sangat tak menduga awalnya bila pada ujungnya ketika pembacaan Surat Keputusan (SK) oleh panitia namanya terpanggil menjadi wisudawati terbaik.“Saya sangat tidak menyangka bisa jadi seperti ini,” tuturnya dalam bahasa indonesia dengan logat Thailand yang khas.

Momen itu merupakan peristiwa yang tidak akan pernah bisa dilupakanya. Menjelang satu minggu lagi kepulanganya ke kampung halaman. Ia dinobatkan sebagai wisudawati terbaik. “Saya mondok di sini sejak kelas satu SMA. Sekarang udah kelas tiga, bentar lagi juga mau berhenti. Insya allah 17 mei ini saya udah pulang ke Thailand,” terangnya.

Tidak terasa sudah tiga tahun ia menetap dan menyandang status santri di Pondok Pesantren Nurul Jadid. Tepatnya, ia memulai semua kehidupan barunya sebagai santri di pondok sedari tiga tahun silam sejak ia dari kelas satu di SMA Nurul Jadid. Ketika ditanya perihal kesan pengalamanya selama ia menimba ilmu di pondok ia berterus terang sangat senang sekali bisa belajar di pondok.

“Enak belajar di sini seneng. Ustadzahnya baik-baik, gurunya baik-baik juga perhatian sama orang Thailand. Tapi, yang paling baik Ustadz. Ustadz Nasrul Mukmin namanya. Seneng Banget bisa diajar beliau, kebetulan beliau ngajar tauhid,” kelakarnya sembari sesekali tersungging senyum dari bibirya.

Kemudian ia berkisah ketika kedatanganya pertama kali menginjakan kaki di Pondok Pesantren Nurul Jadid. ada banyak kesullitan yang ia alami. Terlebih persoalan komunikasi dengan teman sebayanya. Sebab, tak sedikitpun bekal bahasa indonesia yang ia punya. “Saya hanya bisa cakap Malaysia dan Thailand aja. Dua bahasa itu saja yang saya ketahui,” imbuhnya.

 Untungnya ia tidak sendiri. Dari Thailand ia bersama dengan lima orang temanya. Sama-sama bersekolah di SMA Nurul Jadid. tidak hanya itu, perasaan tidak betah juga sesekali ia rasakan. Bersama kelima orang temanya mereka berusaha dengan gigih mencoba untuk bertahan dan belajar beradaptasi dengan lingkungan. Namun, persoalan itu ia coba untuk atasi dan sama sekali tak membuatnya berkecil hati. Satu tahun lamanya ia mencoba belajar berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia.

“ Melalui beasiswa pertukaran pelajar dari Thailand. Kemudian saya bisa sampai ke sini. Nggak paham sekali dulu ketika awal kali mondok di sini. Awalnya memang sulit banget sih untuk berkomunikasi terbiasa akhirnya bisa juga,” kisah perempuan yang kerap disapa mimi tersebut.

Baginya hal ini bukan pengalaman pertama kali ia mondok. Sebelum kedatanganya ke Indonesia ia juga sempat nyalaf dulu ketika di Thailand. “Sempet nyalaf juga dulu ketika di Thailand. Tapi, beda sama di sana. Di sini banyak kiyainya banyak pondoknya juga jadi enak,” ucapnya.

Berpegang teguh pada satu prinsip yang ia jadikan sebagai motivasi hidupnya. Ia terus melangkah. Ia percaya bahwa semua pertanyaan pasti ada jawabnya, setiap persoalah pasti ada jalan keluarnya. Selama kita punya keberanian untuk bertanya. “Yang penting jangan malu untuk bertanya,” paparnya. (DL)

Fateehah Pohchiseng (memakai toga) bersama walinya yang berasal dari Negara Thailand. (Foto : Zaky)

Madrasah Diniyah Putri Adakan Wisuda Purna

nuruljadid.net – Lokasi area parkiran mobil di depan kediaman Ny. Hj. Masruroh yang biasa lengang kemarin tampak cukup ramai. Beberapa mobil terlihat berejejeran memenuhi halaman depan kediaman beliau. Mereka adalah wali santri yang datang untuk memenuhi undangan Wisuda Purna Awwaliyah III yang dilaksanakan Madrasah Diniyah (Madin) putri pada rabu malam kemarin (10/05).

Menyaksikan putri-putrinya mengenakan toga dan memegang ijazah menjadi seorang sarjana. Bertempat di depan Gedung Putih asrama I’dadiyah acara wisuda Purna itu diselenggarakan. Terdapat 200 peserta yang diwisuda pada acara wisuda Purna kemarin. Terdiri dari 183 peserta dari siswi Madrasah Diniyah dan 17 peserta dari siswi Unggulan bahasa yang masih berada di bawah naungan Diniyah.

Momen wisuda tersebut merupakan salah satu bentuk dari peningkatan mutu kualitas peserta didik. Sebagai tujuan yang diharapkan adalah lulusan-lulusan atau output dari Madrasah Diniyah mampu menjadi sosok santri yang ber-tafaqquh fiddin. Tidak hanya itu, seperti yang telah dipaparkan oleh Ny.Hj. Hamidah Wafie bahwa santri juga mampu menyiarkan pesan-pesan syariat Islam.

“Alhamdulillah Madin telah berhasil mengantarkan peserta didiknya sebagai lulusan dari Madin. Namun, tanggung jawab sebenarnya tidak begitu saja selesai di sini. Selanjutnya adalah tugas yang sebenarnya para santri yang diwisuda malam mampu menyiarkan kepada masyarakat untuk dapat merubah keadaan lingkungan yang masih awam dalam wawasan keagamaanya,” tutur beliau. (DL)

Ustadzah Khorioh (Kepala Madrasah Diniyah Al Hasyimiyah) bersama Ibunda Ny. Hj. Hamidah Wafie (Pemangku Wilayah Al Hasyimiyah) pada saat prosesi pengukuhan Wisudawati Madin Al Hasyimiyah. (Foto : Zaky/Red)

Peserta Prakerin ; Lepas Pisah 19 Peserta Prakerin dari SMK Bulugading Jember

nuruljadid.net – Tanggal 04 Maret 2017 dewan guru SMK Bulugading Jember mengantarkan 19 peserta didiknya untuk melakukan Praktek Kerja Industri (Prakerin) di Pondok Pesantren Nurul Jadid selama 2 bulan lamanya. Hari ini (05/05) 2 bulan sudah mereka melakukan Prakerin di Pondok Pesantren Nurul Jadid dan hari ini pula mereka (peserta Prakerin) dijemput untuk kembali ke PP. Busatnul Ulum Jember tempat dimana mereka menimba ilmu.

Acara perpisahan dilakukan secara sederhana yang  bertempat di kantor sekretariat Nurul Jadid. Acara perpisahan ini dihadiri oleh beberapa dewan guru dari SMK Bulugading Jember dan ditemani oleh Wakil Sekretaris Pesantren, Bapak Ahmad Saili Aswi. Dalam pertemuan ini banyak hal yang disampaikan dari kedua belah pihak, baik dari Pihak SMK Bulugading maupun dari pihak Pondok Pesantren Nurul Jadid. Salah satunya adalah ucapan terimakasih dan ucapan mohon maaf atas segala kekurangan dan ketidaknyamanan dari masing masing pihak.

“Kami perwakilan dari Pengurus Pondok Pesantren Nurul Jadid menyampaikan banyak terimakasih atas kerjasamanya dan kami juga memohon maaf apabila selama 2 bulan siswi SMK Bulugading disini mendapatkan hal yang tak begitu menyenangkan. Semoga jalinan kerjamasa diantara kita tetap berjalan dengan baik dan semakin membaik kedepannya” ujar Wakil Sekretaris Pesantren, Bapak Ahmad Saili.

Dipenghujung acara ini, pihak SMK Bulugading memberikan sedikit cinderamata kepada Pondok  Pesantren Nurul Jadid. (Q2/Red)

Pemberian Kenang kenangan dari SMK Bulugading Jember kepada Wakil Sekretaris Pesantren. (Foto : Abu Bakar)

Bulan Lomba; Uji Mental dan Skill Santri dengan Berpidato

nuruljadid.net – Dalam rangka mengetahui tingkat kemampuan santri, Pengurus Wilayah I’dadiyah mengadakan Pembukaan Bulan Lomba yang bertempat di depan asrama I’dadiyah. Adapun tujuan dilaksanakannya kegiatan tersebut adalah untuk menguji mental santri dan mengetahui kemampuan mereka setelah satu tahun lamanya menempuh jenjang studi di Wilayah ini. Wilayah I’dadiyah sendiri merupakan wilayah khusus santri baru yang fokuskan untuk memperlajari dan menguasai Furudhul ‘Ainiyah.

Peserta pada kegiatan bulan lomba ini adalah seluruh kamar yang ada di Wilayah I’dadiyah. Dan ada 10 jenis lomba yang dilombakan diantaranya adalah lomba hadrah, Qori’, MSQ, Pidato/Khitobah, Bilal Jum’at, Tahlil, Diba’, Cerdas Cermat,  Furudhul Ainiyah, Hafalan Munjiat dan kebersihan kamar.

Malam hari ini (04/05) Lomba Khitobah digelar. Setiap kamar wajib mendelegasikan 3 orang dengan membawakan pidato yang bertema bebas. Gemuruh dan sorak sorai santri Wilayah I’dadiyah memberikan aura yang menggelegar. Terkadang, terdengar suara suara yang membuat peserta lomba gagal fokus. Dan tak jarang pula, para peserta lomba yang sedang tampil mengalami nervous atau grogi.

Penampilan Saudara Bintang, Santri Asrama I’dadiyah di Lomba Pidato. Foto : Zaky/Red

“Mereka kebanyakan masih pertama kali mengkuti perlombaan jadi wajarlah jika mereka masih demam panggung dan ditambah lagi masih dalam proses pendewasaan. Kami memaklumi dengan kondisi tersebut” ujar syaiful salah satu Pengurus Wilayah I’dadiyah.

“Dan semoga dengan adanya lomba ini dapat memberikan mereka pengalaman baru sehinga kedepannya mereka bisa meningkatkan skill mereka menyesuaikan dengan potensi diri dimasing masing individu” tambahnya.

Kegiatan bulan lomba ini merupakan kegiatan terakhir yang dilaksanakan oleh pengurus wilayah I’dadiyah. Pasalnya, beberapa hari kedepan, mereka akan dilepas atau dipindahkan ke wilayah masing masing menyesuaikan dengan lembaga pendidikan formal yang mereka pilih. (Q2/Red)

Wisudawati dan Penobatan Terbaik Pembinaan Muallimat Al Qur’an

nuruljadid.net – Senin Malam Selasa (01/05) di Pondok Pesantren Nurul Jadid Wilayah Az-Zainiyah telah melaksanakan prosesi Wisuda & Penobatan Terbaik Pembinaan Muallimat Al-Qur’an  dengan lancar. Kegiatan ini dilaksanakan setiap Tahun pada akhir Semester Genap, yang dimana pembinaan muallimat Al-Qur’an ini dikhususkan untuk semua mahasiswi di wilayah az-zainiyah yang dilaksanakan setiap minggu dua kali pada hari senin malam selasa dan kamis malam jum’at.

Pada prosesi wisuda muallimat Al-Qur’an ini, ada  sekitar 80 Orang wisudawati yang telah lulus tes seleksi tulis wisuda Pembinaan Muallimat Al-Qur’an oleh bagian Pengurus Muallimat. Diantara 80 orang wisudawati, yang terpilih hanya 2 Orang yang akan diuji ketuntasan materi oleh Pengurus Muallimat, Asatidzah, BKPP, dan Pengasuh yang nantinya akan terpilih menjadi wisudawati terbaik.

Setelah melalui proses uji, wisudawati yang terpilih menjadi wisudawati pembinaan muallimat Al-Qur’an terbaik ialah wisudawati  “Dini Hanifiyah” berasal dari Pulau Madura. Semua mahasiswi yang telah dinyatakan lulus pembinaan muallimat Al-Qur’an malam ini adalah salah satu calon pengurus yang nantinya akan membina anak-anak santri di daerah khususnya dalam pembinaan Al-Qur’an setelah semua mahasiswi ini akan tersebar di setiap daerah yang nantinya akan dijadikan pengurus atau wali asuh di setiap daerah di Wilayah Az-Zainiyah.

Harapan dari Kepala BKPP Ny. Hj. Hanunah Nafi’iyah, M.Pd “untuk semua wisudawati pembinaan muallimat al-qur’an jangan lupa untuk menyumbangkan ilmunya dan membina santri-santri wilayah az-zainiyah dalam hal pembinaan al-qur’an dengan ikhlas, pekerjaan ini tidak bisa kita balas tapi hanya ALLAH yang akan bisa membalas semuanya ”. (MF/Dalbar)

Kiai Zaini dan Kemakmuran Petani Tembakau

Tepat pada tanggal 23 April 2017 ini, Pondok Pesantren Nurul Jadid akan melaksanakan Haul Pendiri dan Harlah untuk mengingat perjalanan perjuangan para pendahulunya (manakib). Para masyakhih yang telah mendahului menghadap ke hadirat Allah. Telah banyak meninggalkan jasa dalam mewarniai dinamika keummatan dan kebangsaan. Di dalam tradisi pesantren, memperingati sejarah perjuangan para pendahulu terutama pendiri pesantren sebuah keniscayaan. Hal ini diharapkan mampu menghadirkan pengetahuan terhadap sepak terjangnya supaya bisa menjadi ibrah bagi masyarakat pesantren dalam menjalani hdup daam sehari-hari.

Para pendiri pesantren dengan kealiman dan keistikamaannya dalam menjalankan agama mampu menjadi pioner dalam menjaga tradisi salafus sholih. Tradisi yang berlandaskan alqur’an dan hadits, tidak terkecuali Kiai Zaini Mun’im.  Dia adalah seorang ulama yang berasal dari pulau garam madura, keturunan dari orang yang mempunyai kharisma di daerahnya. Dalam sejarahnya ia tidak ingin mendirinkan pesantren, datang ke bumi jawa menghindari keberingasan belanda. Karena belanda, menganggap kiai zaini adalah salah satu bantu sandungan untuk memuluskan keinginannya dalam merebut bumi pertiwi. Intimidasi para penjajah terhadapnya tidak menyurutkan semangat juang dalam menjaga harkat dan martabat bangsa. Meski ia menyadari bahwa ancaman-ancaman demi ancaman itu, akan membahayakan terhadap keselamatan diri dan keluarganya. Namun, totalitas perjuangannya mampu melenyapkan ketakutan-ketakutan.

DesaTanjung, Pilihan Dakwahnya

Setelah mendapatkan restu dari KH. Syamsul Arifin ayahanda KH. As’ad Syamsu Arifin Sokorejo Situbondo agar desa tanjung menjadi tempat pilihan dakwahnya. Maka, KH. Zaini Mun’im memutuskan untuk menetap di desa ini bersama keluarganya. Namun sebelumnya KH. Zaini mengajukan beberapa tempat ke KH. Syamsul Arifin dengan membawa contoh masing-masing tanah. Selain tanah karanganyar, adalah tanah GenggongTimur, dusun kramat, Kraksaan Timur, desa Curahsawo Probolinggo, dan dusun Sumber Kerang. Namun, tanah yang di pilih adalah tanah desa tanjung, akhirnya KH. Syamsul Arifin memerintahkan agar Kiai Zaini menetap di desa itu.

Ini sesuai dengan isyarat yang di alami oleh Kiai Zaini pada saat ia mengambil tanah di desa tanjung, tiba-tiba menemukan sarang lebah dan dipahami jika mendirikan pesantren di tempat ini akan banyak santrinya. Sedangkan isyarat yang lain datang dari KH. Hasan Sepuh Genggong, saat Kiai Hasan sepuh mendatang sebuah pengajian dan melewati desa ini (tanjung) ia berkata pada kusir dokarnya “ di masa mendatang, jika ada kiai atau ulama yang mau mendirikan pondok di desa ini, kelak pondo tersebut akan menjadi pondok besar, dan santrinya akan melebihi santri saya.”

Pada mulanya di desa sangat memprihatinkan, banyaknya binatang buas, sepinya masyarakat yang bercocok tanam, dangkalnya masyarakat memahami agama, untuk yang terakhir ini terlihat jelas dengan praktik keagamaan yang dilakukan masyarakatnya, misanya, dengan keberadaan pohon besar yang tidak boleh di tebang dan di yakini sebagai pembawa berkah keselamatan. Ritual-ritual keagamaan masyarakat di desa ini sangat menyimpang dari ajaran agama islam yang sebenarnya.  Ditandai dengan pemberian sesajen, utamanya keika melaksanakan hajatan dipersembahkan kepada roh kudus yang di tengarahi olehnya berada di pohon tersebut. Begitu pula, dalam kehidupan sosial ekonominya di desa ini sangat terbelakang. Pada saat kiai zaini berada di dusun tanjung (karanganyar) lambat laun, desa ini mulai tertata mulai dari aspek agama, sosial, budaya dan pendidikannya. Kedatangan Kiai Zaini, cukup menyinari gelap gembita pengetahuan masyarakat tanjung. Dari itu, banyak orang yang menyambut dengan rasa suka dan senang, ini tidak lepas dari sikap dan sifatnya Kiai Zaini yang sangat toleran, tasamuh, taadul dan tawazun terhadap orang lain. Dan, rasa empati dalam memperhatikan kondisi sosial ekonomi masyarakat, sehingga kehidupan sehari-harinya selalu berkait dengan kemaslahatan ammah.

Dinamisasi Kehidupan Masyarakat

Lambat laun, masyarakat di desa ini menjadi masyarakat tamaddun. Masyarakat yang mampu mempraktikkan ajaran agama dengan baik dan benar, menciptakan tatanan sosial yang tinggi serta menghasilkan ekonomi yang mapan. Perjuangan demi perjuangan menjadi nafas Kiai Zaini, sesuia dengan kalimat yang pernah di ungkapkannya.” Orang yang hidup di Indonesia ini, jika tidak berjuang (perjuangan yang baik) maka ia telah berbuat maksiat”.

Maka tidak terlalu berlebihan jika kita mengatakan bahwa Kiai Zaini adalah salah satu kiai yang berhasil dalam menciptakan generasi muslim yang memahami islam secara komprehensif kepada masyarakat. Dan ini juga menjadi pendorong ia untuk mendirikan pesantren yang akan meahirkan para pejuang agama di mana saja berada. Sesuai dengan ungkapan yang pernah disampaikannya “saya mendirikan pesantren ini tidak hanya ingin mencetak kiai, melainkan juga ingin mencetak generasi muslim yang memahami agama secara kaffah dan siap mengisi ruang-ruang perjuangan.

Trilogi dan panca kesadaran santri sebagai modal dasar dalam mencetak santrinya. Trilogi yang dimaksud adalah 1. Memperhatikan furudhul ainiyah 2. Mawas diri terhadap dosa besar 3. Berbudi luhur terhadap Allah dan mahluknya. Tiga hal ini ebagi upaya kiai zaini untuk memberikan emahan islam secara utuh dan sempurna. Karena, di dalam trilogi tersebut ajaran-ajaran islam menyelinap. Lain dari itu, panca kesadaran santri di maksudkan agar santri tidak hanya mampu mengetahui pengetahui ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum, namun harapannya santri mampu menerapkan ajaran islam universal disetiap ruang kehidupan yang ada.

Kebangkitan Ekonomi Masyarakat

Ia tidak hanya trampil dalam meaksanakan dakwah ajaran agama yang bersifat normatif, tapi,  juga mampu melaksanakan dakwah non normatif. Karena ia sadar bahwa tidak cukup hanya mengajarkan ajaran ritual keagamaan saja, namun lebih menekankan juga terhada dakwah ekonomi masyarakat. Kemskinan akan menyebabkan kekafiran, bukan hanya semboyan yang tertulis rapi dalam hadits, justru ini merupakan persoalan yang mendasar dalam kehidupan.

Dengan kelihaiannya, ekonomi masyarakat menjadi baik, dengan upaya-upaya yang dilakukannya. Maklum juga, lincahnya Kiai Zaini dalam meningkatkan ekonomi masyarakat tidak lepas dari bimbingan ayahandanya baik secara langsung maupun tidak langsung. KH. Abdul Mu’im ayanda Kiai Zaini adalah pebisnis handal.  Untuk meningkatkan ekonomi masyarakat Kiai Zaini memperkenalkan tanaman baru, yakni tembakau yang bibitnya di bawa dari madura, seiring perkembangan waktu, ternyata tanaman ini cocok dengan keadaan tanah di desa ini, akhirnya tanaman tembakau menjadi penghasilan pokok masyarakat tanjung bahkan penikmat tembakau di rasakan oleh masyarakat seantero indonesia. Kemamuran masyarakat tanjung tidak lepas dari salah satu usahanya, dalam membangkitkan ekonomi. Sehingga, pada akhirnya desa tanjung menjadi desa berkembang,  baik berkait persoalan agama, pendikan, sosiak dan ekonominya.

Jazakullah Khairon Katsira

*) Refleksi Haul dan Harlah PPNJ ke 68

 

Penulis : Ponirin Mika (Sekretaris Biro Kepesantrenan PP. Nurul Jadid dan Anggota Comics (Community of Critical Social Research) Probolinggo)

Kesaksian Gus Ipul (Wakil Gubernur Jawa Timur) Tentang Alumni Pondok Pesantren Nurul Jadid.

nuruljadid.net – Kehadiran sosok pejabat tinggi pemerintahan di sebuah pesantren merupakan sebuah hal yang sangat berharga. Dan pastinya akan menjadi sorotan publik. Hal itu dirasakan oleh Pondok Pesantren Nurul Jadid. Malam hari ini (23/04) Bapak Wakil Gubernur Jawa Timur, KH. Syaifullah Yusuf atu yang dikenal akrab dengan panggilan “Gus Ipul” hadir di bumi Nurul  Jadid untuk mengikuti acara Peringatan Haul Pendiri dan Pengajian Umum.

Dalam kegiatan ini beliau langsung diminta oleh Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Moh. Zuhri Zaini untuk memberikan sambutan kepada semua undangan yang hadir pada acara ini. Di awal sambutannya beliau mengucapkan terimakasih banyak kepada bapak Gubernur Jawa Timur,  Bapak Soekarwo yang telah memberikan tugas kepada gus ipul untuk menghadiri acara Haul Pendiri di Pondok Pesantren Nurul Jadid.

“saya merasa terhormat sekali diminta mewakili Bapak Gubernur untuk menghadiri majelis haul, reuni dan pengajian bersama santri dengan tujuan mendapatkan rahmat dan ridho dari Allah, serta tuk dapatkan syafat dari Rosulullah SAW. Dengan harapan majelis ini menjadi majelis bertambahnya ilmu dan memastikan kita untuk menjadi rombongan para Kiai dan Habaib tak hanya di dunia namun juga di akhirat kelak.” Ujar beliau dalam sambutannya

Dalam sambutan beliau, beliau juga menyampaikan bahwa adanya kegiatan pengajian dan haul ini adalah untuk menjaga jalinan silaturahhim kita dengan para guru guru kita. Ini membuktikan bahwa kita masih dalam segaris se aqidah dan satu barisan dengan guru guru kita. Dan Berkumpulnya kita semua disini adalah sebagai wahana lebih lebih dalam menghadapi zaman sekarang.

Kesinambungan nasab dan ilmu merupakan sebuah hal yang menjadi sorotan di pesantren karena pada dasarnya beberapa guru memiliki nasab yang sama dan terhubung dari satu yang lain. Meskipun berbeda pesantren.

“Mudah mudahan kumpulnya kita disni masih terhubung dengan para ulama dan guru guru kita baik di dunia dan di akhirat nanti.” Ujar Gus Ipul, Wagub Jawa Timur.

Gus Ipul (3 dari kiri) bersama Kepala Pesantren, KH. Abd. Hamid Wahid (kiri) dan Pengasuh, KH. Moh. Zuhri Zaini (2 dari kiri) pada saat pelaksanaan Haul Pendiri PP. Nurul Jadid. (Foto : Zaky/Red)

Kesaksian Gus Ipul Tentang Alumni PP. Nurul Jadid

Dari hasil survey yang dilakukan oleh gus ipul ke beberapa Pondok Pesantren yang telah beliau kunjungi, sekitar 55% tujuan santri mondok di pesantren adalah untuk mendapatkan ilmu yang berkah dan ingin belajar dari guru di pondok pesantren. Ini merupakan sebuah hal yang sangat luarbiasa yang terjadi pada zaman sekarang ini.

Di zaman yang sudah mulai modern ini masih banyak orang orang yang beranggapan bahwa mondok itu untuk mencari ilmu yang barokah bukan mencari ijazah yang digunakan untuk mencari nafkah. Hal itu terbukti dengan kesaksian Gus Ipul yang mengatakan bahwa Pondok Pesantren itu adalah tempat dimana santri mendapatkan ilmu yang barokah dari para kiai dan tak lain untuk mencarti dan mendapatkan ridho Allah SWT.

Berbeda dengan sekolah yang ada diluar pesantren yang rata rata menginkan ijazah dan mempertimbangkan legalitas ijazahnya.

Banyaknya santri yang mondok adalah terpengaruh oleh alumni alumni dari Pondok tersebut. Dan alumni memiliki pengaruh yang besar terhadap banyak santri yang mondok. Pasalnya mereka (santri) yang  mondok terpengaruh oleh alumni Pondok Pesantren yang telah berkiprah di masyarakat dan telah menjadi bukti keberhasilan sebuah Pondok Pesantren dalam mendidik dan menghasilkan “orang” yang berkualitas.

“Saya menjadi saksi dari Alumni alumni Nurul Jadid tersebar diberbagai tempat dan umumnya telah berkiprah baik ditengah tengah masyarakat” ujar beliau dengan suara yang lantang dan tegas.

“Pondok Pesantren Nurul Jadid merupakan salah satu Pondok Pesantren yang cukup diperhitungkan tidak hanya di jawa timur, namun kancah nasional dan internasional” tambah beliau dalam sambutannya.

Gus Ipul bersamaHabib Abdullah bin Muhammad bin Ahmad Al Masyhur (Cicit dari Imam Abdullah bn ‘Alawi Al Haddad, Pengarang Ratibul Haddad)

Selain itu, beliau mengajak para undangan yang hadir untuk bernostalgia tentang Pondok Pesantren Nurul Jadid. beliau menyampaikan bahwa kita jangan melihat Pondok Pesantren Nurul Jadid yang seperti sekarang. Namun beliau mengajak para undangan untuk melihat sejarah bagaimana Pendiri dan Pengasuh pertama Pondok Pesantren Nurul Jadid merintis Pondok Pesantren Nurul Jadid yang penuh dengan perjuangan dan penderitaan.

“Kita jangan melihat Nurul Jadid yang sekarang saja, namun kita juga harus bisa melihat Nurul Jadid yang dulu. Bagaimana kondisi dan suasa Nurul Jadid yang dulu. Untuk menjadi Nurul Jadid yang sekarang tidak lah gampang, namun itu membutuhkan perjalanan yang panjang. Bertahap Pondok Pesantren Nurul Jadid akan berkembang” ujar beliau. (Q2/Red)

 

Malam Puncak Peringatan Haul Pendiri dan Harlah ke 68 Tahun Pondok Pesantren Nurul Jadid

nuruljadid.net – Malam puncak kegiatan Haul Pendiri dan Harlah ke 68 Pondok Pesantren Nurul Jadid pun digelar malam hari ini (23/04). Ribuan orang memadati lingkungan Pondok Pesantren Nurul Jadid. Beberapa fasilitas telah disiapkan oleh panitia. Tempat istirahat walisantri dan alumni pun juga telah disiapkan. Bazar pun ikut menyemarakkan peringatan Haul Pendiri dan Harlah ke 68 Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Ramainya acara betambah ketika pelaksanaan pengajian umum di malam hari. Puncak pelaksanaan ini merupakan inti dari kegiatan tahunan pesantren ini. Pada acara malam hari ini banyak undangan VIP yang hadir ke acara pengajian ini. Pengasuh Pengasuh Pondok Pesantren sekitar nampak menduduki kursi VIP. Tak hanya itu, anggota pemerintahan juga tampak di acara ini, Bapak Koramil Paiton, Anggota DPR, Bapak Malik Haromain dan masih banyak yang lainnya. Sampai sampai, kursi undangan VIP yang telah disiapkan oleh panitia tak dapat menampung undangan VIP yang hadir pada malam hari ini. Membludaknya undangan juga terjadi, lokasi acara tak dapat menampung undangan yang ada, mereka hanya bisa menyaksiakan acara ini dengan berdiri dan memanfaatkan LCD yang telah disiapkan oleh panitia.

“Saya hanya bisa menonton harlah dengan streaming di youtube karena lokasi acara sudah full dan akses masuk ke lokasi acara juga macet. Sehingga terpaksa hanya bisa menonton dengan memanfaatkan media yang seadanya” ujar Dewi, salah satu alumni PP Nurul Jadid tahun 2013.

Ribuan pasang mata tertuju pada satu sosok tamu yang hadir pada malam hari ini. Tamu yang dikawal ketat oleh 6 anggota polisi dan petugas keamanan pesantren menjadi sorotan publik. Ternyata tamu itu adalah Bapak Wakil Gubernur Jawa Timur, KH. Syaifullah Yusuf atau yang akrab dikenal dengan panggilan Gus Ipul.

Tak hanya wakil gubernur saja yang hadir dalam acara ini, Habib Abdullah bin Muhammad bin Ahmad Al Masyhur yang berasal dari Makkah dan merupakan cicit dari Imam Abdullah bin ‘Alawi Al – Haddad (Pengarang Kitab Ratibul Haddad) juga rawuh dalam acara Peringatan Haul Pendiri dan Harlah Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Jalannya Acara

Lagi dan lagi penampilan FIHRAZ menjadi salam pembuka dari Panitia dalam pelaksanaan Haul Pendiri dan Harlah ke 68 Pondok Pesantren Nurul Jadid. Penampilan FIRHAZ kali ini berbeda dengan penampilannya di pagi hari. Malam hari ini adalah ajang reuni personil FIHRAZ yang sudah terdata sebagai alumni. “Rata rata yang tampil pada pembuka malam  ini adalah alumni FIRHAZ sekaligus Pondok” cakap Rofiqi Zayyad yang merupakan salah satu personil FIRHAZ yang masih berstatus santri aktif.

Acara yang dimulai pada pukul 20.00 WIB diawali dengan pembacaan rundown acara oleh Ust. Hidayatullah selaku Master of Ceremony (MC). Dilanjutkan dengan pembacaan Ayat Suci Al Qur’an oleh Ust. Khadarisman. Lalu sambutan sambutan menempati rangkaian acara selanjutnya.

Sambutan pertama disampaikan oleh Ketua Umum Panitia Pelaksana Haul Pendiri dan Harlah ke 68 Tahun Pondok Pesantren Nurul Jadid, Ust. Badrul Qomar. Dalam sambutannya, dia mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah banyk membantu terlaksananya kegiatan kali ini dan juga dia menyampaikan permohonan maaf atas kekurangan baik dalam hidangan maupun pelakasanaan acara.

“Acara Peringatan Haul Pendiri dan Harlah ke 68 Tahun Pondok Pesantren Nurul Jadid ini merupakan kegiatan rutin tahunan yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Nurul Jadid dan bertujuan untuk mengenang kembali perjuangan para almarhumin” ujar Badrul Qomar dalam sambutannya.

Setelah sambutan oleh Ketua Umum Panitia, selanjutnya sambutan Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid. Yang disampaikan oleh KH. Moh. Zuhri Zaini. Beliau yang dalam sambutannya menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh pengurus, panitia dan semua pihak yang sudah berpartisipasi dalam upaya mensukseskan acara Harlah Pondok Pesantren Nurul Jadid. Acara ini merupakan ungkapan syukur kepada para pendiri dan almarhumin yang telah berjuang untuk Pondok Pesantren Nurul Jadid. Dan acara ini dilaksanakan rutin setiap tahun sekali.

Dan dalam sambutannya beliau juga memberikan selayang pandang Pondok Pesantren Nurul Jadid yang didirikan oleh KH. Zaini Mun’im. Dimulai dari perjuangan KH. Zaini Mun’im yang mendapat titah dari salah satu guru beliau, KHR. As’ad Syamsul Arifin (PP. Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo). Sampai pada akhirnya beliau berhasil menamai Pondok Pesantren dengan nama “Nurul Jadid”.

Setelah sambutan dari Pengasuh, tausiyah oleh Penceramah pertama, Habib Ali Zainal Abidin (Banyuwangi) menempati acara selanjutnya. Dalam tausiyah beliau, beliau menyampaikan secara lantang dan tegas bahwa kita memiliki 2 kewajiban, kewajiban yang pertama adalah kewjiban seorang muslim yang harus menghamba kepada Allah SWT dan kewajiban kedua adalah kewajiban kepada makhluk-Nya. Bersosial dan saling tolong menonolong antar sesama. Dan beliau menceritakan beberapa kisah sahabat sahabat nabi dengan singkat dan jelas yang bertujuan sebagai motivasi diri.

Namun ditengah tengah tausiyah beliau, beliau berhenti sejenak dikarenakan seorang pejabat tinggi pemerintahan hadir memasuki acara pelaksanaan haul dan harlah pendiri pondok pesantren nurul jadid yang ke 68, Gus Ipul dengan nama lengkap KH. Syaifullah Yusuf (Wakil Gubernur Jawa Timur).

Gus Ipul pun diberikan kesempatan untuk memberikan sambutan kepada para undangan yang hadir. Dalam kesempatan ini beliau menyampaikan bahwa peran alumni sangatlah penting bagi kemajuan dan perkembangan Pondok Pesantren berserta santrinya.

“alumni mempunyai peran sampai 30 % dan sisanya baru dorongan motivasi dari orang tau karena mungkin dulunya orang tuanya mondok disini  kemudian anaknya juga dimondokkan di Nurul Jadid, itulah peran para alumni dan kiai.” Ujar Gus Ipul.

“Kalo kita lihat dari sebuah Pondok Pesantren Nurul Jadid jangan lihat Nurul Jadid sekarang tapi lihatlah KH Zaini Mun’im menjadi muassis yang memulai selangkah demi selangkah dalam perjuangannya dan pada akhirnya sampai sebesar ini. Saya menjadi saksi bahwa alumni Nurul Jadid tersebar dimana-mana, dibergai tempat, umumnya dapat berkiprah di masyarakat. Pondok Pesantren Nurul Jadid sangat diperhitungkan bukan hanya di daerah Jawa Timur,melainkan sampai kancah nasional dan  Internasional” tambah Bapak WaGub Jatim.

Ceramah Agama oleh DR. KH. Imam Mawardi (Surabaya) menempati acara selanjutnya. Beliau yang merupakan sahabat akrab dari Gus Ipul memberikan tausiyah dengan humor dan candaan yang berhasil menghipnotis undangan. Seluruh penontoh terbahak bahak dengan beberapa cerita humor yang beliau berikan. Terutama ketika beliau menceritakan sesuatu yang berkaitan dengan pembangunan di daerah Jawa Timur sambil menyebut jabatan Wakil Gubernur Jawa Timur.

“Ujian sangatlah luar biasa tapi semua harus kita jalani, tidak ada manusia tanpa ujian. Tapi, ujian tidak untuk dikeluhankan karna keluhan tidak akan pernah menyelesaikan sebuah masalah, keluhan justru akan menjadikan sebuah keluhan  kedua dan akhirnya akan menambah musibah yang memuncak” dawuh beliau

Acara pada malam hari ini ditutup dengan doa oleh Habib Abdullah bin Muhammad bin Ahmad Al Masyhur. (Q2/red)

Dokumentasi Foto Oleh bagian Dokumentasi, Publikasi dan Informasi Pondok Pesantren Nurul Jadid

Mengenang Perjuangan Para Almarhumin Pondok Pesantren Nurul Jadid

nuruljadid.net – Pondok Pesantren Nurul Jadid hari ini (23/04) telah berumur 68 tahun. Di usia yang ke 68 tahun ini beberapa perkembangan telah dilakukan menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang terjadi. Pondok Pesantren yang merupakan lembaga dakwah islamiyah ini memiliki peran yang sangat penting dalam mencetak generasi yang berakhlakul karimah dan berinteligensi mapan. Itu terbukti dengan beberapa lembaga formal dan non formal yang berdiri di Pondok Pesantren Nurul Jadid. Pemahaman tentang ilmu pengetahuan berbasis agama dan umum telah dilakukan oleh Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Namun, jangan melihat Pondok Pesantren Nurul Jadid yang sekarang, lihatlah para almarhumin atau kiyai PP. Nurul Jadid terdahulu yang telah berjuang keras untuk membangun Pondok Pesantren Nurul Jadid yang mampu meminimaslisir bahkan menjawab kekhawatiran masyarakat.

KH. Zaini Abdul Mun’im contohnya, beliau yang dalam biografinya berjuang melawan penjajah dan mempertahakankan kemerdekaan RI rela untuk dikurung dalam sebuah sel oleh penjajah. Semangat melawan penindasan, ketidakadilan, dan kesewenang-wenangan telah tertanam di dalam diri Kiai Zaini Mun’im. Ini terlihat sejak masa mudanya, terutama setelah beliau pulang dari Makkah (1934). Ketika itu, beliau mulai memperhatikan berbagai persoalan yang melilit kehidupan masyarakat sekitar, sekaligus terlibat langsung dalam kancah perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat banyak, khususnya dalam bidang sosial-ekonomi, beliau aktif dalam organisasi Nahdlatul Ulama (NU) di Pamekasan. Meski sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Panggung Galis, beliau tidak segan segan ikut terjun langsung menangani berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat, terutama tentang kebijakan pemerintah kolonial Belanda di bidang pertanian (tembakau).

Petuah KH. Zaini Abd. Mun’im

Selain itu, beliau juga aktif terlibat sebagai pejuang dalam mempertahankan NKRI, baik pada masa pendudukan Jepang maupun Belanda. Pada masa Jepang, beliau dipercaya sebagai pimpinan Barisan Pembela Tanah Air (PETA). Beliau pernah dikempe (suatu tanda akan dihukum mati) oleh tentara Jepang, namun akhirnya masih bisa diselamatkan. Selanjutnya, beliau juga dipercaya sebagai pimpinan Sabilillah ketika melakukan Serangan Umum 16 Agustus 1947 terhadap bala tentara Belanda yang menguasai Kota Pamekasan.

Setelah KH. Zaini Mun’im wafat, perjuangan beliau diteruskan oleh Putera Putera beliau. KH. Hasyim Zaini yang merupakan Pengasuh Kedua Pondok Pesantren Nurul Jadid yang menggantikan Pengasuh dan Pendiri Pertama, ayahanda beliau, KH. Zaini Abdul Mun’im.

Setelah ayahanda wafat, kemudian KH. Moh. Hasyim Zaini melanjutkan perjuangan dan pengabdian ayahandanya sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid. Sebagai pengasuh kedua, selain tetap melanjutkan gagasan-gagasan ayahandanya, Kiai Hasyim juga memberi warna terhadap konsep pembinaan dan penataan lembaga pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Ketika menjadi Pimpinan Pesantren, selain dibantu oleh adik-adiknya, beliau juga dibantu oleh KH. Hasan Abdul Wafi, yang pada tahun 1976 dipercaya menjadi Dewan Pengawas Pondok Pesantren Nurul Jadid. Dengan semangat kebersamaan yang dibangun, akan lebih memudahkan pengembangan pesantren di berbagai bidang.

Pada masa Kiai Hasyim, di sektor pendidikan, santri terus diupayakan untuk memperdalam agama (tafaqquh fi addin). Dalam bidang keilmuan, santri terus ditempa untuk menguasai khazanah keilmuan klasik yang tertuang dalam kitab kuning, utamanya mereka yang duduk di jenjang Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Sedangkan bagi mereka yang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Umum (SMU) diarahkan untuk menguasai ilmu pengetahuan khususnya MAFIKIB (Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi). Tapi bukan berarti mereka tidak menguasai bidang keagamaan, karena bidang tersebut digalakkan di asrama santri. Jadi, pola pendidikan dan pembinaan pada masa Kiai Hasyim ini dilakukan secara integral. Sehingga terjadi sebuah proses yang saling mendukung antara program di sekolah dan pesantren.

Selanjutnya, karena adanya perubahan dari Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), maka pada tahun 1977, Pendidikan Guru Agama Nurul Jadid (PGANJ) 6 tahun berubah menjadi Madrasah Tsanawiyah Nurul Jadid (MTsNJ) untuk kelas I, II, dan III. Sedangkan kelas IV, V dan VI menjadi Madrasah Aliyah Nurul Jadid (MANJ).

Petuah KH. Hasyim Zaini

Pada jenjang pendidikan tinggi juga mulai terlihat adanya peningkatan. Pada tahun 1979/1980 dirintis berdirinya Sekolah Tinggi Ilmu Syariah. Hal lainnya adalah, membekali santri dengan keterampilan hidup (life skill) melalui pendelegasian mengikuti pelatihan, baik tingkat wilayah maupun tingkat nasional. Selanjutnya, mulai dirintis pula adanya keterampilan santri, di antaranya adalah elektro, percetakan, jahit-menjahit, pertanian dan keterampilan berbahasa (Arab-Inggris). Selain itu, para santri dan alumni juga dianjurkan untuk mengisi birokrasi.

Adapun jumlah santri pada masa Kiai Hasyim Zaini meningkat drastis. Pada tahun 1983, jumlah santri Pondok Pesantren Nurul Jadid mencapai sekitar 2000 santri.

Perkembangan pesantren berjalan dengan cepat, dimulai dari banyaknya santri yang mondok di Pondok Pesantren Nurul Jadid hingga menyentuh kepada pembangunan sarana prasarana di Pesantren. Hal itu terus dilakukan oleh Pengurus Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Sampai akhirnya pada tahun 2017 ini Pondok Pesantren Nurul Jadid sudah berusia 68 tahun. Terus berkembang sesuai dengan tuntutan zaman. Hal itu terbukti dengan bertambahnya kebutuhan sarana prasarana yang tak sebanding dengan jumlah santri saat ini.

Untuk mengenal lebih dalam tentang perjuangan almarhumin kiai pendahulu Pondok Pesantren Nurul Jadid, bisa merujuk ke halaman biografi.

Untuk mengetahui perkembangan Pondok Pesantren Nurul Jadid pantau terus di topik laporan perkembangan.

MoU BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan, Launching A’malul Yaum Android dan LAZISKAF Azzainiyah Nurul Jadid di Rapat Pengurus, Walisantri dan Alumni

nuruljadid.net – Pesantren merupakan sebuah lembaga yang bergerak dalam keislaman telah dianggap sebagai solusi dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada dewasa ini yang mampu meminimalisir kekhawatiran masyarakat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat membuat akhlak generasi penerus mengalami penurunan atau yang lebih trend dikenal dengan “Degradasi Moral”. Berkembangnya sebuah pesantren tidak lepas dari peran masing masing pihak yang saling berkaitan terutama dari walisantri. Dengan memperhatikan kegelisahan masyarakat diharapkan pesantren mampu untuk menjadi sebuah solusi dari permasalahan yang ada. Oleh karena itu, dengan tetap berpegang teguh kepada prinsip prinsip keislaman dan visi misi pesantren, hari ini (ahad, 23/04/2017) Pondok Pesantren Nurul Jadid mengadakan Rapat Pengurus, Walisantri dan Alumni. Yang bertujuan untuk meminimalisir dan menjawab kegelisahan masyarakat.

Jalannya Acara

Acara yang dilaksanakan pada pukul 08.00 WIB ini berlangangsung dengan suasana yang khidmat. Selain bertujuan untuk memberikan sebuah pelayanan yang baik bagi masyarakat, tujuan lain dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk memperkuat jalinan silaturrahim antara pengurus pesantren dengan walisantri dan alumni.

Sebelum acara  Rapat Pengurus, Walisantri dan Alumni dilaksanakan, beberapa rangkaian acara dilaksanakan. Pada awal acara, sambil menunggu para walisantri, alumni dan simpatisan hadir, Pondok Pesantren Nurul Jadid menampilkan group Hadrah yang bernama Firqoh Hadrah Az Zainiyah Nurul Jadid yang terkenal dengan nama panggilan “FIRHAZ NURUL JADID”.

Setelah penampilan dari Hadrah Firhaz, maka dibukalah acara oleh Master of Ceremony (MC) yang pada hari ini diamanahkan kepada Ust. Mujiburrohman Bakrie degan pendamping MC, Ust. Zainullah Aswi. Beberapa rentetan acara pun disampaikan secara detail.

Pembacaan kalam illahi yang dilantunkan oleh Ust. Sa’ari menjadikan suasana semakin sakral. Kondisi acara yang panas tak membuat para undangan yang hadir beranjak dari tempat. Kehengingan terasa sehingga acara yang berlangsung menjadi tenang. Acara yang dilanjutkan dengan sambutan sambutan yang diawali oleh sambutan dari Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Moh. Zuhri Zaini. Dalam sambutan beliau, beliau menyampaikan banyak hal terutama dalam segi perkembangan Pondok Pesantren Nurul Jadid.

“Pondok Pesantren Nurul Jadid yang usianya sudah mencapai ke 68 tahun telah mengalami perkembangan. Dan nanti perkembangan Pondok Pesantren Nurul Jadid dalam satu tahun terakhir akan disampaikan secara detail oleh Kepala Pesantren Pondok Pesantren Nurul Jadid” dawuh beliau.

Tak hanya bertutur tentang perkembangan pesantren saja, beliau juga memberikan sedikit motivasi dan dorongan kepada para undangan yang hadir. Menghadapi problematika yang terjadi di masyarakat tentang keanekaragaman di Indonesia.

“masih banyak kelompok yang tak sepenuhnya menghormati perbedaan dan keanekaragaman. Padahal itu merupakan sunnatullah yang harus dijaga dan dihargai” dawuh beliau.

Toleransi antar sesama itulah yang beliau maksudkan.  Beliau juga menambahkan “kita harus menjaga dan menghormati perbedaan itu. Keanekaragaman itu tak harus seragam. Dengan semangat ukhuwah islamiyah, kita harus banyak bersyukur walaupun banyak perbedaan. Tapi kita tetap harus disatukan dalam keimanan” Dawuh KH. Moh. Zuhri dalam sambutan beliau.

Akhir dalam sambutan beliau, beliau mengutip sebuah doa dari Nabi Muhamamd SAW kepada Allah SWT.

“Doa Nabi, hidupkan saya dalam keadaan miskin, matikan saya dalam keadaan miskin dan kumpulkanlah saya bersama dengan orang orang miskin. Kita memang tidak bisa meneladani Nabi, tapi paling tidak kita bisa meniru beliau walaupun hanya sedikit” dawuh pengasuh ke IV PP. Nurul Jadid.

Dalam acara ini, nampak ratusan bahkan ribuan orang berkumpul untuk mengikuti acara ini. Acara semakin meriah dengan penandatanganan Memorendum of Understanding (MoU) antara Pondok Pesantren Nurul Jadid dengan Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan Ketenagakerjaan. Lembar MoU ditandatangani oleh Pengasuh dan disaksikan oleh Kepala Pesantren, KH. Abd. Hamid Wahid. Tujuan dilakukan MoU ini adalah bentuk kepedulian pesantren terhadap tenaga pendidik dan kependidikan di seluruh lembaga formal yang berada di bawah naungan Pondok Pesantren Nurul Jadid. Dan dalam kegiatan ini juga dilakukan launching A’malul Yaum Berbasis Android yang dibuat oleh santri PP. Nurul Jadid dan launching Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah (LAZISKAF) Az Zainiyah Nurul Jadid yang proses launchingnya langsung dipimpin oleh Pengasuh dengan menekan tombol enter yang berfungsi sebagai lauching secara simbolis. Bersamaan dengan tertekannya tombol enter oleh Pengasuh, video singkat A’malul Yaum dan LAZISKAF diputar.

Penanda tanganan MoU oleh Pengasuh

Selain itu, tepat pukul 10.30 WIB, semua mata tertuju pada seorang Kapolres Probolinggo yang dikawal dengan beberapa ajudannya ketika hadir dalam acara ini. Bapak Arman Asmara Syarifuddin, Kapolres Probolinggo hadir dan duduk bersebelahan dengan pengasuh. Dalam rundown acara yang telah dipersiapkan panitia, Bapak Kapolres diminta untuk memberikan sambutan kepada semua undangan yang hadir pada siang hari ini.

“Saya mau mengucapkan banyak terimakasih kepada Pondok Pesantren Nurul Jadid yang sudah melakukan kerjasama dengan pihak kepolisian Probolinggo dengan sebuah aplikasi yang sangat membantu keamanan dan kenyamanan masyarakat. Aplikasi bromo perkasa yang telah dirancang oleh santri Nurul Jadid berhasil menembuh aplikasi nomer satu di Jawa Timur yang banyak membantu kami dalam menjadi pelayan masyarakat” ujar Bapak Arman.

“Saya bangga dengan PP. Nurul Jadid karena PP. Nurul Jadid merupakan satu satunya Pondok Pesantren di Indonesia yang berhasil menciptakan sebuah aplikasi untuk melayani masyarakat. Dan aplikasi “Bromo Perkasa” ini sudah saya ajukan kepada Pusat untuk diikutkan lomba tingkat Nasional pada pertengahan bulan Mei 2017” tambah beliau

Pada kesempatan kali ini, informasi merupakan sebuah kebutuhan bagi masyarakat, namun bukan berarti seluruh informasi yang disebarkan masyarakat itu benar benar riil. “Kita harus terlebih dahulu melakukan klarifikasi tentang informasi yang telah diperoleh. Khawatir itu adalah hoax. Karena hoax pada akhir akhir ini sudah membooming di kalangan masyarakat” nasihat beliau.

Setelah Bapak Kapolres Probolinggo memberikan sambutan, tibalah waktunya untuk KH. Marzuki Mustamar membrikan tausiyah. Dalam tausiyah beliau, beliau menyampaikan bahwa pancasila adalah ideologi negara dan NKRI harga mati. Tausiyah yang berisikan tentang problematika kekinian beliau sampaikan lengkap dengan solusinya.

Usai beliau memberikan tausiyah, segenap undangan VIP dipersilahkan untuk melakukan ramah tamah bersama Pengasuh dan acara Rapat Walisantri dan Alumni dilaksanakan setelah para undangan VIP meninggalkan lokasi acara.

Laporan perkembangan pesantren dalam kurun satu tahun dilaporkan oleh Kepala Pesantren Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Abd. Hamid Wahid. Dalam laporan beliau, beliau memberikan informasi perkembangan dan kegiatan kegiatan yang telah dilakukan oleh Pesantren dan lembaga dibawah naungan pesantren. Salah satu diantaranya adalah perkembangan jumlah santri, kamar santri, sarana prasarana pesantren dan kegiatan kegiatan yang akan dan telah dilakukan oleh Pesantren selama periode 2016 – 2017. Acara rapat yang berlangsung selama satu jam (pukul 12.30 WIB – 13.30 WIB) dan acara ini ditutup dengan pembacaan hamdalah oleh Kepala Pesantren. (Q2/Red)

Informasi Perkembangan Pesantren Tahun Ajaran 2016 – 2017 Pondok Pesantren Nurul Jadid.

nuruljadid.net – Pondok Pesantren Nurul Jadid, hingga memasuki usianya yang ke-68 tahun ini, terus berupaya secara konsisten menjalankan fungsinya sebagai lembaga pendidikan, lembaga dakwah dan lembaga yang aktif ikut serta dalam perubahan sosial kemasyarakatan melalui pembentukan manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlakul karimah, berilmu, berwawasan luas, berpandangan ke depan, cakap, terampil, mandiri, kreatif, toleran serta memiliki etos kerja dan tanggung jawab sosial kemasyarakatan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Pondok Pesantren Nurul Jadid menanamkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah serta pembinaan akhlakul karimah, Pengembangan pendidikan, keilmuan, dan wawasan, Pengembangan minat dan bakat, Pembinaan keterampilan dan keahlian, Pembinaan kewirausahaan dan kemandirian, Penanaman kesadaran hidup sehat dan kepedulian terhadap lingkungan, Penanaman tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Upaya penanaman keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, serta pembinaan akhlaqul karimah, diwujudkan melalui pendidikan dan pembinaan keagamaan, kegiatan kepesantrenan dengan trilogi santri sebagai standar minimum. Sedangkan Pengembangan Pendidikan, Keilmuan, dan wawasan santri dilakukan dengan terselenggaranya pendidkan formal, lembaga sekolah dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), sampai Perguruan Tinggi, yaitu: Taman Posyandu (TP) Anak Sholeh, TK Bina Anaprasa, TPQ Nurul Mun’im, MI Nurul Mun’im, MTs Nurul Jadid, MTs Negeri, MA Negeri, SMP Nurul Jadid, MA Nurul Jadid, SMK Nurul Jadid, SMA Nurul Jadid, IAI Nurul Jadid, Pascasarjana IAI Nurul Jadid, STT Nurul Jadid, STIKes Nurul Jadid. Dan non formal; seperti Ma’had Aly,Tamhidiyah, I’dadiyah, Madrasah Diniyah Nurul Jadid, Pusat Pendidikan Ilmu Al-Qur’an (PPIQ), Lembaga Pengembangan Bahasa Asing (LPBA), Amtsilati, Al-Khoiriyah, Lembaga Studi Keislaman (LSK), Lembaga Pendidikan Qur’an (LPQ) daltim, Yayasan Bantuan Sosial untuk menyantuni anak yatim dan orang yang tidak mampu dan lain-lain. Selain itu, PP Nurul Jadid juga selalu mendorong adanya kelompok-kelompok kajian, diskusi.

Sedangkan pengembangan minat dan bakat santri, diwujudkan melalui kegiatan keorganisasian disekolah, seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Organisasi Intra Sekolah (OSIS), Majelis Permusyawaratan Kelas (MPK), Forum Komunikasi Osis (FKO), Majelis Permusyawaratan Osis (MPO), Lembaga Pers Siswa maupun Pers Mahasiswa, dan organisasi yang ada dimasyarakat seperti P4NJ (Pembantu Pengurus Pondok Pesantren Nurul Jadid) dan Organisasi yang didirikan oleh perkumpulan mahasasiswa yang ada dikampus-kampus antara lain (NJ IC Jember, KAMANURJA Surabaya, IMAN Malang, PANJI Jogja dan FORMANJ) dan lain sebagainya.

Kemudian pembinaan keterampilan dan keahlian, pembinaan kewirausahaan dan kemandirian santri, direalisasikan dengan mengupayakan adanya pusat keterampilan santri (seperti keterampilan berbahasa di LPBA dan sekolah-sekolah yang membuka jurusan khusus bahasa, baik bahasa Arab, Inggris, dan Mandarin. Keterampilan Jahit-menjahit, percetakan dan sablon, serta keterampilan beladiri dan lain-lain). Serta melakukan pembinaan melalui pelatihan-pelatihan keahlian dan kewirausahaan.

Dan untuk menanamankan kesadaran hidup sehat dan kepedulian terhadap lingkungan, telah diupayakan dengan melibatkan santri dalam kegiatan untuk membiasakan diri hidup secara sehat dan perduli terhadap lingkungan. Hal ini diwujudkan dengan cara membiasakan santri melakukan kegiatan kebersihan lingkungan, dan dua kali dalam satu minggu (yaitu Selasa dan Jum’at) santri melakukan kegiatan olahraga meskipun dengan sarana yang sederhana.

Sedangkan Penanaman tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan, dilakukan dengan mengupayakan terciptanya hubungan yang baik antara pesantren dan masyarakat. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Biro Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (BPPM), di mana santri secara langsung terlibat dalam menyelesaikan persoalan yang ada di tengah masyarakat, misalnya masalah pertembakauan, pembinaan usaha masyarakat sekitar pesantren, serta kegiatan bakti sosial.

Selain itu, kegiatan kesadaran berbangsa dan bernegara dilakukan dengan menjadikan pesantren dan lembaga–lembaga di bawahnya sebagai Laboratorium Sosial dan Demokrasi. Seperti pelaksanaan pemilu langsung di Sekolah-sekolah (Pemilihan OSIS dan MPK), dan di Kampus (Pemilihan BEM dan DPM) dan sebagainya. (Tim Progress Report 2017 / Sekretariat Nurul Jadid)

Untuk megetahui perkembangan ponpes Nurul Jadid Paiton Probolinggo, dapat anda unduh file pdf  di halaman download laporan perkembangan (progress report).

Reuni Akbar Perdana PPIQ : Silaturrahim Merajut Kebersamaan

nuruljadid.net – Pelaksanaan Haul Pendiri dan Harlah Pondok Pesantren Nurul Jadid menjadi sebuah moment yang sangat dinanti nantikan oleh kalangan umum terutama bagi alumni dan walisantri untuk bernostalgia dengan pondok pesantren dan teman teman seangkatan mereka. Salah satu cotohnya adalah kegiatan reuni akbar perdana yang dilaksanakan oleh Pusat Pendidikan Ilmu Al Qur’an (PPIQ). Reuni ini dilakasanakan dengan tujuan untuk menyambung kembali hubungan dengan alumni dengan pengurus aktif. Tak hanya itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk membahas bagaimana keberlangsungan PPIQ kedepannya.

Ust. Saiful Rizal selaku kepala bagian umum (Kabag. Umum) PPIQ pada kegiatan ini memberikan sambutan yang mewakili seluruh pengurus PPIQ. Dia menyampaikan beberapa hal tentang perkembangan PPIQ selama satu tahun terakhir.

“PPIQ pada tahun ini telah melakukan renovasi bangunan tepatnya di asrama PPIQ Tahfidzul Qur’an yang bertempat disebelah barat Masjid Jami’ Nurul Jadid. Asrama PPIQ Tahfidz ini berlantai 2 dengan masing masing lantai berisikan 4 kamar. Dan insya’ allah asrama PPIQ Tahsinul Qiro’ah juga akan melakukan renovasi bangunan. Hal ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menyamankan peserta didik dalam belajar terutama dalam Al Qur’an.” Sambut Ust. Rizal.

“PPIQ melakukan renovasi pembangunan ini dilakukan bukan karena asrama memiliki uang yang banyak, namun hal ini ditujukan untuk kenyamanan peserta didik dalam porses kegiatan belajar mengajar dan selain itu, gedung yang selama ini digunakan sudah tidak mampu untuk menampung peserta didik. Jumlah peserta didik PPIQ putera sebanyak 215 orang, sedangkan untuk puteri sebanyak 205 orang” tambah Kabag. Umum PPIQ.

Setelah sambutan diberikan oleh Kabag. Umum, sambutan yang selanjutnya adalah sambutan dari perwakilan alumni yang dalam hal ini disampaikan oleh Ust. Aziz.

“Sudah banyak perkembangan yang dilakukan oleh PPIQ, semoga dengan berkembangnya PPIQ ini menjadikan lembaga semakin baik terutama dalam mensukseskan visi dan misi Pondok Pesantren Nurul Jadid serta visi misi Lembaga” ujarnya.

Dialog interaktif tentang perkembangan dan program lembaga kedepan juga dilaksanakan di acara kali ini. Dialog ini di moderatori oleh Ut. Rusydi Aziz dan dipimpin oleh Ust. Rojabi Azharghany. Pada pertemuan ini, diharapkan kepada semua alumni PPIQ untuk memberikan masukan kepada pengurus untuk terus melakukan perubahan dan perkembangan untuk PPIQ. (Q2/Red)

Pembukaan Semaan Al Qur’an Untuk Memperingati Haul dan Harlah PP. Nurul Jadid

nuruljadid.net – pembukaan Semaan Al Qur’an yang dilaksanakan oleh pengurus Pusat Pendidikan Ilmu Al Qur’an (PPIQ) yang bertujuan untuk menyemarakkan dan bentuk ikhtiar dari pengurus untuk mensukseskan acara Peringatan Haul Pendiri dan Harlah ke 68 Pondok Pesantren Nurul Jadid. Kegiatan ini merupakan kegitan rutin tahunan yang dilaksanakan menjelang Peringatan Haul Pendiri dan Harlah.

Semaan Al Qur’an yang dibuka oleh Wakil Kepala Pesantren, KH. Najiburrohman Wahid bertempat di Masjid Jami’ Nurul Jadid yang diikuti oleh semua santri. Dalam kesempatan ini beliau menyampaikan beberapa pesan dari Pengasuh kepada santri menjelang hari pelaksanaan Haul Pendiri dan Harlah.

“Ada pesan dari Pengasuh kepada santri bahwa ketika pelaksanaan Haul dan Harlah santri wajib menjaga keamanan, kebersihan dan keindahan. Paling tidak menjaga 3K di asrama masing masing. Dan santri harus berhati hati ketika menuju bazar” dawuh KH. Najib.

“Shalat jamaah harus tetap dilaksanakan sekalipun pelaksanaan Haul dan Harlah” tambah beliau

Setelah tausiyah beliau selesai, semaan al Qur’an pun dimulai dengan pembacaan surat al Fatihah oleh peserta didik PPIQ Tahfizul Qur’an dengan didampingi oleh pengurus. (Q2/Red)

Penutupan Bulan Lomba dan Malam Bershalawat

nuruljadid.net – Akhirnya perjuangan Panitia Bulan Lomba Haul Pendiri dan Hari Lahir Pondok Pesantren Nurul Jadid ke 68th berujung sudah. Malam hari ini (20/04/2017) panitia Bulan Lomba bernafas lega, mereka telah berhasil keluar dari “sesak nafas” mereka selama ini. Beban pikiran yang mereka emban selama 3 bulan lamanya berakhir secara indah dan meriah dimalam hari ini.

Bertempat di depan kantor pesantren Pondok Pesantren Nurul Jadid acara itu digelar. Acara penutupan Bulan Lomba dalam rangka memperingati Haul Pendiri dan Hari Lahir Pondok Pesantren Nurul Jadid ke 68th merupakan Puncak dari pagelaran 45 lomba. Sebanyak 45 lomba dengan 3 kategori diumumkan malam hari ini. 15 kategori lomba keagamaan, 16 kategori lomba keilmuan dan 14 kategori lomba olahraga.

Jalannya acara

Acara penutupan ini diawali dengan penampilan group hadrah se Nurul Jadid dengan melantunkan lagu shalawat. Shawalat menghiasi penutupan lomba ini dengan harapan apa yang telah dilakukan mendapat berkah baik dari berkah Pesantren dan Syafaat dari Nabi Muhammad SAW.

Beberapa menit kemudian, suara lantang salam pembuka diucapkan oleh Master of Ceremony (MC) yang menandakan bahwa acara inti pada malam hari ini dilaksanakan. Beberapa susunan acara yang disampaikan oleh sang pengatur ritme kegiatan,  Master of Ceremony (MC) yang dalam hal ini diembankan kepada Ust. Dimas Eko Cahyono.

Selanjutnya, lantunan ayat suci Al Qur’an bersenandung merdu membuat acara ini semakin sakral dan hidmat. Sambutan sambutan menempati tangga acara setal pelantunan merdu ayat suci Al Qur’an. Sambutan yang diawali oleh Ketua Bulan Lomba 68th, Ust. Khorik Alamsyah. Dalam sambutannya, Ust. Khorik menyampaikan beberapa point yang telah terangkai sempurna.

“Pada kesempatakan kali ini saya mewakili panitia yang bertugas mengucapkan mohon maaf yang tiada batas atas kekurangan dan kelemahan yang terjadi selama lomba ini baik dari segi fasilitas, kapasitas dan keefektifitasan panitia dalam bertugas. Dan tak hanya itu saya juga menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu suksesnya acara ini baik mereka yang membantu secara materi maupun fisik. Semoga hal tersbut dinilai ibadah oleh Allah SWT dan dicatat sebagai amal baik kita.” Ujar Ust. Khorik dalam sambutannya.

Diakhir sambutannya, Ketua Bulan Lomba meberikan sebuah kata kata yang befungsi sebagai media untuk memotivasi diri.

“Bagi para pemenang lomba ini merupakan buah dari apa yang kalian tanam selama ini. Perjuangan dalam menimba ilmu telah kalian rasakan, namun bukan berarti proses belajar kalian berhenti sampai disini. Ini merupakan sebuah jalan untuk menuju SUKSES. Kata sukses sendiri memiliki kepanjangan kata yaitu “SUKa berproSES”. Jadi kata tersebut pantaslah didapatkan untuk para pemenang karena prestasi yang kalian dapat dan rasakan kali ini berawal dari sebuah proses yang panjang. Dan bagi para peserta yang masih gagal untuk mendapatkan keinginannya, ini bukanlah awal jalan yang buruk bagi kalian, ini merupakan awal perjalanan kalian untuk mencapai tujuan kalian dalam menimba ilmu. Teruntuk kalian yang masih gagal, SUKSES-lah (SUKa berproSES-lah) kalian agar kalian bisa sukses. Karena kesuksesan itu berawal dari SUKSES (SUKa berproSES)” cakap Ust. Khorik sekaligus menutup sambutannya.

Setelah sambutan dari Ketua Bulan Lomba, K. Imdad Robbani selaku perwakilan dari Keluarga Pengasuh yang sekaligus menjabat sebagai Wakil Kepala Biro Kepesantrenan memberikan sambutan.

“Perlombaan yang telah dilakukan oleh panitia bukannlah semata mata hanya sebatas perlombaan untuk mencari pemenang saja, namun itu merupakan sebuaah ajang pemberlajaran dan pendidikan bagi santri.” Dawuh beliau.

“Bagi pemenang ini merupakan sebuah penghargaan atas prestasi yang telah kalian dapatkan. Namun bagi mereka yang belum, in imerupakan sebuah motivasi bagi kalian untuk terus tetap bersemangat dalam mencapai keinginan dan keberhasilan” tambah beliau.

Sambutan yang sekaligus motivasi bagi para santri menutup agenda sambutan pada rangkaian acara pada malam hari ini. Acara selanjutnya adalah pengumuman pemenang lomba yang diawali dengan pembacaan Surat Keputusan (SK) Pemenang Lomba yang dibacakan oleh Ust. Alwi. Prosesi pemberiaan hadiah dilakukan setelah pembacaan SK Pemenang dibacakan.

Agar kegiatan ini mendapatkan barokah, ditutuplah acara penutupan ini dengan pembacaan do’a oleh KH. Makki Maimun Wafi. Kesakralan serta kekhusukan acara ini bertambah dengan pembacaan do’a yang kedua dipimpin oleh K. Aminullah Wafi.

“Dengan berakhirnya do’a, maka berakhir pulalah acara penutupan Bulan Lomba dalam Rangka memperingati Haul Pendiri dan Hari Lahir (Harlah) ke 68th Pondok Pesantren Nurul Jadid.” Ucap Master of Ceremony (MC) sekaligus menutup kegiatan pada malam hari ini. (Q2/Red).

Daftar pemenang lomba Harlah 68 PP Nurul Jadid. Sumber : Panitia