Hari Sumpah Pemuda | Pendidikan Berkarakter Pemuda Masa Kini Khalifah Masa Depan
Hari sumpah pemuda yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober menjadi momentum untuk kembali membangkitkan rasa persatuan dan kesatuan yang terasa semakin luntur di hati rakyat Indonesia khususnya pemuda. Perbedaan yang diperinci telah membuat rasa persatuan dan kesatuan yang dulu pernah membuat bangsa Indonesia merdeka, saat ini seolah berbalik menjadi sarana pemecah persatuan bangsa. Tidak sedikit kasus yang menyebabkan nyawa pemuda melayang hanya karena secuil perbedaan pendapat dan dukungan. Rusuh karena berbeda tim sepak bola, berbeda sekolah, berbeda organisasi, berbeda pilihan pemimpin, berbeda agama dan perbedaan-perbedaan lain yang seharusnya membuat kita semakin dewasa terhadap keberagaman, justru menjadi bibit permusuhan. Bukankah dari dulu perbedaan itu telah ada dan kita tidak pernah terusik dengan perbedaan tersebut, kenapa sekarang hal tersebut seolah menjadi halangan utama dalam bersatu?
Jawaban sederhana dari pertanyaan itu adalah karena semakin lunturnya rasa saling menghormati, menghargai, kerja sama, cinta tanah air, dan berbagai hal yang berkaitan dengan persatuan. Untungnya, pemerintah telah menyadari betul penyebab masalah tersebut dan telah mengambil langkah konkret penanganan yaitu penanaman dan penguatan pendidikan karakter sejak dini, khususnya pada pendidikan formal.
Penguatan Pendidikan Berkarakter
Pendidikan menjadi sarana strategis dalam implementasi pendidikan karakter bangsa mengingat telah memiliki struktur, sistem dan perangkat yang tersebar di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia mulai dari pusat hingga daerah. Melalui dunia pendidikan maka pembentukan karakter bangsa dapat dilakukan secara masif dan sistematis khususnya melalui program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Program PPK diharapkan dapat menumbuhkan semangat peserta didik dalam belajar karena sekolah akan mengkondisikan diri sebagai rumah yang ramah bagi peserta didik sebagai tempat tumbuh dan berkembang. Tujuan program PPK adalah menanamkan nilai-nilai pembentukan karakter bangsa secara masif dan efektif melalui implementasi nilai-nilai utama gerakan nasional revolusi mental (religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas) yang menjadi fokus pembelajaran, pembiasaan, dan pembudayaan, sehingga pendidikan karakter bangsa benar-benar dapat memperbaiki perilaku, cara berpikir dan bertindak seluruh bangsa Indonesia.
Sekolah sebagai wadah proses peserta didik harus memiliki program untuk dapat melaksanakan kegiatan yang ber-orientasi kepada ketercapaian nilai utama Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang harus ditanamkan kepada peserta didik, baik itu dalam kegiatan pembelajaran di kelas maupun pembiasaan budaya sekolah. Guru sebagai ujung tombak pembelajaran di kelas juga harus mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang berorientasi kepada PPK khususnya pada lima nilai utama yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotong-royong, dan integritas.
Lima Nilai Karakter Utama
Menurut Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan Sekretariat Jenderal Kemendikbud (2017: 8 – 9) menyebutkan bahwa dimensi nilai religius meliputi tiga relasi sekaligus yaitu hubungan antara individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta (lingkungan), ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan. Subnilai religius antara lain: damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan dan melindungi yang kecil dan tersisih.
Nilai karakter Nasionalis merupakan cara Berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Adapun subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri menjaga kekayaan bangsa sendiri, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku dan agama. Contoh konkrit, sekolah dapat menerapkannya dengan membiasakan siswa menyanyikan lagu Indonesia Raya tiga stanza setiap pagi sebelum memulai pembelajaran, hal ini sangat baik untuk membangkitkan rasa cinta tanah air terhadap diri siswa.
Nilai Karakter Mandiri merupakan Sikap dan Perilaku yang tidak bergantung dengan orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu, untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita. Sedangkan subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh dan tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Nilai karakter Gotong-royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu-membahu dalam menyelesaikan persoalan secara bersama-sama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/pertolongan kepada orang-orang yang membutuhkan. Adapun subnilai gotong-royong antara lain saling menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas putusan bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan dan sikap kerelawanan.
Nilai karakter Integritas merupakan nilai yang melandasi perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral).
Karakter Integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, mellaui konsistensi tindakan dan perbuatan yang berdasarkan kebenaran. Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggung jawab, keteladanan dan menghargai martabat individu (terutama kepada penyandang disabilitas)
Kelima nilai utama karakter tersebut bukanlah nilai yang dapat berdiri sendiri, melainkan nilai yang berinteraksi satu dengan yang lain dan berkembang secara dinamis membentuk keutuhan pribadi. Oleh karena itu, guru dalam membelajarkan siswa harus mau dan mampu memberikan prioritas pada penanaman kelima karakter tersebut.
Presiden ke-1 RI, Ir Soekarno pernah berkata, “Beri aku 10 pemuda niscaya akan ku guncang dunia”. Hal tersebut jelas mengisyaratakan bagaimana kedahsyatan atas kemampuan yang dimiliki pemuda jika dibina dengan benar. Untuk itu, sekolah sebagai tempat utama penanaman dan penguatan karakter, harus rela sedikit bekerja lebih keras demi tumbuhnya pemuda tangguh dan berkarakter untuk Indonesia yang semakin Super.
Penulis : Muhammad Nuris
Editor : Ponirin Mika
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!