Puisi Cahaya Baru Karya Muhammad Al-Fayyadl Menggema di Mimbar Santri
nuurljadid.net- Peringatan Hari Santri Nasional, Minggu (22/10/2017) dirayakan dengan pelbagai cara. Di Pondok Pesantren Nurul Jadid santri diberi ruang untuk berekspresi di atas panggung atau disebut Mimbar Santri, Kamis(19/10/2017).
Salah satu santri Nurul Jadid, Firman Hamdah yang juga aktif di komunitas Sastra Titik Koma, Wilayah Jalaluddin Ar-Rumi Gang (G) membacakan puisi karya Gus Muhammad Al-Fayyadl. Puisi tersebut didedikasikan untuk mengenang napak tilas perjuangan pendiri Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH Zaini Mun’im.
Dengan intonasi yang menggelegar hingga meneteskan air mata, Firman membuat merinding para hadirin santri dan masyarakat sekitar. Berikut teks puisinya.
CAHAYA BARU
–Untuk Hadratussyaikh KH. Zaini Mun’im (1906-1976)
Dengan itu engkau menamai*
Perkarangan anyar ini
Alas gelap
Segelap jelaga
Engkau cahayai
Dengan terang tinta para cantrik
Dan tasbih
Para penunggu subuh
Malam-malam tak lagi sama
Sejak langkah terompahmu
Tak lagi tarcium kemennyan
Atau gemirisik para perompak
Tanjungmu harum semerbak
Rindang menyisiri jalanan
Tak lagi angker
Akrab menyambut siapa saja yang tiba
Meruapkan aroma berkah
Para masyayikh Kembang Kuning
Dan doa khalis
Para kiai Galis
Kudengar gerak kaki
Para cantrik berdatangan
Menjemput gerilya sucimu
Merantas rawa rimba
Membangun surau
Untuk hamba Allah yang terlelap
Kudengar adzan
Dan bait-bait ilmu mengalun
Dari lembar-lembar kuning
Dan mulut-mulut pendaras
Yang mengaji
Tanahmu, Nurul Jadid
Tak lagi sama
Sejak itu
Juga sagaramu
–Dari pesisir ke pesisir
Jembatan berkah
Terbangun
Menggenapkan Madura dengan Jawa
Jawa dengan Madura
Tanahmu, Nurul Jadid
Tak lagi sama
Sejak itu
Beribu pencari
Dari penjuru negeri jirani
Memenuhi sudutmu
Berharap terpercik
Pancaran “Ruhul Jihad”-mu
Dengan apa kami
Merawat dan meruwat
Warisan ini?
(“kuwaqafkan hidupku untuk menyiarkan dan meninggikan Islam
Derajat umat Muslimin
Dan nasib anak negeri”
Pesanmu terngiang
Menembus ingatan
Yang kian hari alpa
Dan jauh
Dari dawuh dawuhmu)
Diantara semilir angin
Yang menggoyang daun-daun tembakau
Dan semburat lembayung
Di ufuk gerinting
Kulihat anak-anak nelayan
Dan petani berlarian
Menggarami mimpi masa depan
Paiton, Agustus 2015
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!