Halaqah PBNU Revitalisasi Tradisi Pemikiran Ilmiah Para Kiai NU

nuruljadid.net – Perhelatan halaqah fikih peradaban di Pondok Pesantren Nurul Jadid ini disebut oleh pengasuh kiai Zuhri dan Gus Ulil sebagai gagasan untuk menghidupkan kembali tradisi pemikiran para kiai Nahdlatul Ulama (NU).

Figur bersahaja dan tawadu’ kiai Zuhri menuturkan bahwa halaqah PBNU adalah upaya menghidupkan kembali sunnah-sunnah NU yang kian luntur beberapa tahun terakhir ini.

“Halaqoh yang digagas oleh PBNU ini untuk menghidupkan kembali sunnah-sunnah NU yang sudah kurang begitu diperhatikan,” ungkap kiai Zuhri dalam sambutannya.

Kaia Zuhri menambahkan “Saat ini, kepengurusan PBNU yang baru sudah mulai kembali menghidupkan sunnah-sunnah NU dalam mengasah pemikiran dan wawasan warga NU.”

Perwakilan PBNU pada acara halaqah fikih peradaban di Nurul Jadid Gus Ulil sekaligus ketua umum Lakpesdam PBNU menyampaikan bahwa halaqah ini akan diadalah selama 5 bulan penuh.

“halaqah itu akan diadakan oleh PBNU selama 5 bulan. Jadi hampir setiap bulan minimal ada tidak kurang dari 60 halaqah, setiap hari ada 2 halaqah yang diselenggarakan di berbagai tempat di seluruh Indonesia selama 5 bulan setiap hari” tegas Gus Ulil.

Untuk menyambut muktamar internasional fikih peradaban, PBNU mengadakan serangkaian halaqah-halaqah di berbagai tempat dengan melibatkan para kiai baik dari pusat kota sampai ke pelosok desa.

Gus Ulil menambahkan “Tujuan PBNU melibatkan para kiai agar memberikan masukan bagi muktamar nanti yang akan didadakan tahun depan. Jadi halaqah yang diadakan di Paiton ini adalah salah satu halaqah yang nanti memberikan kontribusi.”

Setiap halaqah yang dilaksanakan diharapkan melahirkan sebuah rumusan dan keputusan yang bisa diusulkan kepada PBNU untuk memperkaya diskusi di dalam muktamar internasional pada bulan Februari mendatang.

Tidak kalah penting, halaqah fikih peradaban ini juga bertujuan untuk merevitalisasi tradisi diskusi ilmiah di kalangan kiai sebagai pemikir dan intelektual muslim yang bertanggung jawab mendampingi masyarakat di tengah arus globalisasi dewasa ini.

“Insyallah, halaqah-halaqah ini akan menghidupkan kembali percakapan ilmiah di kalangan kiai-kiai,” ungkap lulusan Harvard tersebut.

Gus Yahya juga menekankan agar halaqah ini diadakan di pesantren dan pesertanya kiai. Ketua umum PBNU tidak mengijinkan pelaksanaan halaqah diadakan di perguruan tinggi walaupun PTNU. Karena tujuan dari Gus Yahya bahwa halaqah ini memang dikhususkan untuk para kiai. Oleh sebab itu, halaqah-halaqah ini memang seluruhnya diadakan di pesantren.

 

 

(Humas Infokom)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *