KH. Abd. Hamid Wahid : Pengabdian, Salah Satu Tugas Pokok Manusia

nuruljadid.net – Manusia diciptakan mempunyai dua tugas, yang pertama adalah beribadah kepada Allah, yang kedua sebagai khalifatullah di muka bumi. Allah menciptakan kehidupan sebagai ujian bagi manusia, apakah dia kuat menghadapi godaan dunia dan kesenangan dunia atau malah sebaliknya. Manusia tergoda dengan kenikmatan dunia dan kesenangannya, sehingga menjadikan dia lupa terhadap tugas dan kewajibannya.

Kehidupan modern seperti sekarang ini, ada sebagian manusia yang hanya menginginkan kesenangan serta hidup mewah, tanpa memimikirkan kehidupan akhirat yang merupakan kehidupan abadi. Dewasa ini, manusia sudah terjaring yang namanya penyakit hedonisme, yang hanya memikirkan hidup mewah berfoya – foya tanpa memikirkan tugas dan kewajibannya sebagai hamba Allah.

Melalui acara penutupan diklat Protokuler dan Keamanan, Bapak Kepala Pesantren Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Abdul Hamid Wahid, mengingatkan kita akan pentingnya pengabdian. Dalam acara tersebut beliau memberikan arahan, bahwa manusia mempunyai tugas untuk menyembah kepada Allah melalui amal amal ibadah, bahkan setiap aktifitas yang baik yang kita niatkan karna Allah maka aktifitas tersebut bernilai ibadah. Pengabdian kepada Allah juga terkait dengan tugas kita yang kedua yaitu ke khalifah-an, dalam artian yang menjaga kelestarian dan keberlangsungan hidup manusia di dunia. Dalam kaitannya dengan ke khalifah ini bukan hanya sekedar urusan dengan yang diatas atau vertical yang harus diurusi oleh manusia, tetapi bagaimana manusia juga mengurusi dan memikirkan hubungan horizontal baik dengan makhluk hidup, makhluk mati dan makhluk – makhluk Allah yang lain di alam semesta ini.

Oleh karna itu pengabdian juga ada kaitannya dengan hubungan horizontal, bagaimna manusia membangun pengabdian dalam kehidupan bersosial ditengah –  tengah masyarakat. Sebagai Santri di Pondok Pesantren Nurul Jadid kita dikenalkan kepada kewajiban – kewajiban yang fardu didalam agama yang terhimpun didalam trilogi santri. Yang pertama adalah Memperhatikan Kewajiban – Kewajiban Fardu ‘Ain, seperti kita memiliki perhatian dan kesungguhan dalam melaksanakan Fardu – Fardu ‘Ain karna itu merupakan kewajiban individu bagi manusia. Yang kedua adalah Mawas Diri dengan Meninggalkan Dosa – Dosa Besar, seperti kita memiliki kepedulian dan mawas diri untuk meninggalkan dosa – dosa besar. Yang ketiga adalah Berbudi Luhur Kepada Allah dan Makhluk, baik adab kepada Allah maupun adab kepada sesama manusia dan ini merupakan keseimbangan antara hubungan vertical dan horizontal.

Beliau melanjutkan tausiyahnya, dalam tim Protokoler ini kita semua akan belajar bagaimana cara menempatkan diri kita sebagai orang yang manfaat bagi orang lain, bermanfaat bagi masyarakat secara umum, yang dimulai dengan cara kita belajar memberikan manfaat kepada orang terdekat kita dan lingkungan kita. Beliau berdauh bahwa Seorang Santri tugasnya adalah belajar bagaimana dia menempatkan diri sebagai kader – kader ulama, dengan dia mengabdi secara tidak langsung dia sudah melakukan proses belajar, Dan perlu diingat salah satu wujud dari ketaatan kita kepada Allah juga diukur dengan hubungan kita kepada sesama manusia, adab kita kepada sesama manusia dan manfaat kita kepada sesama manusia melalui pengabdian ditengah – tengah masyarakat.

Dengan demikian Santri pada umumnya harus merasa “gatal” didalam hatinya, ketika dia melihat tempat pengabdian lalu kemudian dia tidak mempunyai keinginan untuk melakukan pengabdian ditengah – tengah masyarakat, Dan dia sama sekali tidak mempunyai ghiroh untuk mensejahterakan bangsa dan melakukan perubahan ditengah – tengah masyarakat.

Oleh karna itu Pendiri dan Pengasuh Pertama Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Zaini Mun’im berdawuh, Kalau Santri hanya berfikir ekonominya sendiri, memikirkan kebutuhannya sendiri, Tidak berfikir dan berjuang untuk masyarakat dan bangsanya, Maka dia sungguh – sungguh telah berbuat maksiat. Hal ini ada kaitannya dengan dua tugas sebagai manusia diatas, berarti santri tersebut telah mengabaikan tugas ke khalifaan-nya, sebagai hamba Allah. Oleh sebab itu saudara – saudara sekalian beruntung telah terpilih terlebih dahulu untuk memberikan pengabdiannya kepada Pesantren dan masyarakat secara umum. (Zainullah/Red)

“kita semua akan belajar bagaimana cara menempatkan diri kita sebagai orang yang manfaat bagi orang lain, bermanfaat bagi masyarakat secara umum, yang dimulai dengan cara kita belajar memberikan manfaat kepada orang terdekat kita dan lingkungan kita.”

Sumber : Tausiyah Kepala Pesantren Dalam Kegiatan Penutupan Diklat Protokuler dan Keamanan.

Auditorium IAI Nurul Jadid, 29 Juli 2017 Pukul 21.22 WIB

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *