Pos

KH Fahmi AHZ : Libatkan Allah dalam Perjuangan dan Pengabdian, Allah Tidak Pernah Ingkar, Semua Akan Dibayar Tunai

nuruljadid.net – Pada pembukaan diklat pengurus Kamtib Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Fahmi Abdul Haq Zaini hadir memberikan tausyiah kepada seluruh peserta diklat yang bertempat di Aula Mini Pesantren (11/01/2024). Upaya ini guna menambah wawasan, bekal dan keterampilan dalam menjalankan tugas dan amanah sebagai personil Keamanan dan Ketertiban (Kamtib).

“Punya kesadaran sebagai pengabdi itu penting. Pengabdi sama seperti pejuang sehingga memberikan semua yang dimiliki bukan mengharap mendapatkan dari apa yang dikerjakan. Pengorbanan dari tenaga, pikiran bahkan materi untuk apa yang diperjuangkan adalah bentuk jihad di jalan Allah SWT,”

“ketika sikap itu ditanamkan maka tugas dan amanah tidak akan menjadi beban melainkan menambahkan semangat pengabdian”

“Sebelum memberikan sanksi yang terus-menerus, Kamtib perlu berpikir untuk perkuat tindakan preventif dan protektif. Untuk itu perlu melahirkan kesadaran yang utuh dalam diri santri. Ibaratnya jangan hanya menangkap maling, tapi perlu berpikir bagaimana caranya agar mereka tidak menjadi maling.”

“Puncak tertinggi perjuangan kita adalah meninggikan kalimat Allah”

“perlu tanamkan dalam hati dan pikiran kita, bahwa yang kita lakukan semata-mata untuk menauladani Rosullullah dalam perjuangan. Niat ngopeni umat Rosulullah dalam pengabdian baik di pesantren maupun di tempat yang lebih luas di masyarakat kelak”

KH. Fahmi AHZ saat memberikan tausyiah dalam Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Kamtib Biro Kepesantrenan Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo

“Sebagaimana Nabi Muhammad SAW sangat memikirkan umatnya, maka kita perlu dedikasikan diri kita untuk bersama merawat umat Rosulullah.”

“Menindak santri harus niatkan dan bertujuan untuk mengedukasi bukan pelampiasan emosi”

“pola pikir perlu kita rubah bahwa santri adalah aset masa depan sehingga perlu diurus dan dilayani dengan sangat baik”

“Kiai Hasyim Zaini mencontohkan dengan selalu memanggil santri dengan sebutan ananda karena menganggap santri sebagai anak dan tanggung jawab”

“Kiai Hasan Abdul Wafi dulu pernah berpesan bahwa pengurus perlu memunajatkan santri sebagai amanah bahkan dalam waktu kualitas kita bersama Sang Kholiq, doakan kebaikan mereka.”

“Kiai Fadlurrahman Zaini berdawuh kalau ingin hajatnya terkabul maka jangan hanya mendoakan diri sendiri tapi juga mendoakan orang lain. Kalau kita mendoakan orang lain tanpa diketahui orang yang didoakan, maka malaikat akan mengaminkan dan doa tersebut kembali kepada untuk orang yang mendoakan itu sendiri.”

“Dalam pengabdian di pesantren libatkan Allah SWT dalam setiap perjuangan dan pengabdian. Karena janji Allah SWT tidak akan pernah ingkar pasti akan dibayar tunai.”

“dengan kesadaran penuh karena Allah, maka semua lelah dan letih kita akan menjadi lillah, jangan hanya dijadikan status saja namun lebih kepada realisasi dalam kehidupan nyata.”

“Tata dan Kuatkan Niat, jangan jadikan pengabdian sebagai fasilitas, itu namanya kepentingan berbalut pengabdian.”

“Kiai Hasan Abdul Wafi pernah dawuh kamtib memang tidak wajib ikut pengajian, hadiran di masjid dan majelis di kelas-kelas, akan tetapi jika betul-betul niat dan mengawal semua santri agar ikut semua kegiatan yang telah dirancang oleh pesantren, maka insyaallah dapat aliran barokah dan kebermanfaatan dari Masjid dan kegiatan-kegiatan yang juga diikuti oleh santri pada umumnya. Syukur-syukur juga bisa ikut membersamai”

(Humas Infokom)

Kepala Biro Kepesantrenan Buka Secara Resmi Diklat Tim Kamtib Nurul Jadid

nuruljadid.net – Dalam rangka meningkatkan kapabilitas dan kapasitas personil anggota keamanan, Kepala Biro Kepesantrenan Pondok Pesantren Nurul Jadid Kiai Ahmad Madarik resmi membuka kegiatan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Keamanan dan Ketertiban (Kamtib) putra tahun 2024 yang bertempat di Aula Mini Pesantren (11/01/2024).

Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Pengurus Kamtib ini kali kedua dilaksanakan kembali setelah beberapa tahun vakum sejak Covid-19. Hal ini bertujuan untuk membekali pengurus bagian Kamtib baik di kepengurusan pusat maupun daerah dengan kedisiplinan, keterampilan dan kapasitas standard yang harus dimiliki oleh seorang perwira Kamtib dalam menjalankan tugas dan fungsinya di pesantren.

Ketua Panitia Ali Fikri Ramadhon menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan yang sangat ditunggu sejak beberapa tahun terakhir untuk mencetak pengruus kamtib yang kompeten dan disiplin tidak hanya tegas dalam bersikap melainkan juga sopan dan santun dalam mengawal keamanan dan ketertiban di pesantren khususnya kepada tamu-tamu pesantren.

“kami selaku panitia sangat bersyukur akhirnya kegiatan Diklat ini kembali dilaksanakan setelah beberapa tahun vakum sejak covid-19. Karena diklat ini sangat penting untuk dilaksanakan dalam membekali pengurus dan calon pengurus dalam menjalankan amanah pesantren di bidang Kamtib,” ungkap Ucok sapaan akrab ketua panitia.

Ketua Panitia Ali Fikri Ramadhon saat memberikan laporan panitia pada pembukaan Diklat Pengurus Kamtib Biro Kepesantrenan Pondok Pesantrenan Nurul Jadid Paiton Probolinggo di Aula Mini Pesantren

Kepala Biro Kepesantren Kiai Madarik menyampaikan harapannya bahwa pengurus Kamtib hendaknya juga menjadi tauladan selain mengawal ketertiban dan keamanan pesantren dengan aturan yang telah ada, karena ketauladanan menjadi hal urgen dalam setiap upaya pendidikan dan pembinaan karakter.

“harapannya melalui diklat ini kita semua belajar dan menyadari bahwa pengurus termasuk Kamtib juga berstatus sebagai santri sehingga selain menjalankan tugas sebagai kamtib juga memiliki status sebagai santri yang tidak kebal hukum, maka harus taat dan tunduk terhadap aturan yang ada di pesantren, insyaallah lelahnya akan menjadi barokah dan perantara kebaikan untuk pribadi masing-masing,” tutur beliau saat sambutan.

Kiai Ahmad Madarik juga berharap pengabdian pengurus Kamtib  akan menjadi ruang khidmah ke masyarakat kelak. Tantangan menjadi pengurus Kamtib tidak mudah karena harus bergesekan dengan santri dan wali santri sehingga jika diniatkan pengabdian ini untuk menggapai ridho Allah SWT, maka insyaallah akan membawa kebaikan dan keberkahan.

“Jangan jadikan tanggung jawab di pesantren sebagai beban namun dinikmati sebagai bagian dari pengabdian.”

“Diklat ini manfaatkan sebaik mungkin untuk tambahan wawasan, keilmuan dan kesadaran untuk melaksanakan tugas dengan baik sesuai hak dan kewajiban sebagai kamtib. Semoga diklat berjalan dengan sukses.”

“Ingat pesan pengasuh, agar menghindari kekerasan, boleh marah dan melakukan penindakan untuk mendisiplinkan, akan tetapi kekerasan yang bertujuan semata agar santri waspada dan tidak mengulangi namun bukan kekerasan. Niatkan mengabdi dan mengedukasi”

Kegiatan ini dihadiri KH. Fahmi Abdul Haq Zaini, Wakil Kepala Biro Kepesantrenan Kiai M. Hilman Zidny, Kiai Shalahuddin Wahid, Sekretaris Biro Kepesantrenan Moh. Alief Hidayatullah dan Kepala Bidang Kamtib ustaz Adiyatno Hidayat serta jajaran pengurus Kamtib.

 

 

(Humas Infokom)

KH. Abd. Hamid Wahid : Pengabdian, Salah Satu Tugas Pokok Manusia

nuruljadid.net – Manusia diciptakan mempunyai dua tugas, yang pertama adalah beribadah kepada Allah, yang kedua sebagai khalifatullah di muka bumi. Allah menciptakan kehidupan sebagai ujian bagi manusia, apakah dia kuat menghadapi godaan dunia dan kesenangan dunia atau malah sebaliknya. Manusia tergoda dengan kenikmatan dunia dan kesenangannya, sehingga menjadikan dia lupa terhadap tugas dan kewajibannya.

Kehidupan modern seperti sekarang ini, ada sebagian manusia yang hanya menginginkan kesenangan serta hidup mewah, tanpa memimikirkan kehidupan akhirat yang merupakan kehidupan abadi. Dewasa ini, manusia sudah terjaring yang namanya penyakit hedonisme, yang hanya memikirkan hidup mewah berfoya – foya tanpa memikirkan tugas dan kewajibannya sebagai hamba Allah.

Melalui acara penutupan diklat Protokuler dan Keamanan, Bapak Kepala Pesantren Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Abdul Hamid Wahid, mengingatkan kita akan pentingnya pengabdian. Dalam acara tersebut beliau memberikan arahan, bahwa manusia mempunyai tugas untuk menyembah kepada Allah melalui amal amal ibadah, bahkan setiap aktifitas yang baik yang kita niatkan karna Allah maka aktifitas tersebut bernilai ibadah. Pengabdian kepada Allah juga terkait dengan tugas kita yang kedua yaitu ke khalifah-an, dalam artian yang menjaga kelestarian dan keberlangsungan hidup manusia di dunia. Dalam kaitannya dengan ke khalifah ini bukan hanya sekedar urusan dengan yang diatas atau vertical yang harus diurusi oleh manusia, tetapi bagaimana manusia juga mengurusi dan memikirkan hubungan horizontal baik dengan makhluk hidup, makhluk mati dan makhluk – makhluk Allah yang lain di alam semesta ini.

Oleh karna itu pengabdian juga ada kaitannya dengan hubungan horizontal, bagaimna manusia membangun pengabdian dalam kehidupan bersosial ditengah –  tengah masyarakat. Sebagai Santri di Pondok Pesantren Nurul Jadid kita dikenalkan kepada kewajiban – kewajiban yang fardu didalam agama yang terhimpun didalam trilogi santri. Yang pertama adalah Memperhatikan Kewajiban – Kewajiban Fardu ‘Ain, seperti kita memiliki perhatian dan kesungguhan dalam melaksanakan Fardu – Fardu ‘Ain karna itu merupakan kewajiban individu bagi manusia. Yang kedua adalah Mawas Diri dengan Meninggalkan Dosa – Dosa Besar, seperti kita memiliki kepedulian dan mawas diri untuk meninggalkan dosa – dosa besar. Yang ketiga adalah Berbudi Luhur Kepada Allah dan Makhluk, baik adab kepada Allah maupun adab kepada sesama manusia dan ini merupakan keseimbangan antara hubungan vertical dan horizontal.

Beliau melanjutkan tausiyahnya, dalam tim Protokoler ini kita semua akan belajar bagaimana cara menempatkan diri kita sebagai orang yang manfaat bagi orang lain, bermanfaat bagi masyarakat secara umum, yang dimulai dengan cara kita belajar memberikan manfaat kepada orang terdekat kita dan lingkungan kita. Beliau berdauh bahwa Seorang Santri tugasnya adalah belajar bagaimana dia menempatkan diri sebagai kader – kader ulama, dengan dia mengabdi secara tidak langsung dia sudah melakukan proses belajar, Dan perlu diingat salah satu wujud dari ketaatan kita kepada Allah juga diukur dengan hubungan kita kepada sesama manusia, adab kita kepada sesama manusia dan manfaat kita kepada sesama manusia melalui pengabdian ditengah – tengah masyarakat.

Dengan demikian Santri pada umumnya harus merasa “gatal” didalam hatinya, ketika dia melihat tempat pengabdian lalu kemudian dia tidak mempunyai keinginan untuk melakukan pengabdian ditengah – tengah masyarakat, Dan dia sama sekali tidak mempunyai ghiroh untuk mensejahterakan bangsa dan melakukan perubahan ditengah – tengah masyarakat.

Oleh karna itu Pendiri dan Pengasuh Pertama Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Zaini Mun’im berdawuh, Kalau Santri hanya berfikir ekonominya sendiri, memikirkan kebutuhannya sendiri, Tidak berfikir dan berjuang untuk masyarakat dan bangsanya, Maka dia sungguh – sungguh telah berbuat maksiat. Hal ini ada kaitannya dengan dua tugas sebagai manusia diatas, berarti santri tersebut telah mengabaikan tugas ke khalifaan-nya, sebagai hamba Allah. Oleh sebab itu saudara – saudara sekalian beruntung telah terpilih terlebih dahulu untuk memberikan pengabdiannya kepada Pesantren dan masyarakat secara umum. (Zainullah/Red)

“kita semua akan belajar bagaimana cara menempatkan diri kita sebagai orang yang manfaat bagi orang lain, bermanfaat bagi masyarakat secara umum, yang dimulai dengan cara kita belajar memberikan manfaat kepada orang terdekat kita dan lingkungan kita.”

Sumber : Tausiyah Kepala Pesantren Dalam Kegiatan Penutupan Diklat Protokuler dan Keamanan.

Auditorium IAI Nurul Jadid, 29 Juli 2017 Pukul 21.22 WIB

Diklat Resmi Diakhiri, P3NJ Resmi Dibentuk

nuruljadid.net – Sejak tanggal 25 s/d 29 Juli 2017, Bagian Protokoler Pesantren yang dikomandoi oleh Bapak Miftahul Huda mengadakan kegiatan yang memiliki tujuan untuk membantu pesantren dalam memberikan pelayanan, kenyamanan dan keamanan yang maksimal. Kegiatan yang bertajuk “Diklat Protokoler dan Keamanan” dilaksanakan selama 5 hari dengan jumlah anggota 231 orang yang berjuluk Tim 231.

Malam ini (25/07) adalah akhir dari perjalanan Tim 231 untuk mempelajari dan mendalami beberapa materi yang telah disiapkan oleh Panitia Pelaksana. Kegiatan diklat ini mendapatkan respon positif dari jajaran pemerintahan seperti Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Probolinggo, Polisi Resort (Polres) Probolinggo dan Komado Rayon Militer (KORAMIL) 0820/16 Paiton.

“Kegiatan ini diikuti oleh 231 orang yang terdiri dari beberapa lembaga dibawah naungan Pondok Pesantren Nurul Jadid. Tim 200 adalah Tim Protokoler yang terdiri dari 200 orang dan Tim 31 adalah Tim Keamanan yang beranggotakan sebanyak 31 orang” Ujar Ust. Dimas Eko Cahyono selaku ketua Panitia Pelaksana..

Dalam sambutannya, Ketua Panitia juga menyampaikan beberapa harapan dari kegiatan yang telah dilaksanakan. Salah satunya adalah agar peserta dilkat dapat menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama pelaksanan diklat hingga benar benar memberikan perubahan yang signifikan bagi PP. Nurul Jadid.

Kepala Pesantren, KH. Abd. Hamid Wahid juga turut hadir dalam kegiatan penutupan diklat ini. Pada kesempatan ini beliau memberikan sambutan dan tausiyah kepada Tim 231. Beliau menyampaikan bahwa Tim 231 merupakan tim perubahan yang terdiri dari orang orang pilihan. Selain mereka disebut sebagai pembawa perubahan, mereka juga mendapatkan kesempatan pengabdian kepada Allah melalui tugas tugas yang lainnya.

“Masuk dalam tim ini adalah masuk dalam dunia pengabdian. Dunia pengabdian selaras dengan tujuan hidup kita, yakni beribadah dan mengabdi kepada Allah SWT. Walaupun pengabdian kepada Allah itu juga terkait dengan salah satu tugas kita yang lain. Paling tidak ada 2 tugas yang kita miliki, tugas sebagai hamba Allah SWT dan Kholifatullah. Berkaitan dengan kholifah, bukan hanya hubungan vertical saja yang harus kita pikirkan, kita juga harus memikirkan hubungan horizontal (makhluk lainnya). Berkaitan dengan itu, Pengabdian juga diukur dan dikaitkan dengan hubungan kita. Ini merupakan salah satu ibadah kita, namun ibadah ini adalah ibadah yang berkaitan dengan tugas kita yang satunya lagi yakni sebagai Kholifatullah” dawuh beliau mengawali tausiyah.

“Karena itu, santri di Nurul Jadid dikenalkan dengan kewajiban kewajiban dalam agama yang tertuang dalam trilogi santri. Ini merupakan keseimbangan dari 2 status kita, vertical dan horizontal. Disebut sebagai pengabdian karena didalam tugas ini, kita belajar bagaimana kita bisa menempatkan diri untuk bermanfaat bagi orang lain, masyarakat luas pada akhirnya yang kita mulai dengan memberikan manfaat kepada masyarakat dalam lingkungan terdekat kita” tambah beliau.

Dalam tausiyahnya, beliau juga memberikan sedikit suntikan motivasi kepada anggota protokoler dan keamanan PP. Nurul Jadid. “Jangan merasa menyesal, mantapkan niat kita untuk selalu mengabdi dalam jalur ini. insya allah akan berkembang” dawuh beliau. Tak hanya itu, beliau juga menyampaikan keinginan pesantren dengan terbentuknya tim protokoler dan keamanan. Harapan beliau adalah dapat menjalankan kemampuan fardu kifayah dengan tetap berbenah diri menjadi perangai yang baik.

Diakhir tausiyah beliau, beliau mengusulkan sebuah nama untuk peserta diklat yang telah mengikuti pelatihan dan akan menjalankan tugasnya dengan nama PANJI PELOPOR NURUL JADID dengan harapan dapat menjadi kader – kader yang dapat menularkan semangat pengabdian, menuntut ilmu dan pengalaman kepada saudara kita yang tidak bertugas maupun kepada masyarakat nanti. (zaky/red)

“Niatkan untuk belajar dan manfaatnya untuk pesantren, masyarakat dan diri sendiri terutama ketika kita kelak berada di masyarakat. Insya Allah apa yang telah kita lakukan akan bermanfaat bagi diri kita sendiri untuk membentuk kepribadian dan karakter yang baik. Dan itu akan menjadi pelengkap dalam hidup kita. Niatkan untuk menimba ilmu, menimba pengalaman, menempa karakter dan kepribadian kita.”

Protokoler Putri Dilatih PBB oleh Dua Orang Polisi Probolinggo

nuruljadid.net – Beberapa kegiatan dilakukan oleh Pondok Pesantren Nurul Jadid untuk meningkatkan kedisiplinan santri, contohnya adalah mengadakan pelatihan Keprotokoleran dan Keamanan. Dalam kegiatan tersebut ada dua kelompok yang dibentuk, Tim 200 merupakan kumpulan dari santri putra dan puteri sebagai Protokoler Pesantren dan Tim 31 yang dibentuk khusus santri putera sebagai keamanan Pesantren. Kegiatan Pelatihan ini dikoordinir oleh Bagian Protokoler PP. Nurul Jadid.

“Tak mudah untuk menjadi tim 200 maupun tim 31. Pasalnya mereka harus memiliki jiwa kepemimpinan dan karakter yang kuat. Jadi mereka merupakan santri pilihan” ujar Dimas selaku panitia pelaksana.

Hari ini (27/07) tim 200 dilatih Peraturan Baris Berbaris (PBB) dengan tujuan untuk meningkatkan kedisiplinan yang selama ini masih berjalan kurang maksimal dan terkadang tidak terkontrol dengan baik. Panitia pelaksana mendatangkan 2 orang polisi sebagai pemateri dalam kegiatan PBB.

“PBB ini merupakan salah satu contoh kita untuk selalu disiplin dalam mengikuti kegiatan formal. Contohnya upacara” Ujar Bia Finda, seorang Polisi Wanita (Polwan) asal Kota Batu Malang yang menjadi penyaji pada PBB untuk Protokoler Puteri.

Sebanyak 76 Protokoler Puteri dilatih serta dibimbing secara intensif oleh 2 orang polisi yang didatangkan dari Polres Porobolinggo. Kegiatan yang berdurasi 2 jam ini berlangsung secara serius dan menyenangkan. Tak nampak rasa takut dalam raut wajah mereka meskipun para protokoler masih awam dalam mempelajarinya.

“Pesertanya sangat bersemangat dan enak untuk dibimbing, sehingga target yang kita inginkan bisa tercapai dengan baik. Sekalipun mereka masih jauh dikatakan sempurna dalam Baris Berbaris. Soalnya dalam PBB ini perlu keseriusan yang tinggi dan juga perlu pembiasaan agar mereka bisa baris berbaris dengan sempurna.” Ujar Eryk seorang polisi pria yang juga ikut mendampingi Bia Finda dalam memimpin pelatihan ini.

Diakhir pelatihan, Bia Finda mengatakan bahwa PBB ini digunakan dalam kegiatan formal atau kegiatan lainnya yang membutuhkannya. Harapannya adalah para peserta pelatihan dapat mengimplementasikan dalam kegiatan kegiatan khusus.

“Terimakasih kepada adik adik semuanya yang sudah mau manut kepada saya. Semoga apa yang telah saya berikan dapat bermanfaat buat adik adik sekalian.” Tambah Polisi Wanita asal Kota Batu Malang kepada Protokoler Puteri PP. Nurul Jadid. (zaky/Red)

Pelatihan Master of Ceremony oleh Protokol Pemda Probolinggo

nuruljadid.net – Menjadi pemandu acara yang dapat menguasai forum merupakan sebuah hal yang patut diacungi jempol pasalnya mereka yang terpilih menjadi Master of Ceremony (MC) bukanlah orang biasa, mereka adalah orang pilihan dan berpengalaman baik.

Untuk mewujudkannya, maka Protokuler PP. Nurul Jadid yang dikoordinir oleh Bapak Miftahul Huda mengadakan pelatihan Keprotokuleran. Pada pelatihan kali ini sebanyak 200 orang Protokuler Putera dan Puteri dilatih untuk bisa menguasai forum dalam acara formal maupun non formal.

Ibu Liesa Citra Purnama dan Ibu Ratih Dewanti adalah penyaji dalam pelatihan MC kali ini. Diawali dengan pematerian yang berlangsung selama satu jam lamanya, mereka (penyaji) memberikan sebuah teori untuk menjadi seorang MC yang baik.

“hari ini, kami berdua disini akan mengajari kalian untuk menjadi seorang MC yang handal. Baik dalam kegiatan formal dan non formal. Bagaimana caranya memimpin acara di halaya umum. Bagaimana caranya agar kalian tidak demam panggung” cakap Ibu Liesa kepada anggota Protokuler di awal pematerian.

Setelah pematerian dilaksanakan, para peserta pelatihan diminta untuk membentuk 4 kelompok yang tujuannya untuk mengimplementasikan materi yang telah didapatkan dan kemudian ditampilkan didepan peserta lainnya.

“Satu kelompok harus bisa menjadi MC dalam kegiatan formal dan non formal.” Ujar Ibu Ratih

Pada pelatihan ini terdapat sebuah momen yang meriuhkan suasana. Saudari Zahrotul Fitria Nabila menjadi MC dengan menggunakan Bahasa Mandarin. Dengan suara lantang disertai intonasi ala mandarin memberikan sedikit rasa surprise kepada kedua penyaji. Tak hanya dengan Mandarin saja, beberpa kelompok juga menampilkan MC dengan menggunakan bahasa asing lainnya, Bahasa Arab dan Inggris contohnya.

Diakhir sesi, kedua penyaji melakukan koreksi terhadap penampilan dimasing masing kelompok. Tak hanya itu, mereka juga memberikan sedikit motivasi kepada Tim 200 untuk terus bersemangat dalam melaksanakan tugasnya.

“Setelah melihat dari penampilan kalian, masih terdapat beberapa kesalahan kecil yang kalian lakukan. Contohnya adalah intonasi yang monoton, nervous dan tak membaca naskah. Seharusnya, sekalipun kalian sudah menghafal teks MC, kalian tetap membacanya” nasihat Ibu Ratih kepada peserta. (zaky/Red)