Pos

Tingkatkan Layanan Santri, Biro Kepesantrenan Putri Laksanakan Diklat Kewaliasuhan

nuruljadid.net- Dalam rangka meningkatkan kompetensi kewaliasuhan pengurus putri, Biro Kepesantrenan Bidang Bimbingan Konseling dan Wali Asuh (BKWA) melaksanakan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Kewaliasuhan Wali Asuh Putri dengan tema “Seni Memahami Diri Sendiri”. Wali Asuh dibekali ilmu dan konsep mengenali diri yang tentunya sebagai dasar untuk dapat lebih mengenal dan mengelola santri yang beragam dengan berbagai pendekatan (multiple approaches). Diklat kewaliasuhan ini dilaksanakan hari kamis (11/11/2021) bertempat di Aula 1 Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

Kegiatan pendidikan dan pelatihan (Diklat) ini merupakan implementasi layanan dasar untuk membina wali asuh dengan bekal ilmu kepemimpinan dan multi disiplin keilmuan lainnya yang cukup. Sehingga bisa memimpin dan mengelola beragam kondisi santri dengan latar belakang yang berbeda dalam suatu kelompok dengan pelayanan sesuai standarisasi pesantren. Selain itu, kegiatan diklat ini merupakan salah satu bentuk optimalisasi pelayanan pesantren terhadap santri dan wali santri. Dengan diklat ini, para wali asuh dibekali ilmu kewaliasuhan yang secara tidak langsung mempersiapkan pengurus siap menjadi orang tua kelak ketika terjun ke masyarakat pasca pendidikan di pesantren.

(Ny. Roudlatul Aniiq memberikan arahan dalam kegiatan diklat kewaliasuhan)

Tepat pukul 08.00 acara diklat kewaliasuhan dimulai, yang dipimpin langsung oleh Wakil Kepala Biro Kepesantrenan Ny. Mamnuhatur Rohmah bersama Wakil Kepala Bidang BKWA Ustazah Madinatul Munawwarah. Salah satu panitia Diklat kewaliasuhan berharap “Kami tidak ingin peserta hanya mengikuti pelatihan saja, bagaimana peserta bisa mengimplementasikan hasil dari pelatihan ini ketika terjun di lapangan nantinya, dan semoga ini menjadi ilmu yang barokah serta berguna di masyarakat,” pungkasnya.

Diklat ini diisi oleh Ny. Raudlatul Aniqq Malthuf sebagai narasumber dan trainer putri dari KH. Malthuf Siroj yang turut berkontribusi aktif memberikan arahan, bimbingan, masukan dan suntikan ilmu kepada peserta diklat yang hadir terkait bagaimana seni memahami diri sendiri sehingga dapat mengeksplorasi potensi serta pengenadalian diri dengan baik.

Kegiatan ini berjalan khidmat dan lancar yang diikuti oleh Wali Asuh dengan antusias dari berbagai wilayah diantaranya Al-Hasyimiyah, Zaid Bin Tsabit, Al-Mawaddah, An-Nafi’iyah, Fatimatuzzahra untuk sesi pagi dan Wilayah Az-Zainiyah, Nasyiatul Hamidiyah dan Al-Lathifiyah untuk sesi siang.

 

(Humas Infokom)

Santri Baru Al-Mawaddah Antusias Ikuti Ujian Praktek Furudhul ‘Ainiyah

nuruljadid.net – Minggu 06/09/20 Pondok Pesantren Nurul Jadid wilayah Al-Mawaddah melaksanakan ujian tes praktek wudhu’ dan sholat. Ujian praktek sholat dimulai pukul 15.00 WIB yang  bertempat di dalam musholla Al-Mawaddah, sedangkan ujian praktek wudhu bertempat di  kran kamar mandi. Kegiatan ini merupakan agenda tahunan program I’dadiyah untuk pemetaan tingkatan kelas di program tersebut.

“ Mempelajari ilmu fiqh atau furudhul ‘ainiyah sudah menjadi kewajiban bagi setiap muslim. Santri harus bisa menjadi teladan dan acuan masyarakat dalam menjalankan kewajiban ‘ainiyah itu yang utama. Maka dari itu sangat penting belajar dan mengamalkan ilmu agama bagi setiap santri sebelum terjun ke masyarakat.” tutur Ustadzah Munisa Imamah selaku Koordinator Program I’dadiyah.

Kegiatan ujian praktek ini berjalan lancar. Santri baru pun antusias mengikuti kegiatan tersebut, terlihat saat mereka bersiap maju dengan semangat mengahafal bacaan-bacaan sholat dan wudhu’.

penguji menyimak bacaan dan doa setelah wudhu

Pasalnya, hasil dari ujian praktek ini akan menjadi salah satu acuan saat mereka (santri baru) akan dikelompokkan menjadi dua tingkatan. Ada tingkat Ula bagi santri yang masih belum tuntas di pembelajaran dasar I’dadiyah. Tingkat wustho untuk santri yang sudah tuntas dan akan diberikan materi dasar program unggulan Al-Mawaddah.

“ Takut dan grogi ikut ujian praktek ini. Secara saya belum pernah mondok sebelumnya dan masih minim ilmu agama. Tapi bersyukurnya dengan ini membuat saya lebih semangat belajar supaya lebih tau dan paham ilmu agama, terutama furudhul ‘ainiyah”. ungkap Gelis salah satu santri baru dengan ekspresi senang di wajahnya.

Galeri Foto: Kunjungan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Oemah Al-qur’an

Berlakukan Blanko Kegiatan di Hari Libur Santri, inilah Tujuan Sebenarnya

Berlakukan Blanko Kegiatan di Hari Libur Santri, inilah Tujuan Sebenarnya

nuruljadid.net – Momen liburan merupakan momen yang ditunggu-tunggu oleh para santri. Karena pada saat itulah, segala kerinduan bisa tersampaikan. Namun tak jarang pula, momentum tersebut sedikit menggoda para santri untuk “berleha-leha” ketika di rumah.

Untuk mengantisipasi salah satu dampak miring euforia liburan tersebut, pengurus wilayah Al-Mawaddah memiliki inisiatif untuk memberlakukan blanko kegiatan santri selama liburan. Adapun kegiatan – kegiatan yang dicatumkan dalam blanko tersebut seperti sholat berjama’ah, membantu orang tua, muroja’ah materi pelajaran program unggulan, serta berbagai kegiatan lain yang tentunya tidak mengganggu momen liburan santri, justru sangat membantu santri untuk memanfaatkan liburan dengan diisi kegiatan yang bermanfaat.

“sebenarnya tujuan adanya blanko kegiatan liburan santri hanyalah untuk menjaga keistiqomahan mereka (santri, red) selama berlibur agar kebiasaan-kebiasaan di pesantren mampu dipertahankan lebih-lebih ditingkatkan lagi” jelas Nur Aisyah, Kepala Wilayah Al Mawaddah.

“tak hanya untuk menjaga keistiqomahan saja, berlakunya blanko ini juga bertujuan untuk melatih kejujuran mereka.” Tambah Iis (sapaan akrab Kepala Wilayah Al Mawaddah)

Blanko yang dibagikan saat santri hendak pulang ini harus dikumpulkan saat santri kembali ke pondok dengan telah diberi bubuhan paraf dari wali santri, sebagai bukti bahwa mereka (santri, red) telah melaksanakan kegiatan tersebut saat dirumah. Blanko liburan ini bukanlah pertama kalinya di Mawaddah, melainkan sudah menjadi tradisi wajib dalam liburan dibeberapa tahun terakhir.

Diberlakukannya blanko tersebut mendapatkan respon positif dari walisantri, hal itu dibuktikan dengan terkontrolnya aktifitas yang dilakukan oleh putri mereka masing-masing.

“merasa terbantu dengan adanya blanko ini, soalnya ketika liburan tiba, terkadang anak kami tidak terkontrol aktifitasnya, kadang terfokuskan kepada HandPhone saja. Namun dengan Adanya blanko ini saya bisa mengkontrol aktifitas anak kami untuk tetap istiqomah menjalankan kebiasan-kebiasaan yang selama ini dilakukan di pesantren walaupun di hari libur santri” ungkap wali santri yang dikutip dari group sosial media.

Tak hanya santri, wali santri pun juga diberikan blanko informasi dan penilaian wali santri terhadap perkembangan putrinya selama libur pesantren. Blanko tersebut dibagikan pada saat pelaksanaan Rapat Wali Santri (RWS) di Wilayah Al Mawaddah, Jum’at (15/11/2019).

Kepala Wilayah Al Mawaddah juga mengutarakan kepada wartawan nuruljadid.net bahwa blanko/form khusus wali santri ini sengaja dibagikan kepada wali santri pada saat RWS karena ingin mengetahui informasi perkembangan putrinya terlebih penilaian akhlak santri selama libur pesantren dengan menjawab beberapa pertanyaan yang telah tertera.

Penulis: Dewi

Editor: Ponirin

Pantau Perkembangan Santri; Pengurus Ajak Wali Santri Bersinergi Melalui Raport Santri

Pantau Perkembangan Santri; Pengurus Ajak Wali Santri Bersinergi Melalui Raport Santri

nuruljadid.net – Masih dalam nuansa Rapat Wali Santri (RWS) Wilayah Al Mawaddah, Jum’at (15/11/2019). Momentum rapat tersebut tidak disia-siakan oleh pengurus untuk memberikan informasi perkembangan santri mengenyam Pendidikan selama 1 semester di Wilayah Al Mawaddah Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Pasalnya, pada pelaksanaan RWS tahun ini pengurus wilayah membagikan laporan hasil belajar santri atau yang lebih akrab dikenal dengan istilah raport. Adapun poin-poin yang tertera dalam raport seperti; capaian materi umum, capaian materi unggulan/khusus, perkembangan kepribadian santri, absensi kegiatan wilayah, absensi kegiatan program unggulan/khusus, ekstrakulikuler, keaktifan organisasi, prestasi umum santri dan catatan wali asuh yang bersumber dari Buku Muhasabah Santri Wilayah Al Mawaddah.

Nur Aisyah, Kepala Wilayah Al Mawaddah menyampaikan bahwa teralisasinya raport santri ini merupakan aplikasi dari keinginan Pemangku Wilayah, Ny. Hj. Hamidah Wafie yang berkeinginan agar wali santri turut andil memantau serta mengetahui perkembangan santri selama di Pesantren sehingga wali santri dan pengurus wilayah saling bersinergi untuk perkembangan santri.

“jadi, wali santri tidak hanya mengetahui perkembangan hasil belajar putrinya dari Lembaga formal saja, namun mereka (wali santri, red) juga mengetahui perkembangan putrinya selama mengenyam pendidikan dan pembinaan di pesantren terlebih di Wilayah Al Mawaddah” jelas Kepala Wilayah Al Mawaddah kepada nuruljadid.net.

“informasi perkembangan dan hasil belajar santri (raport) yang telah kami berikan merupakan realisasi dari keinginan Pemangku Wilayah sehingga diharapkan kedepannya wali santri dan pengurus wilayah saling bersinergi untuk memantau, mengawal dan mengontrol perkembangan putrinya sehingga apa yang diharapkan wali santri bisa tercapai” tambahnya.

Berbeda dengan raport tahun sebelumnya, tahun ini raport santri Wilayah Al Mawaddah merupakan penyempurnaan dari raport pada tahun sebelumnya.

“raport ditahun ini lebih lengkap dibandingkan dengan tahun sebelumnya pasalnya, ada beberapa tambahan poin penyempurna didalamnya. Pada raport tahun ini raport sudah memberikan penilaian Kognitif, Afektif, prestasi santri dan lainnya” ungkap Iis (sapaan akrab Kepala Wilayah Al Mawaddah).

Dilanjutkannya, penilaian Kognitif meliputi materi umum (Fiqih, Tauhid, Ta’lim Al Qur’an dan lain sebagainya) yang harus dicapai oleh santri dengan standart yang telah ditetapkan bersama. Sedangkan penilaian Afektif meliputi; perkembangan kepribadian santri, prestasi, keaktifan organisasi dan semangat belajar santri.

Penulis: Kiky

Editor: Ponirin

Berakhlak baik, 7 santri ini dinobatkan dihadapan walisantri

Berakhlak baik, 7 santri ini dinobatkan dihadapan walisantri

nuruljadid.net – Ada hal yang menarik pada saat pelaksanaan Rapat Wali Santri (RWS) PP. Nurul Jadid Wilayah Al Mawaddah, Jum’at, (15/11/2019) di Halaman Wilayah Al Mawaddah. Pasalnya disela-sela pelaksanaan kegiatan tersebut terdapat sesi unik yang dilakukan yakni penobatan The Best Santri Program.

The Best Santri Program adalah mereka yang berhasil mencapai target program masing-masing dan keaktifan dalam mengikuti kegiatan.

Berdasarkan pengakuan dari Kepala Wilayah Al Mawaddah, Nur Aisyah mengatakan bahwa tercantumnya The Best Santri Program di rangkaian acara Rapat Wali Santri adalah sebagai bentuk apresiasi bagi santri yang berjuang selama ini untuk memenuhi target yang telah ditentukan, sehingga santri Wilayah Al-Mawaddah bisa termotivasi dan menambah semangat belajar mereka di semester yang akan datang. Oleh karena itulah penobatan The Best Santri Program dilakukan di RWS lebih – lebih disaksikan oleh walisantri.

Iis (sapaan akrab Kepala Wilayah Al Mawaddah) juga mengatakan “sebelum penobatan dilakukan, segenap santri di masing-masing program mengikuti ujian akbar terbuka dengan materi yang telah digagas oleh pengurus masing-masing program. Tak hanya itu, mereka juga mendapati beberapa pertanyaan dari dewan asatidzah juga santri lainnya”.

Ibunda Ny. Hj. Hamidah Wafie, Pemangku Wilayah Al Mawaddah (empat dari kiri) bersama 7 santri yang dinobatkan sebagai The Best Santri Program

Ibunda Ny. Hj. Hamidah Wafie, Pemangku Wilayah Al Mawaddah (empat dari kiri) bersama 7 santri yang dinobatkan sebagai The Best Santri Program

Adapun kriteria utama yang dinobatkan sebagai The Best Santri Program ialah akhlak, baik akhlak kepada guru, orang tua maupun teman. Tak hanya akhlak, kriteria lainnya adalah mereka yang telah berhasil mencapai target dimasing-masing program serta aktif dalam mengikuti kegiatan; kegiatan wilayah dan program masing-masing.

“Selain dinilai dari akhlaknya, dari kemampuan, keaktifan mengikuti kegiatan wilayah dan program, me-manage waktu dengan baik juga termasuk dari kriteria penilaian” jelas Syarhan Jamilah, salah satu pengrus seraya tersenyum.

Berikut adalah daftar nama-nama santri yang dinobatkan:

The Best Santri Program Pelatihan Terjemah Al-Qur’an (PPTQ): Aida Nuriyah

The Best Santri Program I’dadiyah: Shintia Jami’al Q. R. L. A

The Best Santri Program Tahfidz Ekselensia: Izzah Diana

The Best Santri Program Pusat Pendidikan Ilmu Al-Qur’an (PPIQ): Faizatul Ummah

The Best Santri Program Intensif Kajian Kitab (PIKK): Siti Maryam

The Best Santri Program Pengembangan Bahasa Asing (PPBA) Inggris: Robiatul Adawiyah

The Best Santri Program Pengembangan Bahasa Asing (PPBA) Arab: Nur Hayati

Penulis: Humairo

Editor: Ponirin

Menambah Kecintaan Pada Al-Qur’an Melalui Khotmil Al-Qur’an bil Ghoib

nuruljadid.net – Wilayah Al-Mawaddah, Pondok Pesantren Nurul Jadid menjadi tuan rumah dalam acara Khotmil Al-Quran bil Ghoib. Kegiatan rutinitas setiap bulannya pada hari kamis wage ini dihadiri oleh 5 peserta delegasi dari lembaga tahfidz di Pondok Putri PP. Nurul Jadid.

Kegiatan yang bertempat di Musholla Wilayah Al-mawaddah ini dimulai sejak pukul 06.30 WIB dengan pembacaan surat Al-fatihah sampai beberapa ayat surat Al-baqarah yang dipimpin oleh Ustadzah Rodliyah Ulfa tanpa memandang mushaf (Bil Ghoib) kemudian dilanjutkan oleh peserta delegasi sebanyak 5 jus dari tiap – tiap wilayah dan peserta yang lain mendengar dengan khidmat seraya mendikte peserta yang mengaji. Adapun wilayah – wilayah putri yang hadir pada acara tersebut ialah wilayah Daltim, Dalbar, Gank K dan Al-mawaddah.

suasana pembacaan do'a Khotmil Alur'an di Musholla Al-Mawaddah

suasana pembacaan do’a Khotmil Alur’an di Musholla Al-Mawaddah

Selain untuk menambah kecintaan santri pada Al-Qur’an khususnya Para Hafidzoh, tujuan diadakannya kegiatan ini ialah untuk manguji kualitas hafalan santri putri yang berada di lembaga  Tahfidz PP. Nurul Jadid.

“Dengan diadakannya kegiatan ini, kita bisa menguji sejauh mana kualitas hafalan kita. Serta sembari berdakwah pada sesama agar terus menambah kecintaan pada Al-quran,” ungkap Ruqayyah Miskiyah, salah satu peserta dari kegiatan tersebut. Kamis (26/09/2019)

Kegiatan ini berakhir pada pukul 20.00 WIB serta ditutup dengan pembacaan doa oleh Ustadzah Lilis dan santri yang hadir dalam kegiatan tersebut seraya mengamini.

Penulis: Dewi & Humairo

Editor: Ponirin

Galeri Foto: Outbound Santri – Mentari 2019 Wilayah Al Mawaddah

Suka Duka Santri Baru Al Mawaddah di Pantai Duta

Suka Duka Santri Baru Al Mawaddah di Pantai Duta

nuruljadid.net – Hari Jum’at merupakan hari libur untuk santri pasalnya di hari ini seluruh santri PP. Nurul Jadid diberikan kebebasan untuk mengembangkan bakat minatnya. Namun berbeda dengan Wilayah Al Mawaddah, salah satu wilayah putri PP. Nurul Jadid yang tetap menjalankan aktivitas untuk santri barunya.

Jum’at (19/07/2019) tepat pukul 06.00 WIB wajah ceria nan semangat terpacar diraut wajah santri baru wilayah Al Mawaddah, pasalnya sebanyak 120 santri akan berkunjung ke salah satu objek wisata tersohor di Probolinggo, Pantai Duta. Pantai yang terletak di Desa Randu Tata Kecamatan Paiton ini menjadi tempat pelaksanaan kegiatan dikarenakan keindahan alam yang dimilikinya sangat cocok untuk dinikmati oleh santri baru sebagai refreshing pasca pelaksanaan Orientasi Santri Baru (OSABAR) 2019.

Tak hanya refreshing saja, mereka (santri baru, red) juga diajak untuk belajar bersama. Outbound istilah dari kegiatan ini. Outbound adalah bentuk pembelajaran perilaku kepemimpinan dan manajemen di alam terbuka dengan pendekatan yang unik dan sederhana tetapi efektif karena kegiatan ini tidak sarat dengan teori-teori melainkan langsung diterapkan pada elemen-elemen yang mendasar yang bersifat sehari-hari, seperti saling percaya, saling memperhatikan serta sikap proaktif dan komunikatif.

“Kegiatan ini wajib diikuti oleh seluruh santri baru di Wilayah Al-Mawaddah baik mutasi atau pun tidak. Sebab, kegiatan ini adalah salah satu cara untuk melatih mental leadership mereka sebelum benar-benar terjun ke masyarakat kelak. Selain itu kegiatan ini juga bisa menjadi refreshing mereka setelah menjalani 3 hari masa OSABAR kemarin” ujar Ustadzah Rif’atul Afifah, penanggung jawab kegiatan outbond.

Terpaut jarak +- 4,5 km dari wilayah tak membutuhkan waktu yang lama untuk tiba di Pantai Duta. Sesaat setelah tiba di pantai, santri baru langsung disambut dengan ular mencari bola, permainan perdana yang mereka lakukan. Permainan ini sangatlah sederhana, mereka (santri baru, red) berbaris sesuai kelompok yang sudah ditentukan, lalu berjalan sembari memegang pundak teman yang berada didepannya dengan mata tertutup kerudung. Orang terdepan disetiap kelompok memegang wadah untuk diisi dengan bola yang berhamburan dipinggir pantai. Kelompok yang berhasil mendapatkan bola terbanyak adalah pemenang dari permainan ini.

Tak hanya bermain-main saja, sesi selanjutnya yang mereka (santri baru, red) ikuti adalah motivasi dan relaksasi. Pada sesi kali ini, Ning Raudlatul Aniq (pengisi materi) memberikan materi tentang bagaimana kita memantaskan diri menjadi hamba pilihan Allah yang benar-benar bermanfaat bagi yang lain.

Suka Duka Santri Baru Al Mawaddah di Pantai Duta

Suasana ketika santri baru mengikuti pematerian oleh Ning Aniq

“Karena untuk menjadi pribadi yang bermanfaat itu prosesnya gak mudah. Seperti halnya proses pembuatan santan. Mulai dari penanaman hingga membuahkan bakal kelapa. Panennya pun tidak seperti buah yang lain, kelapa harus dilempar dari atas, dipatok, dikelontokin serabutnya, diparut, diperas hingga jadilah ia santan yang mengandung banyak khasiat. Namun dari proses yang sulit itulah semua bagian dari pohon dan buah kelapa itu menjadi bermanfaat bagi manusia. Jadikan pesantren ini sebagai rumah kedua bagi kalian. Keluarga kedua yang akan saling menguatkan dan mendukung setiap proses kita disini dengan rasa saling memiliki satu sama lain” ungkap Ning Aniq (sapaan akrab pengisi materi).

Diakhir sesi, untuk membangun rasa memiliki dan bertanggung jawab atas keputusan memilih Pesantren Nurul Jadid sebagai tempat menimba ilmu, Ning Aniq meminta seluruh santri baru untuk menuliskan komitmen dan surat cinta untuk Allah. Al hasil, tak sedikit dari mereka (santri baru, red) berderai air mata.

“Setelah menulis ini, saya merasa sangat terpukul dan sadar bahwa mondok bukan hanya berpindah tempat namun juga untuk berjuang untuk meraih apa yang kita cita-citakan. Dan saya harus bertahan disini hingga itu tercapai bagaimanapun keadaannya” ujar Nadine Lutfiana Putri.

Suka Duka Santri Baru Al Mawaddah di Pantai Duta

Suasana pasca pematerian

Sinar mentari semakin menyengat, air laut pun semakin pasang. Tak terasa 4 jam lamanya santri baru mengikuti kegiatan outbound ini. Tepat pada pukul 11.00 WIB seluruh santri kembali ke wilayah dengan perasaan senang dan gembira. Kegiatan tersebut berhasil mencuri respon positif dari santri.

“Saya banyak belajar dari kegiatan ini. Mulai dari permainan sampai motivasi yang diberikan Ning Aniq. Bahwa hidup bukan hanya tentang kesuksesan diri kita sendiri, namun bagaimana kita bisa menjaga kekompakan dan kebersamaan tim untuk sama-sama berhasil” ungkap Masruroh dengan wajah sumringah.

Hadir dalam kegiatan tersebut, Ny. Hj. Hamidah Wafie (Pemangku Wilayah Al Mawaddah), Ning Mabruroh Zain (Wakil Pemangku Wilayah Al Mawaddah) dan Ning Raudlatul Aniq (Konsultan Wilayah Al Mawaddah).

Penulis: Kholis

Editor: Ponirin

20190709_pengakuan-putri-anisa-fira-selama-menempuh-pendidikan-di-nurul-jadid

Pengakuan Putri Anisa Fira Selama Menempuh Pendidikan di Nurul Jadid

nuruljadid.net – Hidayah dan petunjuk-Nya memang untuk siapa saja yang mencari serta mengiinginkannya. Seburuk apapun hal yang pernah dilakukan seseorang, jika ingin berubah maka Allah pasti akan membuka pintu hatinya untuk menyelami keindahan Islam.

Mirip dengan kisah yang dialami oleh Putri Anisa Fira, santri Pondok Pesantren Nurul Jadid Wilayah Al Mawaddah yang berasal dari Melaya Jembrana Bali. Fira nama panggilannya, dia mondok di PP. Nurul Jadid sejak tahun 2015 hingga sekarang. Selama 4 tahun ia mengenyam Pendidikan di PP. Nurul Jadid, ia merasa bahwa ilmu yang didapatkan masih belum mencukupi sebagai bekal hidupnya.

Haus akan keilmuan, Fira yang sebelumnya berdomisili di salah satu wilayah putri PP. Nurul Jadid berkeinginan untuk menggali serta memperdalam ilmunya di wilayah lain, tepatnya di Wilayah Al Mawaddah.

“Terimakasih kepada Allah SWT yang telah membukakan pintu hati saya. Selama 4 tahun mondok di Nurul Jadid saya merasa bahwa ilmu yang saya dapatkan masih belum cukup. Kemudian dengan pindahnya saya kesini (Wilayah Al Mawaddah, Red) hati saya terbuka” ungkap Firah dengan suara yang tersendak-sendak pada kegiatan Mentari (Komitmen dan Orientasi Santri) Wilayah Al Mawaddah (09/07/2019) di Rumah Kreasi.

Berdasarkan pengakuannya, Fira mengatakan bahwa di tempat barunya ia merasakan perubahan yang signifikan karena sekarang ia merasa lebih bersemangat dalam melaksanakan ibadah kepadaNya. Fira yang sebelumnya masih belum mempunyai prinsip hidup dan selalu mengikuti perkataan orang lain kini ia telah menemukan jati dirinya sendiri untuk memenuhi keinginannya ditempat barunya.

20190709_pengakuan-putri-anisa-fira-selama-menempuh-pendidikan-di-nurul-jadid-2

Menghafal, aktifitas keseharian Putri Anisa Fira di Wilayah Al Mawaddah

“Saya dulu selalu ikut kata-kata orang dan merasa tidak memiliki prinsip hidup. Saat ini, dengan pintu Hidayah-Nya, ditempat ini saya merasa menemukan prinsip hidup saya sendiri dan memiliki semangat untuk maju dan maju serta menjadi orang yang bermanfaat” ujar santri asal Pulau Dewata tersebut dengan air mata yang tak terbendung lagi.

Tangisanpun pecah, saat Fira mengucapkan kata terima kasih kepada orangtuanya, sehingga membuat Fira kesulitan untuk menyuarakan apa sebenarnya hatinya ingin katakan.

“Terima kasih untuk orang tua yang telah mengirim Fira, yang telah merawat Fira sampai saat ini dengan kasih ibu.Terima kasih untuk semuanya. Banyak kata yang sebenarnya ingin saya ungkapkan, tapi saya tidak bisa menyebutkan semuanya. Saya memang tidak bisa menulis di buku, tapi dalam hati saya berharap semoga Allah mengabulkan apa yang saya inginkan” ujar Fira yang memiliki hobi Listening.

Diakhir penyampaiannya, Fira mengungkapkan ucapan terima kasih teruntuk Pemangku Wilayah, Ibunda Ny. Hj. Hamidah Wafie yang telah menerimanya di Wilayah Al Mawaddah.

“Terima kasih untuk Bunda Hami (sapaan akrab Pemangku Wilayah Al Mawaddah) yang sudah menerima saya di sini. Semoga saya mendapatkan barokahnya dari orang yang sukses, taat kepada orang tua, tidak membantah, jadi orang yang lebih mandiri lagi dan tidak manja” pungkas Fira sambil mengusap air mata yang bercucuran.

Penulis: Kholis & Humairo

Editor: Ponirin

 

20190709_santri-dari-jambi-bersyukur-allah-mentakdirkan-dirinya-mondok-di-nurul-jadid

Santri Dari Jambi Bersyukur, Allah Mentakdirkan Dirinya Mondok di Nurul Jadid

nuruljadid.net – Berkomitmen untuk menjadi pribadi yang lebih baik serta membahagiakan kedua orang tua merupakan impian dan harapan dari seluruh santri Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo lebih-lebih oleh santri baru. Seperti yang terjadi di Wilayah Al Mawaddah, Senin malam (08/07/2019) di Rumah Kreasi Wilayah Al Mawaddah, seluruh santri berkumpul untuk mengucapkan komitmen serta untaian harapan kepada orang tua mereka masing-masing.

Kegiatan yang bertajuk Mentari (Komitmen dan Orientasi Santri) Wilayah Al Mawaddah diwarnai dengan rasa haru dan derai air mata. Materi perdana yang diberikan adalah refleksi dan muhasabah diri yang dibimbing langsung oleh Ny. Hj. Hamidah Wafie, Pemangku Wilayah Al Mawaddah.

Dalam pelaksanaannya, mereka (santri baru, red) diberikan kesempatan dan kelulasaan untuk mengutarakan seluruh isi hati kepada kedua orang tua mereka masing-masing serta komitmen yang akan dilaksanakan selama mengenyam Pendidikan di PP. Nurul Jadid. Sontak, materi tersebut membuat santri baru berderai air mata penyesalan atas perilaku kepada kedua orang tuanya.

Seperti yang diutarakan oleh Izzah Diana, santri baru Wilayah Al Mawaddah yang berasal dari Situbondo. Dengan guyuran air mata, Dian (sapaan akrabnya) didepan seluruh santri baru menyampaikan seluruh isi hati dan beberapa hal yang akan dilakukan demi kedua orang tuanya.

“Saya akan bersungguh-sungguh dalam belajar untuk membuat orang tua bangga dan bahagia. Dan saya berharap agar dalam menghafalkan kalam-Nya selalu diberikan kemudahan oleh Allah SWT. Saya juga ingin sekali meng-umrohkan kedua orang tua saya. Terimakasih ya Allah, engkau telah memberikan hidayah kepadaku” ujar Dian.

Serasa dengan Dian, Wahidah Isnanti santri baru asal Probolinggo juga ikut menyuarakan isi hatinya kepada kedua orangtuanya.

“Disini saya ingin berproses menjadi pribadi yang rajin dan berbakti kepada kedua orang tua agar bisa membahagiakan mereka. Harapan saya adalah bisa menghafal Al Qur’an dan menjadi orang yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa” ujar Wahidah (sapaan akrabnya).

Tiara Hartanti, santri baru asal Jambi pun turut menyuarakan isi hatinya. Tiara (sapaan akrabnya) mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT yang telah mentakdirkannya untuk mondok di Pesantren ini.

“Terima kasih kepada Ibu dan Bapak karena kalian telah memondokkanku di Pesantren ini untuk menimba ilmu. Tiara juga meminta maaf kepada Bapak dan Ibuk jika selama ini Tiara memiliki banyak salah. Tiara ingin memperbaiki diri di Pesantren ini. Doakan Tiara betah disini” ungkap Tiara sambil mengusap air matanya.

Tak hanya santri baru yang merasakan harunya suasana tersebut, Bunda Hami (sapaan akrab Pemangku Wilayah Al Mawaddah) juga turut terharu saat mendengar ungkapan dan komitmen tulus dari santri baru Wilayah Al Mawaddah.

“Sungguh berada ditengah mereka, energi powerfull penuh cinta, vibrasi positif, penuh doa-doa dan ungkapan tulus. Titip dan selalu temani anak-anak kami ya Rabb hingga kelak kami berkumpul di Jannah-Mu dalam pelukan ridlo dan cinta-Mu. Amin” dawuh Bunda Hami.

Penulis: Kholis dan Humairo

Editor: Ponirin

20190719_zayyin-naila-fitri,-santri-berprestasi-wilayah-al-mawaddah

Zayyin Naila Fitri, Santri Berprestasi Wilayah Al Mawaddah

nuruljadid.net – Namanya adalah Zayyin Naila Fitri, Lahir di salah satu kabupaten di Jawa Timur yang dikelilingi oleh pegunungan Tengger, Gunung Semeru, dan Gunung Bromo, Kabupaten tersebut bernama Kabupaten Probolinggo.

Zayyin adalah panggilan akrabnya, ia terlahir dari keluarga yang berpendidikan, ayahnya adalah seorang guru Madrasah Ibtidaiyah disebuah sekolah yang tak jauh dari rumahnya MI Sirajul Ulum Krejengan Probolinggo, begitu pula dengan ibunya yang seorang guru PAUD Al Amin Krejengan.

Zayyin mulai mengenyam pendidikan di TK Sirojul Ulum, kemudian setelah lulus dia melanjutkan pendidikannya di SD Sirajul Ulum yang berada di daerah desanya sendiri yakni Desa Jatiurup, Kecamatan Krejengan, Probolinggo. Selepat tamat SD, untuk memenuhi rasa hausnya akan ilmu ia rela meninggalkan keluarga tercinta, meninggalkan tanah kelahirannya menuju ke pondok pesantren yang terkenal akan perkembangan pendidikannya yang pesat yakni Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo.

Di PP. Nurul Jadid, gadis yang suka menghafal ini mendaftarkan diri ke MTs Nurul Jadid di program tahfidz dan berada di wilayah Al-Mawaddah. Selama duduk bangku MTs Nurul Jadid banyak prestasi yang sabet seperti juara 2 Musabaqah Hifdzil Qur’an (MHQ) tingkat kabupaten Probolinggo tahun 2018 di Kraksaan pada waktu kelas VI MI Sirajul Ulum, juara 1 Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat KKM di Probolinggo pada tahun 2019 pada waktu kelas VII MTs Nurul Jadid, tak berhenti disitu di PP. Nurul Jadid gadis yang masih berumur 13 tahun tersebut pernah tercatat juara 1 tartil tingkat Nurul Jadid pada tahun 2019, juara 2 Musyabaqoh Syarhil Qutub (MSQ) se Pondok Pesantren Nurul Jadid pada tahun 2019. Dari pihak MTs Nurul Jadid tatkala masih kelas VII ia dianugerahi sebagai The Best Program Tahfidz putri MTs Nurul Jadid pada tahun 2019.

Selain itu, ia juga memiliki beberapa prestasi yang cukup membanggakan dibidang olahraga dan seni, seperti juara 1 bulutangkis tingkat kabupaten Probolinggo di Kraksaan pada tahun 2018 ketika mengenyam pendidikan di MI Sirajul Ulum, kemudian juara 1 lomba Lari Tingkat Cepat kecamatan Krejengan pada tahun 2018 ketika ia masih duduk di kelas VI MI Sirajul Ulum.

Lebih lanjut, ketika masih sekolah di TK ia menorehkan juara 1 mewarnai tingkat kecamatan Krejengan, pada tahun 2011. (ila/red)

20190719_munirah,-santri-berprestasi-wilayah-al-mawaddah

Munirah, Santri Berprestasi Wilayah Al Mawaddah

nuruljadid.net – Munirah atau yang biasa dipanggi Yaya oleh teman – temannya dikenal oleh seseorang yang dikenal memiliki prestasi yang cukup membanggakan, ia lahir di Pulau Dewata lebih spesifik di Loloan Barat, Negara, Jembrana. Dari pasangan Ahmad Zainul Ekhsan (43) dan Hilwah Baraas (43).

Gadis yang memiliki cita – cita dosen terbang yang berakhlaq Al-Qur’an itu, memulai perjalanan pendidikannya di TK Muhammadiyah Aisyiah di Jemberana Bali, kemudian setelah lulus, ia melanjutkan pendidikannya di MI Mujahidin Negara Bali. Setelah tamat MI, ia mempertinggi lagi pendidikan ke Pondok Pesantren yang agak jau dari tanah kelahirannya, ialah Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo.

Selama di Pondok Pesantren Nurul Jadid, ia memulai pendidikannya di lembaga MTs Nurul Jadid. Hal yang sangat ia kenang selama duduk di bangku MTs Nurul Jadid ialah ketika ia ditunjuk oleh pihak MTs Nurul Jadid untuk mengikuti lomba bahasa Arab tingkat SLTP se Kabupaten Probolinggo. Pasalnya, lomba yang bertempat di Pajarakan, Probolinggo itu, gadis yang mengaku mempunyai hobi diskusi ini berhasil menjadi juara 1 mengalahkan seluruh peserta perwakilan lembaga SLTP se Probolinggo.

Tidak berhenti disitu, siswa MTs Nurul Jadid yang duduk di kelas VII ini, juga pernah mengharumkan nama MTs Nurul Jadid dan PP. Nurul Jadid di Tingkat Kabupaten pada Pidato Bahasa Arab yang diadakan oleh Aksioma pada tahun 2019 ia menyabet juara 1, kemudian dilingup Nurul Jadid ia berhasil menorehkan tinta emasnya pada lomba MC Bahasa Indonesia dengan mendapatkan juara I, Juara 2 lomba Bahasa Indonesia dan Juara II MSQ selama Pekan Madarin (PM) 2019.

Kemudian Gadis yang masih berumur 13 tahun ini mengaku juga pernah juara 2 hafal jus 30 di Jemberana pada tahun 2016 ketika mengenyam Pendidikan di MI Mujahidin Negara Bali, dan juga pernah tercatat juara 3 Fashion Show di Negara Bali pada tahun 2016 ketika mengenyam pendidikan di MI Mujahidin Negara Bali, dan juara 3 baca puisi di Jemberana Bali pada tahun 2015 ketika duduk pendidikan di MI Mujahidin Negara Bali. (Ila/red)

Metode Cepat Pahami Ilmu Alat

Metode Cepat Pahami Ilmu Alat

nuruljadid.net – Selain terkenal dengan Pondok Tahfidz Wilayah Al-Mawaddah juga mempunyai beberapa program unggulan salah satunya adalah program kitab. Program Intensif Kajian Kitab (PIKK) wilayah Al-Mawaddah sebelumnya menggunakan metode Al-miftah lil’ulum sidogiri. Seiring berkembangnya pembelajaran ilmu nahwu akhirnya wilayah al-mawaddah menemukan sebuah alternatif lain untuk membuat santri cepat memahami kaidah-kaidah nahwu. Kini pembelajaran al-miftah lil’ulum sidogiri beralih pada al-miftah peloso yang dikarang oleh uastad Ahmad Zarqoni.

Al-miftah peloso pembelajaranya sangat praktis dan menggunakan metode-metode yang sangat menarik dan tentunya lebih efektif baik dalam waktu pembelajaran dan juga tingkat pemahaman santri. Dalam metode ini 5 menit pembelajaran santri sudah berhasil memahami 1 bab bahkan lebih.”sebelum saya mengenal metode ini,saya selalu berfikiran bahwa ilmu alat itu sangat sulit untuk dipahami dan saya cerna dengan baik,namun setelah saya mengenal metode ini membuat menset saya bahwa ilmu nahwu adalah momok adalah salah” ujar salah seorang santri.

Dengan hadirnya metode ini daya tarik pada santri terhadap memahami ilmu Qur’an dan hadist sangat luar biasa. Jumlah santri yang mendaftar untuk mengikuti pelatihan metode al-miftah ini meningkat drastis bahkan lebih 3 kali lipat dari pelatihan al-miftah peloso Ramadhan lalu.  Karena banyaknya santri yang mendaftar akhirnya pembelajaran al-miftah ini dibagi beberapa kelas.

Santri yang mengikuti pelatihan di bulan Ramadhan lalu mengikuti kelas lanjutan yang mana hanya satu-satunya kelas ini yang beranggotakan santri putra dan putri. Dikelas lanjutan ini santri tak lagi diajarkan metode dan kaidah-kaidah nahwu akan tetapi santri diajarkan bagaimana cara diajarkan bagaimana menjadi pengajar yang baik. Satu persatu santri dikelas ini maju untuk memperotoli ayat-ayat al-qur’an yang telah ditentukan. Karena santri dikelas ini pemahaman terhadap ilmu nahwunya sudah cukup luas akhirnya tak jarang terjadi perdebatan-perdebatan sehat antar santri sehingga menciptakan suasana yang sangat seru dalam berdiskusi sehingga tak terasa memakan waktu yang cukup lama dalam beradu pendapat. (Adibah/Red)

20190506_cerita-elok-sang-hafidzoh-antara-terpaksa-orang-tua-serta-hidayah-1

Cerita Elok Sang Hafidzoh; Antara Terpaksa, Orang Tua serta Hidayah

nuruljadid.net – Elok Mar’atil Khatimah, gadis berusia 17 tahun asal Singaraja Bali, rela menghafal Al Qur’an hanya untuk menggapai keinginan Sang Abah memiliki buah hati seorang penghafal Al Qur’an (Hafidz). Walapun diawali dengan keterpaksaan.

“Yang memotivasi untuk menghafal Al Qur’an itu abah saya. Karena harapan beliau adalah memiliki anak yang hafal Al Qur’an. Diam-diam tanpa sepengetahuan saya, Abah memasukkan saya di Lembaga Tahfidz di Wilayah Al Mawaddah PP. Nurul Jadid Paiton, Probolinggo” ujar Elok (sapaan akrab Elok Mar’atil Khatimah).

“Karena terpaksa, saya menghafal Al Qur’an dengan setengah hati, hanya bermain-main saja, punya setoran ya setoran, kalau nggak ya nggak” tambah Elok.

Selain itu, motivasi lain Elok putri dari pasangan Alm. Irawan Sutirto dan Emmy Ratna Wahyuni untuk menghafal Al Qur’an adalah cerita dari sang guru tentang mahkota dan jubah kemuliaan di akhirat untuk orang tua yang memiliki seorang anak Hafidz.

“Selain Abah, hal yang memotivasi adalah cerita dari guru saya. Yaitu kelak diakhirat seorang yang hafal Al Qur’an itu akan dipanggil namanya dan maju kedepan bersama orang tuanya. Tidak cukup itu, kedua orang tuanya akan diberikan mahkota serta jubah kemuliaan yang belum pernah ada di dunia. Setelah itu sang anak membaca hafalannya, semakin banyak yang ia baca, maka semakin tinggi pula derajat yang ia gapai sampai hafalan terakhir dia dimana. Maka beruntunglah orang yang menghafal Al Qur’an 30 juz” Ujar Elok, gadis kelahiran Singaraja Bali, 05 Juli 2001 dengan mata yang berkaca-kaca.

Mengambil hikmah dari cerita tersebut, dengan penuh pertimbangan serta pemikiran yang matang Elok akhirnya memutuskan untuk mengambil cuti sekolah selama setahun lamanya tepatnya pada tahun 2017 hanya untuk menghafal Al Qur’an demi mewujudkan keinginan sang Abah. Dan keputusan Elok pun diterima dengan hati yang berbunga-bunga oleh Abahnya, Alm. Irawan Sutirto.

“Abah, saya mau menghafal Al Qur’an dalam waktu satu tahun tapi saya nggak mau sekolah bah” Saya nggak mau pulang saya nggak mau dikirm sampai saya sampai 30 juz” ujar Elok.

“Ya Allah nak, nggak usah menghafal 30 juz, 10 juz saja engkau menghafal itu sudah merupakan surga dunia bagi Abah. Itu bahagianya sudah melebihi punya pesawat, punya mobil dll, sudah lebih dari itu, kata Abah” tambah Elok dengan kucuran air mata yang tak terbendung lagi.

Singkat cerita, ketika Elok sudah mencapai hafalannya 10 Juz, ujian dari Sang Pencipta menguji keimanan dan ketulusannya dalam menghafal Al Qur’an. Sang Abah berpulang keharibaanNya dengan tersenyum.

“Ketika hafalan saya telah mencapai 10 juz dan akan mengikuti ujian akbar, tiba-tiba saya disuruh pulang. Ketika sampai di halaman rumah, saya melihat sudah banyak orang dan disitu juga ada terop. Awal saya kira ada pernikahan namun ternyata, Abah saya sudah terbaring kaku dengan senyuman diwajah beliau” cerita Elok dengan tangisan air mata yang semakin deras dan tak terbendung.

“Abah meninggal dalam keadaan tersenyum dan itulah yang menjadi alasan saya kenapa saya tidak menangis. Karena saya yakin insyaAllah Abah tenang dialam sana. Ketika beliau wafat, saya masih sempat mencium jenazah Abah dan sangat wangi padahal masih belum dimandikan. Dan itu yang membuat saya semakin yakin insyaAllah Abah tenang dialam sana” tambah gadis asal Singaraja Bali.

Selepas kepergiaan sang Abah, ketika Elok kembali beraktifitas seperti santri lainnya di Pesantren, Elok sempat terpuruk selama satu minggu lamanya dan tidak melakukan aktifitas apapun selain hanya memegang Al Qur’an. Hingga pada suatu malam, Elok memimpikan Sang Abah.

“Dan pada akhirnya dimalam itu saya tertidur dan bermimpi, Abah saya sedang ada di masjid dan mengaji juz 2 Surat Al Baqarah ayat 154. Kemudian saya terbangun dan mencari makna ayat dari surat tersebut. Dan akhirnya saya pun sadar dan ikhlas akan kepergiaan Abah” cakapnya dengan mata merah akibat menangis.

Akhirnya, dengan penuh perjuangan, rintangan serta suka duka, Elok berhasil menyelesaikan hafalan 30 juznya dengan menjadi Wisudawati Tahfidz Ekselensia Wilayah Al Mawaddah PP. Nurul Jadid (01/05/2019) lalu. Dengan dinobatkannya sebagai Hafidzah, Elok bukan malah merasakan kebahagiaan melainkan sebuah ratapan hidup karena baginya menghafal Al Qur’an adalan sebuah tamparan baginya.

20190506_cerita-elok-sang-hafidzoh-antara-terpaksa-orang-tua-serta-hidayah-2

Elok (paling kiri) menangis saat dilantunkannya Do’a Khotmil Qur’an pada acara Wisuda Perdana Tahfidz Ekselensia Wilayah Al Mawaddah. Foto: Zaky/nuruljadid.net

“Target kedepan adalah saya bisa melancarkan hafalan saya dan saya tidak hanya sekedar hafal, tapi saya paham maknanya dan yang terpenting dalah saya mengamalkan isinya karena saya menghafal Al Qur’an itu tamparan buat saya. Akhlak yang ada didalam Al Qur’an itu sangat bertolak belakang dengan akhlak saya. Tapi saya jadikan menghafal Al Qur’an itu sebagai wasilah untuk mengejar hidayah Allah” ujar Elok dengan suara terpatah-patah.

“Karena saya kalau hanya menuggu hidayah, hidayah itu nggak akan datang kalau bukan saya sendiri mengejarnya. Dan saya menghafal Al Qur’an sebagai proses hijrah saya. Saya ingin benar-benar hijarah, jadi Muslimah saja tidak cukup tapi butuh hafal Al Qur’an. Karena Al Qur’an itu adalah pedoman hidup kita” tambah Elok.

Tangisan kembali pecah ketika Elok menyampaikan ucapan terima kasih serta kerinduannya kepada Sang Abah.

“Ucapan terimakasih untuk Abah karena sudah maksa saya hafal Al Qur’an dan sudah memaksa saya untuk berada dijalan yang benar. Kalau rindu itu pasti, untuk didunia ini saja, saya tidak bisa bertemu kembali dengan abah. Tapi itu tidak membuat saya sedih, karena hidup didunia itu hanya sementara. Saat ini saya hanya bisa berjuang untuk bisa berkumpul bersama orang tua, guru dan dengan orang-orang yang saya sayang terutama bisa berkumpul dengan Rosulullah SAW kelak di akhirat” ujar Elok dengan penuh tangis.

“Setiap waktu kosong saya, saya berusaha mengisinya dengan Al Qur’an. Saya selalu memohon supaya orang tua saya, guru dan keluarga berkumpul di syurga tanpa hisab. Dan saya berharap agar setiap saya mengaji pahala bisa mengalir ke Abah agar makam Abah lebih bercahaya dan agar ada yang menemani abah disana, agar abah nggak disiksa terutama pertanggung jawaban memiliki anak perempuan. Saya ingin meringankan hisab Abah” tambahnya.

20190506_cerita-elok-sang-hafidzoh-antara-terpaksa-orang-tua-serta-hidayah-3

Elok, gadis 17 tahun asal Singaraja Bali menuntut ilmu di Wilayah Al Mawaddah. Foto: Baihaki/nuruljadid.net

Akhir, Elok akan berjuang untuk kebahagiaan sang Ummi, orang tua Elok yang ada saat ini.

“Orang tua saya yang ada saat ini adalah Ummi, bagaimana saya berjuang agar saya tidak menyusakhan Ummi. Biar saya selalu berusaha untuk membahagiakan Ummi. Saya nggak mau menyesal kedua kalinya” ujar Elok sambal mengusap air mata yang bercucuran di pipinya.

Pewarta: JN

Editor: Ponirin Mika