Pos

Kiai Zaini dan Kemakmuran Petani Tembakau

Tepat pada tanggal 23 April 2017 ini, Pondok Pesantren Nurul Jadid akan melaksanakan Haul Pendiri dan Harlah untuk mengingat perjalanan perjuangan para pendahulunya (manakib). Para masyakhih yang telah mendahului menghadap ke hadirat Allah. Telah banyak meninggalkan jasa dalam mewarniai dinamika keummatan dan kebangsaan. Di dalam tradisi pesantren, memperingati sejarah perjuangan para pendahulu terutama pendiri pesantren sebuah keniscayaan. Hal ini diharapkan mampu menghadirkan pengetahuan terhadap sepak terjangnya supaya bisa menjadi ibrah bagi masyarakat pesantren dalam menjalani hdup daam sehari-hari.

Para pendiri pesantren dengan kealiman dan keistikamaannya dalam menjalankan agama mampu menjadi pioner dalam menjaga tradisi salafus sholih. Tradisi yang berlandaskan alqur’an dan hadits, tidak terkecuali Kiai Zaini Mun’im.  Dia adalah seorang ulama yang berasal dari pulau garam madura, keturunan dari orang yang mempunyai kharisma di daerahnya. Dalam sejarahnya ia tidak ingin mendirinkan pesantren, datang ke bumi jawa menghindari keberingasan belanda. Karena belanda, menganggap kiai zaini adalah salah satu bantu sandungan untuk memuluskan keinginannya dalam merebut bumi pertiwi. Intimidasi para penjajah terhadapnya tidak menyurutkan semangat juang dalam menjaga harkat dan martabat bangsa. Meski ia menyadari bahwa ancaman-ancaman demi ancaman itu, akan membahayakan terhadap keselamatan diri dan keluarganya. Namun, totalitas perjuangannya mampu melenyapkan ketakutan-ketakutan.

DesaTanjung, Pilihan Dakwahnya

Setelah mendapatkan restu dari KH. Syamsul Arifin ayahanda KH. As’ad Syamsu Arifin Sokorejo Situbondo agar desa tanjung menjadi tempat pilihan dakwahnya. Maka, KH. Zaini Mun’im memutuskan untuk menetap di desa ini bersama keluarganya. Namun sebelumnya KH. Zaini mengajukan beberapa tempat ke KH. Syamsul Arifin dengan membawa contoh masing-masing tanah. Selain tanah karanganyar, adalah tanah GenggongTimur, dusun kramat, Kraksaan Timur, desa Curahsawo Probolinggo, dan dusun Sumber Kerang. Namun, tanah yang di pilih adalah tanah desa tanjung, akhirnya KH. Syamsul Arifin memerintahkan agar Kiai Zaini menetap di desa itu.

Ini sesuai dengan isyarat yang di alami oleh Kiai Zaini pada saat ia mengambil tanah di desa tanjung, tiba-tiba menemukan sarang lebah dan dipahami jika mendirikan pesantren di tempat ini akan banyak santrinya. Sedangkan isyarat yang lain datang dari KH. Hasan Sepuh Genggong, saat Kiai Hasan sepuh mendatang sebuah pengajian dan melewati desa ini (tanjung) ia berkata pada kusir dokarnya “ di masa mendatang, jika ada kiai atau ulama yang mau mendirikan pondok di desa ini, kelak pondo tersebut akan menjadi pondok besar, dan santrinya akan melebihi santri saya.”

Pada mulanya di desa sangat memprihatinkan, banyaknya binatang buas, sepinya masyarakat yang bercocok tanam, dangkalnya masyarakat memahami agama, untuk yang terakhir ini terlihat jelas dengan praktik keagamaan yang dilakukan masyarakatnya, misanya, dengan keberadaan pohon besar yang tidak boleh di tebang dan di yakini sebagai pembawa berkah keselamatan. Ritual-ritual keagamaan masyarakat di desa ini sangat menyimpang dari ajaran agama islam yang sebenarnya.  Ditandai dengan pemberian sesajen, utamanya keika melaksanakan hajatan dipersembahkan kepada roh kudus yang di tengarahi olehnya berada di pohon tersebut. Begitu pula, dalam kehidupan sosial ekonominya di desa ini sangat terbelakang. Pada saat kiai zaini berada di dusun tanjung (karanganyar) lambat laun, desa ini mulai tertata mulai dari aspek agama, sosial, budaya dan pendidikannya. Kedatangan Kiai Zaini, cukup menyinari gelap gembita pengetahuan masyarakat tanjung. Dari itu, banyak orang yang menyambut dengan rasa suka dan senang, ini tidak lepas dari sikap dan sifatnya Kiai Zaini yang sangat toleran, tasamuh, taadul dan tawazun terhadap orang lain. Dan, rasa empati dalam memperhatikan kondisi sosial ekonomi masyarakat, sehingga kehidupan sehari-harinya selalu berkait dengan kemaslahatan ammah.

Dinamisasi Kehidupan Masyarakat

Lambat laun, masyarakat di desa ini menjadi masyarakat tamaddun. Masyarakat yang mampu mempraktikkan ajaran agama dengan baik dan benar, menciptakan tatanan sosial yang tinggi serta menghasilkan ekonomi yang mapan. Perjuangan demi perjuangan menjadi nafas Kiai Zaini, sesuia dengan kalimat yang pernah di ungkapkannya.” Orang yang hidup di Indonesia ini, jika tidak berjuang (perjuangan yang baik) maka ia telah berbuat maksiat”.

Maka tidak terlalu berlebihan jika kita mengatakan bahwa Kiai Zaini adalah salah satu kiai yang berhasil dalam menciptakan generasi muslim yang memahami islam secara komprehensif kepada masyarakat. Dan ini juga menjadi pendorong ia untuk mendirikan pesantren yang akan meahirkan para pejuang agama di mana saja berada. Sesuai dengan ungkapan yang pernah disampaikannya “saya mendirikan pesantren ini tidak hanya ingin mencetak kiai, melainkan juga ingin mencetak generasi muslim yang memahami agama secara kaffah dan siap mengisi ruang-ruang perjuangan.

Trilogi dan panca kesadaran santri sebagai modal dasar dalam mencetak santrinya. Trilogi yang dimaksud adalah 1. Memperhatikan furudhul ainiyah 2. Mawas diri terhadap dosa besar 3. Berbudi luhur terhadap Allah dan mahluknya. Tiga hal ini ebagi upaya kiai zaini untuk memberikan emahan islam secara utuh dan sempurna. Karena, di dalam trilogi tersebut ajaran-ajaran islam menyelinap. Lain dari itu, panca kesadaran santri di maksudkan agar santri tidak hanya mampu mengetahui pengetahui ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum, namun harapannya santri mampu menerapkan ajaran islam universal disetiap ruang kehidupan yang ada.

Kebangkitan Ekonomi Masyarakat

Ia tidak hanya trampil dalam meaksanakan dakwah ajaran agama yang bersifat normatif, tapi,  juga mampu melaksanakan dakwah non normatif. Karena ia sadar bahwa tidak cukup hanya mengajarkan ajaran ritual keagamaan saja, namun lebih menekankan juga terhada dakwah ekonomi masyarakat. Kemskinan akan menyebabkan kekafiran, bukan hanya semboyan yang tertulis rapi dalam hadits, justru ini merupakan persoalan yang mendasar dalam kehidupan.

Dengan kelihaiannya, ekonomi masyarakat menjadi baik, dengan upaya-upaya yang dilakukannya. Maklum juga, lincahnya Kiai Zaini dalam meningkatkan ekonomi masyarakat tidak lepas dari bimbingan ayahandanya baik secara langsung maupun tidak langsung. KH. Abdul Mu’im ayanda Kiai Zaini adalah pebisnis handal.  Untuk meningkatkan ekonomi masyarakat Kiai Zaini memperkenalkan tanaman baru, yakni tembakau yang bibitnya di bawa dari madura, seiring perkembangan waktu, ternyata tanaman ini cocok dengan keadaan tanah di desa ini, akhirnya tanaman tembakau menjadi penghasilan pokok masyarakat tanjung bahkan penikmat tembakau di rasakan oleh masyarakat seantero indonesia. Kemamuran masyarakat tanjung tidak lepas dari salah satu usahanya, dalam membangkitkan ekonomi. Sehingga, pada akhirnya desa tanjung menjadi desa berkembang,  baik berkait persoalan agama, pendikan, sosiak dan ekonominya.

Jazakullah Khairon Katsira

*) Refleksi Haul dan Harlah PPNJ ke 68

 

Penulis : Ponirin Mika (Sekretaris Biro Kepesantrenan PP. Nurul Jadid dan Anggota Comics (Community of Critical Social Research) Probolinggo)

Kesaksian Gus Ipul (Wakil Gubernur Jawa Timur) Tentang Alumni Pondok Pesantren Nurul Jadid.

nuruljadid.net – Kehadiran sosok pejabat tinggi pemerintahan di sebuah pesantren merupakan sebuah hal yang sangat berharga. Dan pastinya akan menjadi sorotan publik. Hal itu dirasakan oleh Pondok Pesantren Nurul Jadid. Malam hari ini (23/04) Bapak Wakil Gubernur Jawa Timur, KH. Syaifullah Yusuf atu yang dikenal akrab dengan panggilan “Gus Ipul” hadir di bumi Nurul  Jadid untuk mengikuti acara Peringatan Haul Pendiri dan Pengajian Umum.

Dalam kegiatan ini beliau langsung diminta oleh Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Moh. Zuhri Zaini untuk memberikan sambutan kepada semua undangan yang hadir pada acara ini. Di awal sambutannya beliau mengucapkan terimakasih banyak kepada bapak Gubernur Jawa Timur,  Bapak Soekarwo yang telah memberikan tugas kepada gus ipul untuk menghadiri acara Haul Pendiri di Pondok Pesantren Nurul Jadid.

“saya merasa terhormat sekali diminta mewakili Bapak Gubernur untuk menghadiri majelis haul, reuni dan pengajian bersama santri dengan tujuan mendapatkan rahmat dan ridho dari Allah, serta tuk dapatkan syafat dari Rosulullah SAW. Dengan harapan majelis ini menjadi majelis bertambahnya ilmu dan memastikan kita untuk menjadi rombongan para Kiai dan Habaib tak hanya di dunia namun juga di akhirat kelak.” Ujar beliau dalam sambutannya

Dalam sambutan beliau, beliau juga menyampaikan bahwa adanya kegiatan pengajian dan haul ini adalah untuk menjaga jalinan silaturahhim kita dengan para guru guru kita. Ini membuktikan bahwa kita masih dalam segaris se aqidah dan satu barisan dengan guru guru kita. Dan Berkumpulnya kita semua disini adalah sebagai wahana lebih lebih dalam menghadapi zaman sekarang.

Kesinambungan nasab dan ilmu merupakan sebuah hal yang menjadi sorotan di pesantren karena pada dasarnya beberapa guru memiliki nasab yang sama dan terhubung dari satu yang lain. Meskipun berbeda pesantren.

“Mudah mudahan kumpulnya kita disni masih terhubung dengan para ulama dan guru guru kita baik di dunia dan di akhirat nanti.” Ujar Gus Ipul, Wagub Jawa Timur.

Gus Ipul (3 dari kiri) bersama Kepala Pesantren, KH. Abd. Hamid Wahid (kiri) dan Pengasuh, KH. Moh. Zuhri Zaini (2 dari kiri) pada saat pelaksanaan Haul Pendiri PP. Nurul Jadid. (Foto : Zaky/Red)

Kesaksian Gus Ipul Tentang Alumni PP. Nurul Jadid

Dari hasil survey yang dilakukan oleh gus ipul ke beberapa Pondok Pesantren yang telah beliau kunjungi, sekitar 55% tujuan santri mondok di pesantren adalah untuk mendapatkan ilmu yang berkah dan ingin belajar dari guru di pondok pesantren. Ini merupakan sebuah hal yang sangat luarbiasa yang terjadi pada zaman sekarang ini.

Di zaman yang sudah mulai modern ini masih banyak orang orang yang beranggapan bahwa mondok itu untuk mencari ilmu yang barokah bukan mencari ijazah yang digunakan untuk mencari nafkah. Hal itu terbukti dengan kesaksian Gus Ipul yang mengatakan bahwa Pondok Pesantren itu adalah tempat dimana santri mendapatkan ilmu yang barokah dari para kiai dan tak lain untuk mencarti dan mendapatkan ridho Allah SWT.

Berbeda dengan sekolah yang ada diluar pesantren yang rata rata menginkan ijazah dan mempertimbangkan legalitas ijazahnya.

Banyaknya santri yang mondok adalah terpengaruh oleh alumni alumni dari Pondok tersebut. Dan alumni memiliki pengaruh yang besar terhadap banyak santri yang mondok. Pasalnya mereka (santri) yang  mondok terpengaruh oleh alumni Pondok Pesantren yang telah berkiprah di masyarakat dan telah menjadi bukti keberhasilan sebuah Pondok Pesantren dalam mendidik dan menghasilkan “orang” yang berkualitas.

“Saya menjadi saksi dari Alumni alumni Nurul Jadid tersebar diberbagai tempat dan umumnya telah berkiprah baik ditengah tengah masyarakat” ujar beliau dengan suara yang lantang dan tegas.

“Pondok Pesantren Nurul Jadid merupakan salah satu Pondok Pesantren yang cukup diperhitungkan tidak hanya di jawa timur, namun kancah nasional dan internasional” tambah beliau dalam sambutannya.

Gus Ipul bersamaHabib Abdullah bin Muhammad bin Ahmad Al Masyhur (Cicit dari Imam Abdullah bn ‘Alawi Al Haddad, Pengarang Ratibul Haddad)

Selain itu, beliau mengajak para undangan yang hadir untuk bernostalgia tentang Pondok Pesantren Nurul Jadid. beliau menyampaikan bahwa kita jangan melihat Pondok Pesantren Nurul Jadid yang seperti sekarang. Namun beliau mengajak para undangan untuk melihat sejarah bagaimana Pendiri dan Pengasuh pertama Pondok Pesantren Nurul Jadid merintis Pondok Pesantren Nurul Jadid yang penuh dengan perjuangan dan penderitaan.

“Kita jangan melihat Nurul Jadid yang sekarang saja, namun kita juga harus bisa melihat Nurul Jadid yang dulu. Bagaimana kondisi dan suasa Nurul Jadid yang dulu. Untuk menjadi Nurul Jadid yang sekarang tidak lah gampang, namun itu membutuhkan perjalanan yang panjang. Bertahap Pondok Pesantren Nurul Jadid akan berkembang” ujar beliau. (Q2/Red)

 

Malam Puncak Peringatan Haul Pendiri dan Harlah ke 68 Tahun Pondok Pesantren Nurul Jadid

nuruljadid.net – Malam puncak kegiatan Haul Pendiri dan Harlah ke 68 Pondok Pesantren Nurul Jadid pun digelar malam hari ini (23/04). Ribuan orang memadati lingkungan Pondok Pesantren Nurul Jadid. Beberapa fasilitas telah disiapkan oleh panitia. Tempat istirahat walisantri dan alumni pun juga telah disiapkan. Bazar pun ikut menyemarakkan peringatan Haul Pendiri dan Harlah ke 68 Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Ramainya acara betambah ketika pelaksanaan pengajian umum di malam hari. Puncak pelaksanaan ini merupakan inti dari kegiatan tahunan pesantren ini. Pada acara malam hari ini banyak undangan VIP yang hadir ke acara pengajian ini. Pengasuh Pengasuh Pondok Pesantren sekitar nampak menduduki kursi VIP. Tak hanya itu, anggota pemerintahan juga tampak di acara ini, Bapak Koramil Paiton, Anggota DPR, Bapak Malik Haromain dan masih banyak yang lainnya. Sampai sampai, kursi undangan VIP yang telah disiapkan oleh panitia tak dapat menampung undangan VIP yang hadir pada malam hari ini. Membludaknya undangan juga terjadi, lokasi acara tak dapat menampung undangan yang ada, mereka hanya bisa menyaksiakan acara ini dengan berdiri dan memanfaatkan LCD yang telah disiapkan oleh panitia.

“Saya hanya bisa menonton harlah dengan streaming di youtube karena lokasi acara sudah full dan akses masuk ke lokasi acara juga macet. Sehingga terpaksa hanya bisa menonton dengan memanfaatkan media yang seadanya” ujar Dewi, salah satu alumni PP Nurul Jadid tahun 2013.

Ribuan pasang mata tertuju pada satu sosok tamu yang hadir pada malam hari ini. Tamu yang dikawal ketat oleh 6 anggota polisi dan petugas keamanan pesantren menjadi sorotan publik. Ternyata tamu itu adalah Bapak Wakil Gubernur Jawa Timur, KH. Syaifullah Yusuf atau yang akrab dikenal dengan panggilan Gus Ipul.

Tak hanya wakil gubernur saja yang hadir dalam acara ini, Habib Abdullah bin Muhammad bin Ahmad Al Masyhur yang berasal dari Makkah dan merupakan cicit dari Imam Abdullah bin ‘Alawi Al – Haddad (Pengarang Kitab Ratibul Haddad) juga rawuh dalam acara Peringatan Haul Pendiri dan Harlah Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Jalannya Acara

Lagi dan lagi penampilan FIHRAZ menjadi salam pembuka dari Panitia dalam pelaksanaan Haul Pendiri dan Harlah ke 68 Pondok Pesantren Nurul Jadid. Penampilan FIRHAZ kali ini berbeda dengan penampilannya di pagi hari. Malam hari ini adalah ajang reuni personil FIHRAZ yang sudah terdata sebagai alumni. “Rata rata yang tampil pada pembuka malam  ini adalah alumni FIRHAZ sekaligus Pondok” cakap Rofiqi Zayyad yang merupakan salah satu personil FIRHAZ yang masih berstatus santri aktif.

Acara yang dimulai pada pukul 20.00 WIB diawali dengan pembacaan rundown acara oleh Ust. Hidayatullah selaku Master of Ceremony (MC). Dilanjutkan dengan pembacaan Ayat Suci Al Qur’an oleh Ust. Khadarisman. Lalu sambutan sambutan menempati rangkaian acara selanjutnya.

Sambutan pertama disampaikan oleh Ketua Umum Panitia Pelaksana Haul Pendiri dan Harlah ke 68 Tahun Pondok Pesantren Nurul Jadid, Ust. Badrul Qomar. Dalam sambutannya, dia mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah banyk membantu terlaksananya kegiatan kali ini dan juga dia menyampaikan permohonan maaf atas kekurangan baik dalam hidangan maupun pelakasanaan acara.

“Acara Peringatan Haul Pendiri dan Harlah ke 68 Tahun Pondok Pesantren Nurul Jadid ini merupakan kegiatan rutin tahunan yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Nurul Jadid dan bertujuan untuk mengenang kembali perjuangan para almarhumin” ujar Badrul Qomar dalam sambutannya.

Setelah sambutan oleh Ketua Umum Panitia, selanjutnya sambutan Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid. Yang disampaikan oleh KH. Moh. Zuhri Zaini. Beliau yang dalam sambutannya menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh pengurus, panitia dan semua pihak yang sudah berpartisipasi dalam upaya mensukseskan acara Harlah Pondok Pesantren Nurul Jadid. Acara ini merupakan ungkapan syukur kepada para pendiri dan almarhumin yang telah berjuang untuk Pondok Pesantren Nurul Jadid. Dan acara ini dilaksanakan rutin setiap tahun sekali.

Dan dalam sambutannya beliau juga memberikan selayang pandang Pondok Pesantren Nurul Jadid yang didirikan oleh KH. Zaini Mun’im. Dimulai dari perjuangan KH. Zaini Mun’im yang mendapat titah dari salah satu guru beliau, KHR. As’ad Syamsul Arifin (PP. Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo). Sampai pada akhirnya beliau berhasil menamai Pondok Pesantren dengan nama “Nurul Jadid”.

Setelah sambutan dari Pengasuh, tausiyah oleh Penceramah pertama, Habib Ali Zainal Abidin (Banyuwangi) menempati acara selanjutnya. Dalam tausiyah beliau, beliau menyampaikan secara lantang dan tegas bahwa kita memiliki 2 kewajiban, kewajiban yang pertama adalah kewjiban seorang muslim yang harus menghamba kepada Allah SWT dan kewajiban kedua adalah kewajiban kepada makhluk-Nya. Bersosial dan saling tolong menonolong antar sesama. Dan beliau menceritakan beberapa kisah sahabat sahabat nabi dengan singkat dan jelas yang bertujuan sebagai motivasi diri.

Namun ditengah tengah tausiyah beliau, beliau berhenti sejenak dikarenakan seorang pejabat tinggi pemerintahan hadir memasuki acara pelaksanaan haul dan harlah pendiri pondok pesantren nurul jadid yang ke 68, Gus Ipul dengan nama lengkap KH. Syaifullah Yusuf (Wakil Gubernur Jawa Timur).

Gus Ipul pun diberikan kesempatan untuk memberikan sambutan kepada para undangan yang hadir. Dalam kesempatan ini beliau menyampaikan bahwa peran alumni sangatlah penting bagi kemajuan dan perkembangan Pondok Pesantren berserta santrinya.

“alumni mempunyai peran sampai 30 % dan sisanya baru dorongan motivasi dari orang tau karena mungkin dulunya orang tuanya mondok disini  kemudian anaknya juga dimondokkan di Nurul Jadid, itulah peran para alumni dan kiai.” Ujar Gus Ipul.

“Kalo kita lihat dari sebuah Pondok Pesantren Nurul Jadid jangan lihat Nurul Jadid sekarang tapi lihatlah KH Zaini Mun’im menjadi muassis yang memulai selangkah demi selangkah dalam perjuangannya dan pada akhirnya sampai sebesar ini. Saya menjadi saksi bahwa alumni Nurul Jadid tersebar dimana-mana, dibergai tempat, umumnya dapat berkiprah di masyarakat. Pondok Pesantren Nurul Jadid sangat diperhitungkan bukan hanya di daerah Jawa Timur,melainkan sampai kancah nasional dan  Internasional” tambah Bapak WaGub Jatim.

Ceramah Agama oleh DR. KH. Imam Mawardi (Surabaya) menempati acara selanjutnya. Beliau yang merupakan sahabat akrab dari Gus Ipul memberikan tausiyah dengan humor dan candaan yang berhasil menghipnotis undangan. Seluruh penontoh terbahak bahak dengan beberapa cerita humor yang beliau berikan. Terutama ketika beliau menceritakan sesuatu yang berkaitan dengan pembangunan di daerah Jawa Timur sambil menyebut jabatan Wakil Gubernur Jawa Timur.

“Ujian sangatlah luar biasa tapi semua harus kita jalani, tidak ada manusia tanpa ujian. Tapi, ujian tidak untuk dikeluhankan karna keluhan tidak akan pernah menyelesaikan sebuah masalah, keluhan justru akan menjadikan sebuah keluhan  kedua dan akhirnya akan menambah musibah yang memuncak” dawuh beliau

Acara pada malam hari ini ditutup dengan doa oleh Habib Abdullah bin Muhammad bin Ahmad Al Masyhur. (Q2/red)

Dokumentasi Foto Oleh bagian Dokumentasi, Publikasi dan Informasi Pondok Pesantren Nurul Jadid

Mengenang Perjuangan Para Almarhumin Pondok Pesantren Nurul Jadid

nuruljadid.net – Pondok Pesantren Nurul Jadid hari ini (23/04) telah berumur 68 tahun. Di usia yang ke 68 tahun ini beberapa perkembangan telah dilakukan menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang terjadi. Pondok Pesantren yang merupakan lembaga dakwah islamiyah ini memiliki peran yang sangat penting dalam mencetak generasi yang berakhlakul karimah dan berinteligensi mapan. Itu terbukti dengan beberapa lembaga formal dan non formal yang berdiri di Pondok Pesantren Nurul Jadid. Pemahaman tentang ilmu pengetahuan berbasis agama dan umum telah dilakukan oleh Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Namun, jangan melihat Pondok Pesantren Nurul Jadid yang sekarang, lihatlah para almarhumin atau kiyai PP. Nurul Jadid terdahulu yang telah berjuang keras untuk membangun Pondok Pesantren Nurul Jadid yang mampu meminimaslisir bahkan menjawab kekhawatiran masyarakat.

KH. Zaini Abdul Mun’im contohnya, beliau yang dalam biografinya berjuang melawan penjajah dan mempertahakankan kemerdekaan RI rela untuk dikurung dalam sebuah sel oleh penjajah. Semangat melawan penindasan, ketidakadilan, dan kesewenang-wenangan telah tertanam di dalam diri Kiai Zaini Mun’im. Ini terlihat sejak masa mudanya, terutama setelah beliau pulang dari Makkah (1934). Ketika itu, beliau mulai memperhatikan berbagai persoalan yang melilit kehidupan masyarakat sekitar, sekaligus terlibat langsung dalam kancah perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat banyak, khususnya dalam bidang sosial-ekonomi, beliau aktif dalam organisasi Nahdlatul Ulama (NU) di Pamekasan. Meski sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Panggung Galis, beliau tidak segan segan ikut terjun langsung menangani berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat, terutama tentang kebijakan pemerintah kolonial Belanda di bidang pertanian (tembakau).

Petuah KH. Zaini Abd. Mun’im

Selain itu, beliau juga aktif terlibat sebagai pejuang dalam mempertahankan NKRI, baik pada masa pendudukan Jepang maupun Belanda. Pada masa Jepang, beliau dipercaya sebagai pimpinan Barisan Pembela Tanah Air (PETA). Beliau pernah dikempe (suatu tanda akan dihukum mati) oleh tentara Jepang, namun akhirnya masih bisa diselamatkan. Selanjutnya, beliau juga dipercaya sebagai pimpinan Sabilillah ketika melakukan Serangan Umum 16 Agustus 1947 terhadap bala tentara Belanda yang menguasai Kota Pamekasan.

Setelah KH. Zaini Mun’im wafat, perjuangan beliau diteruskan oleh Putera Putera beliau. KH. Hasyim Zaini yang merupakan Pengasuh Kedua Pondok Pesantren Nurul Jadid yang menggantikan Pengasuh dan Pendiri Pertama, ayahanda beliau, KH. Zaini Abdul Mun’im.

Setelah ayahanda wafat, kemudian KH. Moh. Hasyim Zaini melanjutkan perjuangan dan pengabdian ayahandanya sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid. Sebagai pengasuh kedua, selain tetap melanjutkan gagasan-gagasan ayahandanya, Kiai Hasyim juga memberi warna terhadap konsep pembinaan dan penataan lembaga pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Ketika menjadi Pimpinan Pesantren, selain dibantu oleh adik-adiknya, beliau juga dibantu oleh KH. Hasan Abdul Wafi, yang pada tahun 1976 dipercaya menjadi Dewan Pengawas Pondok Pesantren Nurul Jadid. Dengan semangat kebersamaan yang dibangun, akan lebih memudahkan pengembangan pesantren di berbagai bidang.

Pada masa Kiai Hasyim, di sektor pendidikan, santri terus diupayakan untuk memperdalam agama (tafaqquh fi addin). Dalam bidang keilmuan, santri terus ditempa untuk menguasai khazanah keilmuan klasik yang tertuang dalam kitab kuning, utamanya mereka yang duduk di jenjang Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Sedangkan bagi mereka yang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Umum (SMU) diarahkan untuk menguasai ilmu pengetahuan khususnya MAFIKIB (Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi). Tapi bukan berarti mereka tidak menguasai bidang keagamaan, karena bidang tersebut digalakkan di asrama santri. Jadi, pola pendidikan dan pembinaan pada masa Kiai Hasyim ini dilakukan secara integral. Sehingga terjadi sebuah proses yang saling mendukung antara program di sekolah dan pesantren.

Selanjutnya, karena adanya perubahan dari Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), maka pada tahun 1977, Pendidikan Guru Agama Nurul Jadid (PGANJ) 6 tahun berubah menjadi Madrasah Tsanawiyah Nurul Jadid (MTsNJ) untuk kelas I, II, dan III. Sedangkan kelas IV, V dan VI menjadi Madrasah Aliyah Nurul Jadid (MANJ).

Petuah KH. Hasyim Zaini

Pada jenjang pendidikan tinggi juga mulai terlihat adanya peningkatan. Pada tahun 1979/1980 dirintis berdirinya Sekolah Tinggi Ilmu Syariah. Hal lainnya adalah, membekali santri dengan keterampilan hidup (life skill) melalui pendelegasian mengikuti pelatihan, baik tingkat wilayah maupun tingkat nasional. Selanjutnya, mulai dirintis pula adanya keterampilan santri, di antaranya adalah elektro, percetakan, jahit-menjahit, pertanian dan keterampilan berbahasa (Arab-Inggris). Selain itu, para santri dan alumni juga dianjurkan untuk mengisi birokrasi.

Adapun jumlah santri pada masa Kiai Hasyim Zaini meningkat drastis. Pada tahun 1983, jumlah santri Pondok Pesantren Nurul Jadid mencapai sekitar 2000 santri.

Perkembangan pesantren berjalan dengan cepat, dimulai dari banyaknya santri yang mondok di Pondok Pesantren Nurul Jadid hingga menyentuh kepada pembangunan sarana prasarana di Pesantren. Hal itu terus dilakukan oleh Pengurus Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Sampai akhirnya pada tahun 2017 ini Pondok Pesantren Nurul Jadid sudah berusia 68 tahun. Terus berkembang sesuai dengan tuntutan zaman. Hal itu terbukti dengan bertambahnya kebutuhan sarana prasarana yang tak sebanding dengan jumlah santri saat ini.

Untuk mengenal lebih dalam tentang perjuangan almarhumin kiai pendahulu Pondok Pesantren Nurul Jadid, bisa merujuk ke halaman biografi.

Untuk mengetahui perkembangan Pondok Pesantren Nurul Jadid pantau terus di topik laporan perkembangan.

MoU BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan, Launching A’malul Yaum Android dan LAZISKAF Azzainiyah Nurul Jadid di Rapat Pengurus, Walisantri dan Alumni

nuruljadid.net – Pesantren merupakan sebuah lembaga yang bergerak dalam keislaman telah dianggap sebagai solusi dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada dewasa ini yang mampu meminimalisir kekhawatiran masyarakat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat membuat akhlak generasi penerus mengalami penurunan atau yang lebih trend dikenal dengan “Degradasi Moral”. Berkembangnya sebuah pesantren tidak lepas dari peran masing masing pihak yang saling berkaitan terutama dari walisantri. Dengan memperhatikan kegelisahan masyarakat diharapkan pesantren mampu untuk menjadi sebuah solusi dari permasalahan yang ada. Oleh karena itu, dengan tetap berpegang teguh kepada prinsip prinsip keislaman dan visi misi pesantren, hari ini (ahad, 23/04/2017) Pondok Pesantren Nurul Jadid mengadakan Rapat Pengurus, Walisantri dan Alumni. Yang bertujuan untuk meminimalisir dan menjawab kegelisahan masyarakat.

Jalannya Acara

Acara yang dilaksanakan pada pukul 08.00 WIB ini berlangangsung dengan suasana yang khidmat. Selain bertujuan untuk memberikan sebuah pelayanan yang baik bagi masyarakat, tujuan lain dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk memperkuat jalinan silaturrahim antara pengurus pesantren dengan walisantri dan alumni.

Sebelum acara  Rapat Pengurus, Walisantri dan Alumni dilaksanakan, beberapa rangkaian acara dilaksanakan. Pada awal acara, sambil menunggu para walisantri, alumni dan simpatisan hadir, Pondok Pesantren Nurul Jadid menampilkan group Hadrah yang bernama Firqoh Hadrah Az Zainiyah Nurul Jadid yang terkenal dengan nama panggilan “FIRHAZ NURUL JADID”.

Setelah penampilan dari Hadrah Firhaz, maka dibukalah acara oleh Master of Ceremony (MC) yang pada hari ini diamanahkan kepada Ust. Mujiburrohman Bakrie degan pendamping MC, Ust. Zainullah Aswi. Beberapa rentetan acara pun disampaikan secara detail.

Pembacaan kalam illahi yang dilantunkan oleh Ust. Sa’ari menjadikan suasana semakin sakral. Kondisi acara yang panas tak membuat para undangan yang hadir beranjak dari tempat. Kehengingan terasa sehingga acara yang berlangsung menjadi tenang. Acara yang dilanjutkan dengan sambutan sambutan yang diawali oleh sambutan dari Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Moh. Zuhri Zaini. Dalam sambutan beliau, beliau menyampaikan banyak hal terutama dalam segi perkembangan Pondok Pesantren Nurul Jadid.

“Pondok Pesantren Nurul Jadid yang usianya sudah mencapai ke 68 tahun telah mengalami perkembangan. Dan nanti perkembangan Pondok Pesantren Nurul Jadid dalam satu tahun terakhir akan disampaikan secara detail oleh Kepala Pesantren Pondok Pesantren Nurul Jadid” dawuh beliau.

Tak hanya bertutur tentang perkembangan pesantren saja, beliau juga memberikan sedikit motivasi dan dorongan kepada para undangan yang hadir. Menghadapi problematika yang terjadi di masyarakat tentang keanekaragaman di Indonesia.

“masih banyak kelompok yang tak sepenuhnya menghormati perbedaan dan keanekaragaman. Padahal itu merupakan sunnatullah yang harus dijaga dan dihargai” dawuh beliau.

Toleransi antar sesama itulah yang beliau maksudkan.  Beliau juga menambahkan “kita harus menjaga dan menghormati perbedaan itu. Keanekaragaman itu tak harus seragam. Dengan semangat ukhuwah islamiyah, kita harus banyak bersyukur walaupun banyak perbedaan. Tapi kita tetap harus disatukan dalam keimanan” Dawuh KH. Moh. Zuhri dalam sambutan beliau.

Akhir dalam sambutan beliau, beliau mengutip sebuah doa dari Nabi Muhamamd SAW kepada Allah SWT.

“Doa Nabi, hidupkan saya dalam keadaan miskin, matikan saya dalam keadaan miskin dan kumpulkanlah saya bersama dengan orang orang miskin. Kita memang tidak bisa meneladani Nabi, tapi paling tidak kita bisa meniru beliau walaupun hanya sedikit” dawuh pengasuh ke IV PP. Nurul Jadid.

Dalam acara ini, nampak ratusan bahkan ribuan orang berkumpul untuk mengikuti acara ini. Acara semakin meriah dengan penandatanganan Memorendum of Understanding (MoU) antara Pondok Pesantren Nurul Jadid dengan Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan Ketenagakerjaan. Lembar MoU ditandatangani oleh Pengasuh dan disaksikan oleh Kepala Pesantren, KH. Abd. Hamid Wahid. Tujuan dilakukan MoU ini adalah bentuk kepedulian pesantren terhadap tenaga pendidik dan kependidikan di seluruh lembaga formal yang berada di bawah naungan Pondok Pesantren Nurul Jadid. Dan dalam kegiatan ini juga dilakukan launching A’malul Yaum Berbasis Android yang dibuat oleh santri PP. Nurul Jadid dan launching Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah (LAZISKAF) Az Zainiyah Nurul Jadid yang proses launchingnya langsung dipimpin oleh Pengasuh dengan menekan tombol enter yang berfungsi sebagai lauching secara simbolis. Bersamaan dengan tertekannya tombol enter oleh Pengasuh, video singkat A’malul Yaum dan LAZISKAF diputar.

Penanda tanganan MoU oleh Pengasuh

Selain itu, tepat pukul 10.30 WIB, semua mata tertuju pada seorang Kapolres Probolinggo yang dikawal dengan beberapa ajudannya ketika hadir dalam acara ini. Bapak Arman Asmara Syarifuddin, Kapolres Probolinggo hadir dan duduk bersebelahan dengan pengasuh. Dalam rundown acara yang telah dipersiapkan panitia, Bapak Kapolres diminta untuk memberikan sambutan kepada semua undangan yang hadir pada siang hari ini.

“Saya mau mengucapkan banyak terimakasih kepada Pondok Pesantren Nurul Jadid yang sudah melakukan kerjasama dengan pihak kepolisian Probolinggo dengan sebuah aplikasi yang sangat membantu keamanan dan kenyamanan masyarakat. Aplikasi bromo perkasa yang telah dirancang oleh santri Nurul Jadid berhasil menembuh aplikasi nomer satu di Jawa Timur yang banyak membantu kami dalam menjadi pelayan masyarakat” ujar Bapak Arman.

“Saya bangga dengan PP. Nurul Jadid karena PP. Nurul Jadid merupakan satu satunya Pondok Pesantren di Indonesia yang berhasil menciptakan sebuah aplikasi untuk melayani masyarakat. Dan aplikasi “Bromo Perkasa” ini sudah saya ajukan kepada Pusat untuk diikutkan lomba tingkat Nasional pada pertengahan bulan Mei 2017” tambah beliau

Pada kesempatan kali ini, informasi merupakan sebuah kebutuhan bagi masyarakat, namun bukan berarti seluruh informasi yang disebarkan masyarakat itu benar benar riil. “Kita harus terlebih dahulu melakukan klarifikasi tentang informasi yang telah diperoleh. Khawatir itu adalah hoax. Karena hoax pada akhir akhir ini sudah membooming di kalangan masyarakat” nasihat beliau.

Setelah Bapak Kapolres Probolinggo memberikan sambutan, tibalah waktunya untuk KH. Marzuki Mustamar membrikan tausiyah. Dalam tausiyah beliau, beliau menyampaikan bahwa pancasila adalah ideologi negara dan NKRI harga mati. Tausiyah yang berisikan tentang problematika kekinian beliau sampaikan lengkap dengan solusinya.

Usai beliau memberikan tausiyah, segenap undangan VIP dipersilahkan untuk melakukan ramah tamah bersama Pengasuh dan acara Rapat Walisantri dan Alumni dilaksanakan setelah para undangan VIP meninggalkan lokasi acara.

Laporan perkembangan pesantren dalam kurun satu tahun dilaporkan oleh Kepala Pesantren Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Abd. Hamid Wahid. Dalam laporan beliau, beliau memberikan informasi perkembangan dan kegiatan kegiatan yang telah dilakukan oleh Pesantren dan lembaga dibawah naungan pesantren. Salah satu diantaranya adalah perkembangan jumlah santri, kamar santri, sarana prasarana pesantren dan kegiatan kegiatan yang akan dan telah dilakukan oleh Pesantren selama periode 2016 – 2017. Acara rapat yang berlangsung selama satu jam (pukul 12.30 WIB – 13.30 WIB) dan acara ini ditutup dengan pembacaan hamdalah oleh Kepala Pesantren. (Q2/Red)

Informasi Perkembangan Pesantren Tahun Ajaran 2016 – 2017 Pondok Pesantren Nurul Jadid.

nuruljadid.net – Pondok Pesantren Nurul Jadid, hingga memasuki usianya yang ke-68 tahun ini, terus berupaya secara konsisten menjalankan fungsinya sebagai lembaga pendidikan, lembaga dakwah dan lembaga yang aktif ikut serta dalam perubahan sosial kemasyarakatan melalui pembentukan manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlakul karimah, berilmu, berwawasan luas, berpandangan ke depan, cakap, terampil, mandiri, kreatif, toleran serta memiliki etos kerja dan tanggung jawab sosial kemasyarakatan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Pondok Pesantren Nurul Jadid menanamkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah serta pembinaan akhlakul karimah, Pengembangan pendidikan, keilmuan, dan wawasan, Pengembangan minat dan bakat, Pembinaan keterampilan dan keahlian, Pembinaan kewirausahaan dan kemandirian, Penanaman kesadaran hidup sehat dan kepedulian terhadap lingkungan, Penanaman tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Upaya penanaman keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, serta pembinaan akhlaqul karimah, diwujudkan melalui pendidikan dan pembinaan keagamaan, kegiatan kepesantrenan dengan trilogi santri sebagai standar minimum. Sedangkan Pengembangan Pendidikan, Keilmuan, dan wawasan santri dilakukan dengan terselenggaranya pendidkan formal, lembaga sekolah dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), sampai Perguruan Tinggi, yaitu: Taman Posyandu (TP) Anak Sholeh, TK Bina Anaprasa, TPQ Nurul Mun’im, MI Nurul Mun’im, MTs Nurul Jadid, MTs Negeri, MA Negeri, SMP Nurul Jadid, MA Nurul Jadid, SMK Nurul Jadid, SMA Nurul Jadid, IAI Nurul Jadid, Pascasarjana IAI Nurul Jadid, STT Nurul Jadid, STIKes Nurul Jadid. Dan non formal; seperti Ma’had Aly,Tamhidiyah, I’dadiyah, Madrasah Diniyah Nurul Jadid, Pusat Pendidikan Ilmu Al-Qur’an (PPIQ), Lembaga Pengembangan Bahasa Asing (LPBA), Amtsilati, Al-Khoiriyah, Lembaga Studi Keislaman (LSK), Lembaga Pendidikan Qur’an (LPQ) daltim, Yayasan Bantuan Sosial untuk menyantuni anak yatim dan orang yang tidak mampu dan lain-lain. Selain itu, PP Nurul Jadid juga selalu mendorong adanya kelompok-kelompok kajian, diskusi.

Sedangkan pengembangan minat dan bakat santri, diwujudkan melalui kegiatan keorganisasian disekolah, seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Organisasi Intra Sekolah (OSIS), Majelis Permusyawaratan Kelas (MPK), Forum Komunikasi Osis (FKO), Majelis Permusyawaratan Osis (MPO), Lembaga Pers Siswa maupun Pers Mahasiswa, dan organisasi yang ada dimasyarakat seperti P4NJ (Pembantu Pengurus Pondok Pesantren Nurul Jadid) dan Organisasi yang didirikan oleh perkumpulan mahasasiswa yang ada dikampus-kampus antara lain (NJ IC Jember, KAMANURJA Surabaya, IMAN Malang, PANJI Jogja dan FORMANJ) dan lain sebagainya.

Kemudian pembinaan keterampilan dan keahlian, pembinaan kewirausahaan dan kemandirian santri, direalisasikan dengan mengupayakan adanya pusat keterampilan santri (seperti keterampilan berbahasa di LPBA dan sekolah-sekolah yang membuka jurusan khusus bahasa, baik bahasa Arab, Inggris, dan Mandarin. Keterampilan Jahit-menjahit, percetakan dan sablon, serta keterampilan beladiri dan lain-lain). Serta melakukan pembinaan melalui pelatihan-pelatihan keahlian dan kewirausahaan.

Dan untuk menanamankan kesadaran hidup sehat dan kepedulian terhadap lingkungan, telah diupayakan dengan melibatkan santri dalam kegiatan untuk membiasakan diri hidup secara sehat dan perduli terhadap lingkungan. Hal ini diwujudkan dengan cara membiasakan santri melakukan kegiatan kebersihan lingkungan, dan dua kali dalam satu minggu (yaitu Selasa dan Jum’at) santri melakukan kegiatan olahraga meskipun dengan sarana yang sederhana.

Sedangkan Penanaman tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan, dilakukan dengan mengupayakan terciptanya hubungan yang baik antara pesantren dan masyarakat. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Biro Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (BPPM), di mana santri secara langsung terlibat dalam menyelesaikan persoalan yang ada di tengah masyarakat, misalnya masalah pertembakauan, pembinaan usaha masyarakat sekitar pesantren, serta kegiatan bakti sosial.

Selain itu, kegiatan kesadaran berbangsa dan bernegara dilakukan dengan menjadikan pesantren dan lembaga–lembaga di bawahnya sebagai Laboratorium Sosial dan Demokrasi. Seperti pelaksanaan pemilu langsung di Sekolah-sekolah (Pemilihan OSIS dan MPK), dan di Kampus (Pemilihan BEM dan DPM) dan sebagainya. (Tim Progress Report 2017 / Sekretariat Nurul Jadid)

Untuk megetahui perkembangan ponpes Nurul Jadid Paiton Probolinggo, dapat anda unduh file pdf  di halaman download laporan perkembangan (progress report).

Pembukaan Semaan Al Qur’an Untuk Memperingati Haul dan Harlah PP. Nurul Jadid

nuruljadid.net – pembukaan Semaan Al Qur’an yang dilaksanakan oleh pengurus Pusat Pendidikan Ilmu Al Qur’an (PPIQ) yang bertujuan untuk menyemarakkan dan bentuk ikhtiar dari pengurus untuk mensukseskan acara Peringatan Haul Pendiri dan Harlah ke 68 Pondok Pesantren Nurul Jadid. Kegiatan ini merupakan kegitan rutin tahunan yang dilaksanakan menjelang Peringatan Haul Pendiri dan Harlah.

Semaan Al Qur’an yang dibuka oleh Wakil Kepala Pesantren, KH. Najiburrohman Wahid bertempat di Masjid Jami’ Nurul Jadid yang diikuti oleh semua santri. Dalam kesempatan ini beliau menyampaikan beberapa pesan dari Pengasuh kepada santri menjelang hari pelaksanaan Haul Pendiri dan Harlah.

“Ada pesan dari Pengasuh kepada santri bahwa ketika pelaksanaan Haul dan Harlah santri wajib menjaga keamanan, kebersihan dan keindahan. Paling tidak menjaga 3K di asrama masing masing. Dan santri harus berhati hati ketika menuju bazar” dawuh KH. Najib.

“Shalat jamaah harus tetap dilaksanakan sekalipun pelaksanaan Haul dan Harlah” tambah beliau

Setelah tausiyah beliau selesai, semaan al Qur’an pun dimulai dengan pembacaan surat al Fatihah oleh peserta didik PPIQ Tahfizul Qur’an dengan didampingi oleh pengurus. (Q2/Red)

Penutupan Bulan Lomba dan Malam Bershalawat

nuruljadid.net – Akhirnya perjuangan Panitia Bulan Lomba Haul Pendiri dan Hari Lahir Pondok Pesantren Nurul Jadid ke 68th berujung sudah. Malam hari ini (20/04/2017) panitia Bulan Lomba bernafas lega, mereka telah berhasil keluar dari “sesak nafas” mereka selama ini. Beban pikiran yang mereka emban selama 3 bulan lamanya berakhir secara indah dan meriah dimalam hari ini.

Bertempat di depan kantor pesantren Pondok Pesantren Nurul Jadid acara itu digelar. Acara penutupan Bulan Lomba dalam rangka memperingati Haul Pendiri dan Hari Lahir Pondok Pesantren Nurul Jadid ke 68th merupakan Puncak dari pagelaran 45 lomba. Sebanyak 45 lomba dengan 3 kategori diumumkan malam hari ini. 15 kategori lomba keagamaan, 16 kategori lomba keilmuan dan 14 kategori lomba olahraga.

Jalannya acara

Acara penutupan ini diawali dengan penampilan group hadrah se Nurul Jadid dengan melantunkan lagu shalawat. Shawalat menghiasi penutupan lomba ini dengan harapan apa yang telah dilakukan mendapat berkah baik dari berkah Pesantren dan Syafaat dari Nabi Muhammad SAW.

Beberapa menit kemudian, suara lantang salam pembuka diucapkan oleh Master of Ceremony (MC) yang menandakan bahwa acara inti pada malam hari ini dilaksanakan. Beberapa susunan acara yang disampaikan oleh sang pengatur ritme kegiatan,  Master of Ceremony (MC) yang dalam hal ini diembankan kepada Ust. Dimas Eko Cahyono.

Selanjutnya, lantunan ayat suci Al Qur’an bersenandung merdu membuat acara ini semakin sakral dan hidmat. Sambutan sambutan menempati tangga acara setal pelantunan merdu ayat suci Al Qur’an. Sambutan yang diawali oleh Ketua Bulan Lomba 68th, Ust. Khorik Alamsyah. Dalam sambutannya, Ust. Khorik menyampaikan beberapa point yang telah terangkai sempurna.

“Pada kesempatakan kali ini saya mewakili panitia yang bertugas mengucapkan mohon maaf yang tiada batas atas kekurangan dan kelemahan yang terjadi selama lomba ini baik dari segi fasilitas, kapasitas dan keefektifitasan panitia dalam bertugas. Dan tak hanya itu saya juga menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu suksesnya acara ini baik mereka yang membantu secara materi maupun fisik. Semoga hal tersbut dinilai ibadah oleh Allah SWT dan dicatat sebagai amal baik kita.” Ujar Ust. Khorik dalam sambutannya.

Diakhir sambutannya, Ketua Bulan Lomba meberikan sebuah kata kata yang befungsi sebagai media untuk memotivasi diri.

“Bagi para pemenang lomba ini merupakan buah dari apa yang kalian tanam selama ini. Perjuangan dalam menimba ilmu telah kalian rasakan, namun bukan berarti proses belajar kalian berhenti sampai disini. Ini merupakan sebuah jalan untuk menuju SUKSES. Kata sukses sendiri memiliki kepanjangan kata yaitu “SUKa berproSES”. Jadi kata tersebut pantaslah didapatkan untuk para pemenang karena prestasi yang kalian dapat dan rasakan kali ini berawal dari sebuah proses yang panjang. Dan bagi para peserta yang masih gagal untuk mendapatkan keinginannya, ini bukanlah awal jalan yang buruk bagi kalian, ini merupakan awal perjalanan kalian untuk mencapai tujuan kalian dalam menimba ilmu. Teruntuk kalian yang masih gagal, SUKSES-lah (SUKa berproSES-lah) kalian agar kalian bisa sukses. Karena kesuksesan itu berawal dari SUKSES (SUKa berproSES)” cakap Ust. Khorik sekaligus menutup sambutannya.

Setelah sambutan dari Ketua Bulan Lomba, K. Imdad Robbani selaku perwakilan dari Keluarga Pengasuh yang sekaligus menjabat sebagai Wakil Kepala Biro Kepesantrenan memberikan sambutan.

“Perlombaan yang telah dilakukan oleh panitia bukannlah semata mata hanya sebatas perlombaan untuk mencari pemenang saja, namun itu merupakan sebuaah ajang pemberlajaran dan pendidikan bagi santri.” Dawuh beliau.

“Bagi pemenang ini merupakan sebuah penghargaan atas prestasi yang telah kalian dapatkan. Namun bagi mereka yang belum, in imerupakan sebuah motivasi bagi kalian untuk terus tetap bersemangat dalam mencapai keinginan dan keberhasilan” tambah beliau.

Sambutan yang sekaligus motivasi bagi para santri menutup agenda sambutan pada rangkaian acara pada malam hari ini. Acara selanjutnya adalah pengumuman pemenang lomba yang diawali dengan pembacaan Surat Keputusan (SK) Pemenang Lomba yang dibacakan oleh Ust. Alwi. Prosesi pemberiaan hadiah dilakukan setelah pembacaan SK Pemenang dibacakan.

Agar kegiatan ini mendapatkan barokah, ditutuplah acara penutupan ini dengan pembacaan do’a oleh KH. Makki Maimun Wafi. Kesakralan serta kekhusukan acara ini bertambah dengan pembacaan do’a yang kedua dipimpin oleh K. Aminullah Wafi.

“Dengan berakhirnya do’a, maka berakhir pulalah acara penutupan Bulan Lomba dalam Rangka memperingati Haul Pendiri dan Hari Lahir (Harlah) ke 68th Pondok Pesantren Nurul Jadid.” Ucap Master of Ceremony (MC) sekaligus menutup kegiatan pada malam hari ini. (Q2/Red).

Daftar pemenang lomba Harlah 68 PP Nurul Jadid. Sumber : Panitia

Menyemarakkan Harlah 68 dengan Jalan Sehat Bersama Santri

nuruljadid.net – Untuk menyemarakkan Haul Pendiri dan Hari Lahir Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo Klinik Az Zainiyah yang merupakan penggerak dan pemerhati kesehatan santri serta lingkungan yang ada di Pondok Pesantren Nurul Jadid mengadakan jalan sehat bersama santri.

Pelaksanaan jalan sehat ini dilakukan agar para santri senantiasa menjaga kesehatan dalam kondisi apapun. Menjalani kegiatan yang padat membuat santri menjadi kurang memperhatikan kesehatan. Mereka kebanyakabn memforsir diri mereka untuk melakukan aktifitas tersebut. Namun hal itu menjadi dampak yang buruk bagi kesehatan mereka.

Oleh karenanya melihat kondisi yang sangat serius ini, Klinik Az Zainiyah berinisiatif mengadakan jalan sehat yang bertujuan untuk menyadarkan kepada para santri betapa pentingnya menjaga kesehatan tubuh dalam kondisi apapun. Kenapa harus jalan sehat? Itu merupakan pertanyaan yang sering dilontarkan banyak kalangan. Jalan sehat merupakan olahraga yang paling simple untuk dilakukan. Hanya dengan berjalan kaki mereka sudah bisa dikatakan telah berolahraga.

Hari ini (14/04) jalan sehat santri bersama dokter dan perawat Klinik Az Zainiyah dilaksanakan. Dengan memanfaatkan moment yang tepat. Pasalnya 10 hari lagi pagellaran kegiatan agung pesantren akan dilaksanakan. Oleh karenanya, demi menyemarakkan kegiatan tahunan tersebut, maka Klinik Az Zainiyah mengajak para santri untuk menyemarakkannya dengan berbagai cara yang salah satunya adalah jalan sehat ini.

Untuk menyemangati partisipasi peserta, panitia telah menyiapkan berbagai door prize yang sangat menarik, antara lain handuk, kaos, baju dan lain lain.

Nampak para peserta sangat antusias sekali dalam mengikuti jalan sehat ini. Banyak santri yang mengkutinya. Berbagai wilayahpun turut mendelegasikan dalam kegiatan ini.

“Sangat senang sekali bisa mengikutinya, karena dengan kegiatan ini saya dapat berolahraga dengan mudah. Apalagi ketika mengetahui hadiah yang akan diberikan. Jadi tambah semangat mengikutinya. Ya, sapa tau saja rejeki saya, kan lumayan” ujar Anam, salah seorang santri yang ikut serta dalam kegiatan jalan sehat ini.

Semoga dengan terlaksananya kegiatan ini dapat memberikan dan meningkatkan kepedulian santri kepada dirinya masing masing dengan menjaga kesehatan mereka dalam kondisi apapun. (Q2/Red)

Persiapan menjelang Pelaksanaan Haul Pendiri dan Hari Lahir Pondok Pesantren Nurul Jadid ke 68th

nuruljadid.net –  Pelaksanaan Haul Pendiri dan Hari Lahir Pondok Pesantren Nurul Jadid akan digelar 9 hari lagi. Nampak para panitia sedang sibuk mempersiapkan acara besar pesantren. Semua lini bergerak berdasarkan JobDesc nya masing masing. Salah satunya adalah Bagian Keindahan dan Kebersihan (BKK), sejak seminggu yang lalu mereka sudah melaksanakan tugasnya. Dimulai dari pemotongan ranting pepohonan hingga membersihkan saluran air.

“sejak seminggu yang lalu kami telah melakukan beberapa pekerjaan. Minggu kemarin, kami telah membersihkan dan merapikan ranting pepohonan di jalur utama akses masuk pesantren (sepanjang jalan POS I sampai depan kantor Yayasan PP Nurul Jadid). Dan hari ini kami membersihkan di area depan pesantren serta disekitar dhalem pengasuh” ujar Raif selaku kepala BKK Pusat.

Pemotongan ranting di depan kantor pesantren pusat menjadi agenda BKK pada hari ini. Sejak tadi pagi, mereka sudah bergegas membersihkannya. Pemotongan ranting yang dianggap menganggu estetika telah mereka lakukan. Sebanyak 3 pohon ketapang di depan pesantren menjadi korban mereka hari ini (13/04).

Persiapan Menjelang Harlah

Tidak hanya bagian keindahan dan kebersihan saja yang bergerak. Beberapa bagian pun sudah melaksanakan tugasnya dengan maksimal. Pemasangan terop di beberapa titik telah dilakukan oleh bagian perlengkapan II yang berada dibawah komando Ust. Dimyati selaku ketua IV. Pemasangan terop yang telah selesai dilakukan adalah di dapur Harlah yang bertempat di Dhalem Barat (Dalbar).

Bagian akomodasi juga sedang melaksanakan tugasnya. Persiapan tempat pengiapan walisantri, P4NJ dan undangan VIP sudah menjadi agenda kerja mereka. Hari ini mereka melakukan pemasangan tenda untuk pos  keamanan  salah satunya bertempat di depan dhalem Pengasuh yang akan dijadikan sebagai akses masuk ke lokasi acara khusus untuk santri puteri.

Dibagian konsumsi, hari ini mereka sudah mulai beraktifitas. Barang barang yang sudah mereka beli akan difungsikan pada hari ini. Dapur harlah menjadi sasaran utama bagi panitia terutam bagi mereka yang berjulukan “beban berat , pekerja keras”. Pengadaan konsumsi bagi mereka yang sedang bekerja merupakan tugas utama mereka sebelum hari H kegiatan. Tak hanya itu, bagian konsumsi juga merupakan aktor penggerak suksesnya acara ini. Pasalnya mereka harus mempersiapkan hidangan yang istimewa bagi para tamu dan undangan.

Bagian pendanaan juga tak kalah saing. Penjemputan barang sudah dilakukan diberbagai dareah yang memiliki potensi sumber alam yang cukup. Salah satu contohnya di daerah Tiris yang dominan adalah sayur mayurnya. Juga termasuk di daerah Lumajang dan Situbondo yang siap menyumbangkan kelapa.

Dan masih banyak lini yang bergerak lainnya. Mereka nampak sangat antusias dan bekerja keras dalam mensukseskan acara ini. “kerja… kerja…. Kerja….” Slogan panitia menjelang pelaksanaan Haul Pendiri dan Hari Lahir Pondok Pesantren Nurul Jadid. (Q2/Red)

KH. Najiburrohman Wahid : Jangan Merasa Terbebani Dengan Kegiatan Membaca Al Qur’an

nuruljadid.net – Pelaksanaan kegiatan besar Pondok Pesantren Nurul Jadid akan dilaksanakan 16 hari lagi. Peringatan Haul Pendiri dan Hari Lahir Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo ini merupakan salah satu dari kegiatan besar Pesantren yang dilaksanakan rutin tahunan. Dalam rangka mensukseskan acara tahunan ini, banyak cara yang dilakukan oleh pengurus pesantren. Contohnya adalah mengadakan Khotmil Qur’an dan Pembacaan Surat Al Ikhlas.

Malam hari ini (06/04) Wakil Kepala Pesantren Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Najiburrohman Wahid memberikan tausiyah kepada santri tentang kegiatan yang dilaksanakan oleh pengurus Biro Kepesantrenan Pondok Pesantren Nurul Jadid yang bertempat di Masjid Jami’ Nurul Jadid.

Pada awal tausiyah beliau, beliau menyampaikan bahwa Khotmil Qur’an dan Pembacaan Surat Al Ikhlas merupakan sebuah cara untuk bermunajat kepada Allah SWT agar Pondok Pesantren Nurul Jadid dan seluruh warganya (Dewan Pengasuh, Pengurus, Santri, Alumni dan Walisantri) senantiasa diberikan hidayah, pertolongan, kemudahan dalam menjalan tugas dan kesuksesan oleh Allah SWT. Selain itu tujuan dilaksanakannya kegiatan Khotmil Qur’an dan Pembacaan Surat Al Ikhlas adalah dikhususkan untuk kesuksesan acara Haul Pendiri dan Harlah ke 68 Pondok Pesantren Nurul Jadid.

“Kita boleh memohon kepada Allah agar hajat kita dikabulkan dengan perbuatan yang sholeh. Dan kegiatan ini adalah bentuk bermunajat kita kepadaNya dengan berharap Haul Pendiri dan Harlah berjalan dengan lancar dan barokah.” Dawuh Beliau.

Kegiatan Khotmil Qur’an dan Pembacaan Surat Al Ikhlas sebanyak 6.800.000 kali merupakan sebuah tradisi Pesantren yang baik dan harus dipertahankan. Dalam tausiyah beliau, beliau berdawuh kepada santri untuk jangan terbebani dengan membaca Al Qur’an.

“Kita tidak selayaknya berberat hati untuk membaca Al Qur’an beserta fadilahnya. Karena dengan membacanya kita akan senantiasa bersemangat dan merasakan pertolongan Allah SWT.” Dawuh beliau selaku Wakil Kepala Pesantren.

“Hati manusia bisa berkarat, karat bisa hilang hingga bersih karena membaca Al Qur’an. Orang yang sibuk membaca Al Qur’an dan tidak sempat untuk berdoa kepada Allah SWT, maka Allah akan memberikan orang itu dengan pemberian yang terbaik tanpa harus diminta” Dawuh beliau dengan mengutip sebuah hadist.

Menghatamkan Al Qur’an merupakan salah satu ciri orang yang sholeh. Oleh karenanya beliau menganjurkan kepada santri untuk selalu menghatamkan Al Qur’an sekalipun sudah berkali kali hatam dalam membacanya. Banyak sekali contoh orang sholeh yang rajin dalam menghatamkan Al Qur’an. Ada yang menghatamkan dengan waktu bulanan, mingguan bahkan sampai harian. Seperti halnya dengan anjuran Nabi yang menganjurkan ummatnya untuk menghatamkan Al Qur’an.

“Jangan sampai santri yang mondok 3 tahun tidak pernah hatam membaca Al Qur’an. Karena satu huruf Al Qur’an bernilai 10 kebaikan (mengutip dari sebuah Hadits). Selain itu Al Qur’an juga sebagai obat dari penyakit dhohir dan batin.” Pesan beliau kepada santri.

Banyak sekali bukti tentang kemukjizatan Al Qur’an salah satu diantaranya adalah dalam pengobatan penyakit. Bahkan Al Qur’an telah digunakan oleh orang non muslim sebagai terapi untuk menyembuhkan orang sakit dengan cara mendengarkan Al Qur’an dengan penuh perhatian.

“Membaca Al Qur’an dengan mushaf dapat meringankan beban siksa orang tua dalam kubur (apabila orang tuanya non muslim). Al Qur’an dapat mengampuni dosa kedua orang tua dengan membaca Al Qur’an (apabila orang tuanya muslim). Terakhir, Al Qur’an dapat memberikan syafaat bagi mereka yang membacanya”. Dawuh Beliau dalam menjelaskan Fadilah membaca Al Qur’an dengan bersumber pada hadist.

“Semoga kita bersama dapat menjadi ahlul Qur’an. Setidaknya, kita dapat memahami Al Qur’an. Santri dianjurkan untuk menghatamkan Al Qur’an minimal sebulan sekali” Imbuh beliau.

Selain memberikan contoh fadilah dalam membaca Al Qur’an, beliau juga memberikan sebuah contoh dari fadilah membaca surat Al Ikhlas. Salah satu contohnya adalah jaminan masuk surga untuk mereka yang membacanya.

“Membaca 3x surat Al Ikhlas sama dengan sekali menghatamkan Al Qur’an. Tapi jangan sampai santri beranggapan bahwa hanya cukup dengan membaca Al Ikhlas sebanyak 3x maka sudah hatam membaca Al Qur’an. Santri harus tetap membaca keduanya” Dawuh Beliau.

“Kegiatan Khotmil Qur’an yang dilaksanakan pada malam ini merupakan sebuah pemanasan bagi kita bersama untuk mempersiapkan diri menghadapi Bulan Ramadhan” Dawuh Beliau sekaligus menjadi penutup dalan tausiyah beliau. (Zaky/Red).

680 kali Khotmil Al Qur’an dan 6.800.000 kali Pembacaan Surat Al Ikhlas Dalam Rangka Menyambut Haul Pendiri & Harlah PPNJ ke 68 Tahun.

nuruljadid.net – Beberapa persiapan telah dilakukan menjelang Peringatan Haul Pendiri dan Harlah Ke 68 Pondok Pesantren Nurul Jadid. Panitia yang selama ini telah bekerja keras untuk mensukseskan acara tahunan ini mendapatkan dukungan yang penuh dari pengurus pesantren. Terbukti dengan terlaksananya kegiatan Pembukaan Khotmil Al Qur’an dan Pembacaan Surat Al Ikhlas yang dilaksanakan oleh Pengurus Biro Kepesantrenan Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Acara Pembukaan Khotmil Qur’an dan Pembacaan Surat Al Ikhlas ini merupakan bentuk antusias dari warga Nurul Jadid diluar kepanitiaan harlah ke 68 untuk mensukseskan dan menyemarakkan Acara Haul Pendiri dan Hari Lahir Pondok Pesantren Nurul Jadid ke 68 Tahun. Acara Khotmil Al Qur’an dan Pembacaan Surat Al Ikhlas yang dilaksanakan malam hari ini (06/04) bertempat di masjid jami’ Nurul Jadid yang diikuti oleh semua santri Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Pada Kegiatan ini, KH. Najiburrohman Wahid selaku Wakil Kepala Pesantren Pondok Pesantren Nurul Jadid membuka sekaligus memberikan tausiyah kepada santri. Dalam kesempatan ini, Beliau juga menyampaikan maksud dan tujuan dilaksanakannya kegiatan ini.

“Khotmil Qur’an dan Pembacaan Surat Al Ikhlas merupakan sebuah cara untuk bermunajat kepada Allah SWT agar Pondok Pesantren Nurul Jadid dan seluruh warganya (Dewan Pengasuh, Pengurus, Santri, Alumni dan Walisantri) senantiasa diberikan hidayah, pertolongan, kemudahan dalam menjalan tugas dan kesuksesan oleh Allah SWT. Selain itu tujuan dilaksanakannya kegiatan Khotmil Qur’an dan Pembacaan Surat Al Ikhlas adalah dikhususkan untuk kesuksesan acara Haul Pendiri dan Harlah ke 68 Pondok Pesantren Nurul Jadid” Dawuh Beliau.

Beliau juga memberikan sedikit motivasi kepada santri Nurul Jadid tentang membiasakan diri untuk membaca Al Qur’an.

“Kita tidak selayaknya berberat hati untuk membaca Al Qur’an beserta fadilahnya. Karena dengan membacanya kita akan senantiasa bersemangat dan merasakan pertolongan Allah SWT.” Dawuh beliau selaku Wakil Kepala Pesantren.” Dawuh Beliau

“Hati manusia bisa berkarat, karat bisa hilang hingga bersih karena membaca Al Qur’an. Orang yang sibuk membaca Al Qur’an dan tidak sempat untuk berdoa kepada Allah SWT, maka Allah akan memberikan orang itu dengan pemberian yang terbaik tanpa harus diminta” Dawuh beliau dengan mengutip sebuah hadist.

Setelah beliau memberikan tausiyah kepada Santri Nurul Jadid, salah satu pengurus Biro Kepesantrenan, Ust. Moh. Badruddin Amin memberikan sedikit penjelasan sekaligus pembagian jumlah Khotmil Al Qur’an dan Pembacaan Surat Al Ikhlas di masing masing wilayah (putera dan puteri). Dalam kegiatan ini target yang telah ditentukan oleh Pengurus Pesantren untuk santri Nurul Jadid adalah Khotmil Al Qur’an sebanyak 680 kali dan Pembacaan Surat Al Ikhlas sebanyak 6.800.000 kali. Dengan klasifikasi sebagai berikut :

  1. Wilayah Putera : Khotmil Al Qur’an sebanyak 450 kali dan Pembacaan Surat Al Ikhlas sebanyak 1.700.000 kali
  2. Wilayah Puteri : Khotmil Al Qur’an sebanyak 230 kali dan Pembacaan Surat Al Ikhlas terbagi masing masing wilayah :
    1. Wilayah Az Zainiyah : 1.700.00 Kali
    2. Wilayah Al Hasyimiyah : 1.700.000 Kali
    3. Wilayah Fatimatuz Zahro : 340.000 Kali
    4. Wilayah Al Mawaddah : 340.000 Kali
    5. Wilayah Zaid bin Tsabit (K) : 340.000 Kali
    6. Wilayah Al Lathifiyah : 340.000 Kali
    7. Wilayah An Nafi’iyah : 340.000 Kali

Teknis pelaksanaan kegiatan ini dipasrahkan kepada masing masing wilayah dan waktu pelaksanaannya dimulai pada tanggal 06 s/d 20 April 2017. (Q2/Red)