hari santri nasional

Pos

Menjelang Hari Santri Nasional, Panji Pelopor Putri Menggali Potensi Diri

nuruljadid.net- Panji Pelopor Putri kembali merapatkan barisan untuk memperkuat ikon diri sebagai etalase Pondok Pesantren Nurul Jadid di aula mahrom Wilayah Al-Hasyimiyah.

Tugas utama Panji Pelopor adalah menjadi Event Organizing (EO) dalam acara-acara besar yang diadakan oleh Pondok Pesantren Nurul Jadid. Selain sebagai EO, Panji Pelopor juga bertugas sebagai Protokoler di masing-masing wilayah untuk menyambut tamu dan mengkondisikan lalu lalang santri. Panji Pelopor menjadi ikon Nurul Jadid, sebab tamu Nurul Jadid akan menilai Pesantren dengan cara Protokuler menyambut dan memperlakukan tamu.

Acara Kumpul Bareng Panji Pelopor Putri yang dilaksanakan pada Senin, (10/10/2017) tepat jam 20.00 WIB tersebut, berjalan lancar dan penuh antusias. Acara ini menjadi titik awal untuk gerakan-gerakan positif selanjutnya baik dalam kegiatan besar pesantren atau kegiatan di wilayah masing-masing. Selain itu, acara ini juga untuk menyamakan presepsi dan menata kembali niat mengabdi anggota Panji Pelopor Putri untuk Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Ny. Hj. Khodijatul Qodriyah, Penyaji dalam acara yang juga menjadi Pembina Panji Pelopor Putri menjelaskan bahwa untuk menjadi pribadi istimewa harus dibarengi dengan terus menggali potensi diri, sebab ketika potensi diri belum ditemukan akan susah menentukan tujuan hidup.

Potensi diri dapat dilihat dari bagaimana proses berpikir, merasakan keadaan diri, lingkungan dan orang lain, mengasah kecerdasan menghadapi kesulitan dan bagaimana berproses mengenali jati diri masing-masing. Dalam acara, anggota Panji pelopor diajak mengenali potensi diri masing-masing dengan serangkaian panduan yang dipandu langsung oleh Neng I’ah –sapaan akrab Ny. Hj. Khodijatul Qodriyah.

Setelah mengetahui potensi diri masing-masing, anggota Panji pelopor tersebut kemudian diarahkan untuk mengembangkan diri dalam komunitas masing-masing. Langkah yang ditempuh lebih akurat dan lebih tertata, sesuai dengan potensi masing-masing anggota panji pelopor. Dengan menggali potensi tersebut, penugasan dilapangan menjadi lebih efektif dan efesien.

“Pada akhirnya bagaimana perkumpulan ini dapat menjadi wahana mengasah potensi menjadi kekuatan diri,” ujar Neng I’ah.

Dalam prosesnya masing-masing anggota Panji Pelopor akan mengasah diri bersama dalam satu wadah agar bisa menjadi perempuan yang bisa diandalkan, perempuan yang cekatan dan serba bisa.

“Saya berharap para panji pelopor ini menjadi perempuan cekatan yang serba bisa,” imbuh neng I’ah. (IND)

 

Pamflet Rangkaian Acara Hari Santri Nasional 2017

Hari Santri Nasional di Nurul Jadid, Apa Saja Rangkaian Acaranya?

Hari Santri Nasional (HSN) 2017 diperingati dengan beragam kegiatan di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jatim. Mulai seminar, mimbar santri, apresiasi santri berprestasi, hingga makan nasi bersama 10 ribu santri.

Beragam kegiatan tersebut akan dihadiri banyak tokoh. Khusus untuk kegiatan yang terakhir, akan melibatkan santri dari sedikitnya 18 pesantren di Kabupaten Probolinggo dan akan memecahkan rekor MURI (Museum Rekor Indonesia).

Pamflet Rangkaian Acara Hari Santri Nasional 2017

Rangkaian kegiatan itu dimulai Rabu (18/10/2017) dengan Seminar Pendidikan di Aula Institut Agama Islam (IAI) Nurul Jadid pukul 10.00-13.00 WIB, dan seminar Remaja di Aula Madrasah Aliyah (MA) Nurul Jadid pukul 13.00 WIB sampai selesai.

Esoknya, dilanjutkan dengan Seminar Kebangsaan bersama Direktorat Jenderal (Ditjend) Politik dan Pemerintahan Umum (Polpum) Kementerian Dalam Negeri. Seminar ini akan dilangsungkan di Aula MA Nurul Jadid pukul 08.00 WIB.

Jumat (20/10/2017), akan digelar seminar anti narkoba dan radikalisme bersama Sekjend Kemenag RI, Prof. Dr. Nur Syam; Ketua Badan Anti Narkoba PP GP Ansor; dan Badan Narkotika Nasional Provinsi Jatim di aula MA Nurul Jadid pukul 09.00 WIB.

Malamnya, selepas isya’, akan digelar istighosah Hari Santri Nasional di lapangan kampus terpadu Pondok Pesantren Nurul Jadid. Kemudian pada Sabtu (21/10/2017) terdapat lima kegiatan sekaligus.

Meliputi Seminar Dakwah bersama Ketua Lembaga Ta’lif Wan Nasyr NU, dan Ketua Rabithah Ma’ahid Islam (RMI) Jatim. Dilanjutkan dengan Seminar Interpreneurship bersama Komisoner Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Saidah Sakwan. Kemudian juga ada pelatihan Video Editing bersama Ketua Lembaga Ta’lif Wan Nasyr NU.

Malamnya, ada pawai obor resolusi jihad dan mimbar santri (show of force) di lapangan kampus terpadu Pondok Pesantren Nurul Jadid. Acara puncak hari santri, akan berlangsung pas akhir pekan.

Di sini ada kegiatan upacara bendera, pemberian apresiasi santri berprestasi, atraksi santri, dan makan nasi tabhek bersama 10 ribu santri.

Beragam acara itu digelar IPNU Jatim, bekerjasama dengan Pondok Pesantren Nurul Jadid, dan Student Crisis Centre. (*)

Kami, Santri Nurul Jadid, Berjuang Untuk NKRI (Refleksi Menyambut Hari Santri Nasional)

Tidak ada yang perlu diragukan dalam perjuangan kaum sarungan, berkait ke-ikut-sertaannya memperjuangkan kemerdekaan Nusantara. Semangat pantang menyerah, terbukti mampu meluluhlantakkan semangat agresi kolonealisme di Bumi Pertiwi. Pemikiran santri tidak terbatas pada keingin tahuan baca kitab kuning dan penguasaan terhadap Al-furudhul –Ainiyah. Melainkan terpatri sikap juang dalam membela Tanah Air dan jajahan para penjajah bangsa.  Ada pernyataan cukup fenomenal dalam memmbangkitkan semangat kaum sarungan, adalah Alm. Kiai Zaini Mun’im Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid pertama dalam pernyataannya bahwa “ Orang yang hidup di Indonesia, kemudian tidak melakukan perjuanga, dia telah berbuat maksiat. Orang yang hanya memikirkan masalah ekonominya saja dan pendidikannya sendiri, maka orang itu telah berbuat maksiat. Kita semua harus memikirkan perjuangan rakyat banyak.  Satu diantara beberapa kiai pejuang bangsa yang pernah ada di negeri ini, Kiai Zaini, mampu menanamkan semangat patriot pada seluruh santri dan kawan seperjuangannya. Bahwa, perjuangan untuk kemaslahatan orang banyak merupakan keniscayaan yang harus menjadi prioritas perjuangannya. Orang yang hanya memikirkan dirinya sendiri adalah mereka yang tidak layak untuk menempati bangsa ini. Karena, bangsa ini merdeka berkat perjuangan para pejuang yang rela mengorbankan jiwa-raga demi tercapainya kesejahteraan anak bangsa sendiri. Sangat disayangkan jika para pahlawan-pahlawan pesantren seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah, KH. Wahid Hasyim, KH. As’ad Syamsul Arifin, KH. Zaini Mun’im dan beberapa kiai pejuang lainnya, hanya bagaikan cerita-cerita pelengkap dalam sejarah. Seyoyanya harus mampu menjadi  nafas perjuangan santri sesudahnya dalam mempertahankan bangsa dari kemerdekaan.

Santri Nurul Jadid Untuk NKRI

Semua santri, mempunyai komitmen dalam menjalankan amanah agama dan Negara. Melalui, sikap juangnya, meski terkadang memakai jalan yang berbeda-beda. Santri terlahir dari tempat dimana didalamnya terlatih untuk terus peka terhadap persoalan agama dan banga. Ideologinya senafas dengan ideologi NKRI. Maka, tidak salah jika bangsanya di usik mereka akan melakukan perlawanan sesuai dengan kapasitasnya. Lebih lebih saat ideologi Negara terancam oleh ideologi transnasional yang akan merusak karakter dan budaya bangsa. Banyak ancaman-ancaman yang sedang meng-ideologi-sasi rakyat, untuk melawan bahkan keluar dari ideologi Negara yang telah menjadi kesepakatan founding father. Dan, ini merupakan ancaman serius, akan akan membawa terhadap ketidak utuhan bangsa.  Ke-ingin-an (mereka) untuk merubah azas Negara, tidak perlu dipandang remeh, ini persoalan serius yang harus menjadi perhatian semua elemen. Kita tidak menginginkan Negara berada dalam perseteruan berkepanjangan, lebih-lebih terusik oleh anak bangsa sendiri.

Momentum Hari Santri Nasional, memang bukan satu-satunya alat untuk mempertahankan ideologi bangsa. Akan tetapi ini merupakan kesempatan untuk mensiarkan agar bangsa tetap berada pada jalan yang mana disana bangsa dilahirkan. Binnheka Tunggal Ika, tidak hanya semboyan belaka, namun ia merupakan filosofi negara untuk menjaga keutuhannya. Suku, ras, warna kulit, bahasa yang berbeda-beda, termaktub didalamnya, hingga mampu termanisfestasi menjadi Negara yang majemuk. Dengan, semangat persaudaraan-persatuan yang tiada duanya.

Perjuangan Belum Selesai

Santri Nurul Jadid, menjadikan hari bersejarah ini (HSN) sebagai moment untuk mengingat perjuangan berdarah-darah para pejuang. Tidak hanya, membalas budi para syuhada, akan tetapi untuk menanamkan spirit perjuangan, agar kita tidak menjadi bangsa yang lemah, hedonis dan terbawa arus untuk merusak azas bangsa. Patut, memperingati HSN sebagai wujud syukur akan kemenangan kaum sarungan. Dan, salurkan dalam nafas kita sebagai penerusnya agar kita tidak menjadi bangsa yang tak tau diri, hanya sebagai penikmat hasil perjuangan pejuang terdahulu.

Perkembangan IPTEK semakin tak terbantahkan, tuntutan penyesuaian sebuah keharusan. Disitulah, memerlukan spirit juang untuk bisa menjadi cultur broker. Tidak antipati, juga tidak larut hingga akhirnya mempertaruhkan nasib bangsa. Kapitalisme semakin meraja rela, para koorporat seakan tak terbendung melakukan aksinya, hingga nasib rakyat harus tetap terkawal agar bisa hidup nyaman di rumahnya sendiri. Indonesia rumah kita, tidak perlu kita gadaikan kepada para investor. Bagaimana nasib petani garam di Madura, mereka menangis kehilangan penghasilan layak. Tepat sekali KH. Abd. A’la menyuarakan nasib petani garam di depan Presiden RI Ir. H. Joko Widodo, saat menghadiri acara Hari Perdamaian Dunia. Saat (mereka) bukan santri tidak berani menyuarakan nasib para petani, santri harus mampu menjadi mediator, agar keinginan para rakyat kecil tersampaikan.

 

Oleh: Ponirin Mika (Sekretaris Biro Kepesantenan PP. Nurul Jadid sekaligus Sekretaris Kegiatan Hari Santri Nasional PP. Nuru Jadid)

KH. Zuhri Zaini Berpita Merah Putih

Menyambut HSN 2017, Ini Pesan KH. Moh. Zuhri Zaini

nuruljadid.net – Menyambut hari santri nasional pada 22 Oktober 2017 ini, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Moh. Zuhri Zaini mengingatkan agar santri tidak terjebak pada acara seremonial, tetapi bagaimana memberikan peran yang bermanfaat.

“Seremonial itu sebagai penggugah saja supaya kita semangat bekerja,” begitulah pesan Kiai Zuhri. Oleh karena itu, kita bersama pemerintah dan komunitas lain harus ikut terlibat melakukan pembangunan dalam segala aspek kehidupan terutama yang sesuai dengan kompetensi santri seperti dakwah dan pendidikan. Namun bukan berarti melupakan bidang kebudayaan, ekonomi dan politik.

“Kalau dalam bidang pendidikan saya kira pesantren sejak dulu berkontribusi pada masyarakat, bahkan sebelum Indonesia merdeka. Tentu peran ini akan berdampak pada bidang ekonomi.” tambah Kiai low-profil ini.

Namun peran yang tidak kalah pentingnya, jelas Kiai Zuhri, adalah mempertahankan kemerdekaan, menjaga keutuhan bangsa sebagaimana kiai dan santrinya dahulu kala. Islam rahmatana lil alamin atau yang dikatakan sekarang Islam Nusantara itu harus dikembangkan.

“Karena kita sekarang menghadapi penetrasi paham-paham yang tidak sesuai dengan budaya bangsa kita. Sekalipun mereka mengatasnamakan Islam tapi dari sisi prilaku mereka tidak sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya.” Ungkap Kiai Zuhri.

Sehingga santri sebagai orang-orang yang mewarisi peran ulama dan nabi tidak boleh berpikir dan membekali ilmu untuk kepentingan sendiri dan keluarganya, melainkan juga harus berpikir untuk masyarakat, umat dan bangsa.

“Santri tidak harus jadi kiai ataupun jadi ustad. Jadi apa saja yang penting bermanfaat untuk umat, bangsa dan negara. Untuk bisa berperan lebih baik, santri jangan berhenti belajar, jangan hanya beramal tapi juga belajar.” Pungkas Kiai Zuhri Zaini.(Rizky)

 

 

hari santri nasional

Hari Santri, Hari Kemenangan NKRI

Hari Santri, merupakan upaya untuk mewujudkan semangat membara pada seluruh anak bangsa. Dimana tepat pada tanggal 22 Oktober hari bersejarah, para kaum sarungan ikut andil melawan para penjajah yang sekian lama menduduki bangsa. Dengan semangat yang tinggi kaum sarungan berkeinginan untuk mempertahankan nasib bangsa dari cengkraman kapitalisme. Dalam beberapa literatur sejarah, beberapa tokoh santri rela mengorbankan harta maupun nyawa demi membela tanah air, presiden Joko Widodo, mengatakan mengingat peran historis para santri dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, seperti K.H. Hasyim As’yari dari Nahdlatul Ulama, K.H. Ahmmad Dahlan dari Muhammadiyah, A. Hassan dari Persis, Ahmad Soorhati dari Al-Irsyad dan Mas Abdul Rahman dari Matlaul Anwar serta mengingat pula 17 nama-nama perwira Pembela Tanah Air (Peta) yang berasal dari kalangan santri, pemerintah menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional.

Tidak bisa dipungkiri, jaringan ulama-santri telah berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan, menegakkan kedaulatan, keadilan bangsa pada masa revolusi, serta mengawal negeri pada masa awal kemerdekan. Peran para kiai dalam mengawal perjuangan tidak bisa dilupakan dalam narasi sejarah bangsa Indonesia. Kontribusi tak bisa dihilangkan dalam putaran sejarah, mereka terbukti kokoh dalam menguatkan pondasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Para santri membentengi Indonesia dari pelbagai ancaman selama beradab-abad, dari serbuan kolonial, agresi militer hingga ancaman terhadap ideologi Pancasila sebagai pemersatu bangsa,” kata Munawir Aziz, penulis buku ‘Pahlawan Santri, Tulang Punggung Pergerakan Nasional’ dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Sabtu (7/5/2016).

Barisan pejuang kiai-santri yang tergabung dalam Laskar Hizbullah (dikomando Kiai Zainul Arifin), Laskar Sabilillah (dikomando Kiai Masykur) dan Laskar Mujahidin pimpinan Kiai Wahab Chasbullah, merupakan jaringan militer dari pesantren yang dibentuk sebagai tulang punggung perjuangan kemerdekaan. Mereka bergabung bersama barisan militer dari pemuda dan tentara, sebagai penopang perjuangan kemerdekaan. Kontribusi para kiai dalam menggerakkan pemuda santri dan warga dalam mengawal kemerdekaan terjadi dengan koneksi yang berlangsung lama, dalam hubungan guru-murid antar pesantren di Nusantara.

Resolusi Jihad yang digelorakan Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945 menjadi pemantik semangat dan menginspirasi pejuang santri dan warga untuk terjun ke medan laga melawan penjajah. Pertempuran berlangsung di berbagai daerah secara serempak, demi mempertahankan kemerdekaan dan menegakkan NKRI. Palagan Ambarawa di Jawa Tengah dan pertempuran di Surabaya, Jawa Timur pada November 1945 merupakan cermin kekuatan pemuda santri dan warga yang digerakkan oleh semangat jihad mempertahankan tanah air. Pertempuran heroik 10 November 1945 diabadikan sebagai ‘Hari Pahlawan’ oleh pemerintah Indonesia, untuk mengenang jasa-jasa pahlawan yang berjuang dengan nyawa, darah dan air mata.

“Sayangnya para pejuang militer dari kalangan santri tidak banyak ditulis dalam catatan sejarah. Dengan sumbangsih terhadap perjuangan kemerdekaan, sudah semestinya kiai-kiai pesantren mendapatkan perhatian utama sebagai pahlawan bangsa,” ujar Munawir yang pernah melakukan riset akademis di beberapa universitas di Jerman, Belanda, dan Prancis pada 2011 dan 2013.
Untuk itu, perayaan Hari Santri tidak hanya dipahami sebagai bentuk kenang dari perjuangan kaum santri dalam memberikan pengorbanannya terhadap bangsa, akan tetapi ini merupakan jalan agar setiap anak bangsa mampu meneladaninya. Paling tidak ada tiga hal yang harus didapat dalam semat patriot kaum sarungan. Pertama: Mengingat bahwa keutuhan dalam mempertahankan bangsa, terlahir dari masyarakat Pesantren. Kedua: Santri dengan caranya masing-masing bergabung bersama elemen bangsa, melawan penjajah, menyusun kekuatan di daerah-daerah terpencil, mengatur strategi, dan mengajarkan kesadaran tentang arti kemerdekaan, seperti yang diutaran Presiden Jko Widodo. Hal ini mengisyaratkan bahwa perjuangan kaum santri dalam memerdekakan bangsa adalah fakta sejarah yang tak terbantahkan. ketiga: Pesantren tidak hanya mengajari hubungan mahluk pada khaliqnya, lebih dari itu, kecintaan terhadap tanah air merupakan kewajiban yang harus terpatri dalam jiwa raganya. Dengan pelaksanaan Hari Santri Nasional (HSN), anak bangsa mampu menumbuhkan semangat menyatukan dalam keberagaman, semangat menjadi satu nafas untuk Indonesia. Ditengah terpaan arus globalisasi dan tantangan dunia modern budaya melekat nilai-nilai untuk saling menghargai, saling menjaga toleransi, dan saling menguatkan tali persaudaraan antaranak bangsa terkadang menjadi ancaman cukup serius, sehingga Bhinneka Tunggal Ika akan menjadi taruhan. Sangat menggetarkan saat kalimat ini terungkap dari kaum santri “Membela tanah air dari penjajah hukumnya fardlu’ain atau wajib bagi setiap individu“. Ini menandakan bahwa cinta tanah air adalah bagian dari kehidupannya. Itulah mengapa tanggal 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri Nasional. Dari Santri Untuk NKRI

Ponirin Mika
Sekretaris Biro Kepesantrenan PP. Nurul Jadid Paiton Probolinggo

Peringatan Hari Santri 22 Oktober 2017, Nurul Jadid Mencoba Memecahkan Rekor Makan Bersama ala Santri

nuruljadid.net- Dalam sambutan Kepala Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH Abdul Hamid Wahid pada peringatan 1 Muharram 1439 H, Kamis malam (21/09/17), menyampaikan bahwa nanti pada peringatan hari santri nasional tanggal 22 Oktober 2017, Pondok Pesantren Nurul Jadid akan mencoba memecahkan rekor terbanyak santri makan bersama ala santri. Hari santri ini merupakan kerjasama dengan pengurus wilayah NU Jatim, Ikatan Pelajar NU (IPNU) Jatim.

Selain akan memecahkan rekor muri makan bersama ala santri, juga melaksanakan pelbagai kegiatan dalam menyambut hari santri nasional. Diantaranya kegiatan itu adalah penyuluhan anti narkoba kerjasama Badan Narkotika Ansor dan Pusat Badan Naroktika Jawa Timur, seminar pendidikan, seminar anti kekerasan terhadap anak yang akan menghadirkan Komisi Perlindungan Anak dan lain-lain.

Disamping rencana di atas, Kiai Hamid juga menjelaskan perkembangan Pondok Pesantren Nurul Jadid. Setidaknya perkembangan terakhir, kata Kiai Hamid, Pondok Pesantren Nurul Jadid ada empat hal. Pertama, turut serta mengutus tiga regu pramuka dalam Perkemahan Wirakarya Pramuka Ma’arif NU Nasional (PERWIMANAS) II di Magelang.

Perkembagan kedua, Persatuan Sepak Bola Santri Nurul Jadid (PSSNJ) yang berada di bawah Badan Koordinasi Olahraga Santri (BKOS) Nurul Jadid berhasil menjuarai Liga Santri Nusantara Region III Jawa Timur. “PSSNJ ini merupakan ‘anak ajaib’ karena baru terbentuk beberapa bulan tapi sudah meraih prestasi. Dan tanggal 22-29 Oktober akan bertanding di LSN seri Nasional di Bandung,” tambah Kiai Hamid.

Perkembangan ketiga adalah terbentuknya duta lingkungan dan pada acara 1 Muharram 1439 H sekaligus dilakukan pengukuhan. Perkembangan keempat yaitu Sekolah Tinggi Teknologi Nurul Jadid (STTNJ), Institut Agama Islam Nurul Jadid (IAINJ) dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesahatan Nurul Jadid (STIKes) sedang dalam proses merger menjadi satu menjadi Universitas Nurul Jadid.

“Kita sudah melakukan audiens dengan Kemenristek dan Dikti agar perguruan tinggi yang ada di Nurul Jadid ini menjadi universitas. Sepertinya sudah ada ‘lampu hijau’. Doakan saja tanggal 29 Oktober Kemenristek dan Dikti hadir ke Nurul Jadid untuk meresmikan Universitas,” terang Kepala Pondok Pesantren Nurul Jadid, Kiai Hamid.(Rizqy)

Pengukuhan Duta Lingkungan di Peringatan 1 Muharram 1439 H

nuruljadid.net – Peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharrom 1439 H pada Kamis malam (21/09/2017) di Pondok Pesantren Nurul Jadid dihadiri oleh ribuan santri, perangkat kecamatan Paiton, Polisi dan TNI. Hadir pula Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, Kiai Moh. Zuhri Zaini, Kepala Pesantren Nurul Jadid, KH Abdul Hamid Wahid.

Dalam acara tersebut KH Abdul Hamid Wahid mengukuhkan santri dari berbagai wilayah dalam Pondok Pesantren Nurul Jadid menjadi duta lingkungan. Menurut Kiai Hamid, gagasan duta lingkungan ini pada dasarnya merupakan ide pengasuh pesantren Nurul Jadid, Kiai Zuhri Zaini, sejak tahun lalu.

Duta lingkungan ini bertugas untuk menjaga kebersihan lingkungan pesantren dan masyarakat agar terlihat indah. Oleh karenanya diharapkan kepada duta lingkungan santri putra maupun putri menjadi contoh yang baik kepada seluruh santri dan masyarakat.

“Selain itu keberadaan duta lingkungan ini dimaksudkan untuk merealisasikan program-program Pondok Pesantren Nurul Jadid, utamanya yang berkaitan dengan lingungan,” kata Kiai Hamid. Sehingga santri dan masyarakat sadar akan pentingnya hidup bersih dan bersih.

Santri putra dan santri putri yang menjadi duta lingkungan berikrar agar bertanggung jawab atas kebersihan lingkungan, melaksanakan program peduli lingkungan, siap menjadi contoh yang baik dan mengkampanyekan peduli lingkungan tanpa memihak kelompok tertentu.

“Sehingga santri dan masyarakat sadar betapa pentingnya hidup bersih dan sehat. Keberadaan duta lingkungan ini merupakan watak dari panca kesadaran santri yang ditanamkan dalam Pondok Pesantren Nurul Jadid,” pungkas Kiai Abdul Hamid Wahid.

Adapun panca kesadaran santri yang dimaksud adalah kesadaran kesadaran beragama. Kesadaran berilmu, kesadaran berbangsa dan bernegara, kesadaran bermasyarakat, dan kesadaran berorganisasi. (Rizqy)