hari santri nasional

Pos

mimbar santri putra hsn2017

Puisi untuk KH Zaini Mun’im Pada Acara Mimbar Santri

nuruljadid.net- Peringatan Hari Santri Nasional, Minggu (22/10/2017) dirayakan dengan pelbagai cara. Di Pondok Pesantren Nurul Jadid santri diberi ruang untuk berekspresi di atas panggung atau disebut Mimbar Santri, Kamis (19/10/2017).

Salah satu santri Nurul Jadid, Baidowi dari Asrama Mahasiswa menampilkan puisi karangannya sendiri. Puisi tersebut diciptakan untuk mengenang jejak perjuangan pendiri Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH Zaini Mun’im.

Dengan intonasi berapi-api Baidowi membuat suasana malam Jumat menjadi hening. Berikut teks puisinya.

Untukmu Negeri

Untukmu jiwa raga kami
Merahmu sumbu semangat kami
Putihmu suci selendang ilahi
Kibar benderamu kobarkan kerinduan abadi
Kami para santri.

Assalamualaikum
Identitas kami identitas abadi
Takkan terhapus oleh waktu
Takkan padam karena zaman
Dan takkan hilang karena gejolak, ataupun kongkalikong yang tak juga reda.

Untukmu negeri
Tujuh puluh dua tahun silam
4 hari 4 malam
Bumi kita pertiwi dibasuh, disucikan dengan darah dan air mata para santri.
Corong-corong masjid dan mushollah
Dari kota hingga pelosok desa
Tak henti dan tak reda akan gema suara takbir

Assalamualaikum yaa Syaikhona Zaini
Kami rindu padamu
Rindu akan semangat juangmu
Rindu akan ketegasanmu
Rindu akan pengorbananmu
Rindu kasih sayangmu
Rindu akan tutur dan dawuhmu
Kami rindu.

Dibawah cahaya rembulan dan bintang-bintang
Malam ini kami mengadu;
Perjuangan kami tak seberat perjuanganmu
Jalan terjal kami tak seterjal jalanmu
Kini kami terseok
Terjengkal oleh keadaan
Terperosok oleh keinginan dan harapan yang fana
Perbedaan di permasalahkan
Seragam dan logo dijadikan gengsi-gengsian.

Tuntun kami menunaikan cita-cita sucimu
Ridoi kami menjadi santrimu yang sesungguhnya.

(Jawahir)

mimbar santri putra hsn2017

Malam Mimbar Santri Putra Nurul Jadid dalam acara Hari Santri Nasional 2017

Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 22 Oktober, Pondok Pesantren Nurul Jadid merangkai berbagai macam acara salah satunya yaitu kegiatan Malam Mimbar Santri yang dilaksanakan pada malam Jum’at (19/10/2017). Kegiatan Malam Mimbar Santri diselenggarakan di dua tempat, untuk Santri Putra diselenggarakan di Lapangan Raya Nurul Jadid sedangkan untuk Santri Putri diselenggarakan di Wilayah Al-Hasyimiyah.

Berbagai penampilan santri ditampilkan dalam acara Mimbar Santri diantaranya, Stand-Up Komedi Santri, Hadrah Santri, Orasi Santri, Pantun Santri, Puisi Santri, Acapela / Beat Box, Pantomim dan lain-lain.  Acara Mimbar Santri Putra di Lapangan Raya Nurul Jadid dihadiri ribuan penonton, tidak hanya dari kalangan Santri tetapi juga termasuk masyarakat umum sekitar. Bagi Masyarakat dunia maya pun, acara ini bisa dinikmati secara Live Streaming melalui Facebook resmi Pondok Pesantren Nurul Jadid di alamat https://www.facebook.com/pesantrennuruljadid/videos/.

Ust. Ainul Yaqin sebagai ketua panitia dalam sambutannya, “Mimbar Santri merupakan rangkaian kegiatan Hari Santri Nasional (HSN) yang ditujukan sebagai ruang aktualisasi potensi santri pada acara malam penampilan Mimbar Santri”. Kegiatan Mimbar Santri ini tidak hanya sekedar hiburan saja untuk santri, tetapi sebagai wadah santri untuk menampilkan bakat dan potensinya dalam menyambut Hari Santri Nasional dengan bingkai Spirit Santri Meneguhkan NKRI.

Acara Malam Mimbar Santri ini merupakan salah satu kegiatan dari rangkaian kegiatan Hari Santri Nasional yang bekerjasama dengan IPNU Jatim, Student Crisis Center dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Beragam acara diselenggarakan, mulai dari lomba, mimbar santri, seminar umum, upacara, kirab, makan bersama ala santri hingga  formasi mozaik dengan beribu santri. Rangkaian kegiatan Hari Santri Nasional di Pondok Pesantren Nurul Jadid dimulai pada hari Rabu (18/10/2017) hingga puncaknya pada hari Minggu (22/10/2017). (Jawahir)

 

 

Mimbar Santri Peringatan Hari Santri Nasional 2017

Mimbar Santri, Pentas Seni Santri Putri Nurul Jadid

nuruljadid.net- Salah satu agenda HSN 2017 adalah kegiatan Mimbar Santri yang dilaksanakan pada Kamis, (19/10/2017) 20.30 WIB, bertempat di wilayah Al-Hasyimiyah. Kegiatan ini merupakan pertunjukan berbagai talenta santri dalam berbagai kesenian yang dipersembahkan oleh masing-masing perwakilan lembaga formal di bawah yayasan Nurul jadid. Diantaranya adalah Stand up Komedi yang akan ditampilkan oleh SMP Nurul Jadid, Dramatisasi Puisi oleh SMA Nurul Jadid, beat box oleh MAN 01 Probolinggo, MA Nurul Jadid, SMK Nurul Jadid, dan MTs. Nurul Jadid.

Kegiatan mimbar santri ini disambut antusias oleh seluruh santri, karena dari semua agenda HSN 2017, mimbar santri adalah satu-satunya kegiatan yang memberikan wadah bagi para santri untuk unjuk kebolehan di depan khalayak. Kegiatan yang sekaligus menjadi wadah untuk kretifitas santri selain ranah kognisi yang sudah dibina di sekolah masing-masing.

“Kegiatan ini sebagai wujud santri Nurul Jadid untuk memeriahkan Hari Santri Nasional 2017, Diharapkan dari kegiatan ini dapat selalu menginspirasi santri untuk mengisi kemerdekaan ala santri sesuai dengan porsi masing-masing,” ucap Dinia Arifah Riganita dalam sambutan pembukaan Acara malam ini.

Mengisi kemerdekaan ala santri menjadi hal yang selalu diperhatikan dan dipertahankan oleh Pesantren. Hal tersebut dapat terlihat pada tahun ini benar-benar menjadi tahun revolusi untuk pondok pesantren Nurul Jadid. Pada tahun pertama kepemimpinannya ini, KH. Abdul Hamid sebagai Kepala Pesanten memberi banyak wajah baru pada setiap momen-momen bersejarah, baik momen penting pesantren sampai peringatan Hari Bersejarah Nasional. Mulai dari semarak Ramadhan, PHBI, Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia, sampai semarak Hari Santri Nasional yang saat ini sedang hangat diperbincangkan para santriwan dan santriwati.

Pondok Pesantren Nurul Jadid yang menjadi tuan rumah peringatan HSN dari perwakilan PW IPNU Jawa Timur tahun ini memiliki empat agenda utama yakni meliputi bebagai macam seminar, upacara, hingga makan tabhek bersama sepuluh ribu santri, dilaksanakan selama satu minggu pra hari peringatan HSN yaitu tanggal 22 Oktober nanti.

Semua pertunjukan malam ini, dengan karakter dan caranya masing-masing, membawa satu pesan penting dalam peringatan HSN 2017, yaitu semangat perjuangan para santri sebagai subjek dan  objek utama dari momen itu sendiri agar selalu megobarkan semangat jihad dalam menuntut ilmu dan memberikan sumbangsih pada ibu pertiwi.

“Mimbar ini diadakan sebagai aplikasi semangat perjuangan para santri sebagai ikon hari santri agar selalu semangat berjihad dalam menuntut ilmu dan memberikan sumbangsih pada Negara sesuai dengan peran dan keadaan masing-masing santri,” ucap Ady Azhari, Koordinator Seminar dan Mimbar Santri. (IR&AF)

seminar wawasan kebangsaan hari santri nasional

Direktur Ketahanan Ekonomi Sosial dan Budaya, Lutfi; Santri Butuh Skill Untuk Menyejahterakan Umat Dan Negara

nuruljadid.net- Direktur Ketahanan Ekonomi Sosial dan Budaya, Ditjen Politik dan Pemerintahan Kemendagri RI, Drs. Lutfi TMA, M.Si mengatakan untuk membangun bangsa Indonesia dibutuhkan manusia yang berkualitas. Sebab tantangan kedepan akan lebih sulit dari hari ini.

Hal itu disampaikan dalam seminar wawasan kebangsaan dengan tema resolusi jihad estafet perjuangan bangsa di Aula Institut Agama Islam Nurul Jadid, Kamis (19/10/2017). Acara tersebut merupakan rangkaian peringatan Hari Santri Nasional, Minggu (22/10/2017) di Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Menurut Lutfi Indonesia belum berdaulat secara utuh dikarenakan kurangnya kerja keras masyarakatnya. Untuk bisa mencapai kemajuan, maka sekarang harus mulai berpikir bagaimana langkah kedepannya. “Beberapa waralaba di beberapa tempat termasuk di Jakarta sudah berkurang, bahkan ada yang tutup karena bisnis online atau e-commers lebih murah,” katanya

Oleh karena itu, santri harus mengikuti perkembangan zaman agar bisa bersaing. Berbeda dengan kondisi dulu ketika santri berjuang merebut kemerdekaan atau yang dikenal dengan Resolusi Jihad. Maka perjuangan santri dalam konteks kekinian adalah butuh kerja keras, belajar dan disiplin tinggi serta selalu mengingat Allah.

“Ada satu penelitian menyampaikan bahwa orang-orang sukses adalah mereka yang memiliki basis keagamaannya bagus. Karena dia berpikirnya tidak hitam putih, pada saat menemukan masalah, sudah berusaha keras dia kembali kehadapan Allah. Inilah kunci orang sukses,” ungkapnya.

“Permasalahan bangsa Indonesia saat ini, tambah Lutfi, diperlukan kerja sama dan komitmen antara semua elemen masyarakat. Islam adalaha agama rahmatan lil alamin, artinya butuh bekerja keras untuk memcapai kemakmuran umat dan negara. Kalau kemudian ini tidak terwujud maka akan menjadi isapan jempol,” lanjutnya.

Maka santri jangan terlena dengan kondisi yang ada, melainkan bagaimana memiliki skill demi menciptakan kesejahteraan umat, bangsa dan negara Indonesia. (Rizky)

Galeri Foto: Seminar Pendidikan: Mimbar Santri Peringatan Hari Santri Nasional 2017

seminar pendidikan hsn2017 hari santri nasional

H. A Umar; Sekolah Harus Kembali Ke Sistem Pendidikan Pesantren

nuruljadid.net – Direktur kurikulum Sarana Kelembagaan dan Kesiswaan, H. A Umar dalam seminar pendidikan yang bertema pesantren kiblat pendidikan karakter di Aula Institut Agama Islam Nurula Jadid, Rabu, (18/10/2017) mengatakan rusaknya moral anak-anak sekolah merupakan akibat dari sistem pendidikan yang tidak mendukung akan terciptaknya karakter baik.

Hal itu, menurut Umar disebabkan karena sistem kurikulum pendidikan sekolah cenderung menilai siswa berdasarkan perolehan angka. Kedua sistem pendidikan sekolah lebih mengedepankan formalitas daripada substansi. Akhirnya pengajaran di sekolah lebih mementingkan mengejar materi ketimbang budi pekerti.

“Rata-rata anak bolos, tidak masuk sekolah akibat dari layanan guru sekolah yang tidak baik. Kepada guru-guru jangan sampai ada paksaan atau tekanan kepada siswa, melainkan bagaimana melakukan pendekatan dengan santun,” katanya saat mengisi seminar pendidikan, salah satu bagian dari rangkaian untuk menyambut Hari Santri Nasional, Minggu (22/10/2017) di Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Maka solusi terbaik untuk memecah pelbagai permasalahan pendidikan tersebut mesti kembali ke sistem pendidikan pesantren. Hubungan antara santri, ustad dan pengasuh di pesantren berjalan 24 jam dan tidak ada jarak. Sehingga kondisi ini akan menimbulkan rasa emosional yang kuat antar sesama santri, ustad dan pengasuh.

Kemudian pola pendidikan pesantren juga menciptakan hidup goyong royong, tidak hedonis dan materialis. Ini akan menciptakan sifat kesederhanaan dan karakter yang baik bagi santri. Selanjutnya pesantren selalu mengajarkan santri tentang kejujuran dan amanah.

“Kalau demikian kedepan akan lahir pemimpin-pemimpin yang memihak rakyat kecil, memberdayakan orang-orang kecil, adil dan makmur dunia akhirat,” pungkasnya (Rizky)

Seminar Pendidikan: Pesantren Kiblat Pendidikan Karakter

Ahmad Jayadi; Pesantren adalah Pemilik Sah Republik Indonesia

nuruljadid.net- Direktur Pondok Pesantren Kemenag RI, Ahmad Jayadi dalam seminar pendidikan yang dikemas dengan tema pesantren kiblat pendidikan karakter di Aula IAI NJ, Rabu (18/10/2017) mengatakan ketika membicarakan santri mesti kita akan mengingat peringatan Hari Santri Nasional, Minggu (22/10/2017).

Kalau merujuk pada semangatnya, maka wajar menempatkan peran santri sebagai nasional day. Hal ini bisa dilihat melalui peran kesejarahan santri dan pesantren. Sementara dalam konteks masa kini, Hari Santri Nasional merupakan instrumen untuk mewujudkan identitas dan kapasitas santri. Selain itu HSN harus dilihat sebagai colectif achievement (prestasi kolektif).

“Lalu bagaimana menjawab konfideren Keppres no 22 tahun 2015? Pertama kita ingin menunjukkan pada publik bahwa ada sanad perjuangan santri dan pesantren. Pesantren adalah pemilik sah Republik Indonesia. Kedua santri memiliki sanad keilmuan, tradisi tafaqquh fiddin (mendalami ilmu agama) berbasis kitab kuning, memiliki nilai-nilai yang wajib dikembangkan dan dirawat,” katanya.

“Kedepan kita akan menempatkan pondok pesantren sebagai lembaga agama dan berusaha agar menjadi rujukan dan kiblat dalam kehidupan beragama dalam konteks keindonesiaan. Bagi kita ulama itu harus lahir dari rahim pesantren, bukan dari satuan-satuan pendidikan yang lain,” tambahnya.

Kedua ingin menetapkan pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan yang diselenggarakan berdasarkan kitab kuning. Kalau bangsa saat ini seringkali dianggap krisis kaderisasi ulama, maka kita ingin mengembangkan pendidikan keagamaan ini.

“Ketiga kita akan mengembangkan pesantren sebagai lembaga sosial kemasyarakatan. kita akan optimalkan di ekonomi kewirausahaan, apalagi 4.289.000 jumlah santri se Indonesia. Tantangannya kita kedepan bagaimana beragama dan bernegara dalam konteks Indonesia,” pungkasnya. (Rizky)

seminar pendidikan hsn2017 hari santri nasional

Ketua LP Ma’arif NU Pusat, KH. Zainul Arifin Junaidi: Pesantren Khittah Pendidikan Indonesia

nuruljadid.net- Ketua Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Pusat, KH. Zainul Arifin Junaidi mengatakan santri harus berani menunjukkan identitasnya kepada publik. Sebab paham-paham radikal selalu menunjukkan identitasnya yang pada akhirnya dianggap sebagai ideologi.

Hal itu disampaikan di Aula Institut Agama Islam Nurul Jadid dalam seminar pendidikan, Rabu (18/10/2017) dengan tema pesantren kiblat pendidikan karakter. Acara tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan peringatan Hari Santri Nasional, Minggu (22/10/2017) di Pondok Pesantren Nurul Jadid.

“Sarung ini menunjukkan bahwa kita santri,” kata alumni Pondok Pesantren Nurul Jadid ini sambil memperlihatkan sarungnya kepada peserta. Oleh karena pesantren adalah khittah pendidikan Indonesia. Dulu pada zaman Hindhu Budha pendidikan disebut karsa dari kata karso yang berarti kehendak.

Pendidikannya terintegrasi dalam suatu lembaga yang disebut patapan dimana antara murid dan guru hidup bersama disatu lingkungan. Lalu Wali Songo datang mengadopsi sistem pendidikan Hindu Budha dan menyebutnya pasastrian yang berarti orang yang berkehendak sastri atau ingin belajar. “Disebut pesantren karena lidah orang-orang Madura sulit menyebut kata pasatrian,” terang Junaidi.

Setelah itu kemudian Belanda datang memperkenalkan sistem pendidikan sekolah tahun 1906. Sistem ini dikhususkan untuk anak-anak Belanda. Anehnya ketika Indonesia merdeka sistem pendidikan tersebut malah diteruskan. Padahal KH Wahid Hasyim tahun 1929 telah memperkenalkan sistem pendidikan klasikal atau yang dikenal dengan sebutan madrasah nidhomim di Pondok Pesantren Tebuireng.

“Makanya kalau sekarang pendidikan di sekolah morat-marit itu karena sistem pendidikan kita tidak memfokuskan pada pendidikan karakter,”ungkapnya. Maka pendidikan pesantren, tambah Junaidi, harus dirawat agar tetap mempertahankan keaslian tradisinya. (Rizky)

satria dharma

Satria Dharma; Hari Santri Nasional 2017, Momentum Untuk Menggelorakan Literasi

nuruljadid.net- Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia, Satria Dharma mengingatkan agar santri pada peringatan Hari Santri Nasional, Minggu (22/10/2017), kembali meneguhkan nasionalisme dalam bela negara ditengah gempuran gerakan paham khilafah yang berupaya mengganti pancasila.

“Berkat perjuangan para santri Indonesia menjadi suatu bangsa,” kata Satria pada Nurul Jadid.net saat dihubungi via telepon. Hal itu dimaksudkan supaya generasi umat Islam tidak melupakan peran santri saat melawan penjajah.

Pegiat literasi ini juga menyampaikan bahwa umat Islam semestinya lebih giat membaca daripada umat lain. Sebab ayat yang turun pertama kali dalam Al-Quran adalah perintah untuk membaca atau ikro’. “Itu jelas sekali dalam Al-Quran. Sedangkan di kitab agama lain tidak ada. Masalahnya sekarang kita malah terbelakang dalam hal membaca,” terang Satria.

Oleh karenanya momentum Hari Santri Nasional ini penting untuk menggelorakan kembali pesan-pesan tentang pentingnya menguasai literasi. Bukan sekedar membaca dan menulis melainkan bagaimana umat Islam menguasai ilmu dan teknologi melalui literasi yang bermutu.

“Karena saat ini banyak berita gosip, fitnah dan profokasi. Nah ditengah laju perkembangan dunia, para ulama perlu merumuskan standar kurikulum yang modern dengan mengajak para ilmuwan. Ini diharapkan agar pesantren bisa menjawab kebutuhan umat,” terangnya.

“Kalau kita lihat sekarang para orang tua memasukkan anaknya ke sekolah boarding semakin tinggi. Masalahnya apakah pendidikan yang mereka terima di sekolah boarding ini sudah sesuai dengan tantangan zaman atau belum,” pungkasnya (Rizky)

azar semarak hari santri nasional 2017

Bazar Hari Santri Nasional 2017 di Nurul Jadid, Yuk Ramai-Ramai Kunjungi!

nuruljadid.net- Dalam rangka menyambut Hari Santri Nasional 2017 di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Minggu (22/10/2017), panitia lokal menyediakan stand bazar untuk masyarakat yang bertempat di halaman Kampus Terpadu Nurul Jadid.

Tidak hanya masyarakat, Paguyuban Alumni Nurul Jadid Yogyakarta (PANJY) dan Ikatan Mahasiswa Alumni Nurul Jadid (IMAN) Malang juga turut memeriahkan bazar. Tersedia berbagai macam kebutuhan masyarakat, seperti buku, mainan untuk anak-anak, peralatan rumah tanggga,  hiburan untuk anak-anak, pakaian dan masih banyak lagi yang lain.

Bazar Hari Santri Nasional (HSN) 2017 di Nurul Jadid ini berlangsung selama enam hari, dibuka sejak Minggu (14/10/2017) dan berakhir, Sabtu (21/10/2017). Bazar tersebut merupakan bentuk perhatian Pondok Pesantren Nurul Jadid terhadap masyarakat agar dapat meningkatkan taraf perekonomiannya.

Selain itu, bazar akan dimeriahkan dengan diskusi publik bertema “Memaknai Kembali Resolusi Jihad” pada pukul 19.30 WIB, Rabu, (18/10/2017). Hal ini dimaksudkan supaya santri dan masyarakat tidak terjebak pada acara seremonial, melainkan dapat merefleksikan kembali perjuangan para ulama terdahulu.

Sebelumnya bazar merupakan salah satu rangkaian dari seluruh kegiatan peringatan Hari Santri Nasional di Pondok Pesantren Nurul Jadid. Beberapa rangkaian kegiatan itu antara lain seminar, istighosah, mimbar santri, pawai obor hingga memecahkan rekor muri makan bersama “tabhek” 10.000 santri. (Rizky)

lomba sastra religi nurul jadid juara 3

Lomba Sastra Religi, Santri Nurul Jadid Raih Juara 3

nuruljadid.net- Delegasi Pondok Pesantren Nurul Jadid berhasil merebut juara III MQK (Musabaqoh Qiroatul Kutub) Ihya’ Ulumuddin dan Fathul Qorib pada lomba Sastra Religi. Kegiatan lomba ini dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional, Jumat (13/10/2017) di Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar, Jombang.

Pemenang juara III lomba Ihya Ulumuddin diraih oleh Moh Faizin dan lomba Fathul Qorib juara III diraih oleh Mustain Romli. Adapun ketegori yang dilombakan adalah MQK tafsir jalalain dan hifdzun nadhom imrithi tingkat wustha, MQK ihya ulumuddin dan hifdzun, nadzom alfiyah tingkat ulya, Lomba hifdzul kutub aqidatul awam dan MQK fathul qorib tingkat ula.

Lomba yang diselenggarakan Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang ini diikuti oleh 1201 santri putra dan putri dari seluruh pondok pesantren di Jawa Timur. Sebelumnya pada Rabu (12/10/2017) Festifal Sastra Religi dihadiri oleh sekretaris PBNU, Helmi Faisal, Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar dan beberapa sesepuh Pesantren Mambaul Maarif Denanyar Jombang serta sejumlah tamu undangan yang lain.

hari santri nasional 2017 nurul jadid rute kirab resolusi jihad

Rute Kirab Resolusi Jihad Hari Santri Nasional 2017 dari Madiun hingga Ponpes Nurul Jadid

nuruljadid.net- Menyambut Hari Santri Nasional pada 22 Oktober 2017, Pondok Pesantren Nurul Jadid bekerjasama dengan Student Crisis Center Jawa Timur, IPNU Jawa Timur, dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Selain kegiatan Seminar dan Lomba, akan menggelar perjalanan Kirab Resolusi Jihad yang diperkirakan akan menempuh jarak 251 km sebagai bentuk peringatan Hari Santri Nasional di Jawa Timur. Pelaksanaan Kirab akan berlangsung pada 18-22 Oktober 2017. Berikut rute perjalanan Kirab Resolusi Jihad di Jawa Timur.

Perjalanan Kirab Resolusi Jihad akan dimulai dari Madiun, tepatnya di Masjid Quba pada tanggal (18/10/17). Sebelumnya peserta akan melaksanakan Apel yang dipimpin langsung oleh Bupati serta PCNU Kabupaten Madiun.

Perjalanan dilanjutkan dan peserta kirab akan sholat Jum’at di Masjid Agung Baitussalam Nganjuk. Setelah itu, menuju ke Jombang untuk berziarah ke makam KH. Bisri Syansuri Denanyar, KH. Wahab Hasbullah Tambak Beras, Hadratussyaikh Hasyim Asyari, dan Istighotsah pelajar bersama santri Tebuireng.

Kemudian berlanjut menuju Surabaya, Pasuruan, Probolinggo, Kraksaan hingga Paiton. Di Surabaya peserta akan berziarah ke makam KH. Ridwan Abdullah dan mendengarkan orasi kebangsaan yang akan dipimpin langsung oleh KH. Muhibin Zuhri di kantor “Hoofdbestuur Nasdatoel Oelama” Surabaya.

Di Pasuruan mereka akan Jagongan Hari Santri Nasional di Pendopo Bupati Pasuruan. Selain itu, mengaji 22 Khataman al-Qur’an di makam KH. Abdul Hamid bersama Pelajar Santri Pasuruan dan makan 22 Tumpeng di Masjid Agung Pasuruan.

Setibanya di Probolinggo mereka akan singgah di Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong untuk ngaji Hujjah Aswaja yang dipimpin langsung oleh KH. Mutawaqqil Allallah. Selain itu, mereka akan bermujahadah di Kantor PCNU Kraksaan.

Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan menuju Paiton sebagai lokasi finish Kirab, tepatnya di Pondok Pesantren Nurul Jadid. Sesampainya akan diadakan penyerahan Panji Kirab di Pondok Pesantren Nurul Jadid, mencoba melakukan pemecahan rekor MURI Makan bersama “Tabheg” nasi khas santri Nurul Jadid dengan 10.000 santri dan melaksanakan Upacara Peringatan Hari Santri Nasional 2017 hingga Formasi Mozaik 10.000 Santri di Pondok Pesantren Nurul Jadid. (Jawahir)

 

 

 

Semarak Hari Santri Nasional Sebagai Upaya Santri Ber-NKRI

Telah diputuskan bahwasanya Hari Santri Nasional jatuh pada tanggal 22 Oktober. Lantas, Ada apa dengan Santri? Adakah Yang Istimewa? Setiap peristiwa pasti mempunyai sejarah tersendiri. Dan setiap sejarah pasti memiliki nilai filosofis yang harus diketahui. Bung Karno pernah berkata bahwa “Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya, Jas Merah!!!”.  Marilah kita review kembali peran para ulama dan santri untuk mempejuangkan kemerdekaan Indonesia.

Hari Santri Nasional pada tanggal 22 oktober telah ditetapkan oleh Presiden Jokowi yang sebelumnya hanya sebuah wacana belaka yaitu tanggal 1 Muharram. Menanggapi hal itu, Ketua pengurus Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdhlatul Ulama (RMI NU) KH Abdul Ghoffar Rozien menyerukan agar Jokowi menepati janjinya tersebut. Mengutip Dalam buletin NU Online Beliau mengatakan “Ribuan Pesantren dan jutaan santri sudah menunggu keputusan Presiden terkait Hari Santri Nasional. Kebijakan itu menguatkan marwah Negara”.

Di tetapkannya Hari Santri Nasional pada tanggal 22 Oktober lebih condong sebagai upaya untuk menghargai historis perjuangan para pahlawan kemerdekaan yang notabene nya adalah kaum santri dan para ulama dalam melawan para penjajah untuk memperjuangkan NKRI, namun dibalik itu juga pada tanggal 22 Oktober bertepatan dengan adanya fatwa “Resolusi Jihad” yang di usung oleh KH Muhammad Hasyim Asy’ari.

Mengenai resolusi Jihad yang di usungkan oleh KH Hasyim Asy’ari tersebut terdapat nilai-nilai yang dapat dikontekstualisasikan pada zaman modern saat ini, khususnya dikalangan santri yang katanya kaum sarungan yang identic dengan kekolotan, gaptek, dan kumuh. Padahal realitanya tidaklah seperti itu, hanyalah oknum-oknum yang menafikan eksistensi dari santri dan pondok pesantren saja yang berasumsi demikian. Karena asumsi tanpa dasar itulah, banyak masyarakat awam enggan melirik pesantren dan lebih memilih menyekolahkan anak-anaknya di sekolah umum.

Kembali lagi berbicara mengenai resolusi Jihad bahwa itu adalah bentuk perhatian yang sangat besar dari ulama untuk menjaga keutuhan NKRI, bahkan ada yang mengatakan saat ini bahwa “NKRI harga mati!!!”. Namun sekarang Indonesia tidak butuh dengan kata-kata, Indonesia sekarang ini butuh peran yang produktif sehingga dapat menjawab tantangan globalisasi. Dan peran santrilah yang mampu menjawab tantangan globalisasi tersebut.

Diantaranya dapat kita terapkan nilai-nilai perjuangan ulama dan makna adanya fatwa resolusi jihad. Salah satunya dengan membentuk karakter santri yang bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu karena itu juga termasuk sebuah perjuangan. Dengan memiliki ghirah (semangat) yang bagus dalam menuntut ilmu kesempatan untuk membangun Indonesia maju sangatlah terbuka. Kemudian, dengan membangun rasa empati dan simpati dalam keseharian santri dengan sesama teman jikalau itu dibudayakan maka hal tersebut merupakan bukti bahwa santri memilik jiwa dan raga yang selalu siap untuk membela negara karena sesuai dengan Negara kita yang notabenenya adalah multikultural dan plural. Namun, inti dari semuanya adalah aplikasinya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bagaimana cara kita sebagai santri dan sekaligus muda-mudi Indonesia untuk selalu bergerak, bergerak dan bergerak demi kemajuan bangsa Indonesia. Kita buktikan bahwa santri merupakan generasi emas abad modern.

Oleh: Andy Rosyidin
(Alumni MA PK Nurul Jadid Angkatan 21. Dan sekarang adalah Mahasiswa aktif semester 3 ilmu al-Quran dan Tafsir di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

 

 

“Kami Bangga Jadi Santri!!!”

 

Santri, Resolusi Jihad, dan Nasionalisme

Ditetapkannya Hari Santri Nasional oleh Presiden Joko Widodo pada hari Kamis, 22 Oktober 2015 di Masjid Istiqlal Jakarta mendapat respon positif dari masyarakat luas, terlebih bagi masyarakat kaum santri. Penetapan Hari Santri yang diresmikan presiden Joko Widodo merupakan bentuk penghargaan terhadap para kiai dan santri yang telah rela menyumbangkan segenap jiwa dan raganya untuk merebut kemerdekaan dari tanggan penjajah.

Perjuangan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan bangsa memang tidak terlepas dari peran Kiai dan Santri. Pembentukan tentara Hisbullah dan Sabilillah, serta keterlibatan KH. Abdul Wahid Hasyim dalam Badan Penyelidikan Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan adanya fatwa Resolusi Jihad oleh KH. Hasyim Asy’ari yang menetapkan farduh ain untuk mempertahankan kemerdekaan merupakan wujud dari peran aktif mereka dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Di era globalisasi, tantangan dan persoalan yang dihadapi kaum Santri semakin kompleks. Terutama menyangkut soal Nasionalisme. Muncuknya gerakan Transnasional yang dapat membahayakan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) kian hari kian bertambah banyak. Untuk itu, peran Santri sangat dibutuhkan dalam menjaga dan melestarikan Indonesia sebagai Negara kesatuan.

Nasionalisme Santri

Berbicara soal Nasionalisme Santri. Bukti Nasionalisme Santri, menurut penulis, dapat dilihat dari beberapa fakta sejarah seperti; peristiwa Resolusi Jihad yang di fatwakan oleh KH. Hasyim Asy’ari, keterlibatan KH. Abdul Wahid Hasyim dalam Badan Penyelidikan Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), terciptanya Syair Syubbanul Wathon karya KH. Wahab Chasbullah, dan lain sebagainya.

Terjadinya peristiwa Resolusi Jihad merupakan salah satu bukti Nasionalisme Santri yang paling tampak dan paling besar pengaruhnya. Dilihat dari persepektif sejarah, Resolusi Jihad yang di fatwakan oleh KH. Hasyim Asy’ari kepada seluruh umat islam di Indonesia untuk ikut serta dalam memerangi penjajah. Fatwa dalam membela Tanah Air yang dikeluarkan oleh KH. Hasyim Asy’ari memberi dapak yang sangat luar biasa terhadap pembentukan Nasionalisme kaum santri.

Menurut Masdar Hilmy, seruan Resolusi Jihad KH Hasyim Asy’ari di masa-masa perang revolusi, misalnya, bias dilihat sebagai tonggak penancapan konsep nasionalisme non-primordial versi kiai atau pesantren, di mana serua panggilan jihad dikumandangkan guna mengusir penjajah dari bumi Indonesia yang multikultural, bukan untuk membela satu golongan atau kelompok agama tertentu.

Disisi lain Syair Syubbanul Wathon karya KH. Wahab Chasbullah juga bias dilihat sebagai tonggak dalam membentuk Nasionalisme kaum santri. Sebagaimana bunyi Syair Syubbanul Wathon (Cinta Tanah Air):

Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon
(Puasaka Hati Wahai Tanah Airku)
Hubbul Wathon minal Iman
(Cintaku dalam Imanku)
Wala Takun minal Hirman
(Jangan Halangkan Nasibmu)
Inhadlu Alal Wathon
(Bangkitlah Hai Bangsaku)
Indonesia Biladi
(Indonesia Negriku)
Anta ‘Unwanul Fakhoma
(Engkau Panji Martabatku)
Kullu May Ya’tika Yauma
(Siapa Datang Mengancammu)
Thomihay Yalqo Himama
(Kan Binasa di bawah Durimu)

Menurut KH. Maimoen Zubair atau yang akrab di panggil Mbah Maimoen, mengatakan bahwa ketika beliau mondok di Tambak Beras dan belajar di sekolah “Syubbanul Wathon” menjadi lagu wajib dinyanyikan murid-murid sebelum masuk kelas. Dari sini kita bias melihat betapa kuatnya rasa Nasionalisme kaum Santri serta dalam pembentukan Nasionalisme seorang Santri yang dilakukan oleh para Kiai atau lembaga pesantren.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh George McTurnan Khain (1918-2000, Cornell University, USA), di dalam hasil penelitiannya, yang di tulis dalam “Nastionalisme and Revolution in Indonesia” (Connel University, Southeast Asia Program, 1952), Gorge McTurnan Khain menyimpulkan bahwa “Nasionalisme Indonesia berakar pada tradisi Islam Nusantara”: pesantren!
Dari penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan, bahwa, Nasionalisme seorang Santri sudah tidak perlu diragukan lagi. Kalau toh ada santri yang mengancam keutuhan NKRI, mungkin itu bukan santri yang sebenarnya. Sejarah telah mengungkapkan bahwa sanya keterlibatan seorang santri dalam merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari tanggan penjajah, keterlibatan dalam BPUPKI, Serta adanya peran aktif dalam melestarikan NKRI.

 

Peran Santri dalam Melestarikan NKRI

Akhir-akhir ini, ancaman terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) kian hari kian membahayakan. Menguatnya gerakan-gerakan yang mengancam terhadap keutuhan NKRI, seperti yang disebutkan oleh Abd A’la sebagai kelompok fundamentalisme keagamaan yang saktarian dan fundamentalisme globalisasi eksternal. Sedangkan Masdar Hilmy, memakai istilah gerakan Transnasionalisme.

Adanya sebagian masyarakat Muslim di negeri ini yang hendak meng-Islam-kan konsep nasionalisme dengan cara menggantinya menjadi Dawlah/Khilafah Islamiyah atau Negara Islam Indonesia (NII). Di mata kelompok ini, konsep nasionalisme merupakan bentuk kekufuran berfikir, –lebih-lebih yang “sekuler” –karena megingkari bentuk Negara Islam yang mereka yakini sudah bersifat “given” sebagaimana dimandatkan oleh al-Qur’an dan Hadist. Ironisnya, kelompok penganjur konsep Khilafah atau NII bias eksis mengkampanyekan konsepnya dengan memanfaatkan ruang-ruang demokrasi yang dibuka lebar oleh rezim nasionalisme “sekuler”.

Oleh karena itu, mulai dari sekarang kita harus sudah mulai mengkonstruk konsep “musuh bersama” (common enemy) yang bersifat perennial dan universal, bukan “musuh” dalam pengertian klasik. Hal ini tidak lain untuk mejaga keutuhan dan keragaman bangsa menuju kejayaan Indonesia. Tanpa itu semua, bangsa ini akan terninabobokkan oleh konsep nasionalisme klasik yang keberadaannya sudah tidak mampu mengakomodir tantangan zaman.

Dalam pengimplementasiannya, nasionalisme tidak cukup hanya diukur dengan sekedar hafal redaksi sumpah pemuda, lagu Indonesia Raya, dan lain sebagainya. Tapi lebih dari itu, pembumian konsep nasionalisme harus menyentuh kebutuhan dan tantangan kekinian bangsa Indonesia.

Dengan berbagai macam ancaman dan tantangan terhadap bangsa Indonesia, maka, peran santri sangat dibutuhkan. Santai sebagai orang yang mempunyai kecerdasan intelaktual, speritual, dan nasionalisme yang tinggi diharapkan mampu untuk mengatasi ancaman dan tantangan yang sedang melanda bumi pertiwi. Santri juga dirahapkan menjadi garda terdepan dalam menjaga keutuhan NKRI, sebagaimana yang telah dilakukan oleh para kiai dan santri terdahulu.

Mudah-mudahan pada Hari Santri Nasional ini menjadi momentum bagi kita semua untuk dapat meningkatkan rasa nasionalisme, mengingat ancaman dan tantangan bagi bangsa Indonesia kedepan akan semakin kompleks. Maka dari itu, penulis berharap mudah-mudahan lewat tulisan ini rasa nasionalisme kita akan semakin kokoh. Amin!

 

Oleh: Muhammad Zainal Abidin S (Pengabdi di KAMANURJA)

 

DAFTAR RUJUKAN
Abd A’la, Jahiliyah Kontemporer dan Hegemoni Nalar Kekerasan Yogyakarta: LKSI, 2014
Ali Maschan Moesa, Nasionalisme Kiai Kontruksi Sosial Berbasis Agama Yogyakarta: LKSI, 2011
Hans Khon, Nasionalisme Arti dan Sejarahnya Jakarta: Erlangga, 1984
Masdar Hilmy, Islam, Politik, dan Demokrasi Surabaya: Imtiyaz, 2014
NU Online, 18/10/1016
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Jakarta: LP3ES, 2011

 

 

hari santri nasional 2017 nurul jadid lomba desain grafis quote

Menyambut Hari Santri Nasional 2017, Pesantren Nurul Jadid Bekerjasama dengan IPNU Jatim

nuruljadid.net- Menyambut Hari Santri Nasional pada 22 Oktober 2017, Pondok Pesantren Nurul Jadid bekerjasama dengan IPNU Jatim, Student Crisis Center dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Beragam acara diselenggarakan, mulai dari lomba, mimbar santri, seminar umum, upacara, kirab, makan bersama ala santri hingga  formasi mozaik dengan beribu santri. Untuk rangkaian kegiatan hari santri di area Pondok Pesantren Nurul Jadid akan dimulai pada Rabu (18/10/2017) hingga puncaknya pada hari Minggu (22/10/2017).

Berikut seluruh rangkaian kegiatan semarak Hari Santri Nasional di Pondok Pesanten Nurul Jadid.

Rabu (18/10/2017) pukul 09.00 WIB, Seminar Pendidikan di Aula IAI Nurul Jadid bertemakan Pesantren Kiblat Pendidikan Karakter. Narasumbernya yaitu Drs. KH. Arifin Junaidi, M.M, Ketua PP LP Ma’arif NU, Dr. H. Ahmad Zayadi, M.Pd, Direktur Pontren Kemenag RI, Dr. H. A. Umar, MA, Direktur KSKK Madrasah Kemenag RI, Dr. Saiful Rachman, MM, M.Pd, Kadisdik Provinsi Jatim.

Di hari yang sama pukul 13.30 WIB, seminar Remaja dengan tema Produktif Usia Muda Membangun Indonesia di Aula MA Nurul Jadid. Pambicara yaitu Surya Chandra Surapatya, Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat.

Kamis (19/10/17) pukul 08.00 WIB Seminar Kebangsaan di Aula IAI Nurul Jadid dengan tema Resolusi Jihad Estafet Perjuangan Bangsa. Sebagai pembicara Mayjen Soedomo, Ditjen Politik dan Pemerintahan Umum (POLPUM) Kemendagri RI. Berikut Mimbar Santri (show of force) pukul 19.30 WIB di Lapangan Kampus Terpadu (Putra) dan Halaman Al-Hasymiyah (Putri).

Jum’at (20/10/17) pukul 08.00 WIB Lomba Mewarnai, Tartil dan Pemilihan Da’i Cilik tingkat TK dan SD/MI Jawa Timur di ruang Meeting MA Nurul Jadid. Sementara pukul 09.00 WIB di Aula IAI Nurul Jadid akan diadakan Seminar Anti Narkoba dan Radikalisme bertemakan Membendung Bahaya Laten Napza dan Radikalisme. Narasumbernya yaitu, Prof. Dr. H. Nur Syam, Sekjen Kemenag RI, Idy Muzayyad, Ketua BAANAR PP. GP. ANSOR dan Brigjen Pol Fatkhu Rahman, Kepala BNNP Jawa Timur.

Sabtu, (21/10/17) pukul 10.0 WIB Seminar Enterpreneurship di Aula MA Nurul Jadid dengan tema Ketahanan Ekonomi Santri di Era MEA. Sebagai pembicara Saidah Safwan, Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU Pusat).

Berikut Seminar Ketahanan Informasi yang bertema Strategi Dakwah Era Digital di Aula IAI Nurul Jadid. Pembicara Hari Usmayadi, M.Kom, Ketua PB Lembaga Ta’lif Wan Nasyr NU dan Gus Reza Imam Yahya, Ketua Rabitha Ma’ahid Islamiyah (RMI) Jawa Timur.

Selain itu pukul 13.00 WIB Pelatihan Video Editing di Aula IAI Nurul Jadid oleh Ketua PB Lembaga Ta’lif Wan Nasyr NU, Hari Usmayadi, M.Kom dan pukul 18.00 WIB, Pawai Obor Resolusi Jihad dari MI Az-Zainiyyah I finish dilanjutkan Istighosah Hari Santri Nasional di lapangan Kampus terpadu.

Minggu (22/10/17) pukul 07.30-10.00 WIB, upacara Peringatan Hari Santri Nasional, menyambut Kirab Resolusi Jihad dari Madiun ke Pondok Pesanren Nurul Jadid Paiton, Pemberian Apresiasi Santri berprestasi, Pengumuman pemenang lomba: puisi, fotografi santri, penulisan esai, graphic design quotes serta kreasi lalaran alfiyah dan atraksi santri di lapangan kampus terpadu dan makan bersama “Tabhek” sebanyak 10.000 santri hingga cuci tangan pakai sabun 10.000 santri.(Jawahir)

 

 

Berikut kumpulan pamflet digital dari seluruh kegiatan Hari Santri Nasional.