Event FLA 2023 Resmi Dibuka, Ketua Panitia: Ini Ajang Menggali Potensi Santri

nuruljadid.net – Festival Lomba Wilayah Al-Hasyimiyah (FLA) bukan sekedar ajang perlombaan, santri perlu memperbaiki pola pikir bahwa event ini merupakan wadah menggali potensi dan kreatifitas, ini adalah proses menjadi bintang. Begitu kesaksian Ketua Panitia FLA, Nurmala, saat menyampaikan sambutan pada pembukaan FLA 2023 di halaman Wisma H. Sukri Adnan (gedung putih), Kamis (10/8/2023).

Nurmala menyampaikan, FLA merupakan event rutin tahunan yang diselenggarakan oleh Wilayah Al Hasyimiyah Pondok Pesantren Nurul Jadid menjelang libur santri Bulan Maulid (Rabi’ul Awal). Mengangkat tema “Journey of A Star: Santri Merakit, Indonesia Bangkit” event ini turut memeriahkan momentum Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-78.

“Berbagai bidang lomba diselenggarakan, diantaranya lomba kebersihan daerah, essay mahasiswi, kaligrafi kontemporer, ranking 1, tartil, tahlil siswi, MC tiga bahasa, mading 2D, burdah keliling, praktik ibadah, mars dan nasyid, MSQ, game, sholawat kreatif ala santri, administrasi, dramatisasi puisi, senam, tata boga, dan gemda,” paparnya.

Tujuan event ini, lanjut Nurmala, tidak untuk saling berunjuk menang atau kalah, akan tetapi menjadi wadah untuk mencari dan menggali potensi yang terpendam dalam diri santri.

“Kami berharap santri dapat mengambil hikmah melalui terselenggaranya FLA 2023 untuk bekal membumi bersama masyarakat nantinya,” imbuhnya.

“Santri Merakit, Indonesia Bangkit” menjadi pilar ketegasan santri untuk tetap menjunjung tinggi nilai tradisi dan budaya di tengah samudera degradasi moral dan etika. Menurut Nurmala, Revolusi Jihad merupakan bukti kegigihan santri dalam hal berbangsa dan bernegara yang perlu dipertahankan sampai saat ini.

“Mari kita berproses, gulatkan kreatifitas sebaik mungkin dan junjung nilai-nilai tradisi dan budaya Indonesia dalam perlombaan ini,” pungkasnya.

 

Reporter: Ahmad Zainul Khofi

(Humas Infokom)

Beri Apresiasi, Madrasah Diniyah Putri Nobatkan Peraih Bintang Asrama dan Kelas

nuruljadid.net – Madrasah Diniyah Putri Pondok Pesantren Nurul Jadid gelar acara “Iftitah Ad-Dirasah dan Dialog Interaktif” pada hari Selasa (08/08/2023) siang yang bertempat di Aula SMP Nurul Jadid.

Pada kesempatan tersebut, panitia mengambil tema yang menarik untuk dibahas, yakni “Eksistensi Kitab Kuning dan Tantangan di Masa Depan.”

“Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan di awal menjelang KBM. Namun, tahun ini dimulai tanpa ada kelas ula, sebab mereka masih harus menuntaskan program FA terlebih dahulu di Asrama I’dadiyah,” terang Ustaz Saili dalam sambutannya selaku Kepala Madrasah Diniyah.

Ditengah-tengah acara, panitia menyelipkan acara untuk proses penganugerahan hadiah kepada peserta didik yang berhasil menjadi Bintang Kelas dan Bintang Asrama.

Kriteria bintang kelas ini dinilai dari proses pembelajaran peserta didik selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Baik dari aspek sikap, hingga perolehan skor tertinggi. Sehingga harapannya peserta didik lain juga termotivasi untuk berprestasi.

(Potret penyerahan penghargaan kepada para bintang asrama dan bintang kelas oleh Nyai Hj. Toyyibatul Makkiyah Wafi, selaku Wakil Kepala Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Nurul Jadid)

Setelah pembacaan SK, nama-nama peserta yang dipanggil diarahkan untuk maju kedepan. Kemudian pemberian hadiah berupa piala diberikan oleh Nyai Hj. Toyyibatul Makkiyah Wafi, selaku Wakil Kepala Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Bintang Asrama Lembaga Al Khoiriyah:

  1. Inayatul Azizah

Bintang Asrama Lembaga LSK:

  1. Cahayu Amanatullah LSK

Bintang kelas Ula Lembaga Al Khoiriyah:

  1. Intan Naizila Fitriyani
  2. Maslahah Nuruh Hasanah
  3. Fiki Ameluna El-Azka

Bintang kelas Wustho Lembaga Al Khoiriyah:

  1. Lailatul Jannah

 

Bintang kelas Ula (A) Lembaga LSK:

  1. Desiana Fara Khansa
  2. Kurrotul A’yun Aprilia
  3. Nailun Zahrotunnisa

Bintang kelas Ula (B) Lembaga LSK:

  1. Silki Hasanah
  2. Rahmafira Khudori Putri
  3. Natasya Erika Dewi

 

 

(Humas Infokom)

Buka Kegiatan Tahun Ajaran Baru, Madrasah Diniyah Putri Undang Kyai Muda dari Jember

nuruljadid.net – Madrasah Diniyah Putri Pondok Pesantren Nurul Jadid memulai kegiatan tahun ajaran baru dengan menggelar acara “Iftitah Ad-Dirasah dan Dialog Interaktif” pada hari Selasa (08/08/2023) siang. Acara tersebut bertempat di Aula SMP Nurul Jadid.

Kegiatan Iftitah Ad-Dirasah kali ini mengusung tema “Eksistensi Kitab Kuning dan Tantangan di Masa Depan.” Tujuannya untuk membangkitkan ghirah peserta didik agar mereka selalu semangat dan termotivasi dalam mempelajari kitab kuning.

Turut hadir dalam acara, K. Imdad Fahmi Azizi selaku Narasumber Dialog Interaktif, Ustaz Ahmad Saili, sebagai Kepala Madrasah Diniyah (Madin) Nurul Jadid, jajaran Asatidz dan Asatidzah Madrasah Diniyah, dan semua peserta didik lembaga kajian kitab Dalbar yakni asrama Al-Khoiriyah dan lembaga kajian kitab Daltim yakni asrama LSK.

Dalam sambutannya, Ustaz Ahmad saili, S.Hi, M.Pd.,  selaku kepala Madin menyampaikan bahwa ada perubahan kebijakan dari pesantren untuk madrasah diniyah. Bahwa saat ini Madrasah diniyah membawahi lembaga kajian kitab yang ada di wilayah pusat.

Di putri ada 2 lembaga, yakni Al-Khoiriyah yang ada di Dalbar dan LSK yang bertempat di Daltim,” Jelasnya.

(Momen Ustaz Ahmad Saili, Kepala Madrasah Diniyah (Madin) Nurul Jadid saat memberikan sambutan acara Iftitah Ad-Dirasah)

“Selain sebagai Madrasah Diniyah, saat ini juga ditetapkan sebagai pusat kajian kurikulum keagamaan di Pondok Pesantren Nurul Jadid,” Imbuh Ustaz Saili.

Ini merupakan, Ustaz Saili melanjutkan, kegiatan rutin yang dilakukan di awal menjelang KBM. Namun, tahun ini dimulai tanpa ada kelas ula, sebab mereka masih harus menuntaskan program FA terlebih dahulu di Asrama I’dadiyah.

“Harapan kami, bukan sekedar kegiatan rutinitas, namun mampu menghasilkan alumni unggul nantinya,” pungkasnya.

Kemudian, acara berlanjut dengan Dialog interaktif. Selama 30 menit K. Imdad Fahmi Azizi mengupas tema acara tersebut dengan baik. Diteruskan dengan sesi dialog dengan audien. Selain itu, Narasumber memberikan hadiah buku dari karya tulisnya untuk para penanya, yakni “Tafsir Al-Ikhlas.”

Acara berjalan lancar, serta berakhir dengan penyerahan cinderamata dan foto bersama.

 

(Humas Infokom)

Mengenal Forum Komunikasi Santri, Spirit Kiai Zaini Mun’im Merekatkan Santri dan Masyarakat

“Orang yang hidup di Indonesia kemudian tidak melakukan perjuangan, dia telah berbuat maksiat. Orang yang memikirkan masalah ekonominya sendiri saja dan pendidikannya sendiri, maka orang itu telah berbuat maksiat. Kita harus memikirkan perjuangan rakyat banyak,” – KH. Zaini Mun’im

nuruljadid.net – Kebiasaan yang ada setiap malam libur kegiatan pesantren (malam Selasa dan Jum’at) di Pondok Pesantren Nurul Jadid, santri beramai-ramai berkerumun di pojok-pojok pesantren, mereka bersua dengan santri dari masing-masing daerah asal dalam wadah Forum Komunikasi Santri (FKS)—momen itu biasanya terjadi menjelang liburan panjang pesantren seperti libur maulid dan libur ramadan. Dalam forum itu, santri membahas giat-giat sosial-keagamaan yang menjadi program perekat antara dirinya dan masyarakat.

FKS menjadi salah satu organisasi yang dinilai memiliki andil sangat besar bagi Pondok Pesantren Nurul Jadid serta memiliki akses terhadap masyarakat. Saya rasa, menjadi hal yang menarik membahas FKS, baik dari asal-muasal, tujuan, hingga tantangan yang dihadapi.

Epistemologi FKS

Berdirinya organisasi bernama Forum Komunikasi Santri (FKS), berangkat dari visi-misi penggerak dan pendiri Pondok Pesantren Nurul Jadid KH. Zaini Mun’im, dengan semboyan yang lumrah dikenal dikalangan warga pesantren. Diskursus “saya tidak rela kalau santri saya tidak berjuang di masyarakat” menjadi ruh utama hadirnya FKS sebagai wadah santri untuk menjalankan tugas “berguna bagi masyarakat” melalui kegiatan berbasis sosial-keagamaan.

Kemudian, diskursus itu terinternalisasi pada rumusan Panca Kesadaran Santri Nurul Jadid, tepatnya pada sila ke-3 yang berbunyi “Kesadaran Bermasyarakat” dan sila ke-5 “Kesadaran Berorganisasi”, kedua sila yang menghidupkan makna eksistensi organisasi FKS.

Berangkat dari dua sila inilah motor penggerak organisasi FKS yang menerima cahaya penerang jalan menuju dua arah objektif fungsionalnya, yaitu sebagai fungsi pengkaderan, media mempererat silaturahmi antar santri (sila ke-5); dan fungsi sebagai corong pengabdian santri di lingkungan masyarakat (sila ke-3).

Secara struktural FKS berada di bawah koordinasi Biro Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (BPPM), khususnya di Seksi Organisasi Satuan dan Organisasi Daerah (Orsat-Orda) Pondok Pesantren Nurul Jadid. Satuan kerja inilah yang mengorganisir arah haluan organisasi FKS.

Benang Merah FKS

Ihwal berorganisasi, “permasalahan” sebuah niscaya menjadi makanan empuk sehari-hari dalam menempa proses pendewasaan diri dan mematangkan sebuah organisasi. Begitupula yang dihadapi oleh organisasi yang bernama FKS. Saya mencoba menarik benang merah dalam aporia kedua objektif-fungsional FKS tersebut, dalam penemuan praktisnya, sejumlah FKS melewatkan hingga melazimkan (disfungsi) yang seharusnya menjadi tonggak awal terbentuknya forum yang diidamkan ini, yaitu sinergitas organisasi: menyambung dan memperkuat keeratan tali persaudaraan antar santri. Menurut saya, hal ini tak luput dari bias yang berserakan oleh kepentingan yang bersifat seremonial yang ditengarahi lebih penting daripada membangun tubuh organisasi yang ideal.

Merespon hal itu, BPPM mengambil langkah taktis untuk mengembalikan cita-cita dan arah tujuan awal terbentuknya organisasi FKS. Langkah itu sebagai pemutus mata rantai agar FKS tidak disebut sebagai organisasi yang implisit-objektif. Disamping itu, BPPM berupaya memperluas makna kegiatan FKS yang bermula sebagai organisasi pragmatis menjadi organisasi yang dapat memberikan output berdampak universal bagi sendi-sendi kehidupan yang berkamajuan dan berkelanjutan.

Seiring perjalanan forum tersebut, haruslah menjadi wadah santri untuk membangun dan membumikan nilai “Kesadaran Bermasyarakat dan Berorganisasi”; dalam mewujudkan dawuh Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jadid. Seyogyanya FKS harus terus diasah dan diolah melalui program evaluasi dan peremajaan Sumber Daya Manusia agar FKS kembali ke habitatnya sebagai organisasi penyambung lidah pesantren dan masyarakat untuk mewujudkan mimpi idealnya, yaitu menjadikan indonesia cakrawala dunia.

 

Oleh: Ahmad Zainul Khofi

Begini Kemeriahan Lomba HUT RI di LIP SMP Nurul Jadid

nuruljadid.net – Language Intensive Program of SMP Nurul Jadid (LIPS), tengah merayakan semaraknya Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia yang ke-78 dengan menggelar berbagai lomba menarik.

Adapun lomba-lomba yang diadakan mencakup mencari koin dalam tepung, tahan tawa, gerak jalan yel-yel, futsal, fashion show kebudayaan dan kemerdekaan, balap karung, bulu tangkis, sambung balon, bakiak, cerdas cermat dan keseimbangan air.

Dalam rangka memperingati momen bersejarah ini, Pengurus LIPS Muhammad Fadhil Asa F. S., yang juga bertindak sebagai ketua panitia pelaksana mengatakan, berbagai jenis lomba dilaksanakan dan telah diatur dengan cermat untuk memeriahkan HUT Proklamasi dengan melibatkan siswa SMP Nurul Jadid.

“Kegiatan ini berkolaborasi dengan asrama santri Daerah Sunan Kudus, telah dimulai sejak tanggal 01 sampai dengan 15 Agustus nanti,” jelasnya kepada Reporter Nurul Jadid Media, Selasa (08/08/2023).

 Lomba fashion show tentang kebudayaan dan kemerdekaan, lanjut Fadhil, menjadi salah satu lomba menarik yang dihadirkan dalam peringatan ini. Menurutnya, kategori lomba tersebut dapat menilai sejauh mana santri memaknai kebudayaan dan kemerdekaan yang diejewantahkan dalam bentuk fashion show.

“Budaya barat sudah banyak melumatkan budaya tradisional Indonesia tanpa filtrasi, khususnya pakaian adat kita. Oleh karenanya, melalui kegiatan ini, harapannya santri dapat mengangkat kembali budaya atau tradisi tersebut dengan bahan seadanya alias ala santri,” imbuhnya.

Dengan adanya berbagai lomba yang beragam, perayaan HUT RI ke-78 di LIPS, tidak hanya menjadi momen untuk mengenang sejarah, tetapi juga menjadi wadah bagi santri (LIPS, Red.) untuk berkompetisi dan merayakan semangat persatuan dan keragaman Indonesia.

Reporter: Ahmad Zainul Khofi

(Humas Infokom)

Preventif Atasi Penyebaran DBD, Klinik Az-Zainiyah Lakukan Fogging Merata di Wilayah Pesantren

nuruljadid.net – Klinik Az-Zainiyah Pondok Pesantren Nurul Jadid melakukan fogging atau pengasapan ke seluruh wilayah santri dan gedung satuan pendidikan. Pengasapan itu dilakukan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo, Puskesmas Kecamatan Paiton dan Bidang Konservasi Lingkungan Hidup (BKLH) Nurul Jadid, Senin (07/08/2023).

Wakil Direktur Klinik Az-Zainiyah Ahmad Kholid Fauzi menjelaskan, pengasapan penting untuk dilakukan di seluruh sarana pesantren untuk mengantisipasi penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan oleh gigitan nyamuk.

“Karena dengan melakukan fogging, bisa meminimalisir perkembangan nyamuk penyebar DBD,” imbuhnya saat diwawancarai oleh Tim Nurul Jadid Media.

Dijelaskan Kholid, fogging dilakukan di asrama santri setelah para santri berangkat sekolah, begitupun ketika akan melakukan fogging di lingkungan sekolah/madrasah, sehingga tidak mengganggu aktivitas belajar mengajar santri.

“Ada tiga tim petugas yang bekerja melaksanakan fogging tersebut, kami berpencar ke setiap wilayah agar pelaksanaan fogging dapat tersebar secara merata. Targetnya, pelaksanaan ini akan selesai dalam sehari pelaksanaan,” jelasnya.

Wadir Klinik Az-Zainiyah Ahmad Kholid Fauzi tengah mengajak pengurus untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

Selain itu, lanjut dia, pihaknya mengajak para jajaran pengurus untuk andil mengingatkan para santri dan bersama melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di lingkungan masing-masing. Yakni, dengan melaksanakan 3M (menguras, mengubur dan menutup tempat penampungan air).

“Kami juga mengimbau kepada seluruh elemen di pesantren untuk senantiasa menjaga kondisi stamina tubuh dan kecukupan cairan tubuh. Karena saat stamina menurun, mudah terjangkit penyakit, termasuk DBD,” pungkasnya.

 

Reporter: Ahmad Zainul Khofi

(Humas Infokom)

Kunjungi Nurul Jadid, Komisi X DPR RI Periode 2009-2014 Berbagi Tips Menjadi Pemimpin untuk Santri

nuruljadid.net ­– Rombongan anggota eks Komisi X DPR RI periode 2009-2014 lakukan kunjungan dalam format sapa santri di Pondok Pesantren Nurul Jadid pada hari Kamis (03/08/2023) pagi. Kunjungan tersebut dibungkus  dalam acara Talkshow Kepemimpinan yang mengusung tema: Aset Negara “Hari ini Santri, Esok Pemimpin Negeri”.

Kunjungan ini disambut langsung oleh Rektor Universitas Nurul Jadid sekaligus Kepala Pondok Pesantren Nurul Jadid KH. Abdul Hamid Wahid. Dimana beliau juga merupakan eks anggota Komisi X DPR RI pada periode tersebut (2009-2014) yang tugasnya berfokus dalam masalah pendidikan kebudayaan, olah raga, perpustakaan dan pariwisata.

Selain itu, juga turut menyambut Sekretaris Pesantren H. Tohir, KH. Faiz AHZ selaku Warek 4 Universitas Nurul Jadid, Ahmad Sahidah dan delegasi organisasi santri putra dan putri baik dari tingkat SLTP, SLTA hingga mahasiswa.

Dalam kesempatan tersebut, bapak Syamsul perwakilan eks Komisi X DPR RI menyampaikan pentingnya pendidikan, bahwa semakin tinggi pendidikan kita, maka kita juga memiliki potensi atau peluang untuk bisa memanfaatkan sumber daya alam secara lebih besar lagi.

“Harapan saya, kalian jangan puas hanya di pesantren saja, tapi bisa terus berlanjut ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi sampai tingkat s2, doktor dan seterusnya,” tuturnya saat memberikan sambutan.

Kalian sebagai santri, Bapak Samsul melanjutkan, akan selalu berhadapan dengan kompetisi dalam hidup ini. Baik dengan sesama santri ataupun anggota masyarakat. Oleh karena itu, kalian harus mampu meningkatkan keunggulan kompetensi masing-masing. Dan Itu kira-kira gambaran umum terkait bagaimana cara untuk menjadi pemimpin di masa yang akan datang.

(Potret Bapak Samsul ketika menyampaikan sambutan sebelum acara Talkshow dimulai)

“Tugas kalian sekarang adalah belajar dengan maksimal. Menyiapkan potensi yang dimiliki sebaik mungkin. Karena pemimpin itu terbatas, sementara yang mau menjadi pemimpin itu banyak. Dan tidak semua bisa menjadi pemimpin. Sehingga yang bisa terpilih menjadi seorang pemimpin hanya mereka yang mempunyai keunggulan-keunggulan komperatif dan kompetitif,” imbuhnya.

Usai sambutan, acara berlanjut dengan kegiatan Talkshow. Acara berjalan dengan meriah dan lancar. Audien dari kalangan organisasi santri Nurul Jadid sangat menikmati acara tersebut. Pasalnya, narasumber tak hanya berfokus menyampaikan materi saja, akan tetapi sering menyelipkan candan dalam penyampaiannya. Sehingga audien tidak merasa bosan.

Setelah itu, narasumber memberikan kesempatan sesi tanya jawab berhadiah bagi santri. Kesempatan itu hanya terbatas untuk dua orang penanya saja. Selanjutnya acara ditutup dengan doa.

Paska acara, eks Komisi X DPR RI melakukan foto bersama audien sebagai bentuk dokumentasi dan kenang-kenangan untuk para santri.

 

(Humas Infokom)

Selain Furudhul Ainiyah, Santri Baru Belajar Penanggulangan Bahaya Narkoba

nuruljadid.net – Santri baru selain memperoleh ilmu agama (Furudhul ‘Ainiyah), juga belajar penanggulangan bahaya narkoba. Ini bentuk kepedulian pesantren pada santri agar terbebas dari ancaman bahaya narkoba. Hal itu dilakukan melalui kegiatan Sosialisasi Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) bersama Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa Timur, Sabtu (05/07/2023). Ribuan santri hadir dalam acara sosialisasi di Aula I Pesantren.

Turut hadir dalam acara tersebut, Pengasuh Pesantren KH. Mohammad Zuhri Zaini, Asisten I Plt Bupati Kabupaten Probolinggo Mansyur, Kepala Sub Bagian Protokol Pemkab. Probolinggo Hermanto, Ketua Tim Pencegahan Narkoba BNNP Jawa Timur Indah Purnamasari, Tim BNNP Jawa Timur, Sekretaris Pesantren Tahiruddin dan sejumlah pengurus pesantren.

Pengasuh Pesantren KH. Mohammad Zuhri Zaini dalam sambutannya menyampaikan, tujuan diselenggarakan kegiatan ini adalah untuk memberi pengetahuan NAPZA kepada santri, bukan untuk mencoba, agar santri bisa menjauhinya.

“Penerus bangsa harus tahu terhadap bahaya narkoba agar bisa mencegahnya. Kalau kecanduan maka akan sulit menghindarinya,” jelas beliau.

Ancaman kepada negara dan bangsa, lanjut Kiai Zuhri, datang dari dua arah, yaitu terorisme dan obat-obatan terlarang atau NAPZA. Beliau menjabarkan, NAPZA membuat penggunanya merasa senang (kecanduan, Red), sementara terorisme mengancam dan menakutkan.

“Penyebaran obat-obatan, jika tidak dicegah, akan banyak pemuda yang terseret hingga dia tidak punya masa depan,” imbuhnya.

Sementara itu, Indah Purnamasari dimandatkan sebagai pemateri. Ia menyampaikan kegiatan sosialisasi NAPZA ini merupakan langkah BNNP Jatim dalam upaya memberantas penyebaran NAPZA di kalangan pemuda, khususnya santri.

“Bukan tidak mungkin santri yang menempuh pendidikan di pesantren menjadi sasaran dari narkoba. Usia santri yang muda dan labil lebih cenderung ingin selalu mencoba sesuatu yang baru, salah satunya narkoba dengan berbagai modif penawaran,” tuturnya.

Indah menegaskan, perang melawan narkoba harus dilakukan dengan sinergi bersama, tidak bisa dilakukan secara individu instansi. Melibatkan BNNP Jawa Timur dalam acara Sosialisasi NAPZA ini merupakan wujud sinergi bersama dalam menggerakkan santri untuk melawan NAPZA.

 

Reporter: Ahmad Zainul Khofi

(Humas Infokom)

Abang Mi’ing dan Abah Qomar Edukasi Santri Lewat Komedi Menjadi Pemimpin Negeri

nuruljadid.net – Kamis, 03 Agustus 2023 anggota komisi X DPR RI periode 2009-2014 bersilaturrahmi ke Pondok Pesantren Nurul Jadid dalam program sapa santri di Aula 1 pesantren. Pasalnya, mereka telah mengambil langkah inovatif dalam upaya mendidik dan membentuk calon pemimpin masa depan Indonesia dengan cara unik melalui komedi.

Dua dari tiga belas jumlah rombongan eks komisi X DPR RI, abang Mi’ing nama panggung dari Tubagus Dedi Suwendi Gumelar dan abah Qomar memadukan pendidikan dan hiburan sebagai media edukasi santri. Pendekatan ini bertujuan untuk menginspirasi dan membekali santri dengan keterampilan kepemimpinan melalui cara yang unik dan menarik.

Inspirasi dari Komedi:

Metode ini terinspirasi oleh pengalaman sukses mereka sejak terjun di dunia seni, di mana pendekatan edukasi yang inklusif dan menghibur telah terbukti lebih efektif dalam menyampaikan pesan kepada audiens. Abang Mi’ing dan abah Qomar dari eks Komisi X DPR RI memutuskan menggunakan komedi dalam rangka mendukung perkembangan santri sebagai pemimpin masa depan yang berintegritas, berpikiran terbuka, dan memiliki keterampilan interpersonal yang baik.

Abang Mi’ing dan Abah Qomar Edukasi Santri Lewat Komedi Menjadi Pemimpin Negeri

Komedi sebagai Medium Pendidikan:

Dalam program sapa santri tersebut, para santri mengikuti dan menyimak dengan seksama penyampaian dan pesan moral yang dibawakan menggunakan elemen-elemen komedi layaknya stand-up comedy. Permainan kata-kata yang saling sahut-sahutan berhasil mengundang tawa para santri dan audiens yang hadir. Abang Mi’ing dan abah Qomar menjelaskan konsep kepemimpinan, etika, manajemen waktu, dan berbagai keterampilan sosial lainnya. Bahwa santri hari ini adalah pemimpin negeri di masa yang akan datang.

Penguatan Kreativitas dan Percaya Diri:

Pendekatan edukasi lewat komedi ini bertujuan untuk memperkuat kreativitas dan percaya diri para santri, serta mengajarkan mereka bagaimana berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif. Dengan melibatkan santri dalam kegiatan yang bersifat komikal dan menghibur, diharapkan bahwa mereka akan lebih terbuka terhadap pembelajaran dan lebih siap menghadapi tantangan dunia nyata.

Transformasi Karakter:

Program ini juga memiliki fokus kuat pada pembentukan karakter. Melalui situasi komikal dan cerita lucu, para santri secara tidak langsung diajarkan nilai-nilai kepemimpinan yang mencakup integritas, tanggung jawab, kerja sama, dan empati. Dengan demikian, mereka tidak hanya belajar keterampilan praktis, tetapi juga membangun fondasi moral yang kuat sebagai calon pemimpin bangsa.

Melalui pendekatan edukasi yang kreatif ini, abang Mi’ing dan abah Qomar memberikan contoh inspiratif tentang bagaimana pendidikan dan penyampaian pesan dapat disajikan dengan cara yang menyenangkan dan berdampak. Diharapkan, generasi santri khususnya santri Pondok Pesantren Nurul Jadid akan mampu mengemban tanggung jawab kepemimpinan dengan visi, integritas, dan semangat yang tinggi.

 

(Humas Infokom)

Hadapi Tantangan Tradisi Keilmuan Islam di Era Modern, PDF Motivasi Santri Belajar Kitab Kuning

nuruljadid.net – Dalam rangka melestarikan tradisi keilmuan islam di tengah kepungan tantangan era modern, Pendidikan Diniyah Formal (PDF) Nurul Jadid menggelar Seminar Motivasi Belajar Kitab bagi santri, Jum’at (04/08/2023). Seminar menghadirkan pembicara Pembina Kendali Mutu Pusat Pendidikan Diniyah Formal, Musholli Riyadi.

Dalam pemaparannya saat sesi pematerian di Aula I Pesantren, Musholli Riyadi mengatakan seorang santri harus menekuni belajar kitab kuning. Ia menilai kitab kuning merupakan salah satu penyangga terkuat pondok pesantren.

“Tanpa kitab kuning, maka lembaga pendidikan belum layak disebut pesantren. Inilah yang membedakan santri dan pelajar,” imbuhnya.

Saat ini, lanjut Musholli, banyak santri ditengarai tidak suka belajar kitab klasik. Padahal, pemahaman terhadap ajaran Islam tidak akan sempurna tanpa mempelajari kitab tersebut.

“Santri harus belajar di pesantren tanpa mengenal batas waktu. Kalau mengenal batas waktu dalam belajar, itu bukan belajar di pesantren, tapi di madrasah (sekolah, Red),” jelasnya.

Kemudian, penceramah kondang itu memotivasi santri agar tidak enggan belajar kitab kuning. Menurutnya, belajar kitab kuning itu mudah, setidaknya dimulai dengan belajar ilmu nahwu dan shorof.

“Jadikan nahwu shorof sebagai alat untuk membaca dan memahami kitab kuning,” pintanya.

Spesifikasi ilmu pengetahuan dan teknologi di era modern ini sangat dibutuhkan. Begitu pula, ungkap Musholli, pengetahuan kitab kuning juga menjadi kebutuhan mendasar saat tantangan keilmuan semakin kalang kabut.

 

Reporter: Ahmad Zainul Khofi

(Humas Infokom)

 

Implementasi Kurikulum MBKM, UNUJA Libatkan Mahasiswa FKES ke Sejumlah Rumah Sakit di Daerah Tapal Kuda

nuruljadid.net – Dalam rangka implementasi program Kurikulum Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM), Fakultas Kesehatan Universitas Nurul Jadid (UNUJA) terjunkan 78 mahasiswa semester genap untuk menjalani praktik ke 8 Rumah Sakit di Daerah Tapal Kuda. Kegiatan praktik ini dimulai Senin (24/07) dan akan berakhir pada Sabtu (19/08).

Dengan rinci, pembagian lahan praktik dipetakkan berdasarkan jenjang semester dan materi yang ditempuh. Mahasiswa semester 2 di Rumah Sakit Wonolangan, Besuki dan Elizabeth Situbondo; mahasiswa semester 4 melakukan praktik di  Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Waluyo Jati dan Elizabeth Situbondo; mahasiswa semester 6 bertempat di RSUD Dr. H. Koesnadi Bondowoso; mahasiswa semester 8 di RSU Dr. Mohamad Saleh Probolinggo dan Klinik Az-Zainiyah Nurul Jadid.

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Zainal Munir menjelaskan tujuan dilaksanakannya praktik ini, bahwa sudah menjadi kewajiban bagi mahasiswa semester genap untuk menyelesaikan beberapa mata kuliah berupa pelaksanaan secara nyata dari apa yang disebutkan dalam teori, yang tentu membutuhkan lahan praktik.

“Selain itu, tujuan kegiatan praktik ini untuk melatih mahasiswa mengasah keterampilan keperawatan, pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan bahkan sampai evaluasi,” jelasnya kepada Tim Nurul Jadid Media, Rabu (02/08).

Foto bersama Mahasiswa Fakultas Kesehatan Mahasiswa UNUJA

Klasifikasi materi, lanjut Munir, di setiap semesternya berbeda dan berjenjang: mahasiswa semester 2 mendapatkan materi kebutuhan dasar manusia; mahasiswa semester 4, departemen keperawatan anak dan keperawatan maternitas; mahasiswa semester 6, keperawatan medikal bedah dan keperawatan jiwa; dan mahasiswa semester 8 mendapat bagian keperawatan gawat darurat (emergency nursing).

“Selama menjalankan kegiatan praktik ini, mahasiswa wajib mencapai 36 target keterampilan,” imbuhnya.

Demi produktifitas capaian program yang baik, Fakultas Kesehatan UNUJA mewajibkan mahasiswa untuk memberikan laporan kerja praktik di setiap pekannya. Laporan tersebut meliputi, Laporan Pendahuluan (LP), Laporan Asuhan Keperawatan, Pendidikan Kesehatan dan presentasi jurnal khusus di pekan terakhir.

“Dengan adanya pelaporan kegiatan, selain menunjang produktifitas mahasiswa, hal ini juga diharapkan dapat menemukan temuan-temuan baru dalam ilmu keperawatan yang menjadi sumbangsih bagi lingkungan akademisi keperawatan,” pungkasnya.

 

Reporter: Ahmad Zainul Khofi

(Humas Infokom)

Raih Juara Umum Se-Jawa Bali, PBDNJ Borong Piala di Kejuaraan Pencak Silat Banyuwangi

nuruljadid.net – Sejumlah atlet Perguruan Bela Diri Nurul Jadid (PBDNJ) kembali sukses meraih Juara Umum untuk kesekian kalinya. Pada kesempatan ini, mereka mengikuti Kejuaraan Pancak Silat yang digelar di IAI Ibrahimy Genteng, Banyuwangi.

Ketua Umum PBDNJ Gus Shollahudin Wahid mengucapkan rasa syukurnya atas kemenangan yang diraih para atlet PBDNJ sehingga bisa meraih Juara Umum. Hal ini merupakan hasil dari bentuk ikhtiar dan keistiqomahan para atlet dalam berlatih mempersiapkan mental dan fisik sebelum bertanding.

(Ucapan selamat kepada tim PBDNJ yang berhasil mengharumkan almamater oleh ketua umum Gus Shalahuddin Wahid)

Menurut keterangan dari salah satu pelatih PBDNJ, para atlit yang telah dipilih itu diwajibkan untuk mengikuti pembinaan secara khusus dan intensif selama satu bulan sebelum mengikuti perlombaan. Dalam masa itu, mereka digembleng dan diperhatikan betul mulai dari kebugaran fisik, hingga mental mereka agar terus terjaga dan tidak sakit sebelum bertanding.

Kegiatan tersebut diselenggarakan selama tiga hari berturut-turut sejak tanggal 28-30 Juli 2023. PBDNJ menurunkan 27 pesilatnya dalam kejuaraan ini. Hingga berhasil memborong piala, emas, perak dan perunggu.

(Potret Kebahagiaan tim PBDNJ disaat berhasil dinobatkan sebagai Juara Umum dalam Even Pancak Silat Pagar Nusa se Jawa Bali di Genteng Banyuwangi)

Ustaz Akil berpesan agar selalu istiqomah dalam berproses. “Jangan pernah mengharap hasil, tapi tetaplah berproses agar kau berhasil,” ungkapnya kepada tim Nurul Jadid Media.

Berikut nama-nama pemenang dalam kejuaraan Piala Rektor III IAI Ibrahimy Banyuwangi :

  1. M.Khoiril Widad juara 1 A pra remaja (SMPNJ)
  2. Ahmad Zaini juara 1 B pra remaja (SMPNJ)
  3. Gey Sandi A juara 1 C pra remaja (MTsNJ)
  4. Akbaruddin Holqi A juara 2D pra remaja (SMPNJ)
  5. Bangga putra M juara 3 E pra remaja (SMPNJ)
  6. Prayogi Firmansyah juara 2 B remaja (MANJ)
  7. Riski Romadoni juara 1 C remaja (MTsNJ)
  8. M. Ubaidillah juara 1 & pesilat terbaik D remaja (MANJ)
  9. Dimas Maulana S juara 2 E remaja (SMANJ)
  10. Nabil Rasiqin R E juara 3 remaja (SMANJ)
  11. Aditya Rizki a.s juara 1 B remaja (MAN 1 Probolinggo)
  12. Sulton Unuja juara 2 A dewasa (Universitas Nurul Jadid)
  13. Ridhwan Fadilah Unuja juara 2 B dewasa (Universitas Nurul Jadid)
  14. Mahbubillah juara 2 D dewasa (Universitas Nurul Jadid)

 

(Humas Infokom)

Khidmat, Kiai Ahmad Madarik Resmikan Program Baru Asrama PPIQ

nuruljadid.net – Direktur Asrama Pusat Pendidikan Ilmu Al-Qur’an (PPIQ) Kyai Ahmad Madarik, S.E, resmikan program baru yang diberi nama “Kader Muallim Qur’an” (KMQ) pada hari Minggu (30/07/2023) siang. Peresmian tersebut berlangsung di Aula Mini Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Turut hadir dalam acara KH. Imdad Rabbani selaku Kepala Biro Pendidikan, Ustadz H. Rusdi Aziz sebagai wakil direktur PPIQ, Ustadz Alif Hidayatullah selaku Sekretaris Biro Kepesantrenan, Pengurus PPIQ dan wali santri dari peserta yang mengikuti program KMQ.

Program KMQ ini merupakan program baru yang diadakan oleh PPIQ bekerjasama dengan Biro Kepesantrenan. Tujuan dari program ini untuk mencetak santri yang bisa membaca Al-Qur’an dengan baik, fashih, berbahasa arab dan membaca kitab dasar.

Dalam sambutannya, Direktur PPIQ Kyai Ahmad Madarik menjelaskan Program KMQ. Mulai dari tujuan, kegiatan harian, kitab kajian, hingga harapan kedepannya. Dimana Program KMQ wajib diikuti oleh peserta didik selama 4 tahun. Dua tahun digunakan untuk pembelajaran, sedangkan dua tahun sisanya digunakan untuk masa pengabdian dan pembinaan kitab lanjutan dengan mengkaji kitab klasik seperti kitab safina, akidatul awwam, tasirul khallaq, haqqut tilawah dan lain sebagainya. Sementara itu, untuk pembinaan Al-Qur’an, KMQ mengadopsi sistem pembelajaran yang dipakai di Pesantren Ilmu Quran (PIQ) Singosari Malang, yakni metode Jibril.

Direktur juga turut memohonkan dukungan kepada walisantri agar putranya tidak sering pulang, agar pembelajaran dan pembinaan di KMQ bisa berjalan dengan semaksimal mungkin.

“Juga mohon dukungannya dari panjenengan agar putranya tidak sering pulang. Pulang cukup hanya ketika libur pesantren saja. Kecuali darurat atau ada keperluan mendesak yang tidak bisa ditinggal,” pinta beliau.

Kemudian, beliau menyampaikan harapan kedepannya dari pembinaan KMQ.

“Harapannya selain mereka mendapatkan ilmu, mereka juga akan mendapakan pengalaman. Minimal pengalaman mengajar,” tutur beliau.

(Kyai Ahmad Madarik selaku Direktur PPIQ ketika melakukan proses penandatanganan pakta integritas bersama wali santri dan peserta didik KMQ)

Acara berlanjut dengan sesi dialog antara walisantri. Setelah itu, dilanjutkan dengan penandatanganan pakta integritas oleh walisantri sebagai perjanjian sekaligus izin dari walisantri untuk merestui putranya mengikuti program KMQ tersebut selama empat tahun kedepan.

Ditengah-tengah acara, terdapat Demonstrasi Penampilan dari peserta didik KMQ. Mereka menampilkan hasil dari proses pembelajaran di KMQ yang telah berlangsung selama dua bulan. Diawali dengan membaca Al-Qur’an menggunakan dua nada yang berbeda. Selanjutnya ditampilkan pula percakapan santri menggunakan bahasa Arab beserta translatenya ke dalam bahasa Indonesia.

Acara berakhir dan ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh Ustadz Alif Hidayatullah.

 

(Humas Infokom)

Antara News : Ponpes Nurul Jadid Kiblat Peradaban Indonesia Tahun 2045

nuruljadid.net – 22 tahun dari sekarang, kita akan menyaksikan momentum bersejarah, sebab Indonesia genap berusia 100 tahun atau satu abad. Berangkat dari hal ini yang menjadi salah satu alasan munculnya ide, wacana, dan gagasan Generasi Emas 2045.

Mewujudkan Indonesia Emas 2045 merupakan langkah permerintah dalam membangun Indonesia agar kelak menjadi megatrend dunia yang semakin syarat akan persaingan super ketat.

Dalam mewujudkan hal tersebut, Pemerintah membangun pilar Visi Indonesia 2045 sebagai bahan acuan untuk memanifestasikan cita-cita bangsa demi Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian, sebagai pedoman setiap langkah pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan. Pencapaian impian dan visi Indonesia 2045 dibangun dengan 4 pilar berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar berbangsa, bernegara dan konstitusi.

Keempat Pilar Visi Indonesia 2045 itu adalah pembangunan manusia serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pembangunan ekonomi berkelanjutan, pemerataan pembangunan serta pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola kepemerintahan.

Tujuan dari empat pilar Indonesia itu adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, serta keadilan sosial.

Mimpi besar itu akan berekses pada lembaga pendidikan pesantren. Sebab itu, Pesantren idealnya tak cukup hanya mempertahankan tradisi-tradisi kepesantrenan. Pesantren harus bergerak lebih maju dalam menyambut tantangan arus globalisasi.

Pesantren tidak boleh alergi dengan kemajuan teknologi yang makin hari kian berkembang. Arus perubahan teknologi yang begitu cepat ini, berharap agar pesantren mampu beradaptasi dan merangkulnya.

Lembaga pendidikan Islam seperti pesantren jika hanya berkutat pada budaya-budaya yang “dipandang” sebagai budaya paten dan menutup diri dengan budaya baru, tidak menutup kemungkinan akan mengalami hambatan-hambatan dalam mewujudkan pendidikan bermutu (quality education) untuk menciptakan sumber daya manusia yang baik.

Salah satu pesantren yang tidak menjadikan arus perkembangan teknologi sebagai momok bagi karakter pesantren adalah Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo. Pesantren ini memiliki nilai-nilai ideologis yang telah mengakar pada sistem pendidikan, pengaderan, dan aktivitas keseharian santri.

Idiom ini telah terpopulerkan melalui trilogi dan panca kesadaran santri Pondok Pesantren Nurul Jadid. Ruh ini pun yang menjadi spirit KH. Zaini Mun’im saat mendirikan pesantren. Kiai Zaini tahu bahwa akan ada perkembangan zaman yang kelak harus disambut oleh pesantren.

Penyambutan itu harus dilandasi dengan karakter pesantren yaitu, ilmu. Sebab peradaban ilmu telah mengakar di dunia pesantren. Ilmu adalah satu-satunya sarana untuk melanggengkan visi-misi pesantren dalam berbagai kondisi dan tempat yang berbeda-beda.

(Santri Nurul Jadid pengibar bendera merah putih saat upacara peringatan Hari Santri Nasional)

Internalisasi spirit nilai Kiai Zaini terjewantahkan melalui prinsip pesantren yang dikenal dengan trilogi dan panca kesadaran santri.

Lahirnya prinsip ini tak lepas dari bacaan Kiai Zaini berkait perkembangan dunia, termasuk Indonesia. Menurut pengasuh Ponpes Nurul Jadid KH. Moh. Zuhri Zaini, hakikat santri adalah Islam Nusantara. Santri adalah kiblat keislaman yang damai, ramah, sejuk, dan pemersatu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bahkan di antara sesama manusia.

Pesan itu menggambarkan betapa progresifnya pemikiran Kiai Zuhri dalam membaca dunia. Berbicara Islam tak hanya berkutat pada wacana keagamaan. Lebih dari itu, agama yang “dinahkodai” oleh Nabi Muhammad ini membincang seluruh aspek pengetahuan. Sebagai ajaran ilahi, Islam terus mentransformasikan nilai-nilai progresivitas menyambut kedatangan arus perubahan yang sangat cepat.

Kiai Zaini sadar, pesantren sebagai satu-satunya lembaga pendidikan tertua di negeri kita merupakan benteng yang tangguh untuk adaptif terhadap kondisi apapun.

Tetobosan-terobosan Pondok Pesantren Nurul Jadid dalam menyambut tahun 2045 telah dibunyikan melalui Program Induk Pesantren (PIP) 20 tahun jauh ke depan sebagai blueprint arah pengembangan pesantren.

Pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia tengah mendapatkan perhatian sangat serius dibuktikan dengan pelatihan dan pengembangan dengan berbagai kursus dan workshop. Pemasaran teknologi pun juga dikenalkan ke kalangan masyarakat pesantren, dengan disediakannya asrama jurusan teknologi yang terintegrasi dengan pendidikan formal.

Pondok Pesantren Nurul Jadid juga berkomitmen membangun ekonomi keummatan melalui alumninya yang terhimpun dalam wadah organisasi Pembantu Pengurus Pondok Pesantren Nurul Jadid (P4NJ). Pengembangan dan peningkatan ekonomi masyarakat merupakan salah satu gerakan yang terus diimpi-impikan, dan menjadi cita-cita luhur pesantren yang lokasinya terletak tidak jauh dari masyarakat nelayan ini.

Tentu spirit untuk mencetak generasi emas telah terbumikan melalui program-program yang ada di satuan kerja pesantren saat ini. Dengan itu, selayaknya Pondok Pesantren Nurul Jadid dinobatkan menjadi kiblat peradaban menyambut Indonesia Emas 2045.

 

Sumber : https://jatim.antaranews.com/berita/719733/ponpes-nurul-jadid-kiblat-peradaban-indonesia-tahun-2045

Laziskaf Az-Zainiyah Nurul Jadid Berbagi Kebahagiaan Pada Muharram Ceria Bersama Anak Yatim

nuruljadid.net – Laziskaf Az-Zainiyah Nurul Jadid memperingati 10 Muharram 1445 H dengan berbagi kebahagiaan bersama anak yatim. Mengusung Muharram Ceria, Laziskaf Az-Zainiyah memberi paket santunan kepada 112 anak yatim. Pembagian dilakukan pada tiga titik di wilayah kabupaten Probolinggo khususnya sekitar Pondok Pesantren Nurul Jadid (29/07/2023).

Kepala Laziskaf Az-Zainiyah KH. Fahmi AHZ menyampaikan bahwa santunan ini merupakan bagian kecil yang bisa pesantren kontribusikan kepada masyarakat khususnya anak yatim.

“Kami sangat bersyukur bisa berbagi bersama anak Yatim di bulan Muharram ini. Kegiatan ini rutin kami lakukan sebagai salah satu program Laziskaf Az-Zainiyah, bentuk kontribusi pesantren kepada masyarakat khususnya di Probolinggo,” tutur beliau saat kru Nurul Jadid Media menggali informasi kepada pengurus yang terlibat. (29/7/2023).

(Kegiatan santunan Muharram Cerita bersama Anak Yatim desa Karanganyar di eNJe Mart)

Perwakilan Laziskaf Az-Zainiyah Sholihin mengatakan, ada 3 titik pembagian santunan di wilayah Probolinggo. “Kami (pengurus Laziskaf Az-Zainiyah) melakukan kunjungan untuk santunan di 3 titik yang ditentukan. Alhamdulillah kami berkesempatan untuk memberikan secara langsung santunan ini,” ujarnya.

Sholihin berharap santunan ini bermanfaat bagi para mustahiq. “Apa yang kami berikan hanya sedikit dan mungkin tidak ada artinya, ini hanya bentuk rasa syukur kami yang diamanahi untuk berbagi kebahagiaan di bulan Muharram Ceria ini kepada adik-adik, semoga bisa diterima dengan baik dan juga bermanfaat,” imbuhnya.

Ia pun meminta doa kepada para anak yatim agar keluarga besar Pondok Pesantren Nurul Jadid khususnya Laziskaf Az-Zainiyah selalu diberikan kekuatan dan pertolongan dari Allah SWT dalam menjalankan amanah sehingga bisa istiqomah dalam menebar kebahagiaan kepada pihak yang membutuhkan.

(Kegiatan santunan Muharram Cerita bersama Anak Yatim di lembaga pendidikan Al-Ihsan)

Selain itu, Laziskaf Az-Zainiyah juga ikut serta dalam kegiatan santunan dengan lembaga mitra, diantaranya dengan lembaga pendidikan Al-Ihsan Jabung Candi sejumlah 35 anak yatim (28/07/2023) yang menjadi titik awal program.

Keesokan harinya, kegiatan Muharram Ceria dilaksanakan di dua tempat, eNJe Mart sebanyak 51 anak yatim yang bermukim di desa Karanganyar atau sekitar Pondok Pesantren Nurul Jadid. Kemdian, dilanjut kegiatan santunan pada titik ketiga bersama SMPN 1 Gending dengan jumlah 28 anak yatim.

(Kegiatan santunan Muharram Cerita bersama Anak Yatim di SMPN 1 Gending)

Sholihin menceritakan bahwa kegiatan Muharram Ceria ini berjalan sukses dan lancar, selain untuk berbagi kebahagiaan juga sebagai salah satu amalan utama di bulan suci Muharram 1445 H. “Alhamdulillah kegiatan berjalan dengan sukses dan lancar”.

 

 

(Humas Infokom)