Nurul Jadid Rayakan Upacara Peringatan HUT Ke-78 RI ala Santri

nuruljadid.net – Pondok Pesantren Nurul Jadid Kamis pagi merayakan dengan penuh semangat dan meriah upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia yang ke-78 (17/08/2023). Upacara yang mengusung tema “Terus Melaju untuk Indonesia Maju” tersebut dihadiri oleh seluruh santri, guru, dan warga pesantren, serta beberapa tamu undangan spesial dari tokoh daerah setempat.

Dalam suasana khidmat, upacara dimulai pada pukul 08.00 pagi di lapangan utama pesantren. Para santri yang mengenakan pakaian seragam nasional dengan semangat yang tinggi berkumpul di lapangan dengan pengawalan tim Kamtib pesantren untuk menyaksikan bendera Merah Putih berkibar dengan indah di tengah-tengah lapangan.

Gus Salahuddin Wahid sebagai Inspektur Upacara saat memimpin pembacaan teks Pancasila

Inspektur upacara Gus Salahuddin Wahid hadir menggantikan kepala pesantren KH. Abd. Hamid Wahid yang berhalangan hadir. Beberapa tamu undangan VVIP juga ikut memeriahkan hajat tahunan negara tersebut, diantaranya Kepala Biro Pendidikan Kiai Moh. Imdad Rabbani, Kepala BKOSS KH. Makki Maimun Wafi, Sekretaris Pesantren H. Tahiruddin dan beberapa tamu dari unsur pimpinan pesantren juga Unuja.

Pagi itu, suasana lapangan upacara seketika meriah dengan hadirnya penampilan apik dari tim drum band Madrasah Ibtidaiyah Nurul Mun’im (MINM) dengan 70 personil dibawah kepemimpinan Kiai Ahmad Barizi dan dilatih oleh ustaz Misdur Hasan. Personil drum band MINM diketahui terdiri dari siswa-siswi kelas V dan VI yang telah dilatih intensif oleh pembina khusus untuk tampil pada acara puncak HUT RI ke-78.

Salah satu momen puncak dari upacara ini adalah pengibaran bendera Merah Putih yang dilakukan oleh santri terbaik dari berbagai tingkatan. Dengan langkah tegap dan khidmat, pasukan pengibar bendera pusaka (paskibraka) Nurul Jadid dengan formasi dua arah berhasil mencuri perhatian tamu undangan dan peserta upacara. Mereka terdiri dari tim pengibar inti dan tim pengawal 17 dan 45.

Pasukan Inti Pengibar Bendera Merah Putih pada Upacara Peringatan HUT ke-78 Republik Indonesia di Lapangan Utama Pondok Pesantren Nurul Jadid

Tim pengibar bendera berjumlah 9 orang yang dipimpin oleh Zainul Hasan anggota resimen mahasiswa (menwa) Universitas Nurul Jadid tersebut, membantu suksesnya pengibaran bendera merah putih ke puncak tiang sembari diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Para santri dan peserta upacara lainnya tampak dengan khusyuk menyanyikan lagu kebangsaan sambil memberikan penghormatan kepada sang merah putih yang berkibar gagah di langit biru bumi Cahaya baru.

Selain itu, upacara peringatan HUT RI ke-78 ini juga diisi dengan beberapa penampilan diantaranya, drum band MINM yang membawakan tiga lagu, Maju Tak Gentar, Yalal Wathon dan Hymne Nurul Jadid, Perguruan Bela Diri Nurul Jadid juga tak mau kalah dengan menampilkan seni silat dan seni bela diri (tarung). Acara ini tidak hanya menjadi momen untuk merayakan kemerdekaan, tetapi juga sebagai wadah bagi para santri untuk mengekspresikan bakat-bakat seni dan budaya mereka.

Upacara peringatan HUT ke-78 RI di Pondok Pesantren Nurul Jadid ini menjadi bukti nyata bahwa semangat cinta tanah air dan nasionalisme tetap berkobar di berbagai lapisan masyarakat, termasuk di kalangan santri dan lembaga pendidikan Islam. Dengan mengenang perjuangan para pahlawan dan menjaga nilai-nilai luhur bangsa, pesantren ini turut serta dalam membangun masa depan Indonesia yang lebih baik.

 

Link video upacara detik-detik prokamasi : https://www.youtube.com/watch?v=YJTCnMiNyNQ&t=159s

 

 

(Humas Infokom)

Meriahkan HUT NKRI ke-78, Kepala Pesantren Instruksikan 3 Hal

nuruljadid.net – Sejak awal bulan Agustus, seluruh santri Pondok Pesantren Nurul Jadid berlomba-lomba untuk menghias asramanya masing-masing dengan nuansa khas merah putih sebagus mungkin. Kegiatan itu dilakukan untuk memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ke 78 tahun.

Tidak hanya berlaku di asrama saja, akan tetapi juga berlaku di semua  lembaga dan perkantoran yang ada di bawah naungan Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Hal tersebut diperkuat dengan instruksi dari KH. Abdul Hamid Wahid selaku Kepala Pesantren agar turut menyambut dan memeriahkan bulan kemerdekaan. Melalui surat edaran instruksi kepada para pimpinan satuan kerja dan satuan pendidikan pada akhir bulan Juli kemarin, Kepala Pesantren menginstruksikan beberapa hal.

Pertama, membuat banner ucapan dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-78 dengan tema “Terus melaju untuk Indonesia Maju”.

Kedua, memasang dan menghias lingkungan madrasah atau sekolah dan asrama santri dengan atribut peringatan HUT Kemerdekaan RI seperti bendera, umbul-umbul, dan dekorasi sejenisnya dimulai sejak tanggal 1 sampai dengan 31 Agustus 2023. Ketiga, mengadakan kegiatan-kegiatan bernuansa Kemerdekaan RI seperti lomba-lomba.

Selain untuk memperingati dan memeriahkan bulan Kemerdekaan, hal ini juga bertujuan untuk menerapkan salah satu nilai dari Panca Kesadaran Santri yang ke empat, yakni “Kesadaran Berbangsa dan Bernegara.

Dari kegiatan itu, para santri juga berkesempatan untuk menuangkan idenya masing-masing secara artistik untuk menghias asramanya seindah mungkin. Agar lebih meriah, santri juga beradu kekompakan dan ketangkasan melalui lomba-lomba yang digelar oleh pengurus asrama.

Ini membuktikan bahwa para santri juga tetap diajarkan untuk menanamkan serta meningkatkan jiwa patriotisme dan nasionalisme yang tinggi tehadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pasalnya, kemerdekaan Indonesia juga tidak terlepas dari perjuangan para santri yang ikut berperang melawan para penjajah.

(Humas Infokom)

Tingkatkan Pelayanan Santri, Biro PULH Bangun Asrama Baru

nuruljadid.net – Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo selalu berusaha memberikan pelayanan yang baik dan maksimal terhadap para santrinya. Salah satunya dengan dibangunnya asrama baru santri putra sejak awal bulan agustus lalu.

Penanggung jawab dari pembangunan asrama baru tersebut diberikan kepada Biro Pekerjaan Umum dan Lingkungan Hidup (PULH) Pondok Pesantren Nurul Jadid.

“Secara umum, penanggung jawab pembangunan ini ialah Biro PULH. Namun secara teknis, pembangunan ini di handle oleh bagian PU.” Jelas Ustaz Saiful Rizal selaku Sekretaris Biro PULH kepada tim Infokom.

Sedangkan untuk penempatan santri, ketika pembangunan asrama baru ini usai, akan diberikan kepada Biro Kepesantrenan khususnya Kasi bagian Penataan Wilayah dan asrama santri.

Menurut penjelasan dari Ustaz Saiful Rizal, pembangunan asrama tersebut ditargetkan selesai dalam kurun waktu tiga bulan. Mulai dikerjakan sejak awal bulan agustus ini dan akan selesai pada akhir bulan Oktober 2023 mendatang.

“Untuk sementara, Asrama ini akan dibangun menjadi dua lantai dan akan dilengkapi dengan kamar mandi santri,” imbuh Ustaz Saiful Rizal.

Namun, lanjut Ustaz Saiful Rizal, untuk kedepannya, asrama baru ini akan dilanjutkan pembangunannya yang awalnya dua lantai, akan ditambah menjadi tiga lantai. Begitu pula dengan asrama daerah Imam Al-Ghazali yang ada di sebelah utaranya, akan menjadi asrama tiga lantai.

(Potret Pembangunan asrama baru yang sedang dibangun Pesantren Nurul Jadid sejak awal bulan agustus 2023 dari atas)

Dalam pembangunan ini, Biro PULH beracuan kepada Program Induk Pesantren (PIP) yang menentukan target capaian Pesantren selama 40 tahun kedepan, Rencana strategi (Renstra) yang merupakan turunan PIP, dan pelaksanaan target capaian tiap 5 tahun, serta Arah Kebijakan Umum Pesantren (AKUP) yang merupakan turunan jangka pendek dari PIP dan renstra yang dilaksanakan setiap 1 tahun sekali.

“Saat ini pembangunan asrama baru santri itu masih sampai pada tahap pembuatan pondasi,” tuturnya.

“Selain pembangunan asrama baru santri, saat ini Biro PULH juga dalam tahap pengerjaan pembangunan dapur umum pesantren,” pungkasnya.

(Humas Infokom)

Pastikan Ketahanan Santri, Paramedik Posksestren Turut Berjaga Saat Upacara HUT 78 Berlangsung

nuruljadid.net – Pada saat pelaksanaan upacara Kemerdekaan Republik Indonesia ke 78 tahun berlangsung, tim Paramedik Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) turut berjaga di barisan belakang para santri pada Selasa (17/08/2023).

Tujuan penjagaan dari tim paramedik ini ialah untuk memastikan para santri tetap terjaga kesehatannya saat upacara berlangsung. Selain itu, mereka juga bertugas untuk memberikan penanganan pertama kepada para santri apabila terdapat santri yang sakit secara tiba-tiba ketika pelaksanaan upacara.

Menurut penjelasan Muhammad Sholehuddin, salah satu tim paramedik mengatakan bahwa dalam menangani santri yang sakit ketika upacara berlangsung, tahap pertama yang dilakukan Tim paramedik akan melakukan diagnosa sederhana.

“Kami tanyakan dulu apa keluhan yang dialami oleh santri yang sakit itu, apakah pusing, sakit perut, mual, ataupun karena keluhan hal lainnya,” ungkapnya kepada tim Infokom.

Setelah itu, Muhammad Sholeh meneruskan, kami memberikan obat-obatan kepada santri yang sakit disesuaikan dengan sakit yang dikeluhkan. Kami juga berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan pelayanan yang baik kepada santri dalam pelaksanaan Upacara ini sesuai dengan bidang kami, khususnya dalam kesehatan santri.

“Kami juga memberikan roti dan air mineral untuk santri yang sakit agar mereka bisa minum obat yang telah diberikan. Setelah itu, kami memberikan sedikit waktu kepada mereka agar istirahat sejenak, ketika sudah sembuh, kami arahkan kembali ke barisan masing-masing,” imbuhnya.

Dalam melaksanakan penjagaan kali ini, petugas paramedik yang turun di lapangan ketika pelaksanaan upacara HUT 78, ada sebanyak 10 orang. Mereka terdiri dari petugas klinik sebanyak 3 orang dan juga berasal dari organisasi santri siswa “Poskestren” sebanyak 7 orang.

“Jumlah santri yang sakit saat pelaksanaan upacara kali ini ada sekitar 20 santri,” pungkasnya.

(Humas Infokom)

Upgrade Pengetahuan, Pengurus PPIQ lakukan Studi Banding ke Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an Jombang

nuruljadid.net – Pengurus Pusat Pendidikan Ilmu Al-Qur’an (PPIQ) melakukan kunjungan Study Banding ke Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an Jombang pada Selasa (15/08/2023) pagi.

Studi banding itu dilakukan dengan tujuan untuk mengingkatkan pengetahuan Pengurus PPIQ dalam manajemen pembelajaran Al-Qur’an, baik dari program tahsinul qiro’ah ataupun dari program tahfidzul Qur’annya.

Kunjungan itu disambut oleh Mudir 2 Ponpes Madrasatul Qur’an, KH. Syakir Ridwan, Kepala Unit Tahfidzul Qur’an, Ustaz Jalaluddin, dan beberapa pengurus lainnya.

Sementara itu, Rombongan Pengurus PPIQ Nurul Jadid yang turut hadir terdiri dari Direktur PPIQ Kyai Ahmad Madarik, pengurus struktural PPIQ Program Tahsinul Qiro’ah dan Program Tahfidzul Qur’an yang berjumlah dua puluh satu asatidz.

Dalam sambutannya, Mudir Madrasatul Qur’an menceritakan sejarah singkat berdirinya Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an Jombang hingga bisa berkembang seperti saat ini dan program khas yang dijalankan.

“Pondok Madrasatul Qur’an merupakan perpaduan antara sekolah formal dengan Tahfidzul Qur’an,” jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur PPIQ menyampaikan beberapa tujuan dari kunjungan studi banding tersebut. Tujuan yang pertama yakni untuk menyambung tali silaturrahim antara kedua pesantren.

“Selain untuk menyambung tali silaturrahim, kami juga ingin belajar tentang manajemen pengelolaan pembelajaran Al-Qur’an mulai dari awal santri baru masuk hingga wisuda dan pasca wisuda di pesantren ini,” tutur Direktur PPIQ.

Permintaan tersebut lalu dijawab oleh Ketua Unit Tahfidz, Ustaz Jalaluddin. Beliau memaparkan program pembelajaran Al-Qur’an yang ada di Ponpes Madrasatul Qur’an dari awal santri baru masuk hingga proses pengelolaannya dengan baik dan jelas.

Setelah pemaparan pengelolaan pembelajaran Qur’an dari pengurus Madrasatul Qur’an, acara dilanjutkan dengan sesi dialog santai. Dimana pengurus PPIQ mengajukan beberapa pertanyaan yang masih belum dipahami terkait pengelolaan Qur’an secara lebih dalam dan detail.

Selanjutnya, terdapat proses serah terima cinderamata antara kedua pihak. Lalu acara berakhir dengan doa.

Sebelum pulang, pengurus PPIQ dan Madrasatul Qur’an foto bersama sebagai kenang-kenangan.

 

(Humas Infokom)

Peserta MBKM Santri Universitas Nurul Jadid Kembali Mengabdi untuk Berkontribusi di Wakatobi

nuruljadid.net – Wakatobi (14/08/2023), suasana hangat penuh semangat terasa kental kala itu di Pondok Pesantren Nurul Furqon, Wakatobi, Sulawesi Tenggara, menyambut kedatangan mahasiswa angkatan ke 3 yang akan menjalani program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) santri mengabdi di pelosok negeri.

Mahasiswa yang berjumlah 5 orang dari berbagai daerah di Jawa Timur ini tiba di Wakatobi setelah melalui 4 hari 3 malam perjalanan darat dan laut bersama Bapak M. Alief Hidayatullah selaku dosen pendamping. Mereka akan ditempatkan di dua pesantren berbeda, Pondok Pesantren Nurul Furqon asuhan Kiai Sumail dan Pondok Pesantren Al Falah dibawah asuhan Kiai Nur Kholis.

MBKM Santri Mengabdi ini merupakan tindak lanjut nota kesepahaman antara Rektor UNUJA, KH. Abd. Hamid Wahid M.Ag. dengan Bupati Wakatobi, bapak Haliana. MoU antara kedua pihak berlangsung di rumah jabatan bupati Wakatobi beberapa waktu silam saat kunjungan rektor bersama pimpinan pesantren dan rektorat Universitas Nurul Jadid.

Para peserta yang merupakan mahasiswa santri di Kampus berbasis pesantren Universitas Nurul Jadid ini tiba dengan antusiasme tinggi dan tekad kuat untuk memberikan kontribusi positif dalam rangka meningkatkan pemberdayaan pendidikan dan masyarakat sekitar, dengan tetap menghormati dan memperkuat nilai-nilai agama yang ada.

Selama berada di Wakatobi, para santri ini  akan terlibat dalam berbagai kegiatan pengembangan pendidikan di sekolah, kegiatan sosial kemasyarakatan di masjid-masjid seperti membina majelis taklim, taman pengajian alquran (TPQ) dan mengajar di sekolah dasar selama 6 bulan ke depan.

Kedatangan peserta KKN – MBKM Santri Mengabdi di Wakatobi telah memperkuat semangat kolaborasi antara mahasiswa, pesantren dan masyarakat lokal. Mereka berkomitmen untuk bekerja bersama dalam mencapai perubahan positif dan berkelanjutan di berbagai sektor utamanya sektor pendidikan, keagamaan, dan hal yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat.

“Diharapkan bahwa kontribusi yang diberikan oleh para Santri Mengabdi ini akan memberikan dampak jangka panjang yang berharga bagi Wakatobi khususnya kecamatan Tomia dan Indonesia pada umumnya.” Tutur bapak M. Alief Hidayatullah.

 

 

 

(Humas Infokom)

Veve Zulfikar Gaungkan Sholawat Nahdliyah Karya KH. Hasan Abdul Wafi di Bumi Cahaya Baru

nuruljadid.net – Syarifah Veryal Eisha Aqila Zulfikar Basyaiban Al-Idrisi Al-Hasani atau yang sering dikenal dengan Veve Zulfikar Basyaiban ini memiliki banyak prestasi di usia muda. Beberapa hari lalu tepatnya Minggu sore (13/08/2023), dara muda yang piawai melantunkan sholawat dan qasidah tersebut berkunjung ke Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Veve Zulfikar didampingi langsung oleh kepala pesantren KH. Abd. Hamid Wahid dari Surabaya usai menghadiri kegiatan bersama. Pelantun sholawat Nahdliyah karangan Kiai Hasan Abdul Wafi ini lantas disambut dengan sorak bahagia ribuan santri putri di Aula I meskipun dipersiapkan mendadak. Hal ini bukti magnet Veve Zulfikar dapat menarik antusiasme para santri Nurul Jadid.

Veve Zulfikar saat melantunkan sholawat di Aula I Pondok Pesantren Nurul Jadid

Ayah Veve yang sering dipanggil “Abah Zulfikar” setelah ditelusuri memang gemar memperdengarkan shalawat kepada anak-anaknya sedari kecil. Itulah yang membuat keluarga Abah Zulfikar sangat akrab dengan lantunan shalawat dan qori.

Diceritakan pada kesempatan lain, saat pertama kali Veve mendengar shalawat semasa kecil adalah shalawat nariyah dan lagu ya Asyiqol Musthofa. Abahnya selalu giat mengajarkan Veve untuk bisa menguasai lagu dan shalawat dengan semangat.

“Pernah sih aku sempat putus asa, tapi Abah selalu bilang aku tuh gak boleh gitu, harus belajar lebih giat lagi, pokoknya aku selalu dapat semangat dari Abah,” kata Veve.

Veve Zulfikar saat menyapa ramah ribuan santri di Aula I Pondok Pesantren Nurul Jadid sambil melantunkan sholawat

Belajar shalawat tentunya tidak mudah bagi gadis asal Sidoarjo tersebut. Apalagi saat pertama belajar Veve masih berusia yang sangat muda, ada beberapa hambatan seperti mencari nada yang pas, belajar cengkok shalawat, dan penghayatan dari setiap syairnya. Tetapi bersama abahnya yang juga menjadi inspirator Veve, hambatan tersebut dengan mudah dilewatinya.

Menurut Veve belajar shalawat itu bermanfaat sekali, mulai dari perkara dunia ataupun akhiratnya, semua bisa kita dapat. “Salah satunya kita akan mendapatkan syafa’at Rasulullah Sallaluhu ‘alaihi wasallam,” jelas Veve.

Veve Zulfikar saat berinteraksi dan ngobrol santai dengan santri putri di Aula I Pondok Pesantren Nurul Jadid

“Shalawat juga menyambung tali silaturahmi, menjadi banyak saudara dan banyak teman,” tambah Veve.

Suasana aula saat itu dipenuhi dengan lantuan sholawat yang dibawakan oleh suara indah Veve Zulfikar dan diikuti oleh ribuan santri putri yang hadir. Khusyuk nan syahdu menggambarkan kondisi malam itu yang dimulai sekitar pukul 18.00 ba’da sholat maghrib berjamaah.

Kepala pesantren Kiai Hamid melakukan foto bersama Veve Zulfikar dan tamu serta ribuan santri putri di Aula I Pondok Pesantren Nurul Jadid

Pada kesempatan yang sama kepala pesantren sempat memberikan sambutan singkat akan pentingnya kreativitas seni dan sholawat. Sebelum meninggalkan lokasi acara, kiai Hamid memberikan cinderamata kepada Veve sebagai kenang-kenangan bahwa ia pernah menginjakkan kakinya di Nurul Jadid, bumi Cahaya Baru.

 

(Humas Infokom)

Kiai Hamid Terima Penghargaan Atas Prestasi Nurul Jadid Sebagai Pesantren Pertama di Indonesia yang Mengajarkan Bahasa Mandarin

nuruljadid.net – Kepala Pondok Pesantren Nurul Jadid KH. Abdul Hamid Wahid menerima penghargaan Widyaiswara dari Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) dalam acara peringatan HUT ke-78 RI yang digelar oleh Komunitas Grup Arek Suroboyo (GAS) di Surabaya, Jum’at (11/08/2023).

Momentum tersebut menjadi sebuah refleksi bangsa Indonesia untuk memperkuat rasa nasionalisme dan patriotism, khususnya warga kota setempat.

“Jadi, kami berusaha untuk lebih merangkul semua teman-teman lebih cinta lagi agar bisa bersama-sama membangun negara dengan lebih baik lagi dengan kasih dan persahabatan,” kata perwakilan GAS, Tania, di sela acara di Surabaya, Jumat malam.

Dia berharap seluruh masyarakat Indonesia lebih menjunjung semangat persatuan, sehingga mampu mengikis pemikiran yang bisa berdampak pada kondisi stabilisasi negara.

“Harapannya ke depannya kami bisa lebih damai, sejahtera, lebih banyak saling mengasihi, dan saling tepo sliro,” pungkasnya.

Selain itu, pada acara tersebut juga digelar penyerahan piagam apresiasi kepada Kepala Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, Kiai Haji Abdul Hamid Wahid sebagai pemrakarsa pondok pesantren berbasis mandarin pertama di Indonesia.

Bapak Muchamad Taufik dari Widyaiswara Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Jawa Timur memberikan piagam apresiasi ini kepada Pondok Pesantren Nurul Jadid berkat inisiatif dalam pengembangan pembelajaran bahasa mandarin.

Kiai Hamid Wahid bersama bapak Muchammad Taufiq dari BPSDM Jawa Timur dan pimpinan lainnya ramah tamah di sela acara yang dilaksanakan oleh GAS Surabaya

Kiai Abdul Hamid Wahid dipandang cakap dan mampu membawa Pondok Pesantren Nurul Jadid menjadi percontohan lantaran memasukkan bahasa mandarin bagian dari kurikulum pendidikan dan berhasil membangun jaringan kerja sama yang luas dengan sejumlah lembaga di China.

“Satu-satunya pondok pesantren yang mengembangkan kurikulum bahasa mandarin di Indonesia, bahkan sudah kerja sama dengan lembaga pendidikan di China, maka dari itu kami beri penghargaan,” tuturnya.

Sementara, Kepala Pondok Pesantren Nurul Jadid Kiai Hamid menyatakan alasan memasukkan bahasa mandarin di kurikulum pondok pesantrennya karena ingin para santri belajar banyak hal tentang peradaban dan perkembangan keilmuan dari sana.

Kiai Abdul Hamid Wahid menyebut selain metode pengajaran melalui pendidikan di kelas, pondok pesantrennya juga mengirim sejumlah santri untuk menimba ilmu dan pengalaman di China.

“Kami mengirim kesana mulai tahun 2000-an awal, generasi berikutnya sekitar lima tahun setelahnya dan mulai tahun 2010-an mereka mulai kembali. Sekarang kami juga sudah menyebar untuk saling belajar,” ucapnya.

“Mereka bahkan ada yang sudah menguasai di tingkat pemahaman mendalam sastra, filosofi, dan sejarahnya,” kiai Hamid menambahkan.

Harapannya dengan perhargaan ini dapat terus meningkatkan layanan dan kualitas pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Jadid khususnya pendidikan bahasa Mandarin dan mampu menjadi inspirasi bagi pesantren yang lain.

(Humas Infokom)

Paskibraka Santri Jajal Fisik di Pantai: Membangun Semangat Kepemimpinan dan Kolaborasi

nuruljadid.net – Menuju hari-H upacara peringatan HUT ke-78 Republik Indonesia, para paskibraka santri putra Pondok Pesantren Nurul Jadid dari berbagai lembaga pendidikan di Pantai Grinting dusun Karang Anom, desa Karanganyar, kecamatan Paiton mengadakan latihan fisik yang bertujuan untuk membangun semangat kepemimpinan dan kolaborasi serta chemistry di antara para peserta.

Sore itu Jum’at (04/08/2023), pantai favorit santri Nurul Jadid, Grinting, dipenuhi semangat kebangsaan dari para paskibraka santri yang terlihat antusias menjalani serangkaian latihan fisik yang penuh tantangan. Lebih dari 80 peserta pilihan dari berbagai daerah di Nusantara berkumpul untuk mengikuti kegiatan yang dipandu langsung oleh Letnan Kolonel (Letkol) Caj. H. Ibnu Adam, M.M guna memupuk semangat persatuan dan kesatuan.

Para peserta Paskibraka Santri Putra saat tengah mendapatkan instruksi dari pelatih Letkol Ibnu Adam di tepi pantai Grinting

Kegiatan dimulai pukul 14.00 WIB dengan pemanasan dan latihan baris-berbaris di halaman SMA Nurul Jadid. Pemanasan dengan berlari kecil ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kebugaran fisik, tetapi juga mempererat tali persaudaraan antar peserta. Usai pemanasan, para peserta dibagi menjadi beberapa kelompok dan memulai keberangkatan menuju pantai dengan formasi paskibraka.

Setibanya di Pantai Grinting, peserta mengikuti serangkaian kegiatan fisik lainnya yang menantang. Salah satu yang menonjol adalah sprint atau lari cepat dalam jarak pendek. Di mana peserta harus mencapai titik finish yang ditandai dengan bendera dalam kurun waktu sesingkat-singkatnya. Kegiatan ini menguji kemampuan para peserta dalam kecepatan, ketahanan dan cara mengatasi hambatan dengan manajemen diri.

Para peserta Paskibraka Santri Putra saat melakukan latihan fisik sprint di tepi pantai Grinting

Letkol Adam, pelatih jebolan Magelang sekaligus dosen di Universitas Nurul Jadid itu sejak awal melatih dan mendampingi mereka, menyatakan, “Kegiatan seperti ini sangat penting dalam membangun karakter dan semangat kebangsaan para santri. Mereka belajar untuk bekerja sama, mengatasi tantangan, dan mengambil peran sebagai pemimpin di masa depan,” tegasnya.

Selain itu, para paskibraka juga diminta untuk bersama-sama usai membaca doa mandi di air laut yang sore itu kondisinya sedang surut sehingga sangat aman, tentunya tetap di bawah pengawasan pelatih dan pembina dari Resimen Mahasiswa Universitas Nurul Jadid. Para peserta nampak sangat senang dan antusias mengikuti serangakain kegiatan fisik tersebut. Kebanyakan dari mereka bersorak gembira sambil berlari menuju air laut.

Para peserta Paskibraka Santri putra saat makan tabhek bersama usai menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan latihan fisik

Kebersamaan mereka semakin erat saat melakukan giat makan bersama nasi tabhek yang menjadi ciri khas pesantren. Dengan hidangan nasi dan lauk seadanya mereka berjejer rapi berbaris di tepi sajian beralaskan plastik tersebut. Sederhana namun syarat akan makna yaitu kesederhanaan dalam kebersamaan. Selesai membaca doa bersama yang dipimpin langsung oleh Letkol Adam, sejurus kemudian para peserta langsung menyantap makanan di hadapan mereka dengan lahap.

Kegiatan latihan fisik ini diharapkan tidak hanya memperkuat semangat persatuan di kalangan paskibraka santri, tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi pembentukan karakter dan kepemimpinan generasi muda Indonesia khususnya dari kalangan santri. “Dengan semangat kebersamaan yang tinggi, kami berkomitmen untuk terus mengembangkan nilai-nilai kebangsaan dan menginspirasi generasi setelah kami,” ujar Rafi anggota pengibar bendera.

(Humas Infokom)

Neng Imaz on Women’s Talk: Jangan Insecure, Perempuan Harus Punya Konsep Diri Positif dan Keberhargaan Diri

nuruljadid.net – Perempuan, sama seperti siapapun, seharusnya memiliki konsep diri yang positif dan keberhargaan diri yang kuat. Ini penting karena memiliki dampak besar pada kesejahteraan fisik, emosional, dan sosial mereka. Sebagaimana dipaparkan secara gamblang oleh neng Imaz pada event Women’s Talk yang dimoderatori langsung oleh cucuk Kiai Haji Hasan Abdul Wafi pengarang Sholawat Nahdliyah Neng Viki.

Dengan mengusung tema “problematika muslimah kekinian” dibahas secara menarik dan menggelitik para perempuan yang kerap merasa insecure dan tidak sedikit termakan oleh standar kecantikan di media sosial yang acapkali berseliweran dan meracuni pola pikir perempuan itu sendiri. Neng Imaz dengan santai namun santun menyampaikan urgensitas seorang perempuan memiliki konsep positif dan keberhargaan diri.

“inilah yang bahaya, makanya kenapa perempuan itu harus punya konsep diri positif pertama, harus punya rasa keberhargaan diri yang tinggi, dia tidak boleh insecure,” ungkap beliau di hadapan ribuan santri termasuk para neng dan nyai Nurul Jadid.

Paparan menyoal Perempuan itu juga mengupas tentang bagaimana dua konsep itu dibangun melalui pola pengasuhan yang baik dari kedua orang tua khususnya dari sosok seorang ayah.

“ini kita harus membangun dari rumah, dari bagaimana orang tua kita mendidik kita, terutama peran seorang ayah, maka penting sekali peran pengasuhan untuk membentuk konsep diri yang positif dan keberhargaan diri yang tinggi bagi seorang perempuan,”

“karena ketika seorang perempuan itu tau dirinya berharga dia tidak akan sembarangan mau diajak pergi oleh laki-laki. Mau nikah aja pilih-pilih dulu”

Konsep diri yang positif dan keberhargaan diri ini akan berimbas kepada banyak lini dalam kehidupan seorang Perempuan Muslimah yang tentunya akan mampu meningkatkan kualitas hidup (quality of life) diantaranya:

Kesejahteraan Emosional

Konsep diri positif membantu perempuan merasa lebih bahagia, percaya diri, dan memiliki hubungan yang lebih sehat dengan diri mereka sendiri. Ketika seseorang merasa percaya diri dan menerima diri sendiri apa adanya, mereka cenderung memiliki kecenderungan untuk mengatasi stres dan tekanan dengan lebih baik.

Kesehatan Mental
Konsep diri yang positif dapat membantu mencegah masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. Saat seseorang merasa berharga dan memiliki pandangan positif tentang diri mereka sendiri, mereka cenderung lebih optimis dan memiliki ketahanan mental yang lebih baik dalam menghadapi tantangan hidup.

Hubungan yang Sehat

Keberhargaan diri yang kuat membantu perempuan dalam memilih hubungan yang sehat dan bermakna. Mereka cenderung tidak akan mentolerir perilaku yang merendahkan diri atau merugikan dalam hubungan. Ini dapat membantu mencegah terjebak dalam hubungan yang tidak sehat atau beracun.

Pencapaian Pribadi dan Profesional

Konsep diri positif dapat memberikan motivasi bagi perempuan untuk mengejar tujuan pribadi dan profesional. Ketika seseorang merasa yakin dengan kemampuan dan potensinya, mereka lebih cenderung untuk mengambil risiko yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan.

Kemajuan Generasi Mendatang

Sikap dan pandangan perempuan tentang diri mereka sendiri akan memberikan pengaruh besar pada anak-anak perempuan yang akan datang. Konsep diri yang positif dan keberhargaan diri yang ditunjukkan oleh perempuan saat ini dapat membentuk pola pikir anak-anak perempuan di masa depan, memberikan contoh tentang pentingnya mencintai dan merawat diri sendiri.

Pemberdayaan

Konsep diri yang positif dapat memberikan perempuan rasa pemberdayaan untuk berbicara dan berpartisipasi dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk politik, bisnis, pendidikan, dan budaya. Ketika seseorang merasa memiliki nilai dan suara yang penting, mereka lebih mungkin untuk berkontribusi secara aktif dalam masyarakat.

Singkatnya, memiliki konsep diri positif dan keberhargaan diri bukan hanya menguntungkan perempuan secara pribadi, tetapi juga berdampak pada lingkungan sekitar mereka dan masyarakat secara keseluruhan. Ini adalah langkah penting menuju pemberdayaan dan kesetaraan gender di kalangan pesantren dan Muslimah yang lebih baik.

Tonton full video : https://www.youtube.com/watch?v=Ov2OPUs5mE4&t=203s

(Humas Infokom)

Neng Imaz on Women’s Talk: Dalam Diri Perempuan Banyak Sekali Keindahan, ‘Lisanul Hal’ adalah Kecantikan Sejati

nuruljadid.net – Neng Imaz sapaan akrab Nyai Hj. Imaz Fatimatuz Zahra merupakan putri dari pasangan almaghfurlah KH Abdul Khaliq Ridwan dan Nyai Hj Eeng Sukaenah Pengasuh Pondok Pesantren Putri Al Ihsan Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Beliau adalah santriwati pejuang dan pemberdaya perempuan masa kini. Neg Imaz hadir pada acara Women’s Talk di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, Jawa Timur (11/08/2023)

Kegiatan yang dikemas dalam forum dialog interaktif tersebut mengusung tema “Problematika Muslimah Kekinian” diselenggarakan oleh Biro Kepesantrenan Putri. Kegiatan ini diikuti oleh ribuan santri yang terdiri dari guru, karyawan dan pengurus pesantren putri yang bertempat di Aula 1 untuk sebagian santri yang lain bertempat di Aula 2.

Pengasuh Pondok Pesantren Putri Al-Ihsan Lirboyo Kediri, Ning Imaz Fatimatuz Zahra mengingatkan kepada perempuan agar selalu berorientasi untuk berkembang. Menurut Ning Imaz, sebagai seorang perempuan, dia harus bisa mengaktualisasi diri dengan cara berinvestasi meningkatkan kualitas diri. Tidak hanya kecantikan luar saja (outer beauty) namun kecantikan dalam (inner beauty).

“dalam diri perempuan itu banyak sekali keindahan-keindahan yang tidak hanya dari luarnya saja, tapi ada yang namanya inner beauty, jadi inner-outer beauty,” tutur Nyai muda tersebut

Istri dari Gus Rifqil tersebut mengingatkan agar perempuan mampu merepresentasikan dengan benar akan eksistensi mereka di depan publik. “Bukan tentang bagaimana kita itu merepresentasikan kecantikan diri kita secara fisik saja dalam artian penampilan kita, muka kita, wajah kita, pakaian kita, bukan hanya itu,”

Neng Imaz juga mendeskripsikan kecantikan sejati seorang perempuan, “tapi juga ada yang namanya lisanul hal, gerak-gerik kita, cara kita berbicara, cara kita mendengarkan, cara kita menghargai orang lain, cara kita makan, cara kita minum itu adalah sesuatu yang ketika kita bersedia untuk mengaturnya, kita bersedia untuk menjadi perempuan yang tidak hanya cantik di luar saja tapi berusaha menjadi perempuan yang cantik di dalam. Maka itulah sesungguhnya kecantikan sejati seorang perempuan akan terpancar keluar.”

“Jadi bukan hanya tentang cream apa yang kita pakai, pakaian apa yang kita kenakan. Tapi bagaimana kita berbicara, apakah pembicaraan kita menyakiti orang lain, apakah kita menghargai orang lain, apakah cara duduk kita ini baik, apakah cara makan kita ini baik. Itu semua akan menunjukkan kecantikan sejati yang disebut inner beauty” lanjutnya.

“Islam harapkan kita mampu mensyukuri apa yang ada pada diri kita, merawatnya sekedarnya, menerimanya dengan lapang dada terhadap apa yang ada dalam diri kita.”

“Ya memang kita harus menyadari bahwa setiap perempuan itu diciptakan cantik, perempuan itu memiliki definisi cantiknya sendiri. Dan setiap Perempuan harus menghargai setiap kecantikan di dalam dirinya” pungkas cucu dari Syekh Ihsan Muhammad Dahlan Al-Jampasy pengarang kitab Siraj ath-Thalibin.

 

Full video live : https://www.youtube.com/watch?v=Ov2OPUs5mE4&t=203s

 

(Humas Infokom)

BKOSS Nurul Jadid Sambut HUT ke-78 RI dengan Asah Bakat Santri Lewat Kompetisi Futsal Tournament

nuruljadid.net – Bidang Koordinasi Olahraga dan Seni Santri (BKOSS) Pondok Pesantren Nurul Jadid sambut HUT ke-78 Republik Indonesia dengan kompetisi Futsal Tournament antar daerah. Di bawah kepemimpinan KH. Makki Maimun Wafi, BKOSS Nurul Jadid menjadi salah satu primadona santri. Pasalnya mayoritas santri gemar olahraga dan kesenian hingga tak heran jika kegiatan olahraga juga seni menjadi idaman para santri untuk hiburan dan pelepas kejenuhan dari padatnya kegiatan pesantren.

(Keseruan turnamen futsal santri oleh Bidang Koordinasi Olahraga dan Seni Santri (BKOSS) di halaman SMA Nurul Jadid)

Futsal tournament ini juga bertujuan meningkatkan semangat kompetitif dan jiwa sportifitas antar santri yang ada di Pondok Pesantren Nurul Jadid, BKOSS bekerjasama dengan pengurus setiap daerah mempersiapkan santrinya untuk berpartisipasi dan menyukseskan turnamen bergengsi ini. Kegiatan yang dihelat sejak bulan lalu ini (17/07/2023) dilaksanakan di halaman SMA Nurul Jadid putra.

Sebanyak kurang lebih 20 club futsal turut bertanding dalam kompetisi yang menggunakan sistem kompetisi penuh (liga) yang tengah dimulai sejak bulan lalu hingga senin malam kemarin (14/8/2023) dan kemungkinan akan berakhir usai 17 Agustus 2023. Masing-masing club tersebut terdiri dari gabungan santri tingkat SLTP dan SLTA.

(Keseruan turnamen futsal santri oleh Bidang Koordinasi Olahraga dan Seni Santri (BKOSS) di halaman SMA Nurul Jadid)

Di sela kegiatan Selasa kemarin (14/08/2023), salah satu santri Nurul Jadid asal Gorontalo Royan Mamangkay menjelaskan bahwa kegiatan ini sangat positif dan menghibur. Santri yang tinggal di Bone Raya itu merasa senang dan kerasan di pesantren karena banyak kegiatan yang dapat menghilangkan kejenuhan dan rasa rindu kepada kedua orang tua.

Sementara itu, Khofifuddin salah satu pengurus BKOSS menyampaikan tujuan turnamen ini diantaranya sebagai wadah hiburan bagi santri agar betah tinggal di pondok dan juga diharapkan mampu melahirkan bibit-bibit pemain terbaik khususnya futsal. “Selain Liga Futsal, kami juga ke depan mengadakan lomba lain seperti sepak bola, dan festival banjari santri,” ujar Khofi.

(Keseruan turnamen futsal santri oleh Bidang Koordinasi Olahraga dan Seni Santri (BKOSS) di halaman SMA Nurul Jadid)

Kiai Maimun Wafi menambahkan, “Saya berharap kegiatan ini bisa menjadi hiburan bagi santri di sela-sela padatnya rutinitas yang mungkin membuat mereka jenuh dan tidak kerasan tinggal di pondok pesantren khususnya bagi santri baru,” tutup kiai Maimun kepada Nurul Jadid Media.

 

 

(Humas Infokom)

155 Santri Terbaik Nurul Jadid Jalani Pemusatan Latihan untuk Paskibraka HUT ke-78 RI

nuruljadid.net – Sebanyak 155 santri putra dan putri dari berbagai lembaga SLTA Pondok Pesantren Nurul Jadid menjalani latihan baris-berbaris untuk dipersiapkan menjadi pasukan pengibar bendera pusaka (paskibraka) saat upacara HUT Ke-78 RI di lapangan pesantren, 17 Agustus 2023.

“155 santri terdiri dari 70 putri dan 85 putra merupakan santri yang dinyatakan lolos seleksi sebagai calon paskibraka dipersiapkan untuk upacara 17 Agustus 2023 nanti,” kata Kasubbag Humas Infokom Mujiburrohman ditemui saat latihan, Sabtu malam (05/8).

Jumlah pendaftar calon paskibraka 300 peserta putra dan putri, kemudian dipilih 155 peserta terbaik yang memiliki kemampuan baris-berbaris serta fisik sehat. Dari 155 calon tersebut, enam di antaranya terpilih sebagai pengibar bendera merah putih.

Paskibraka santri mulai menjalani pemusatan latihan sejak Sabtu (22/07) untuk putra, sedangkan pelaksanaan latihan putri dimulai sejak Selasa, 01 Agustus 2023 yang dilaksanakan dilokasi dan waktu yang berbeda. Putra di halaman SMA Nurul Jadid sedangkan putri dipusatkan di MTs Nurul Jadid.

(Paskibraka putri tengah berlatih baris-berbaris menjelang Upacara HUT ke-78 Republik Indonesia)

Latihan baris berbaris ini ditangani langsung oleh unsur TNI, paskibraka putra dilatih oleh Letnan Kolonel (Letkol) H. Ibnu Adam pada pukul 20.00 sampai dengan 22.00 malam, sedangkan paskibraka putri dilatih oleh Sersan Kepala (Serka) Babun Sugianto yang mengawal latihan setiap sore mulai pukul 14.00 sampai dengan 16.00 WIB.

“Alhamdulillah, para santri yang mengikuti latihan sudah ada kemajuan dalam hal baris-berbaris, termasuk semangat mereka juga mulai tumbuh,” ujarnya.

Ia berharap, anggota paskibraka santri ini mampu menunjukkan kedisiplinan, keteladanan dan komitmennya sebagai santri yang diajarkan tentang cinta tanah air melalui kesadaran berbangsa dan bernegara yang tertuang dalam nilai Panca Kesadaran Santri.

“Jangan lupa jaga kesehatan, kekompakan dan tetap bersemangat menjelang pelaksanaan upacara 17 Agustus 2023. Semoga berjalan lancar dan tidak ada kendala,” imbuhnya.

(Humas Infokom)

KH Zaini Mun’im, pejuang dan pendiri Ponpes Nurul Jadid

Probolinggo (ANTARA) – Mandat ulama adalah pewaris nabi dalam menyebarkan firman-firman Ilahi yang tertulis maupun yang tak tertulis. Sebagai pewaris nabi, ulama tak cukup hanya berjuang melalui mimbar-mimbar khutbah, melainkan pula harus memiliki sikap berani melakukan perubahan dan pembaruan demi mewujudkan cita-cita ideal dari Nabi Muhammad Saw, yaitu menjadikan umat yang paripurna.

KH. Zaini Mun’im, selain dikenal sebagai figur alim, juga kisah perjuangannya dalam sejarah panjang kemerdekaan Indonesia. Ulama ini merupakan sosok yang berani memperjuangkan kepentingan masyarakat banyak, sehingga mampu mengubah kehidupan masyarakat menjadi lebih sejahtera. Kiai Zaini Mun’im adalah arketipe ulama yang tidak hanya menerjemahkan Islam dalam spektrum ubudiyah, melainkan menjadi realitas di kehidupan.

Kiai Zaini lahir tahun 1906 di Desa Galis, Kabupaten Pamekasan, Madura, dari pasangan KH Abd Mun’im dan Nyai Hamidah. Dari garis keturunan ayahnya, Zaini merupakan keturunan raja Sumenep yang silsilahnya sampai kepada Sunan Kudus. Sementara dari garis ibu, ia adalah keturunan dari raja-raha Pamekasan. Ia adalah seorang bangsawan yang bergelar Raden yang sangat disegani di Madura.

Jejak Kiai Zaini mendirikan pesantren menunjukkan bahwa spirit juang beliau dalam mendobrak kohesi sosial yang awalnya jauh menyimpang dari ajaran suci (sesat), kemudian mampu menggiring masyarakat menjadi kaum agamis yang dekat dengan nilai-nilai Ilahi.

Namanya perjuangan, tentu tidak mudah. Saat mendirikan Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, Kiai zaini harus berjuang menghadapi berbagai ancaman dari binatang buas dan orang yang tidak sudi atas kehadirannya. Namun tak ada rasa getir sedikit pun di hatinya. Perjungannya berhadapan dengan sistem sosial yang kala itu masih porak poranda. Desa Karanganyar, Kecamatan Paiton, yang kini menjadi markas Ponpes Nurul Jadid, zaman dulu tidak seperti saat ini.

Pada masa itu, sebelum bernama Karanganyar, desa ini dikenal dengan sebutan Tanjung. Nama yang diambil dari sebuah pohon besar yang berdiri di tengah-tengah desa. Masyarakat setempat menganggap pohon tersebut mempunyai kelebihan dan keistimewaan. Tak sedikit dari masyarakat setempat menjadikan pohon tanjung itu sebagai sesembahan, yang pada akhirnya tanjung diabadikan sebagai nama desa.

Pada mulanya, desa kecil yang terletak di pesisir di Kecamatan Paiton ini, sebagian besar tanahnya tidak dapat dimanfaatkan. Sebab, salah satunya banyak binatang buas yang mendiami desa ini. Di sisi lain, kehidupan penduduk desa juga sangat memperihatinkan. Mereka menganut animisme dan dinamisme yang ditandai dengan keberadaan beberapa pohon besar yang tidak boleh ditebang karena diyakini sebagai pelindung mereka.

Upaca ritual dalam bentuk pemberian sesajen merupakan hal lazim saat itu, utamanya di momen-momen tertentu, seperti hajatan dan ketika musim tanam tiba. Konon, sesajen tersebut dipersembahkan kepada roh yang diyakni berada di sekitar pohon besar dengan memiliki kekuatan yang di luar nalar manusia. Beberapa masyarakat melakukan upacara ritual dengan meletakkan ayam di setiap titik yang dianggap sakral. Selain itu, setiap tahun, mereka mengadakan selamatan laut dengan melarung kepala kerbau.

Dalam pergaulan masyarakatnya, marak sekali terjadi perjudian, perampokan, pencurian dan tempat pekerja seks komersial (PSK). Kehidupannya cenderung hedonis, dalam keyakinan mereka, kesenangan dan kebahagiaan hanya terdapat dalam perbuatan yang penuh dengan kemaksiatan dan kemungkaran. Kepedulian masyarakat terhadap alam sebagai sumber kehidupannya pun sangat memprihatinkan. Dengan demikian, waktu itu Karanganyar dicap sebagai desa mati.

Di tengah situasi dan kondisi sosial masyarakat yang demikian, KH. Zaini Mun’im, setelah mendapatkan restu dan perintah dari KH. Syamsul Arifin, ayah dari KH. As’ad Syamsul Arifin (Ponpes Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo) memutuskan untuk menetap dan bertempat tinggal bersama keluarga di desa itu.

Dengan berbekal satu batang lidi, beliau berjalan menelusuti tanah yang sudah menjadi miliknya. Binatang buas yang mendiami tanah tersebut lari menuju utara desa, yaitu di daerah Grinting. Kurang lebih satu tahun beliau membabat hutan, mendirikan rumah, membangun surau kecil, dan mengubah hutan menjadi tegalan.

Awalnya, kedatangan Kiai Zaini Mun’im ke Desa Karanganyar bukan bermaksud untuk mendirikan pondok pesantren, melainkan untuk mengisolir diri dari keserakahan dan kekejaman kolonial Belanda. Sejatinya, beliau ingin melanjutkan perjalanan ke pedalaman Yogyakarta bergabung dengan teman-teman seperjuangannya.

Cita-cita Kiai Zaini untuk menyiarkan agama Islam, kala itu melalui Departemen Agama (Depag) tidak tersampaikan, sebab sejak beliau menetap di Karanganyar, ada dua orang santri (Syafi’uddin dan Saifuddin) yang datang kepada beliau untuk belajar ilmu agama.

Kedatangan kedua santri tersebut oleh beliau dianggap sebagai amanat dari Allah yang tidak boleh diabaikan. Dan mulai saat itu beliau menetap bersama kedua santrinya.

Seiring waktu, suarau kecil milik Kiai Zaini terus berkembang. Santri beliau terus bertambah. Pendidikan dan bimbingan yang beliau berikan tidak sebatas di lingkungan pesantren saja, namun berhasil membawa perubahan budaya dan kondisi masyarakat Desa Karanganyar menjadi kawasan dengan tatanan sosial yang tertata lebih baik.

Kini Pondok Pesantren Nurul Jadid sudah memiliki belasan ribu santri dari berbagai segala penjuru negeri, bahkan dari mancanegara. Sang pendobrak kesesatan yang bernama Kiai Zaini Mun’im telah lama berpelukan dengan kekasih-Nya. Kiai Zaini wafat pada 26 Juli 1976, namun semangatnya sebagai mujaddid dan mujahid terus mengalir pada santri-santrinya.

Penulis: Ahmad Zainul Khofi
*) Artikel sebelumnya telah dimuat di AntaraNews

FKO Gelar Parade Semaphore dan Bazar Entrepreneur, Ribuan Santri Turut Peringati Hari Pramuka ke-62

nuruljadid.net – Peringatan Hari Pramuka ke-62 pada 14 Agustus mendatang selalu dimeriahkan dengan berbagai cara. Pada 2023 ini, Forum Komunikasi OSIS/OSIM (FKO) Pondok Pesantren Nurul Jadid menggelar acara Parade Semaphore dan Bazar Entrepreneur di Halaman Wisma H. Sukri Adnan (gedung putih), Jumat (11/8/2023).

Pembina FKO Rizqiyah Sakinah Safitri menyebut, kegiatan semacam ini pertama kali diadakan di lingkungan Pondok Pesantren Nurul Jadid, terbuka untuk seluruh Satuan Karya (Saka) Pramuka dari setiap satuan pendidikan internal pesantren.

“Terdapat sebanyak tujuh lembaga yang mendelegasikan Saka-Saka Pramuka untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini, sebuah spirit bersinergi yang baik untuk memperingati Hari Pramuka,” jelasnya.

Rizqiyah melanjutkan, dari perlombaan Parade Semaphore yang dilaksanakan ini akan terpilih beberapa pemenang, para pemenang akan diumumkan dan dianugerahkan apresiasi penghargaan di acara puncak Upacara Peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-78 pada 17 Agustus nanti.

“Tidak hanya memperingati Hari Pramuka, kegiatan ini juga menjadi bagian dari rentetan acara kemeriahan menyambut HUT Kemerdekaan RI ke-78. Karena sejatinya pemuda harus kembali ke jati diri bahwa hakikatnya kita harus bersatu, kompak dan jengah bersama-sama mengisi kemerdekaan,” ungkapnya.

Potret stand bazar SMK Nurul Jadid tengah mengisi keseruan event peringatan Hari Pramuka ke-62 dan HUT Kemerdekaan RI ke-78

Dalam kesempatan yang sama, Rizqiyah juga menjelaskan beberapa keterlibatan lain dari pihak satuan pendidikan, yaitu turut mengisi stand yang telah disediakan sebagai wadah mempromosikan dan menjual hasil karya peserta didiknya. Sebanyak tujuh lembaga berpartisipasi dan menjual beragam karya, seperti pengolahan hasil perikanan sampai produk tata busana.

“Hal tersebut menjadi alasan event kali ini mengangkat tema “Mencetak Pemuda yang Berintegritas dan Berkualitas serta Berjiwa Entrepreneur pada Dirgahayu Bangsa,” pungkasnya.

 

Reporter: Ahmad Zainul Khofi

(Humas Infokom)