mimbar santri putra hsn2017

Puisi untuk KH Zaini Mun’im Pada Acara Mimbar Santri

nuruljadid.net- Peringatan Hari Santri Nasional, Minggu (22/10/2017) dirayakan dengan pelbagai cara. Di Pondok Pesantren Nurul Jadid santri diberi ruang untuk berekspresi di atas panggung atau disebut Mimbar Santri, Kamis (19/10/2017).

Salah satu santri Nurul Jadid, Baidowi dari Asrama Mahasiswa menampilkan puisi karangannya sendiri. Puisi tersebut diciptakan untuk mengenang jejak perjuangan pendiri Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH Zaini Mun’im.

Dengan intonasi berapi-api Baidowi membuat suasana malam Jumat menjadi hening. Berikut teks puisinya.

Untukmu Negeri

Untukmu jiwa raga kami
Merahmu sumbu semangat kami
Putihmu suci selendang ilahi
Kibar benderamu kobarkan kerinduan abadi
Kami para santri.

Assalamualaikum
Identitas kami identitas abadi
Takkan terhapus oleh waktu
Takkan padam karena zaman
Dan takkan hilang karena gejolak, ataupun kongkalikong yang tak juga reda.

Untukmu negeri
Tujuh puluh dua tahun silam
4 hari 4 malam
Bumi kita pertiwi dibasuh, disucikan dengan darah dan air mata para santri.
Corong-corong masjid dan mushollah
Dari kota hingga pelosok desa
Tak henti dan tak reda akan gema suara takbir

Assalamualaikum yaa Syaikhona Zaini
Kami rindu padamu
Rindu akan semangat juangmu
Rindu akan ketegasanmu
Rindu akan pengorbananmu
Rindu kasih sayangmu
Rindu akan tutur dan dawuhmu
Kami rindu.

Dibawah cahaya rembulan dan bintang-bintang
Malam ini kami mengadu;
Perjuangan kami tak seberat perjuanganmu
Jalan terjal kami tak seterjal jalanmu
Kini kami terseok
Terjengkal oleh keadaan
Terperosok oleh keinginan dan harapan yang fana
Perbedaan di permasalahkan
Seragam dan logo dijadikan gengsi-gengsian.

Tuntun kami menunaikan cita-cita sucimu
Ridoi kami menjadi santrimu yang sesungguhnya.

(Jawahir)

mimbar santri putra hsn2017

Malam Mimbar Santri Putra Nurul Jadid dalam acara Hari Santri Nasional 2017

Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 22 Oktober, Pondok Pesantren Nurul Jadid merangkai berbagai macam acara salah satunya yaitu kegiatan Malam Mimbar Santri yang dilaksanakan pada malam Jum’at (19/10/2017). Kegiatan Malam Mimbar Santri diselenggarakan di dua tempat, untuk Santri Putra diselenggarakan di Lapangan Raya Nurul Jadid sedangkan untuk Santri Putri diselenggarakan di Wilayah Al-Hasyimiyah.

Berbagai penampilan santri ditampilkan dalam acara Mimbar Santri diantaranya, Stand-Up Komedi Santri, Hadrah Santri, Orasi Santri, Pantun Santri, Puisi Santri, Acapela / Beat Box, Pantomim dan lain-lain.  Acara Mimbar Santri Putra di Lapangan Raya Nurul Jadid dihadiri ribuan penonton, tidak hanya dari kalangan Santri tetapi juga termasuk masyarakat umum sekitar. Bagi Masyarakat dunia maya pun, acara ini bisa dinikmati secara Live Streaming melalui Facebook resmi Pondok Pesantren Nurul Jadid di alamat https://www.facebook.com/pesantrennuruljadid/videos/.

Ust. Ainul Yaqin sebagai ketua panitia dalam sambutannya, “Mimbar Santri merupakan rangkaian kegiatan Hari Santri Nasional (HSN) yang ditujukan sebagai ruang aktualisasi potensi santri pada acara malam penampilan Mimbar Santri”. Kegiatan Mimbar Santri ini tidak hanya sekedar hiburan saja untuk santri, tetapi sebagai wadah santri untuk menampilkan bakat dan potensinya dalam menyambut Hari Santri Nasional dengan bingkai Spirit Santri Meneguhkan NKRI.

Acara Malam Mimbar Santri ini merupakan salah satu kegiatan dari rangkaian kegiatan Hari Santri Nasional yang bekerjasama dengan IPNU Jatim, Student Crisis Center dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Beragam acara diselenggarakan, mulai dari lomba, mimbar santri, seminar umum, upacara, kirab, makan bersama ala santri hingga  formasi mozaik dengan beribu santri. Rangkaian kegiatan Hari Santri Nasional di Pondok Pesantren Nurul Jadid dimulai pada hari Rabu (18/10/2017) hingga puncaknya pada hari Minggu (22/10/2017). (Jawahir)

 

 

Mimbar Santri Peringatan Hari Santri Nasional 2017

Mimbar Santri, Pentas Seni Santri Putri Nurul Jadid

nuruljadid.net- Salah satu agenda HSN 2017 adalah kegiatan Mimbar Santri yang dilaksanakan pada Kamis, (19/10/2017) 20.30 WIB, bertempat di wilayah Al-Hasyimiyah. Kegiatan ini merupakan pertunjukan berbagai talenta santri dalam berbagai kesenian yang dipersembahkan oleh masing-masing perwakilan lembaga formal di bawah yayasan Nurul jadid. Diantaranya adalah Stand up Komedi yang akan ditampilkan oleh SMP Nurul Jadid, Dramatisasi Puisi oleh SMA Nurul Jadid, beat box oleh MAN 01 Probolinggo, MA Nurul Jadid, SMK Nurul Jadid, dan MTs. Nurul Jadid.

Kegiatan mimbar santri ini disambut antusias oleh seluruh santri, karena dari semua agenda HSN 2017, mimbar santri adalah satu-satunya kegiatan yang memberikan wadah bagi para santri untuk unjuk kebolehan di depan khalayak. Kegiatan yang sekaligus menjadi wadah untuk kretifitas santri selain ranah kognisi yang sudah dibina di sekolah masing-masing.

“Kegiatan ini sebagai wujud santri Nurul Jadid untuk memeriahkan Hari Santri Nasional 2017, Diharapkan dari kegiatan ini dapat selalu menginspirasi santri untuk mengisi kemerdekaan ala santri sesuai dengan porsi masing-masing,” ucap Dinia Arifah Riganita dalam sambutan pembukaan Acara malam ini.

Mengisi kemerdekaan ala santri menjadi hal yang selalu diperhatikan dan dipertahankan oleh Pesantren. Hal tersebut dapat terlihat pada tahun ini benar-benar menjadi tahun revolusi untuk pondok pesantren Nurul Jadid. Pada tahun pertama kepemimpinannya ini, KH. Abdul Hamid sebagai Kepala Pesanten memberi banyak wajah baru pada setiap momen-momen bersejarah, baik momen penting pesantren sampai peringatan Hari Bersejarah Nasional. Mulai dari semarak Ramadhan, PHBI, Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia, sampai semarak Hari Santri Nasional yang saat ini sedang hangat diperbincangkan para santriwan dan santriwati.

Pondok Pesantren Nurul Jadid yang menjadi tuan rumah peringatan HSN dari perwakilan PW IPNU Jawa Timur tahun ini memiliki empat agenda utama yakni meliputi bebagai macam seminar, upacara, hingga makan tabhek bersama sepuluh ribu santri, dilaksanakan selama satu minggu pra hari peringatan HSN yaitu tanggal 22 Oktober nanti.

Semua pertunjukan malam ini, dengan karakter dan caranya masing-masing, membawa satu pesan penting dalam peringatan HSN 2017, yaitu semangat perjuangan para santri sebagai subjek dan  objek utama dari momen itu sendiri agar selalu megobarkan semangat jihad dalam menuntut ilmu dan memberikan sumbangsih pada ibu pertiwi.

“Mimbar ini diadakan sebagai aplikasi semangat perjuangan para santri sebagai ikon hari santri agar selalu semangat berjihad dalam menuntut ilmu dan memberikan sumbangsih pada Negara sesuai dengan peran dan keadaan masing-masing santri,” ucap Ady Azhari, Koordinator Seminar dan Mimbar Santri. (IR&AF)

seminar wawasan kebangsaan hari santri nasional

Direktur Ketahanan Ekonomi Sosial dan Budaya, Lutfi; Santri Butuh Skill Untuk Menyejahterakan Umat Dan Negara

nuruljadid.net- Direktur Ketahanan Ekonomi Sosial dan Budaya, Ditjen Politik dan Pemerintahan Kemendagri RI, Drs. Lutfi TMA, M.Si mengatakan untuk membangun bangsa Indonesia dibutuhkan manusia yang berkualitas. Sebab tantangan kedepan akan lebih sulit dari hari ini.

Hal itu disampaikan dalam seminar wawasan kebangsaan dengan tema resolusi jihad estafet perjuangan bangsa di Aula Institut Agama Islam Nurul Jadid, Kamis (19/10/2017). Acara tersebut merupakan rangkaian peringatan Hari Santri Nasional, Minggu (22/10/2017) di Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Menurut Lutfi Indonesia belum berdaulat secara utuh dikarenakan kurangnya kerja keras masyarakatnya. Untuk bisa mencapai kemajuan, maka sekarang harus mulai berpikir bagaimana langkah kedepannya. “Beberapa waralaba di beberapa tempat termasuk di Jakarta sudah berkurang, bahkan ada yang tutup karena bisnis online atau e-commers lebih murah,” katanya

Oleh karena itu, santri harus mengikuti perkembangan zaman agar bisa bersaing. Berbeda dengan kondisi dulu ketika santri berjuang merebut kemerdekaan atau yang dikenal dengan Resolusi Jihad. Maka perjuangan santri dalam konteks kekinian adalah butuh kerja keras, belajar dan disiplin tinggi serta selalu mengingat Allah.

“Ada satu penelitian menyampaikan bahwa orang-orang sukses adalah mereka yang memiliki basis keagamaannya bagus. Karena dia berpikirnya tidak hitam putih, pada saat menemukan masalah, sudah berusaha keras dia kembali kehadapan Allah. Inilah kunci orang sukses,” ungkapnya.

“Permasalahan bangsa Indonesia saat ini, tambah Lutfi, diperlukan kerja sama dan komitmen antara semua elemen masyarakat. Islam adalaha agama rahmatan lil alamin, artinya butuh bekerja keras untuk memcapai kemakmuran umat dan negara. Kalau kemudian ini tidak terwujud maka akan menjadi isapan jempol,” lanjutnya.

Maka santri jangan terlena dengan kondisi yang ada, melainkan bagaimana memiliki skill demi menciptakan kesejahteraan umat, bangsa dan negara Indonesia. (Rizky)

seminar pendidikan hsn2017 hari santri nasional

H. A Umar; Sekolah Harus Kembali Ke Sistem Pendidikan Pesantren

nuruljadid.net – Direktur kurikulum Sarana Kelembagaan dan Kesiswaan, H. A Umar dalam seminar pendidikan yang bertema pesantren kiblat pendidikan karakter di Aula Institut Agama Islam Nurula Jadid, Rabu, (18/10/2017) mengatakan rusaknya moral anak-anak sekolah merupakan akibat dari sistem pendidikan yang tidak mendukung akan terciptaknya karakter baik.

Hal itu, menurut Umar disebabkan karena sistem kurikulum pendidikan sekolah cenderung menilai siswa berdasarkan perolehan angka. Kedua sistem pendidikan sekolah lebih mengedepankan formalitas daripada substansi. Akhirnya pengajaran di sekolah lebih mementingkan mengejar materi ketimbang budi pekerti.

“Rata-rata anak bolos, tidak masuk sekolah akibat dari layanan guru sekolah yang tidak baik. Kepada guru-guru jangan sampai ada paksaan atau tekanan kepada siswa, melainkan bagaimana melakukan pendekatan dengan santun,” katanya saat mengisi seminar pendidikan, salah satu bagian dari rangkaian untuk menyambut Hari Santri Nasional, Minggu (22/10/2017) di Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Maka solusi terbaik untuk memecah pelbagai permasalahan pendidikan tersebut mesti kembali ke sistem pendidikan pesantren. Hubungan antara santri, ustad dan pengasuh di pesantren berjalan 24 jam dan tidak ada jarak. Sehingga kondisi ini akan menimbulkan rasa emosional yang kuat antar sesama santri, ustad dan pengasuh.

Kemudian pola pendidikan pesantren juga menciptakan hidup goyong royong, tidak hedonis dan materialis. Ini akan menciptakan sifat kesederhanaan dan karakter yang baik bagi santri. Selanjutnya pesantren selalu mengajarkan santri tentang kejujuran dan amanah.

“Kalau demikian kedepan akan lahir pemimpin-pemimpin yang memihak rakyat kecil, memberdayakan orang-orang kecil, adil dan makmur dunia akhirat,” pungkasnya (Rizky)

Seminar Pendidikan: Pesantren Kiblat Pendidikan Karakter

Ahmad Jayadi; Pesantren adalah Pemilik Sah Republik Indonesia

nuruljadid.net- Direktur Pondok Pesantren Kemenag RI, Ahmad Jayadi dalam seminar pendidikan yang dikemas dengan tema pesantren kiblat pendidikan karakter di Aula IAI NJ, Rabu (18/10/2017) mengatakan ketika membicarakan santri mesti kita akan mengingat peringatan Hari Santri Nasional, Minggu (22/10/2017).

Kalau merujuk pada semangatnya, maka wajar menempatkan peran santri sebagai nasional day. Hal ini bisa dilihat melalui peran kesejarahan santri dan pesantren. Sementara dalam konteks masa kini, Hari Santri Nasional merupakan instrumen untuk mewujudkan identitas dan kapasitas santri. Selain itu HSN harus dilihat sebagai colectif achievement (prestasi kolektif).

“Lalu bagaimana menjawab konfideren Keppres no 22 tahun 2015? Pertama kita ingin menunjukkan pada publik bahwa ada sanad perjuangan santri dan pesantren. Pesantren adalah pemilik sah Republik Indonesia. Kedua santri memiliki sanad keilmuan, tradisi tafaqquh fiddin (mendalami ilmu agama) berbasis kitab kuning, memiliki nilai-nilai yang wajib dikembangkan dan dirawat,” katanya.

“Kedepan kita akan menempatkan pondok pesantren sebagai lembaga agama dan berusaha agar menjadi rujukan dan kiblat dalam kehidupan beragama dalam konteks keindonesiaan. Bagi kita ulama itu harus lahir dari rahim pesantren, bukan dari satuan-satuan pendidikan yang lain,” tambahnya.

Kedua ingin menetapkan pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan yang diselenggarakan berdasarkan kitab kuning. Kalau bangsa saat ini seringkali dianggap krisis kaderisasi ulama, maka kita ingin mengembangkan pendidikan keagamaan ini.

“Ketiga kita akan mengembangkan pesantren sebagai lembaga sosial kemasyarakatan. kita akan optimalkan di ekonomi kewirausahaan, apalagi 4.289.000 jumlah santri se Indonesia. Tantangannya kita kedepan bagaimana beragama dan bernegara dalam konteks Indonesia,” pungkasnya. (Rizky)

Akhiri Kegiatan inggris dan arab Kunjungan Kebahasaan dengan Closing Ceremony

nuruljadid.net – Setelah satu hari mempelajari dan mendalami bahasa asing (Inggris dan Arab) di LPBA Pondok Pesantren Nurul Jadid, pagi ini (19/10/2017) LPBA PP. Darussalam Blokagung Banyuwangi mengakhirinya dengan penuh kesan dan pesan.

Kegiatan penutupan Study Comprative ini merupakan akhir dari kegiatan mereka (LPBA PP. Darussalam) di PP. Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Mereka telah mengikuti beberapa kegiatan yang telah dirangkai oleh Pengurus LPBA dengan penuh rasa gembira dan senang hati. Hal itu dibuktikan dengan pelaksanaan debat antara LPBA Nurul Jadid dan LPBA Darussalam Banyuwangi yang berlangsung kemarin malam (18/10/2017) di Aula SMP Nurul Jadid.

“Kemarin malam ketika pelaksanaan KBM, mereka (peserta kunjungan) meminta kepada pihak LPBA Nurul Jadid untuk bedebat. Karena di lomba GAZA UIN Malang kemarin, LPBA PP. Darussalam menjadi juara III sedangkan LPBA Nurul Jadid menjadi juara II. Itulah pemicu terlaksananya debat” ujar Bagian Kesiswaan LPBA Nurul Jadid, Salman Al Farisi.

Kegiatan penutupan Study Comprative ini diikuti oleh semua peserta kunjungan dari LPBA Darussalam dan beberapa pengurus LPBA Nurul Jadid. Tak hanya itu, Bapak Saili Aswi sebagai perwakilan dari Pengurus Pesantren Nurul Jadid juga ikut hadir dalam kegiatan penutupan ini.

Beliau (Bapak Saili Aswi) menyampaikan bahwa pada hari ini perpisahan akan terjadi antara LPBA Nurul Jadid dan LPBA Darussalam Banyuwangi namun perpisahan ini merupakan langkah awal untuk dikenal di masa mendatang.

“Perpisahan ini bukanlah sebuah awal untuk kita tidak mengenal, tetapi perpisahan merupakan sebuah langkah awal untuk mengenal kembali dan dikenal di masa mendatang” ujar beliau mengawali sambutan perawakilan pengurus pesantren.

Perbedaan budaya dan pengalaman yang telah terjadi selama satu hari di PP. Nurul Jadid dijadikan sebagai ajang pembelajaran bagi kedua pondok pesantren dan hal itu membuktikan bahwa perbedaan itu indah.

“Kegiatan kunjungan ini sebagai ajang untuk berbagi pengalaman diantara kedua Pondok Pesantren. Dengan berkunjungnya adik – adik sekalian ke LPBA Nurul Jadid menambah pengalaman yang tidak ada di Nurul Jadid namun ada di PP. Darussalam Banyuwangi begitu juga sebaliknya” tambah beliau.

Mengkahiri sambutan, Bapak Saili menyampaikan bahwa apapun yang telah dilakukan oleh LPBA Nurul Jadid kepada peserta kunjungan merupakan sebatas ikhtiar untuk mencari sebuah kesempurnaan sekalipun kesempurnaan tidak akan pernah ditemukan.

“oleh karena itu, ketika adik adik menemukan sebuah hal yang indah dan elok untuk dilihat dan sekiranya bisa dijadikan sebagai wawasan bagi adik – adik itulah ikhtiar dari kami karena kami tetap berusaha menjadi yang terbaik. Dan apabila selama kunjungan ini menemukan sesuatu yang tidak berkenan, maka itulah kekurangan kami yang masih mencari kesempurnaan. Jadikanlah yang baik sebagai iktiar untuk mencari ilmu dan jadikanlah yang buruk sebagai angin yang berlalu” cakap Bapak Saili Aswi, Wakil Sekretaris Pesantren.

“kalaulah bukan unggas tidaklah sawah itu menjadi rusak, bukankah karena tugas untuk adik adik sekalian sekiranya tidaklah kita mau berpisah” tambah beliau sekaligus mengakhiri sambutan.

Tak hanya dari PP. Nurul Jadid, Perwakilan pengurus dari LPBA PP. Darussalam Banyuwangi juga turut menyampaikan beberapa kesan selama berkunjung dan memperljari bahasa asing di Nurul Jadid. Hal itu disampaikan oleh Ustadah Nanik Nur Aini.

“Selama berkunjung di PP. Nurul Jadid kami telah mendapatkan banyak pelajaran yang paling utama yang kami ambil adalah rasa berani. Karena dengan rasa berani untuk belajar karena dengan rasa berani kita mendapatkan pengalaman. Hal itu kami jadikan motivasi bahwa kami haruslah lebih percaya diri dan tidak takut akan rasa salah” ujarnya.

“Semoga dengan berkunjung kami di PP Nurul Jadid, LPBA dapat menjadi lebih baik ke depannya” tambahnya sekaligus mengakhiri sambutan.

Sebagai akhir dari acara ini, pemberian cndera mata diberikan oleh perwakilan kedua pihak. Dan dilanjutkan dengan do’a serta foto bersama.

Setelah berkunjung ke PP. Nurul Jadid, LPBA PP. Darussalam Banyuwangi melanjutkan study bandingnya ke PP. Darullughah Wadda’wah (Dalwa) Pasuruan. (Qz)

 

Cuplikan Foto Kegiatan Klik Disini

seminar pendidikan hsn2017 hari santri nasional

Ketua LP Ma’arif NU Pusat, KH. Zainul Arifin Junaidi: Pesantren Khittah Pendidikan Indonesia

nuruljadid.net- Ketua Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Pusat, KH. Zainul Arifin Junaidi mengatakan santri harus berani menunjukkan identitasnya kepada publik. Sebab paham-paham radikal selalu menunjukkan identitasnya yang pada akhirnya dianggap sebagai ideologi.

Hal itu disampaikan di Aula Institut Agama Islam Nurul Jadid dalam seminar pendidikan, Rabu (18/10/2017) dengan tema pesantren kiblat pendidikan karakter. Acara tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan peringatan Hari Santri Nasional, Minggu (22/10/2017) di Pondok Pesantren Nurul Jadid.

“Sarung ini menunjukkan bahwa kita santri,” kata alumni Pondok Pesantren Nurul Jadid ini sambil memperlihatkan sarungnya kepada peserta. Oleh karena pesantren adalah khittah pendidikan Indonesia. Dulu pada zaman Hindhu Budha pendidikan disebut karsa dari kata karso yang berarti kehendak.

Pendidikannya terintegrasi dalam suatu lembaga yang disebut patapan dimana antara murid dan guru hidup bersama disatu lingkungan. Lalu Wali Songo datang mengadopsi sistem pendidikan Hindu Budha dan menyebutnya pasastrian yang berarti orang yang berkehendak sastri atau ingin belajar. “Disebut pesantren karena lidah orang-orang Madura sulit menyebut kata pasatrian,” terang Junaidi.

Setelah itu kemudian Belanda datang memperkenalkan sistem pendidikan sekolah tahun 1906. Sistem ini dikhususkan untuk anak-anak Belanda. Anehnya ketika Indonesia merdeka sistem pendidikan tersebut malah diteruskan. Padahal KH Wahid Hasyim tahun 1929 telah memperkenalkan sistem pendidikan klasikal atau yang dikenal dengan sebutan madrasah nidhomim di Pondok Pesantren Tebuireng.

“Makanya kalau sekarang pendidikan di sekolah morat-marit itu karena sistem pendidikan kita tidak memfokuskan pada pendidikan karakter,”ungkapnya. Maka pendidikan pesantren, tambah Junaidi, harus dirawat agar tetap mempertahankan keaslian tradisinya. (Rizky)

satria dharma

Satria Dharma; Hari Santri Nasional 2017, Momentum Untuk Menggelorakan Literasi

nuruljadid.net- Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia, Satria Dharma mengingatkan agar santri pada peringatan Hari Santri Nasional, Minggu (22/10/2017), kembali meneguhkan nasionalisme dalam bela negara ditengah gempuran gerakan paham khilafah yang berupaya mengganti pancasila.

“Berkat perjuangan para santri Indonesia menjadi suatu bangsa,” kata Satria pada Nurul Jadid.net saat dihubungi via telepon. Hal itu dimaksudkan supaya generasi umat Islam tidak melupakan peran santri saat melawan penjajah.

Pegiat literasi ini juga menyampaikan bahwa umat Islam semestinya lebih giat membaca daripada umat lain. Sebab ayat yang turun pertama kali dalam Al-Quran adalah perintah untuk membaca atau ikro’. “Itu jelas sekali dalam Al-Quran. Sedangkan di kitab agama lain tidak ada. Masalahnya sekarang kita malah terbelakang dalam hal membaca,” terang Satria.

Oleh karenanya momentum Hari Santri Nasional ini penting untuk menggelorakan kembali pesan-pesan tentang pentingnya menguasai literasi. Bukan sekedar membaca dan menulis melainkan bagaimana umat Islam menguasai ilmu dan teknologi melalui literasi yang bermutu.

“Karena saat ini banyak berita gosip, fitnah dan profokasi. Nah ditengah laju perkembangan dunia, para ulama perlu merumuskan standar kurikulum yang modern dengan mengajak para ilmuwan. Ini diharapkan agar pesantren bisa menjawab kebutuhan umat,” terangnya.

“Kalau kita lihat sekarang para orang tua memasukkan anaknya ke sekolah boarding semakin tinggi. Masalahnya apakah pendidikan yang mereka terima di sekolah boarding ini sudah sesuai dengan tantangan zaman atau belum,” pungkasnya (Rizky)

MA Nahdlatul Ulama Lekok Pasuruan Belajar Bahasa Asing di PP. Nurul Jadid

nuruljadid.net – Bahasa asing akhir – akhir ini seakan akan menjadi kewajiban untuk mempelajari bahkan menguasainya. Melihat kondisi jaman sekarang yang telah berbeda dengan sebelum – sebelumnya, maka beberapa tuntutan jaman dialami oleh kalangan umum. Salah satu contohnya adalah MA Nahdlatul Ulama yang terletak di Lekok Pasuruan. Mereka (guru dan murid MA NU Lekok Pasuruan) hari ini (17/10/2017) melakukan study banding ke Pondok Pesantren Nurul Jadid dalam hal kebahasaan.

Rombongan yang tiba di PP. Nurul Jadid pada pukul 15.00 WIB bertujuan untuk belajar dan mendalami bahasa asing di Lembaga Pengembangan Bahasa Asing (LPBA) PP. Nurul Jadid. Kedatangan mereka di PP. Nurul Jadid disambut hangat oleh beberapa pengurus pesantren dan LPBA. Sebanyak 32 peserta didik MA NU Lekok Pasuruan mengikuti kegiatan study banding ini.

Ustad Abdul Aziz, Pembantu Direktur LPBA juga ikut menyambut kedatangan tamu. Diawal sambutannya yang mewakili Direktur LPBA, Ustad Abdul Aziz menyampaikan bahwa dalam seminggu kedepan, para peserta didik MA NU Lekok Pasuruan akan mendapatkan beberapa pelajaran yang telah disiapkan oleh pihak lembaga. Selain itu, dia juga menambahi bahwa dalam tempo yang hanya seminggu, LPBA tidak bisa mencetak generasi yang berkualitas terutama dalam berkomunikasi selayaknya orang asing berbicara.

“Kami tidak bisa mencetak generasi yang instan dalam berbahasa asing karena kami butuh proses, oleh karena itu kami sampaikan kepada adik adik sekalian untuk belajar berbahasa bersama kami” cakap Ustad Abdul Aziz

Bapak Hasan Basri, Pimpinan MA NU Lekok Pasuruan menyampaikan bahwa kegiatan ini selain bertujuan untuk mendalami bahasa asing juga bertujuan untuk mempererat tali silaturrahmi antara kedua belah pihak. Dan dia juga berharap kegiatan ini bisa menjadi awal yang baik bagi peserta didik MA NU Lekok Pasuruan untuk menjadi generasi yang gemilang.

Selama satu minggu lamanya, para peserta didik MA NU Lekok Pasuruan akan menjalani beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh Pesantren dan Lembaga seperti santri PP. Nurul Jadid lainnya. Didalam program yang telah LPBA siapkan, para peserta didik MA NU Lekok Pasuruan akan diberikan beberapa tugas menghafal sebagai bahan dasar mereka untuk memperlajari bahasa asing. Dan mereka juga akan mengikuti kegiatan rutinitas yang dilakukan oleh LPBA seperti bercerita, pidato, menghafal mufrodat, debat, diskusi, terjemah dan mengarang. (Qz)

azar semarak hari santri nasional 2017

Bazar Hari Santri Nasional 2017 di Nurul Jadid, Yuk Ramai-Ramai Kunjungi!

nuruljadid.net- Dalam rangka menyambut Hari Santri Nasional 2017 di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Minggu (22/10/2017), panitia lokal menyediakan stand bazar untuk masyarakat yang bertempat di halaman Kampus Terpadu Nurul Jadid.

Tidak hanya masyarakat, Paguyuban Alumni Nurul Jadid Yogyakarta (PANJY) dan Ikatan Mahasiswa Alumni Nurul Jadid (IMAN) Malang juga turut memeriahkan bazar. Tersedia berbagai macam kebutuhan masyarakat, seperti buku, mainan untuk anak-anak, peralatan rumah tanggga,  hiburan untuk anak-anak, pakaian dan masih banyak lagi yang lain.

Bazar Hari Santri Nasional (HSN) 2017 di Nurul Jadid ini berlangsung selama enam hari, dibuka sejak Minggu (14/10/2017) dan berakhir, Sabtu (21/10/2017). Bazar tersebut merupakan bentuk perhatian Pondok Pesantren Nurul Jadid terhadap masyarakat agar dapat meningkatkan taraf perekonomiannya.

Selain itu, bazar akan dimeriahkan dengan diskusi publik bertema “Memaknai Kembali Resolusi Jihad” pada pukul 19.30 WIB, Rabu, (18/10/2017). Hal ini dimaksudkan supaya santri dan masyarakat tidak terjebak pada acara seremonial, melainkan dapat merefleksikan kembali perjuangan para ulama terdahulu.

Sebelumnya bazar merupakan salah satu rangkaian dari seluruh kegiatan peringatan Hari Santri Nasional di Pondok Pesantren Nurul Jadid. Beberapa rangkaian kegiatan itu antara lain seminar, istighosah, mimbar santri, pawai obor hingga memecahkan rekor muri makan bersama “tabhek” 10.000 santri. (Rizky)

bibit samad rianto mengisi kuliah tamu nurul jadid

Dr. Bibit Samad Rianto Kepada Mahasiswa Nurul Jadid

nuruljadid.net- Kehadiran Satgas Dana Desa RI, Bibid Samad Rianto sebagai pembicara Kuliah Tamu dengan tema Perguruan Tinggi Membangun Desa; Mewujudkan Pengelolaan Dana Desa Yang Transparan Dan Akuntabel di Aula IAI Nurul Jadid, Sabtu (14/10/2017) terasa seperti teman lama.

Meski baru pertama kali mengunjungi Pesantren Nurul Jadid, Bibid terlihat akrab dengan seluruh civitas akademik kampus terpadu. Tak segan-segan mantan komisioner KPK ini memanggil rekan-rekan kepada ratusan mahasiswa Kampus Terpadu Nurul Jadid.

“Untuk akrabnya saya akan memanggil rekan-rekan, biar saya awet muda juga. Saya sudah kepala tujuh. Saya mendapat predikat marga simatupang dari orang-orang Batak. Simatupang, siang malam tunggu panggilan,” ujar Bibid yang disambut gelak tawa mahasiswa.

Di awal penjelasannya tentang korupsi, Bibid menceritakan pengalamannya saat di masukan ke penjara terkait kasus “Cicak Lawan Buaya” pada 2009 lalu. Kasus ini dipicu adanya isu penyadapan oleh KPK terhadap Kabareskrim Mabes Polri saat itu, Komjen Susno Duadji. Buntutnya Bibid Samad Riyanto yang waktu itu menjabat Wakil Ketua KPK dimasukkan ke penjara selama enam bulan.

“Teman-teman masih ingat kasus ‘Cicak lawan Buaya’. Karena adik-adik saya di polisi itu menganggap dirinya buaya, dia lupa bahwa saya juga mantan buaya,” guyon lelaki kelahiran 3 November 1945, Kediri, Jatim ini.

Di waktu lain, saat meresmikan Gerakan Masyarakat Perangi Korupsi di Kab Lahat, Sumsel, Susno Duadji datang minta maaf. “Saya bilang, Sus dari awal sudah saya maafkan, karena ternyata kamu tidak mengerti. Saya terimakasih karena kebodohan kamu itu, saya jadi terkenal. Mungkin kalau tidak pernah jadi ‘Cicak’ teman-teman tidak akan kenal Bibit itu siapa,” terangnya.

Dalam kesempatan tersebut Bibid mengajak mahasiswa untuk berperan serta memahami konsep pembangunan desa, khususnya mengawal Dana Desa. “Sehingga mahasiswa menjadi pelopor perubahan. Ini sebenarnya harapan kita bersama,” pungkasnya. (Rizky)

sambutan kh abd hamid wahid kuliah tamu bibit samad rianto

Mengaji Kebangsaan dan Kenegaraan, Salah Satu Panca Kesadaran Santri Nurul Jadid

nuruljadid.net- Rektor Institut Agama Islam Nurul Jadid (IAINJ) sekaligus Kepala Pesantren Nurul, KH Abdul Hamid Wahid, menyampaikan bahwa pengalaman dan seni adalah sesuatu yang mahal harganya karena tidak bisa diceritakan kepada siapapun.

Oleh karena itu dalam Kuliah Tamu yang diisi oleh satgas Dana Desa, Bibit Samad Rianto, Sabtu (14/10/2017), di aula IAINJ bisa menambah ilmu, pengalaman dan seni dalam memahami desa, khususnya pengelolaan dana desa.

Maka dari itu Irjen Pol Dr. Bibid Samad Rianto sebagai ahli dana desa merupakan salah seorang yang tepat untuk mengaji kebangsaan dan kenegaraan. Bagi Pondok Pesantren Nurul Jadid, berbangsa dan bernegara merupakan salah satu pilar doktrin panca kesadaran santri.

Adapun empat panca kesadaran santri lain yang di gagas oleh Pendiri Pondok Pesan Nurul Jadid, alm KH Zaini Abdul Mun’im adalah kesadaran beragama, kesadaran berilmu, kesadaran bermasyarakat dan kesadaran berorganisasi.

Dalam kesempatan tersebut KH. Abd. Hamid Wahid, berharap kampus terpadu Nurul Jadid mulai dilibatkan dalam orientasi penelitian yang fokus, salah satunya kepada desa sebagai bentuk implementasi tridarma perguruan tinggi.

“Karena mau tidak mau kita semua ini adalah orang dari desa,” terang Kiai Hamid saat menyampaikan sambutan dalam Kuliah Tamu. Sehingga ketika kembali ke desa bisa menjadi orang yang bermanfaat dan berguna,” tambah Kiai Hamid.

Di akhir Kuliah Tamu satgas dana, Bibit Samad Rianto menandatangani MoU dengan Ketua Yayasan Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH Zuhri Zaini sebagai lanjut hubungan antara dua lembaga dalam mengawal, mengenal dan memetakan permasalahan yang ada di desa, khususnya berkaitan dengan dana desa. (Rizky)

lomba sastra religi nurul jadid juara 3

Lomba Sastra Religi, Santri Nurul Jadid Raih Juara 3

nuruljadid.net- Delegasi Pondok Pesantren Nurul Jadid berhasil merebut juara III MQK (Musabaqoh Qiroatul Kutub) Ihya’ Ulumuddin dan Fathul Qorib pada lomba Sastra Religi. Kegiatan lomba ini dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional, Jumat (13/10/2017) di Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar, Jombang.

Pemenang juara III lomba Ihya Ulumuddin diraih oleh Moh Faizin dan lomba Fathul Qorib juara III diraih oleh Mustain Romli. Adapun ketegori yang dilombakan adalah MQK tafsir jalalain dan hifdzun nadhom imrithi tingkat wustha, MQK ihya ulumuddin dan hifdzun, nadzom alfiyah tingkat ulya, Lomba hifdzul kutub aqidatul awam dan MQK fathul qorib tingkat ula.

Lomba yang diselenggarakan Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang ini diikuti oleh 1201 santri putra dan putri dari seluruh pondok pesantren di Jawa Timur. Sebelumnya pada Rabu (12/10/2017) Festifal Sastra Religi dihadiri oleh sekretaris PBNU, Helmi Faisal, Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar dan beberapa sesepuh Pesantren Mambaul Maarif Denanyar Jombang serta sejumlah tamu undangan yang lain.

hari santri nasional 2017 nurul jadid rute kirab resolusi jihad

Rute Kirab Resolusi Jihad Hari Santri Nasional 2017 dari Madiun hingga Ponpes Nurul Jadid

nuruljadid.net- Menyambut Hari Santri Nasional pada 22 Oktober 2017, Pondok Pesantren Nurul Jadid bekerjasama dengan Student Crisis Center Jawa Timur, IPNU Jawa Timur, dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Selain kegiatan Seminar dan Lomba, akan menggelar perjalanan Kirab Resolusi Jihad yang diperkirakan akan menempuh jarak 251 km sebagai bentuk peringatan Hari Santri Nasional di Jawa Timur. Pelaksanaan Kirab akan berlangsung pada 18-22 Oktober 2017. Berikut rute perjalanan Kirab Resolusi Jihad di Jawa Timur.

Perjalanan Kirab Resolusi Jihad akan dimulai dari Madiun, tepatnya di Masjid Quba pada tanggal (18/10/17). Sebelumnya peserta akan melaksanakan Apel yang dipimpin langsung oleh Bupati serta PCNU Kabupaten Madiun.

Perjalanan dilanjutkan dan peserta kirab akan sholat Jum’at di Masjid Agung Baitussalam Nganjuk. Setelah itu, menuju ke Jombang untuk berziarah ke makam KH. Bisri Syansuri Denanyar, KH. Wahab Hasbullah Tambak Beras, Hadratussyaikh Hasyim Asyari, dan Istighotsah pelajar bersama santri Tebuireng.

Kemudian berlanjut menuju Surabaya, Pasuruan, Probolinggo, Kraksaan hingga Paiton. Di Surabaya peserta akan berziarah ke makam KH. Ridwan Abdullah dan mendengarkan orasi kebangsaan yang akan dipimpin langsung oleh KH. Muhibin Zuhri di kantor “Hoofdbestuur Nasdatoel Oelama” Surabaya.

Di Pasuruan mereka akan Jagongan Hari Santri Nasional di Pendopo Bupati Pasuruan. Selain itu, mengaji 22 Khataman al-Qur’an di makam KH. Abdul Hamid bersama Pelajar Santri Pasuruan dan makan 22 Tumpeng di Masjid Agung Pasuruan.

Setibanya di Probolinggo mereka akan singgah di Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong untuk ngaji Hujjah Aswaja yang dipimpin langsung oleh KH. Mutawaqqil Allallah. Selain itu, mereka akan bermujahadah di Kantor PCNU Kraksaan.

Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan menuju Paiton sebagai lokasi finish Kirab, tepatnya di Pondok Pesantren Nurul Jadid. Sesampainya akan diadakan penyerahan Panji Kirab di Pondok Pesantren Nurul Jadid, mencoba melakukan pemecahan rekor MURI Makan bersama “Tabheg” nasi khas santri Nurul Jadid dengan 10.000 santri dan melaksanakan Upacara Peringatan Hari Santri Nasional 2017 hingga Formasi Mozaik 10.000 Santri di Pondok Pesantren Nurul Jadid. (Jawahir)