MASA DEPAN PESANTREN (Kaum Sarungan Menjawab Revolusi Industri 4.0)
nuruljadid.net- Kemarin malam (Jum’at, 6/9), setelah aktivitas rutin mendampingi santri SMP Nurul Jadid (SMPNJ) belajar, saya diajak makan bersama. Makan bersama sebagai wujud rasa syukur atas keberhasilan siswa SMPNJ menjadi “Duta Siswa Prestasi Nasional 2019’ yang sekaligus menjadi “Brand Ambassador The Platinum Skills” selama 1 tahun atas nama Wahyu Ilahi.
Tradisi makan bersama di Pondok, kadang berupa “tabek” yang dibungkus daun pisang. Satu “tabek” bisa dihidangkan untuk 8 sd 10 santri. Kadang beberapa “tabek” disatukan sehingga cukup untuk 30 sd 40 santri.
Kemarin malam itu bukan berupa tabek. Berupa hidangan (nasi dan lauk pauk) yang langsung digelar di tikar plastik memanjang. Kemudian para santri berkumpul melingkar dan menyantap hidangan secara bersama. Ustadz dan santri berkumpul jadi satu, tidak membedakan status. Tetapi tetap memperhatikan ahklakul karimah (sopan santun). Para ustadz dipersilakan degan sopan untuk bergabung bersama. Setelah doa kemudian sama-sama menikmati hidangan.
Hari sabtu (7/9) pagi saya mengajar di SMA Nurul Jadid (SMANJ). Aktivitas literasi (mencari sumber-sember referensi) masalah-masalah sosial di Perpistakaan SMANJ. Perpustakaan ini cukup luas (ukuran 9 x 12) dengan koleksi buku sekitar 7000 (tidak termasuk buku pelajaran).
Para santri sangat asyik membaca buku. Setelah mengambil buku dari raknya, kemudian berlajar bersama. Duduk melingkar seolah sedang makan. Malam hari menyantap makanan, siang hari menyantap buku-buku referensial. Itulah kebiasaan santri sarungan dalam aktivitas belajar hariannya.
***
Proses pendidikan di pesantren, mayoritas pesantren di Indonesia –tidak pernah usang dan ketinggalan– selalu dapat menjawab perubahan dan tantangan zaman. Terus berevolusi menemukan cara terbaik sesuai dengan tuntutan zamannya.
Kaidah yang menjadi pegangan “memelihara hal-hal lama yang baik dan mengambil hal-hal baru yang lebih baik”. Kaidah lain yang terpatri kuat –dalam konteks pendidikan– terkenal quote (kutipan) pendapat yang berasal dari Ali bin Abi Thalib RA “didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan dizamanmu”.
Pendapat Ali Bin Abi Thalib ini –menjadi perhatian dan diterapkan di pondok pesantren– jauh mendahului pendapat seorang fururulog dari Amerika Serikat, Alfin Toffler (1928-2016) yang menyatakan “Education mustsave in the future time” (Pendidikan harus selalu mengacu pada masa depan).
Pesantren terus dapat merespons dan mengadaptasi perkembangan teknologi dan informasi, revolusi industri 4.0 dan rentetan efek dari dinamika perubahan zaman itu sendiri. Di tengah kegagapan budaya (cultural gap) terjadi dalam dunia pendidikan.
Meskipun kemajuan teknologi dan informasi –seolah– semua persoalan dan ilmu pengetahuan dapat dicari (akses) jawabannya melalui internet, namun pesantren –sebagai pengelola pendidikan– tetap dapat tampil meyakinkan –ditengah– disrupsi kemapanan.
Pesantren adalah tempat dan proses menuntut Ilmu. Baik ilmu berkaitan dengan agama maupun ilmu pengetahuan lainnya.
Sabtu (7/9/2019) siangnya (Jam 10.30 sd 11.30) mendapat kunjungan dan sosialisasi “THE IMPORTANCE OF SOFT SKILLS FOR STUDENTS IN INDUSTRIAL REVOLUTION 4.0 dari THE PLATINUM SKILL INDONESIA di Pondok Pesantren Nurul Jadid.
Terdapat dua santri yang berprestasi diajang duta siswa berprestasi tingkat Nasional. Selain Wahyu Ilahi dari SMPNJ ada juga Zeidan Izza Faris dari MTS Nurul Jadid. Sebelumnya terdapat 15 santri Nurul Jadid dari berbagai lembaga pendidikan, masuk 100 besar nominator tingkat Nasional. Menyisikan 972 peserta se Indonesia.
Pesantren secara umum dan khususnya Pondok Pesantren Nurul Jadid siap menghadapi tantangan global dan abad 21. Meskipun kebiasaan (tradisi) dengan pola makan “tabek” dan sarungan (kaum bersarung), tetap dapat menghasilkan prestasi.
Pondok Pesantren siap membekali santri memiliki daya saing yang tinggi dalam percaturan Internasional selain bekal ilmu agama yang menjadi pokok pembelajaran di Pesantren. Anak pesantren tidak ketinggalan zaman. Penguasaan bahasa asing (Inggris, Arab dan Mandarin) di atas rata-rata, kata Tim dari Platinum Skill.
Penulis : Didik Agung P Wicaksono
Editor : Ponirin Mika
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!