Habib Jindan : Umat Islam Adalah Rujukan Dunia dalam Moderasi, Hak Kaum Wanita dan HAM

nuruljadid.net – Habib Jindan Bin Novel selain membahas tentang pentingnya sanad dan akhlaq dalam berdakwah, beliau juga menyinggung bahwa umat Islam adalah umat yang moderat menjunjung tinggi HAM dan menghormati kaum wanita sebagaimana ajaran Islam dalam Al-Qur’an dan tauladan dari baginda Nabi Muhammad SAW.

Sebagaimana diajarkan terkait moderat ‘wasathiyah’ yang diajarkan oleh Nabi Muhammad, bukan moderat versi Barat, Utara, Selatan atau Timur. Karena kebanyakan wasathiyah mereka tidak objektif, sehingga yang harus menjadi rujukan dan standard dalam wasathiyah umat Islam adalah versi Nabi Muhammad SAW.

“  لِّتَكُونُوا۟ شُهَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِ وَيَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا sebagaimana kita umat ini menjadi rujukan dalam kemoderatan. Jadi kita moderat bukan belajar dari Amerika, bukan belajar dari Eropa, moderat bukan belajar dari dunia Barat, sampai sekarang.”

“Di antara mereka itu sampai sekarang bahkan di negara-negara maju, tetap ada intimidasi dan rasis.”

Habib Jindan juga menceritakan kasus penindasan dan diskriminasi yang kerap dilakukan oleh Barat terhadap kaumnya yang seringkali menjadi rujukan dunia.

“Penindasan terhadap sesama, dan menganggap selain dari pada mereka (barat) itu di bawah. Orang kulit hitam, sampai sekarang, belum mendapatkan haknya secara penuh disana, walaupun secara tertulis ada haknya, akan tetapi di dalam pengaplikasiannya dalam bermasyarakat dan perkantoran, belum.”

“Mengklaim hak Wanita, kita tidak belajar dari Barat karena mereka justeru penista wanita. Mereka adalah orang-orang yang melecehkan kaum Wanita dari zaman dulu sampai sekarang.”

“terus kita disuruh belajar hak Wanita dari Barat, tidak! Standard di dalam menjaga, menghormati haknya kaum Wanita adalah nabi Muhammad dan ini umat Islam”

Sebagaimana Nabi menyampaikan kemulian seorang Wanita khususnya Ibu yang masyhur di kalangan umat Islam. “al-jannatu tahta aqdāmil ummahāt disebutkan dalam Kitab Al-Kāmil fi Dhu’afā’ir Rijāl karya Ibnu ‘Adi. Syurga di bawah telapak kakinya para ibu.”

“Suatu ketika Nabi juga pernah ditanya oleh Sahabat, “Siapa orang yang paling berhak untuk saya santun kepadanya?”, Nabi menjawab “paling prioritas untuk kamu berbuat baik kepadanya adalah Ummuk, ibumu!”, “kemudian?”, “Ibumu”, “Kemudian?”, “Ibumu”, baru setelah itu “Tsumma Abak” artinya ayahmu” beliau berkisah.

Menyoal Hak Asasi Manusia Habib Jindan mengutarakan dengan tegas bahwa kita tidak perlu belajar dari negeri Barat, cukup mencontoh Nabi Muhammad SAW.

“Kita mau belajar Hak Asasi Manusia dari orang tukang nembakin orang, dari orang-orang yang punya senjata pemusnah massal.”

“Itu adalah watak preman. Itu adalah watak penyamun, watak tukang palak, wataknya perampok, tukang todong, pencuri, yang hobinya mengancam sana-sini.”

“Negara maju bukan negara yang punya senjata pemusnah massal, tetapi punya alat pemberi makan massal, pemberi manfaat massal, pemersatu massal.”

“Oh, kita negara Indonesia negara maju, punya khitanan massal, nikahan massal, dari zaman dulu, waallah lebih baik dari pemusnah massal. Jauh lebih manfaat 1000 kali dari pada itu semua. Kita jauh lebih maju, akan tetapi suatu kebodohan ketika kita menganggap mereka modern, mereka maju, mereka keren, sama sekali gak ada kerennya.”

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:

إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِنْ أَهْلِ ٱلْكِتَٰبِ وَٱلْمُشْرِكِينَ فِى نَارِ جَهَنَّمَ خَٰلِدِينَ فِيهَآ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمْ شَرُّ ٱلْبَرِيَّةِ

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (QS. Al-Bayyinah: 6)

Dewasa ini kita juga harus waspada akan virus negatif dari seks bebas dan LGBT. “mereka meracuni anak-anak kita dengan racun pelajaran zina, pelajaran liwat, pelajaran homoseksual, pelajaran LGBT yang disusupkan bahkan di dalam film-film kartun, bukan lagi di film-film dewasa saja, bahkan di dalam film-film anak”

“dan mereka adalah شَرُّ ٱلْبَرِيَّةِ seburuk-buruknya manusia.”

“Itu adalah hal yang primitif, yang tidak dilakukan hewan atau binatang. Binatang pun juga enggan untuk melakukan hubungan sesama jenis, sedihnya, manusia melakukannya. Terus dibilang, oh ini professor, oh ini lulusan dari universitas terkemuka, dan dengan bangga mengumumkannya. Naudzubillah Min Dzalik!”

“Dan kita menganggap apa saja yang datang dari mereka hebat. Dan ditanamkan di benak umat Islam, mereka adalah negara-negara yang tak terkalahkan.”

“Persis seperti perkataan kaum ‘Ad, mereka bilang مَنْ أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً siapa gerangan yang lebih hebat, lebih kuat dari pada kami? Menganggap dirinya paling kuat, punya kekuatan, punya persenjataan, punya segalanya, bukankah Allah yang maha kuat, sudah membinasakan orang-orang tersebut, Kaum Ad dibinasakan, kaum nabi Nuh dibinasakan, gampang membinasakannya,”

“Sebagaimana kita kalau di closet, udah selesai, setelah itu di-flush, cukup dipencet tombolnya, ceeeesss, cuci bersih. Nah Allah Ta’ala lakukan sama persis pada kaumnya Nabi Nuh. Semudah itu bagi Allah SWT. Sesimpel itu bagi Allah SWT”

“Bukankah dulu, ada Kerajaan Romawi yang ribuan tahun berkuasa, mana sekarang? Mereka tidak menyangka kalau kerajaannya akan musnah, habis sudah. Kerjaan Persia, yang ribuan tahun, berkuasa, kerjaan terlama di dunia, mana sekarang? Dicabik-cabik oleh Allah Ta’ala, habis musnah.”

“Dan bukankah dulu, di masa perang dunia pertama dan perang dunia kedua, orang kalau sudah dengar, Negara Jerman dengan NAZI-nya dan Hitler nya, semua ketakutan, semua gentar. Sekarang mereka lenyap, mana NAZI nya, mana Hitlernya.”

“Perancis, dengan fasisnya juga habis. Tidak ada lagi Mussolini-nya, dia digantung terbalik sampai mati oleh rakyatnya sendiri, selesai sudah.”

“Dan untuk orang-orang yang menyimpang dari Allah Ta’ala, akan dapat nasib yang sama. Mereka tanamkan kekacauan, kerusuhan, peperangan di negara-negara Islam, sekarang dibawa oleh Allah SWT kerusuhan, kekacauan dan peperangan di dalam negara mereka sendiri satu sama lain. Disibukkan orang dzalim dengan orang dzalim,”

Sehingga kita patut bersyukur karena Allah SWT karuniai Nabi Muhammad SAW sebagai “nur” cahaya dan pencerahan bagi kita sekalian. Kita cukup merujuk kepada Nabi Muhammad SAW sebagai standarisasi dalam segala hal. Sedangkan golongan mereka adalah golongan yang tidak punya solusi dan gagal. Mereka mengandalkan kekuasaan, mengandalkan pemasukan negeri dari perang, mengandalkan pemasukan negeri mereka dengan membuat antar negara berperang demi keuntungan.

“Indonesia 350 tahun dijajah Belanda, dijajah Jepang, dijajah Portugis dan hampir semua negara-negara jajahan mereka di zaman tersebut seperti di Afrika, masing-masing dibagi-bagi, sebagian diambil Perancis, sebagian yang lain diambil Inggris, Portugis, diambil sama Itali, dibagi-bagi oleh mereka.”

“Mengandalkan kekayaannya dengan menjarah negeri lain pada zaman dulu sampai sekarang. Zaman sekarang negara Timur Tengah dibuat saling rusuh, agar mereka dapat untung, mereka dapat duit, terus mereka kayanya dari mana? Kayanya hasil merampok, hasil menjarah, hasil bikin rusuh di negara orang, sukses apa yang mereka punya?”

“Sejatinya, mereka gagal dalam ekonomi, keamanan, sosial dan masyarakat. Gagal dalam hubungan rumah tangga, gagal dalam hubungan dengan orang tua dan anak. Sedikit sekali rumah yang rukun antar orang tua dan anak. Gagal bahkan antara suami-istri. Kegagalan itu dimana-mana, sehingga mereka tidak mau menikah, karena sudah pasti bercerai.”

Nabi Muhammad SAW memberikan teladan yang terbaik kepada, termasuk dalam hal berperang. Rosulullah berpesan dalam jihad untuk tidak membunuh wanita, anak kecil yang ada di medan perang termasuk musuh yang sudah kabur juga rakyat sipil.

“musuh yang kabur jangan dikejar kata Rosulullah, kasih kesempatan, mungkin mereka mau beriman, mau balik, mau bertaubat. Kemudian dalam peperangan, jangan ganggu rakyat sipil, orang pasar jangan diganggu, orang yang lagi ibadah di kuilnya atau di gerejanya atau di sinagoknya jangan diganggu dan jangan dirusak kata Rosulullah SAW. Nabi mengajari kita demikian.”

“Ini kemodernan yang sudah kita raih yang diajarkan oleh nabi Muhammad sejak 15 abad lalu. Negara modern tau apa? Tentang HAM? Kita mau belajar tentang HAM dari mujrimin, dari pendosa, dari pelaku kejahatan, melakukan kejahatan perang, puluhan tahun, ratusan tahun dalam keadaan yang demikian.”

“Terus kita sekarang mau berguru sama mereka? Belajar HAM dari mereka? Standarisasi HAM bukan mereka. Kita umatnya Nabi Muhammad sebagai rujukan HAM.”

Habib Jindan Bin Novel menceritakan ketika Sholahuddin Al-Ayyubi berperang merebut Baitul Maqdis, terjadi peperangan, kemudian pimpinan atau raja yang memimpin pasukan sakit, sakit keras, maka Sholahuddin berinisiatif untuk tidak melakukan gencatan senjata. Mengapa demikian? Karena pimpinannya sedang sakit, sehingga peperangan dihentikan sambil menunggu dia sembuh.

Tidak hanya sampai di situ, kemudian Sholahuddin juga mengirimkan dokter pribadi terbaik yang dia punya, untuk membantu pengobatan pimpinannya sampai sembuh. Dan di masa itu, kedokteran dikuasai oleh umat Islam. Dokter-dokter terbaik adalah umat Islam.

“dalam peperangan mereka gak ada istilah sebel sama suatu negeri dengan tidak memperbolehkan kiriman makanan, akses listrik, akases minum, dan lain sebagainya. Lihat Sayyidina Sholehuddin Al-Ayyubi, ratusan tahun yang lalu. Beliau kirim dokter terbaik untuk mengobati musuh besarnya.”

“Nabi Muhammad SAW yang memerintahkan kepada kita ‘jangan memutilasi’. Jenazah di medan perang itu jangan dimutilasi, beliau sendiri yang memerintahkan para sahabat, kubur jenazahnya orang-orang kafir yang sudah terbunuh, digali lobang, dikubur, gak dibiarkan untuk dimakan Binatang buas. Dikubur dan dimakamkan oleh Rosulullah SAW.”

“Kita belajar HAM dari nabi Muhammad. Kita belajar HAM dari khulafaur rasyidin, dari para sabahat, dari pada ulama, dari para pejuang-pejuang Islam. Dari mereka kita belajar Hak Asasi Manusia. Nabi yang bilang perlakukan tawanan dengan baik. Tanyakan tawanan di Guantanamo diperlakukan seperti apa? Tanyakan tawanan yang ada di penjara-penjara mereka diperlakukan seperti apa? Tapi nabi Muhammad memerintahkan perlakukan tawanan perang dengan baik hingga mereka dijamu dengan jamuan terbaik.”

“bahkan tuan rumahnya, makan tidak seenak tawanan, makanan yang paling enak diberikan kepada tawanan. Ditanya kenapa itu tawanan sampai malu? Kalian adalah tamu kami, kalian titipannya Rosulullah SAW.”

Allah berfirman dalam Al-qur’an: وَيُطْعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا

Artinya: Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. (QS. Al-Insan:8)

إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ ٱللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَآءً وَلَا شُكُورًا

Artinya: Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. (QS. Al-Insan:9)

“Memberikan makan kepada orang lain, yatim, miskin dan tawanan perang, kafir harbi yang ditangkap dan ditawan di Madinah, mereka diberikan jamuan terbaik oleh Rosulullah SAW.”

“Dan inilah Islam, Islam memperlakukan lawan seperti apa. Apalagi memperlakukan kawan sesama umat Islam. Oleh karenanya itu, Alhamdulillah, Allah Ta’ala berikan segala khazanah kekayaan di dalam Sirahnya Nabi Muhammad, dalam Akhlaqnya Nabi Muhammad, dalam Ajarannya Nabi Muhammad.”

“Jangan terkecoh dengan hidangan palsu oleh musuh-musuh Islam, dan sebaik-baiknya yang kita lakukan adalah kita mendoakan umat agar Allah melindungi mereka,”

“kita menuntut ilmu, bentuk pembelaan kita sebagai santri kepada saudara-saudara kita yang ditimpa musibah atau bencana.”

“Bukan saudara kita yang berperang ya! Mereka lebih mirip pembantaian massal, itu bukan perang, itu pembantaian massal. Pemusnah massal! Gak heran emang, karena keahlian Barat memang seperti itu, dari dulu seperti itu, hobinya begitu.”

“Masuk ke Amerika ratusan tahun yang lalu, penduduk asli Amerika mati, habis! Tersisa tinggal sedikit, kena penyakit, yang sakit hanya pribumi saja, yang lain semuanya hidup. Suku Indian disana sudah habis. Baik itu di Amerika, di Australia, dimanapun tempat.”

“Dan perang kita, sibukkan dalam belajar, menuntut Ilmu, bangun malam, menjaga adab dan sunnahnya Rosulullah dan mendoakan saudara-saudara kita, sebaik-baiknya peran yang bisa kita jalankan di saat ini.”

“Pembelaan yang bisa kita lakukan saat ini, menuntut ilmu, hafalkan pelajaran, muraja’ah, kemudian juga berdakwah, mengkaji ilmu agama, mengamalkan ilmu, menjaga adab dan sunnahnya Nabi Muhammad, dhuha, witir, qiyamul lail, tahajjud, sholatul jama’ah, adab kepada guru, birrul walidain, hadir pengajian, tilawatul qur’an, sebaik-baiknya bentuk pertolongan yang bisa kita berikan kepada saudara-saudara kita.”

“Dan ini adalah peran kita untuk membela agama di saat ini dan mendoakan saudara-saudara muslimin kita di dalam sujud dimanapun mereka berada.”

“Dan ketahuilah, musuh-musuh Allah tidak akan berhasil menjajah tanah umat Islam, melainkan setelah sebelumnya mereka berhasil menjajah jiwa dan hati dan pikiran umat Islam. Ketika jiwanya berhasil dijajah, maka tanahnya dengan mudah direbut.”

“Bagaimana menjajah jiwa? Nah itu tadi, dibikin orang tidak lagi mengidolakan nabinya, yang diidolakan yang lain, dibikinin deh tiap hari dibawakan idola yang baru. Dibawakan Idol yang baru tiap hari, baik itu dari olahragawan, atau artis, atau penyanyi tiap hari dibawain hal yang baru.”

(Humas Infokom)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *