Pos

“Andaikan, Andaikan, dan Andaikan”

Oleh: Muhammad Alfath

nuruljadid.net – Di sela-sela padatnya kegiatan pondok, tak jarang saya duduk berbincang-bincang bersama para santri lain. Tentu saja mereka—yang berjumlah ribuan dan berasal dari daerah yang berbeda-beda—memiliki latar belakang yang tidak sama. Pandangan hidup merekalah yang kemudian memperkaya pandangan saya akan hidup ini. Atau bahasa kerennya.. yaa, welsthanschaung mereka.

Tak jarang pula saya mendengar pengandaian-pengandaian mereka. Pengandaian yang berasal dari hati dan disalurkan lewat mulut mereka:

Andaikan aku gak mondok, pasti sekarang lagi chatan sama ayang,” ujar salah seorang santri untuk memulai pengandaian.

Yang lain ikutan nimbrung, “uhh, kalau saya pasti lagi mabar Mobile Legends sekarang”

“kalau saya, pasti lagi nonton film “eng ing eng” di pesbuk,” timbrung seorang teman mereka dengan muka mesum.

“Andaikan kita bukan santri, pasti sudah hidup ‘bebas’,” ujar salah seorang santri untuk “menyimpulkan” pengandaian-pengandaian mereka.

Semua ini adalah salah tiga contoh daripada bermacam-macam kesalahan penggunaan media sosial oleh umat manusia. Medsos yang memiliki jutaan manfaat justru disalahgunakan oleh pihak yang tidak profesional dalam menggunakannya.

Penggunaan medsos oleh santri malahan menimbulkan masalah identitas: mereka yang harusnya bangga melihat bagaimana kaumnya sudah go-International, malah menilai hal-hal yang tidak bisa dilakukannya sebagai kekurangan. Mungkin pihak yang berwenang perlu mengadakan “Kursus Bermedsos” untuk menanggulangi masalah ini. Kalau tidak yaa dampaknya akan seperti ini: timbul kalimat “andaikan, andaikan, dan andaikan” dari orang-orang—tanpa terkecuali kaum santri—yang menggunakannya.

Menjawab “Andaikan, Andaikan, dan Andaikan”

Yaa, timbullah perkataan “andaikan, andaikan, dan andaikan”, beserta ribuan pengandaian lainnya. Seolah-olah para santri pengandai itu tidak pernah berpikir bahwasanya terdapat  ratusan bahkan puluhan ribu orang yang mengandaikan dirinya menjadi seorang santri. Terlalu luas dunia ini bagi persepsi mereka yang sempit akannya. Terlalu sibuk melihat apa yang ada pada diri orang lain sampai lupa pada apa yang ada pada diri mereka sendiri. Amerika sudah mengandaikan bagaimana mendaratkan manusia di planet Mars, sedangkan kita masih mengandaikan bagaimana mendaratkan kepala kita pada bahu si dia. Adaahh…

Padahal, Habib Husein Ja’far Al-Hadar, seorang da’i generasi millenial, pernah berkata: “Tidak ada identitas yang lebih mulia, lebih agung, dan lebih baik di dunia ini daripada seorang santri”

Mungkin bagi sebagian orang, perkataan beliau terkesan mengada-ngada. Bagaimana mungkin seorang yang sekedar memakan tahu tempe dengan “wadah” plastik tanpa mencuci tangan dapat dikatakan mulia?

Namun, itulah kenyataannya. Para santri diajarkan merendah serendah tanah untuk meroket menembus bintang-bintang. Memberikan jasa yang tak terhingga bagi bangsa, agama, dan negara. Bagaimana tidak?, bangsa ini dapat terbebas dari belenggu penjajahan asing tidak lain dan tidak bukan adalah karena jasa para santri; visi islam sebagai agama yang rahmatan lil’alamain — bukan hanya rahmatan lilmuslimin apalagi sekedar rahmatan lil’arabiyyin— dapat terwujudkan di negeri yang kaya ini yaa sebab jasa para santri; Gusdur yang disegani dunia sampai-sampai dijuluki sebagai Guru Bangsa, yaa tidak lain dan tidak bukan adalah bagian dari kaum sarungan.

Lalu alasan apalagi bagi para pembaca yang merasa tersindir dengan tulisan 539 kata ini untuk merasa insecure menjadi seorang santri? Sampai-sampai “meng-qodho’ kemaksiatan” yang belum dilakukan di pondok  ketika pulang ke rumah?

Pertanyaan besarnya bukanlah “untuk apa menjadi santri?. Melainkan, pertanyaan besarnya adalah: “Mengapa aku harus menjadi santri?, Mengapa santri adalah identitas yang harus melekat pada diriku?, dan bagaimana aku dapat mulia karena menjadi seorang santri?”.

 

*) Penulis merupakan santri aktif Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo dan siswa aktif MTs Nurul Jadid

 

Editor: Ponirin Mika

Lebih 1 Juta Views! eNJe Picture Rilis 2 Video Musik Ceritakan Perjuangan Santri

nuruljadid.net – eNJe Picture membuktikan eksistensinya terus produktif dengan kembali merilis sebuah karya. Kali ini, tim Multimedia Pondok Pesantren Nurul Jadid yang berdiri sejak 2018 itu merilis dua video musik berjudul N.J.O.Y dan Menembus Matahari. Dua lagu ini sendiri merupakan Official Sound Track (OST) pada kegiatan Orientasi Santri Baru (OSABAR) 2023 bulan lalu. Hadirnya video musik N.J.O.Y dan Menembus Matahari tak lepas dari kerjasama banyak pihak.

Lagu N.J.O.Y ini diadopsi dari Dreamers yang dibawakan oleh Jung Kook sebagai salah satu soundtrack FIFA World Cup Qatar 2022, sedangkan Menembus Matahari terinspirasi dari lagu Anggi Marito Tak Segampang Itu. Dari kedua lagu tersebut tim eNJe Picture menciptakan lirik sendiri menyesuaikan kehidupan santri.

Tim eNJe Picture sebagai tim videografi diketuai oleh Ach. Faqihatus Sholeh, vocal putra diisi oleh Dirga Thama, sedangkan putri diisi oleh tiga santriwati Cindy, Catrin, Lexya. Tak kalah penting, musik pengiringnya diaransemen oleh Dimas Al-Jawad, sedangkan Zukhruf Zidane berperan sebagai DOP dan Adlan Adriansyah sebagai video editor.

Bagian lirik dikarang dan ditulis oleh tim eNJe Picture sendiri yang diilhami dari pengalaman mondok sembari mengaji dan mengabdi di pesantren. Selain itu, ada panitia OSABAR dan santri Nurul Jadid yang didapuk sebagai pemeran dalam video musik N.J.O.Y dan Menembus Matahari.

(Tampilan tangkap layar video musik karya eNJe Picture di kanal YouTube resmi Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton)

Dari infomasi yang terhimpun, dikatakan bahwa music video N.J.O.Y dan Menembus Matahari punya makna yang begitu dalam. Dalam perjalanan hidup di pesantren, santri harus memiliki jiwa pengabdian yang tinggi dan kemauan belajar yang kuat serta terus berupaya untuk memperbaiki akhlak terutama kepada guru yang dewasa ini kian terkikis bahkan hilang karena kecerdasan dan merasa pintar yang keblablasan.

“Video musik N.J.O.Y dan Menembus Matahari adalah sebuah gambaran kecil dari jutaan bahkan miliaran gambar lainnya di dunia pesantren. Gambaran ketika santri tidak selalu bisa memilih untuk bertemu dengan orang tua, bertukar rasa, terikat, terpisah dengan apa dan siapa yang mereka cinta,” tulis tim eNJe Picture.

1. Dapat Dinikmati Lewat YouTube

Video musik N.J.O.Y dan Menembus Matahari merupakan karya video musik terbaru dari eNJe Picture. Karya ini dapat disimak dan dinikmati di kanal YouTube resmi Pondok Pesantren Nurul Jadid. Di YouTube telah ditonton lebih dari 12 ribu kali, kalah banyak dibandingkan penonton TikTok, hal ini disebabkan tidak sedikit oknum yang mengunduh dan membagikannya di pelbagai medsos dan grup yang mereka punya tanpa menyertakan link resmi video musik ini.

Semoga gambaran N.J.O.Y dan Menembus Matahari dari karya yang melibatkan banyak talenta di dalamnya ini dapat berkenan kepada pemirsa khususnya santri Indonesia yang menyimaknya.

2. Dapat Dinikmati Lewat TikTok

Tidak hanya di kanal YouTube, video musik N.J.O.Y dan Menembus Matahari ini juga diunggah di akun resmi TikTok Pondok Pesantren Nurul Jadid yang sudah berhasil tembus lebih dari 1,5 Juta penonton, 150 ribu lebih disukai dan seribu lebih kometar.

Harapannya karya santri yang sederhana ini dapat didukung oleh semua pihak agar santri terus termotivasi untuk berkarya dengan konten yang positif, Islami dan mengilhami kebaikan bagi para pendengarnya. Salah satu cara sedehana yang bisa dilakukan untuk mendukung karya seni santri adalah dengan SUBSCRIBE – LIKE – COMMENT – SHARE. Semoga menjadi kebaikan bagi semua.

Berikut Link Resmi Karya Video Musik eNJe Picture:

  1. N.J.O.Y Putra on YouTube
  2. N.J.O.Y Putri on YouTube
  3. Menembus Matahari on YouTube
  4. N.J.O.Y Putra on TikTok
  5. N.J.O.Y Putri on TikTok
  6. Menembus Matahari on TikTok

(Humas Infokom)

Gelaran Simposium SMANJ 2023 Membawa Biji Kelor Menjadi Juara

nuruljadid.net – Kegiatan Simposium di aula putri yang dihadiri seluruh siswi SMA Nurul Jadid pada tanggal 20 Maret 2023 berlangsung dengan meriah. Tepuk tangan meriah saat diumumkan penganugerahan tugas akhir terbaik setiap program,  bintang pelajar dan organisator terbaik. Dan menjadi prestasi membanggakan bagi nama-nama yang disebut.

Sebagaimana hasil liputan yang dilakukan oleh Juwariyah, S.Si. Wajah bahagia terpancar dari siswi bernama Vivit Margaretha kelas XII MIPA 4  dan juga aktif di lembaga PPIQ, mewakili maju menerima piala penghargaan tugas akhir (TA) terbaik program IPA. Dengan judul TA “Kopi Biji Kelor Pencegah Stroke” yang dikerjakan secara kelompok bersama Angelica, Maulida Salsabila, dan Nisrina Zahwa dari kelas XII MIPA 4.

Penelitian yang membawa juara ini mulai dikerjakan selama 3 bulan di laboratorium kimia SMA Nurul Jadid. Semangat dari pembimbing 1 ibu Juwariyah S.Si dan pembimbing 2 ibu Kuni Badriyah mengantarkan kelompok ini meraih juara.

Pengalaman berharga disampaikan oleh Vivit bahwa banyak hal baru yang didapatkan dari program TA. Antara lain, bisa mengukur tensi darah, bisa menjalin komunikasi dengan pihak lain, bisa meyakinkan orang lain. Dari hasil penelitian ini diperoleh bubuk biji kelor yang dapat dikonsumsi secara aman untuk menurunkan tensi darah tinggi penyebab stroke. Terbukti dari beberapa responden yg telah mengkonsumsi, karena kandungan potasium dari biji kelor dapat menurunkan kadar natrium dalam darah.

(Potret kegiatan siswi SMA Nurul Jadid Paiton Probolinggo dalam rangka Simposisum 2023)

Program tugas akhir (TA) yang merupakan bagian integral Program Sekolah Riset (SR) dan Sekolah berbasis Riset (SBR) dalam rangka menyokong Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan salah satu program kurikulum SMA Nurul Jadid yang dinahkodai oleh Bapak Drs. Rahardjo. Orientasi dari program ini adalah menciptakan pembelajaran yang mampu menjawab tantangan abad 21 untuk menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan 4C, yaitu berpikir kritis (critical thinking), kreatif (Creative), cakap berkomunikasi (Communicative) dan kolaborasi (collaborative).

Program TA yang diprakarsai Waka kurikulum Bapak Didik Rahwiniyanto, S.Si., M.Pd. ini telah berjalan 3 tahun dengan melibatkan semua unsur sekolah secara bersama-sama membimbing dan mengawal pelaksanaan program. Semoga program ini menjadi transformasi pendidikan  yang positif untuk kemajuan SMA Nurul Jadid ke depan.

SMA Nurul Jadid: Maju Bersama, Hebat Semua.

 

 

(Humas Infokom)

Lestarikan Warisan Budaya, SMANJ Bekali Skill Membatik Siswinya

nuruljadid.net – Pelestarian budaya bangsa agar tidak pudar dan pudah merupakan tanggung jawab bersama salah satunya adalah batik. Ide kegiatan ekstrakurikuler membatik bagi siswi SMA Nurul Jadid ini muncul dilatarbelakangi karena arus globalisasi budaya yang berkembang begitu pesat. Sehingga menimbulkan isu lunturnya budaya lokal yang menjadi kekhawatiran tersendiri bagi bangsa Indonesia.

Pembina OSIS putri SMA Nurul Jadid Intan Ceriya Mulyaningsih, S.kom,. S.Pd. menjelaskan pentingnya kegiatan pengembangan keterampilan melalui ekstrakurikuler membatik.

”Anak muda harus menjadi bagian untuk mencari solusi berbagai masalah, karenanya ide ini ditanamkan pada siswi-siswi SMANJ yang peduli akan perubahan dan nantinya akan memberikan dampak positif dalam pelestarian budaya bangsa,” ungkap pembina OSIS yang akrab disapa Ibu Intan tersebut

Dari berbagai budaya yang ada, salah satu budaya yang paling mencerminkan Indonesia adalah batik. Dimana setiap daerah memiliki corak dan motif batik yang beragam. Anak muda sebagai generasi penerus warisan leluhur ini seharusnya perlu mengenal budayanya sendiri. Hal ini pula yang melatarbelakangi adanya ekstrakurikuler membatik ini.

Kegiatan ekstrakurikuler ini digelar atas kerja sama dengan Industri Kerajinan Batik Khas Probolinggo yaitu Batik Tulis Ronggo Mukti Probolinggo. Dengan mendatangkan langsung para pembatik tersebut, diharapkan para siswa dapat meraup ilmu langsung dari pakarnya. Sebagai langkah awal, dilakukan penjaringan siswa-siswi yang memiliki ketertarikan terhadap batik.

”Kegiatan esktrakurikuler seperti ini sudah sejak lama diadakan di sekolah kami, peminatnya pun tidak sedikit, bahkan sampai melampaui target,” ujar Intan.

Para siswi diberi pelatihan membatik dengan intens, sudah mambu mengikuti motif yang diajarkan dengan rapi. Di akhir semester, SMANJ biasanya mengadakan pameran karya yang telah mereka hasilkan sebagai wujud karya nyata mereka kepada warga sekolah.

Balqis Nur Atikah salah satu siswi SMANJ memberikan apresiasi kegiatan ini yang penting untuk memberkali mereka dengan keterampilan membatik selain akademik, “Saya sangat senang sekali ada kegiatan ekstra membatik bagi siswi yang bagus dan penting sebagai kiat mengenal motif batik lokal nusantara danupaya melestarikan warisan budaya nenek moyang kita juga,” ungkap Balqis saat ditemui di sekolah.

Kedepannya, mereka berharap pasca kegiatan pelatihan membatik dapat dibentuk suatu komunitas di SMA setempat yang beranggotakan siswa-siswi yang memiliki perhatian lebih terhadap batik uintuk diseriusi ke ranah industri. Diakui Intan, pondasi budaya perlu ditanamkan pada bibit-bibit generasi, terutama anak muda yang memegang peranan penting menuju perubahan.

”Keluaran yang diharapkan nantinya dari kegiatan pelatihan membatik ini adalah terbentuknya komunitas yang peduli dengan budaya dan syukur-syukur masuk bidang bisnis industri,” pungkasnya.

 

 

(Humas Infokom)

 

Menjelang Harlah, Santri I’dadiyah Sambut dengan Karya Video Nasyid Islami

nuruljadid.net – Berawal dari kegabutan kemudian mencari inspirasi video nasyid dari paltform media sosial yang sangat populer yakni YouTube, Santri I’dadiyah tingkat SLTP Pondok Pesantren Nurul Jadid asah kreativitas dan skill yang dimiliki dalam dunia videografi dan tarik suara dengan membuat video nasyid Islami.

Karya tersebut dibuat atas kolaborasi bersama dengan beberapa teman dan asatiznya. Proses pembuatan video tersebut memakan waktu selama 2 hari, mulai dari konsep, lirik hingga video editing-nya. Beberapa tempat yang berbeda di sekitar pesantren dijadikan lokasi shoot footage video. Untuk memunculkan nilai kekhasan ala santri, beberapa properti digunakan seperti tasbih, songkok, dan lainnya.

Pembuatan video nasyid tersebut sengaja dibuat sebagai bentuk persembahan untuk memeriahkan Haul dan Harlah Pondok Pesantren Nurul Jadid ke 74. Liriknya berisikan senandung nada dan momentum rindu seorang santri terhadap gurunya.

Dalam video yang berdurasi lima menit tersebut, terdapat tiga santri yang menjadi pemeran di dalamnya. Mereka bernama Akbar Nasrudin, Muhammad Kafabi dan Nabil Ali Fikri.

Berdasarkan pengakuan Zaki, pembuatan video tersebut terinspirasi dari video-video yang ada di Pondok Pesantren Gontor. Disana mereka memiliki team Nasyid yang luar biasa. Mereka juga sudah banyak menciptakan karya lagu yang bagus dan pastinya bernuansa islami.

“Untuk pembuatan video tersebut, kami terinspirasi dari video nasyid pesantren Gontor. Videonya bagus-bagus. Sehingga kami tergugah untuk membuatnya. Dimana dalam proses produksinya kami membutuhkan waktu dua hari hingga selesai proses editing dengan menggunakan alat seadanya,” terang Zaki kepada tim infokom.

“Harapannya bisa konsisten mengangkat karya-karya santri Nurul Jadid ke tengah masyarakat luas dan bisa lebih berkontribusi aktif dalam penyebaran syiar islam melalui karya-karya yang lainnya,” tambahnya.

Dalam pembuatannya, mereka tidak menggunakan peralatan yang sangat canggih. Akan tetapi, mereka hanya menggunakan alat seadanya, hanya bermodalkan hp, tripod dan beberapa properti pendukung lainnya. Walaupun peralatan seadanya, dengan kreativitas dan skill yang dimiliki, mereka bisa membuatnya dengan baik.

 

(Humas Infokom)

Santri I’dadiyah Bersama Asatidz Rilis Film Pendek “Sebuah Perjalanan”

nuruljadid.net – Tidak hanya penampilan keilmuan saja, santri I’dadiyah bersama asatidz juga merilis sebuah karya film pendek “Sebuah Perjalanan” (06/06). Film pendek tersebut menceritakan tentang perjalanan santri I’dadiyah menapaki setiap proses digembleng oleh para asatidz di Asrama I’dadiyah untuk penguatan Al-Qur’an dan Furudul Ainiyah.

Penayangan film pendek “Sebuah Perjalanan” itu disaksikan oleh seluruh peserta wisudawan dan tamu undangan termasuk Kepala Biro Kepesantrenan KH. Fahmi AHZ dan Kepala Biro Pendidikan K. Muhammad Imdad Rabbani.

Tepat usai penampilan sholawat oleh tim paduan suara asrama Idadiyah, operator memutar film pendek yang diperankan oleh lima orang santri sebagai pemeran utama. Film pendek “sebuah perjalanan” memberikan makna yang luar bisa, karena menceritakan keseharian dan perjuangan para santri dalam menuntut ilmu dan mengejar cita-cita mereka di pesantren.

Nilai yang terkandung juga menceritakan betapa pentingnya akhlaqul karimah. Sebuah adegan dalam film tersebut menceritakan akhlaq seorang santri kepada temannya saat di pesantren bahwa kita tidak boleh mencaci-maki serta tidak boleh mengambil yang bukan hak kita.

Suasana pemutaran film pendek ini disambut antusias dan riang gembira oleh para penonton yang notabene adalah santri Idadiyah, pasalnya banyak santri Idadiyah yang terlibat dalam film pendek tersebut. Diketahui film ini disutradarai oleh ustaz M. Zaki Maulana salah satu jajaran asatidz di asrama I’dadiyah.

 

 

(Humas Infokom)

Santri dan Kaidah Na’at Man’ut Dalam Nahwu

Tepat pada malam senin kemarin (22/06/2018), Pondok Pesantren Nurul Jadid mengadakan agenda yang dilaksanakan tiap tahun dalam rangka menyambut kedatangan Santri baru atau yang biasa kita kenal dengan OSABAR (Orientasi Santri Baru), pada acara tersebut dihadiri oleh beberapa dewan pengasuh dan jajaran pengurus pondok pesantren Nurul Jadid.

Acara tersebut berjalan sangat khidmat dan tertib mulai dari penampilan keempat MC nya yang  memadukan 4 bahasa yang menjadi keunggulan pondok pesantren Nurul Jadid yaitu Arab, Inggris, Mandarin dan juga Indonesia. Begitulah Nurul Jadid dari tahun ke tahun selalu berbenah dan selalu memunculkan inovasi-inovasi baru sehingga menambah daya tarik para calon Santri yang ingin mondok.

Ada beberapa inti dari acara OSABAR tersebut salah satunya sebagaimana yang disampaikan oleh KH Najiburrahman Wahid yang merupakan perwakilan dari Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadidi, Beliau berdawuh bahwa “adanya OSABAR sebagai wujud dari upaya pondok pesantren Nurul jadid yang ingin memberikan karakter selayaknya orang tua kepada anaknya sesuai dengan tuntunan Trilogi Santri, panca kesadaran Santri, yang intinya adalah mengaji dan membina akhlakul karimah.”

Menjadi Santri tentunya menjadi pengalaman dan kebanggaan tersendiri bagi penyandang gelar tersebut, setiap Santri tentu memiliki kesan dan pesan selama ia mondok, lebih-lebih bagi Santri baru tentunya akan merasa asing bahkan tidak nyaman pada kesan pertamanya di pesantren. Ada yang masih belum kerasan karena biasanya hidup dengan orang tuanya kini sendiri dan harus mampu hidup mandiri, disatu sisi ada yang merasa senang karena memiliki teman baru yang datang dari berbagai daerah.

Mondok adalah suatu tradisi yang telah diwariskan oleh para leluhur kita, para kyai, walisongo dan para ulama. Dimana mereka menuntut ilmu dengan pergi ke berbagai daerah yang jauh, bahkan ada yang sampai berjalan kaki. Hal itu tiada lain karena sebatas ghirah untuk tafaqquh fi ddin (memperdalam ilmu agama). Bagaimana dengan kita?

Di salah satu ungkapan Rais Am syuriah NU KH Ma’ruf Amin  beliau mengungkapkan bahwa “Santri adalah orang-orang yang ikut kiai, apakah dia belajar di pesantren atau tidak, tapi ikut kegiatan kiai, manut pada kiai, itu dianggap sebagai Santri walaupun dia tidak bisa baca kitab, tapi dia mengikuti perjuangan para Santri”. Dengan kata lain bahwa seorang Santri adalah penerus perjuangan para Kyai, Masyaikh, dan Guru serta orang-orang yang berjasa dalam mendakwahkan agama Islam.

Dalam salah satu bait alfiyah dikatakan yang namanya na’at adalah pengikut yang menyempurnakan lafaz sebelumnya.

فالنَّعْتُ تَابعٌ مُتِمٌّ مَا سَبَقْ  ¤ بِوَسْمِهِ أوْ وَسْمِ مَا بِهِ اعْتَلَقْ

Artinya: Adapun Na’at adalah Tabi’ penyempurna lafazh sebelumnya dengan sebab menyifatinya (Na’at Haqiqi) atau menyifati lafazh hubungannya (Na’at Sababi). 

Begitupun seorang Santri Ia adalah orang-orang yang ikut sebagai penerus yang menyempurnakan perjuangan para leluhur  dalam mendakwahkan ajaran Islam. Tidak habis sampai disitu seorang Santri harusnya memiliki sifat dan kesamaan dengan para Kyai baik dari aqidah, akhlak, dan pengetahuannya dalam hal ini Kyai adalah man’utnya (yang harus diikuti).

Bagaimana dakwah yang selayaknya untuk diterapkan dan dipraktikkan oleh seorang Santri, dalam salah satu artikel yang dikuip dari website NU Online Ketua umum PBNU Kiai Said Aqil Siradj mengatakan bahwa dakwah yang bagus adalah dakwah yang seperti diajarkan oleh walisongo dengan jalan akulturasi budaya.

“Santri itu jelas, adalah orang-orang yang menindaklanjuti dakwah dengan budaya seperti yang dilakukan Wali Songo. Dakwah seperti itu yang jelas ampuh dan efektif,” tegas Kiai Said Aqil Siradj.  Dakwah dengan cara seperti itu terbukti di dalam sejarah berhasil mengislamkan Nusantara tanpa kekerasan dan pertumpahan darah. Bahkan raja-raja Nusantara itu menjadi Islam.

“Kita saksikan sekarang, dakwah yang manfaat, dakwah yang lestari, masuk sampai dalam hati, adalah dakwah yang dilakukan secara budaya, bukan dengan teror dan menakut-nakuti. Islam diajarkan dengan menakut-nakuti tidak akan masuk ke dalam hati. Imannya hanya pengakuan bibir belaka sehingga menjadikan potensi munafik, tapi kalau berdakwah dengan budaya, iman masuk ke dalam hati, sehingga akan menjadi mukmin kholis (ikhlas),” pungkasnya.

Begitulah peran Santri yang harus selalu tertanam dalam dirinya (pemilik gelar tersebut), agar gelar bukan hanya sebatas gelar yang sifatnya temporal dan mengedepankan formalitas saja, melainkan gelar yang harusnya berada pada tempat dan koridor yang sesuai, yaitu harus mampu menjadi calon pemimpin, penerus, dan penyempurna para leluhur kita dan tentunya dalam tujuan untuk dakwah ajaran Islam yang digariskan dari al-Quran maupun Hadis Nabi Muhammad SAW.

Terakhir penulis mengucapkan ahlan wasahlan, welcome, dan selamat datang bagi para santri baru dan sudah menjadi bagian keluarga besar Pondok Pesantren Nurul Jadid, semoga mendapatkan ilmu yang barakah fi ad-din, wa ad-dunya, wa al-akhirah,  dan tentunya bermanfaat bagi diri sendiri lebih-lebih bagi orang lain.

Aku Bangga Menjadi Santri!!!

Oleh: Andy Rosyidin
Penulis adalah alumni MAPK Nurul Jadid yang masih menempuh pendidikan S1 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir