Hadiri Acara Maulid di Nurul Jadid, Habib Jindan Bin Novel Isi Ceramah Tentang Pentingnya Ilmu Yang Bersanad

nuruljadid.net – Habib Jindan Bin Novel Bin Salim Bin Jindan isi ceramah pada acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1445 H di Pondok Pesantren Nurul Jadid pada Minggu (15/10/2023) malam. Acara tersebut dihadiri oleh ribuan santri, ratusan tamu undangan dari kalangan alumni, wali santri dan simpatisan Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Dalam awal ceramahnya, Habib Jindan Bin Novel menyampaikan bahwa Nabi Muhammad adalah Nur (cahaya) sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah SWT.

“Wahai Nabi, sesungguhnya kami utus engkau sebagai saksi, pemberi kabar gembira, pemberi peringatan. Memberikan kabar gembira kepada mereka yang beriman yang ikut kepada Nabi Muhammad, memberikan peringatan kepada mereka yang menyimpang, yang bermaksiat. Dan Kami utus engkau sebagai Da’i (orang yang mengajak manusia ke jalan Allah, dengan izin Allah).” tutur beliau.

Nabi Muhammad, Habib Novel melanjutkan, berdakwah dengan izin. sepertihalnya kita ketika akan mengendarai alat transportasi yang memiliki izin mengemudi berbeda-beda, mau jadi Dokter, praktek juga harus izin, kalau tidak brati mal praktek namanya. Begitu pula dengan dakwah, harus ada izin. Nabi Muhammad mendapatkan izinnya dari Allah SWT. Sedangkan kita numpang izin kepada izinnya Nabi Muhammad. Namun beliau memberikan izin dakwahnya dengan syarat, yakni harus bersanad atau bersumber dari Nabi Muhammad SAW. mulai dari cara berkomunikasi, metode dakwah, pemahaman nash agama dan lainnya.

“Barang siapa yang berbicara tentang Al-Qur’an memakai pendapatnya, tidak memakai sanad. Pemahamannya sendiri, bukan pemahaman yang bersanad, mengarang sendiri, maka bersiap untuk kursinya di neraka (masuk neraka).

Dalam akhir ceramahnya, Habib Jindan menyampaikan pembelaan yang harus dilakukan oleh para santri kepada saudara muslim yang terkena musibah ialah dengan menyibukkan diri dalam belajar, menuntut ilmu, mengamalkan ilmu, berdakwah, menjaga adab kepada guru, birrul walidain, hadir pengajian, bangun malam, sholat jamaah, sholat duha, menjaga adab dan sunnahnya Rasulullah, dan mendoakan saudara-saudara kita. Itu adalah sebaik-baiknya peran yang bisa kita jalankan disaat ini untuk membela agama.

 

(Humas Infokom)

Habib Jindan: Penghuni Syurga Terdiri dari 120 Barisan, 80 Diantaranya Shaf Umatnya Nabi Muhammad SAW

nuruljadid.net – Habib Jindan Bin Novel Bin Salim Bin Jindan melanjutkan dalam ceramah agamanya tentang barisan penghuni syurga dari nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad sampai dengan kita ummatnya. Nabi Muhammad SAW menyampaikan sebagaimana disampaikan oleh Habib Jindan bahwasannya “Antum Khaddzim Minal Umam, Ana Khaddukum Minal Anbiya” aku adalah jatah kalian dari sekalian nabi-nabi, dan kalian adalah jatahnya aku. Jadi setiap nabi-nabi itu Allah persiapkan masing-masing dari mereka ada umatnya sendiri-sendiri.

Alhamdulillah, kabar gembiranya untuk umat terakhir yang dikirim kepada kita, Nabi yang paling istimewa, yang paling agung yakni Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana Habib Jindan menjelaskan “Sebaik-baiknya bagian, bagiannya kita, nasibnya kita beruntung, nabi kita Nabi Muhammad SAW, yang mana nabi bilang bahwasannya ahlul Jannah, penghuni syurga terdiri dari 120 barisan. Jadi semua yang masuk syurga dari semua umat manusia dibikin berbaris, barisan mereka itu 120 barisan semua penghuni syurga.”

“80 dari 120 shaf umatnya nabi Muhammad, yang 40 barisan dibagi untuk umatnya nabi-nabi sebelumnya. Semoga kita dijadikan dalam barisan-barisan tersebut, dibarisan pertama.”

“Ya Allah jadikan kami bersama nabi Muhammad dan keluarganya di barisan terdepan, senantiasa bersama mereka semua, di dunia dan di akhirat ya Robbal Alamin”.

“Sebab mereka yang berada di sana bareng bersama nabi, keluarganya dan pewarisnya. Kelak besok ketika di hari kiamat yang berada di barisan mereka adalah orang-orang yang di dunia juga berada di barisan mereka. Karenanya itu, jika ingin bersama mereka disana, jadilah bersama mereka disini (red. Dunia), bersama adabnya, bersama akhlaqnya, bersama ilmunya, bersama sunnahnya Rosulullah SAW. Bersama sahabatnya nabi dan keluarganya Nabi dalam kecintaan dan keteladanannya terhadap mereka.”

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab Ayat 45-46:

 يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِىُّ إِنَّآ أَرْسَلْنَٰكَ شَٰهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا

Artinya: “Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan,” (QS. Surat Al-Ahzab Ayat 45)

وَدَاعِيًا إِلَى ٱللَّهِ بِإِذْنِهِۦ وَسِرَاجًا مُّنِيرًا

Artinya: “Dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi.” (QS. Surat Al-Ahzab Ayat 46)

“Memberikan kabar gembira kepada mereka yang beriman, yang ikut kepada nabi Muhammad, memberikan peringatan kepada mereka yang menyimpang dan berbuat maksiat. Nabi diutus sebagai da’i, orang yang mengajak manusia ke jalan Allah dengan izin Allah.”

“Dakwah, Nabi Muhammad berdakwah punya izin. Kita sekarang nyetir mobil harus punya idzin, punya pewasat harus punya idzin. Nyetir mobil roda 4, 6 dan 12 izinnya beda masyaallah, mau nyetir motor sama nyetir mobil izinnya beda.”

“Apabila dalam hal demikian harus izin, mau jadi dokter praktik, harus ada izin, kalau tidak maka namanya malpraktik. Nah begitu juga dakwah harus ada izin, mana izinnya. Nabi Muhammad disebutkan دَاعِيًا إِلَى ٱللَّهِ بِإِذْنِهِۦ Ngajak manusia kepada Allah dengan izin dari Allah SWT.”

 وَسِرَاجًا مُّنِيرًا

“Cahaya, lentera, lampu yang terang benderang SAW.”

 

Wallahu A’lam Bishawab 

Link ceramah full klik tautan berikut : https://www.youtube.com/watch?v=SXzYDb1RP84&t=2h51m10s

 

 

 

(Humas Infokom)

Habib Jindan : Nabi Muhammad adalah Cahaya Terang Benderang, Cahaya yang Nyata, Perantara Hidayah bagi Kita Umatnya

nuruljadid.net – Pengajian Umum dalam rangka memperingati Maulid Nabi Agung Muhammad SAW 1445 H telah sukses dilaksanakan (15/10/2023) yang dihadiri langsung oleh yang mulia Habib Jindan Bin Novel Bin Salim Bin Jindan dari Tangerang, Banten. Acara ini diletakkan di halaman kantor Biro Kepesantrenan yang diikuti oleh ribuan santri dan masyarakat umum termasuk alumni dan wali santri.

Dalam ceramahnya, Habib Jindan menyampaikan “Beliau Nabi Muhammad adalah cahaya yang nyata, yang terang benderang, dengan berkat beliau kita dapat hidayah dari Allah SWT. Masyaallah!”

“Huwan-nuuru yahdiil haa-iriina dliyaa-uhu, Wa fiil hasyri dhillul mursaliina liwaa-uhu.”

“Beliau nabi Muhammad adalah cahaya, yang mana cahaya beliau memberikan hidayah kepada kita, menyingkap kegelapan dari pikiran, menyingkap kegelapan dari hati, menyingkirkan dari segala kotoran, perangai tercela dari anggota tubuh kita.”

Beliau Rosulullah SAW adalah da’i yang mengajak manusia kepada Allah. sebagaimana Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an:

  قَدْ جَاءكُم مِّنَ اللّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُّبِينٌ

“…Sungguh telah datang padamu dari Allah, Nuur (cahaya) dan kitab yang jelas dan menjelaskan” (QS. Al-Maidah 5:15).

Habib Jindan menerangkan bahwa Nur adalah nabi Muhammad SAW, dan beliau (Nabi Muhammad) dikatakan oleh Sayyidina Abbas Bin Abdul Mutholib. Di dalam syairnya, Abbas mengucapkan ini di Madinah puluhan tahun setelah lahirnya Rosulullah, tepatnya menjelang wafatnya Nabi Muhammad atau pada akhir umur nabi Muhammad.

Sayyidina Abbas meminta izin kepada Rosulullah, “izinkan aku wahai Rosulullah untuk memuji engkau”, maka nabi Muhammad bukannya melarang, khawatir hal tersebut itu termasuk mengkultuskan, akan tetapi Rosulullah tidak menyampaikan demikian. Sebaliknya, nabi malah mendukung dan bahkan mendoakan Sayyida Abbas dan berkata “katakan, silahkan ucapkan syair yang ingin engkau ucapkan, Allah akan senantiasa menjaga mulutmu” dawuh Rosul kepada sahabat Abbas. Alhasil, sampai sepuh Sayyida Abbas giginya tidak ada satupun yang tanggal, semuanya tetap utuh.

Lisannya Sayyidina Abbas senantiasa dipakai untuk memuji Rosulullah SAW dan membela Rosulullah. “Syairnya panjang menceritakan tentang kronologis kelahiran Nabi, dari sebelum nabi dilahirkan hingga beliau (Abbas) bilang ‘engkau berada di dalam bahteranya nabi Nuh, ketika banjir menenggelamkan sampai berhala pun ditenggelamkan, semua manusia ditenggelamkan, rumah-rumah ditenggelamkan, bumi ditenggelamkan, tinggal engkau berada di dalam sulbinya Nuh, dan perahu itu tidak akan tenggelam.”

“Dan engkau berada di dalam Sulbi-nya nabi Ibrahim, waktu dia dilempar di apinya Namrud, bagaimana Ibrahim akan terbakar sedangkan engkau berada di Sulbinya.” Jelas Habib Jindan menceritakan Syair yang ditulis oleh sahabat Sayyidina Abbas, terkenal dengan istilah syair Maulid.

“Dan tatkala dilahirkan, engkau ketika lahir maka bumi menjadi terang benderang dengan kelahiranmu, dan ufuk menjadi bercahaya dengan kelahiranmu, dan kami senantiasa berada di dalam cahaya tersebut. Dengan cahaya itu, kami menempuh jalan hidayah dari Allah SWT.” Sayyidina Abbas menyampaikan ini 60 tahun setelah Nabi dilahirkan pungkas Habib Jindan di hadapan seluruh hadirin.

“Karenanya itu, ulama Ahlussunnah Wal Jama’ah sepakat bahwasannya malam yang paling mulia bagi umat nabi Muhammad adalah malam kelahiran Rosulullah dan malam yang paling mulia bagi Rosulullah yaitu malam Isro’ dan Mi’raj ketika beliau menghadap kepada Allah SWT. Tapi untuk umat yang paling mulia adalah saat malam dilahirkannya Rosulullah SAW, sebab dari situ bermula segala kebaikan dan keberuntungan bagi umat ini, Alhamdulillah.”

Link ceramah full klik tautan berikut : https://www.youtube.com/watch?v=SXzYDb1RP84&t=2h51m10s

 

 

(Humas Infokom)

KH. Moh. Zuhri Zaini Bekali Santri Agar Libur Lebih Bermakna

nuruljadid.net – Libur bukan berarti nganggur, isilah masa libur dengan hal yang bermanfaat. Adalah pesan Pengasuh Pesantren KH. Mohammad Zuhri Zaini saat memberikan tausiyah menjelang libur santri Bulan Maulid 1445 H di Masjid Jami’ Nurul Jadid, Ahad (24/09/23).

Demikian juga, Kiai Zuhri mengingatkan pentingnya menghargai waktu, yaitu mengisi setiap detik, menit, bahkan hari dengan hal bermanfaat, tidak sekali-kali mengisinya dengan hal yang tidak berguna, apalagi membahayakan.

“Dalam pepatah Arab disebutkan al waqtu atsmanu minadz dzahabi, waktu lebih berharga daripada emas. Jadi hargailah waktu kita,” imbuh beliau.

Mengisi waktu dengan hal berguna, lanjut Kiai Zuhri, bukan harus dengan hal-hal yang serius (seperti selalu mengaji), namun bagilah waktu bersama keluarga, untuk olahraga dan refreshing, asalkan tidak meninggalkan amalan-amalan yang dilaksanakan di pondok, utamanya yang wajib.

Sosok kiai kharismatik itu juga menjelaskan, tujuan liburan adalah sebagai batu lompatan untuk mengisi daya semangat santri agar lebih giat lagi saat kembali menimba ilmu di pesantren.

“Jadikan libur ini momen untuk mempraktikkan ilmu kita, sebab mempraktikkan ilmu adalah tanda bahwa kita behasil melakukan perubahan yang lebih baik,” jelasnya.

Potret santri tengah mengamati tausiyah oleh Pengasuh Pesantren KH. Moh. Zuhri Zaini di Masjid Jami’ Nurul Jadid

Kiai Zuhri menghimbau, santri sebagai duta atau perwakilan dari pesantren dan keluarga di lingkungan masyarakat harus memberikan contoh yang baik agar tidak merusak nama keluarga maupun almamater pesantren.

“Libur ini adalah ajang momen untuk praktik ilmu, terutama akhlakul karimah baik kepada Allah, orang tua, masyarakat, sesama dan makhluk hidup. Sebab sealim atau sepintar apapun, dan sekaya apapun seseorang namun tidak beradab, pasti tidak disukai oleh Allah dan orang-orang di sekitarnya,” imbuh beliau.

Menurut beliau, hal itu dilakukan bukan demi mendapatkan pujian, namun dalam rangka membawa diri pada perubahan ke arah yang lebih baik. Oleh karenanya, intropeksi atau muhasabah diri harus sering dilakukan, agar tidak merasa diri telah sempurna.

“Orang yang semakin hari semakin baik itu adalah orang yang beruntung, dan orang yang hari ini sama dengan hari kemarin itu adalah orang yang merugi, dan bahkan orang yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin itu adalah orang yang celaka,” dawuh beliau mengutip Hadits Rasul Riwayat Al Hakim.

Tak lupa, beliau juga berpesan kepada santri agar melakukan kegiatan pengabdian di lingkungan masyarakat dengan wadah Forum Komunikasi Santri (FKS) untuk tetap menjaga dan mentaati peraturan agama (syariat) dan pesantren.

 

Reporter: Ahmad Zainul Khofi

(Humas Infokom)

KH. Moh. Zuhri Zaini: Kita Harus Meningkatkan Karakter dan Akhlakul Karimah

nuruljadid.net – “Kita harus meningkatkan karakter dan akhlakul karimah. Sebab ilmu tanpa akhlak yang baik, justru tidak akan berguna dan akan membahayakan diri sendiri maupun masyarakat”

Hal ini disampaikan Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Moh. Zuhri Zaini saat memberikan sambutan kepada calon mahasiswa baru Universitas Nurul Jadid (Unuja) pada kegiatan Orientasi Pengenalan Kampus dan Pesantren (Ospektren), Sabtu (9/9/2023) Pagi.

Lanjut beliau, para calon mahasiswa baru harus selalu mengedepankan akhlakul karimah dalam mencari ilmu, tujuannya agar ilmu yang dimiliki dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri dan masyarakat. “Kita harus selalu mengedepankan akhlakul karimah. Agar ilmu yang di miliki bermanfaat,” dawuhnya.

Selain itu, Pengasuh juga mendoakan para calon mahasiswa baru agar sukses dalam menempuh studi. Sehingga ilmu yang diperoleh dapat berguna dan bermanfaat. “Ilmu yang bermanfaat merupakan bekal hidup untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat,” terangnya kepada para calon mahasiswa.

Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid Kiai Zuhri Zaini saat memberikan tausyiah hasanah kepada calon mahasiswa

Di samping itu, Hambali, Wakil Rektor I mengatakan bahwa tujuan di dirikanya Unuja untuk turut andil dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan agama.

“Tujuan itu akan tercapai ketika kita konsisten dalam memahami, mengerti dan mengimplementasikan Trilogi dan Panca Kesadaran Santri,” katanya dalam sambutan.

Untuk itu beliau menganjurkan kepada calon mahasiswa baru untuk memahami Trilogi dan Panca Kesadaran Santri.

Dalam sambutannya, Hambali menambahkan, Trilogi dan Panca Kesadaran Santri merupakan fondasi dasar yang dicanangkan oleh Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Zain Mun’im. Dan ini, menurut Hambali, tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

“Trilogi dan Panca Kesadaran Santri justru menjadi penguat implementasi Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila sebagai falsafah dan fondasi dasar Republik Indonesia,” pungkas Hambali.

Adapun Trilogi santri: Memperhatikan kewajiban-kewajiban fardhu ain, Mawas diri dengan meninggalkan dosa-dosa besar, berbudi luhur kepada Allah SWT dan makhluk.

Sedangkan Panca kesadaran santri: Kesadaran beragama, Kesadaran berilmu, Kesadaran bermasyarakat, Kesadaran berbangsa dan bernegara, dan terakhir  kesadaran berorganisasi.

(Humas Infokom)

Neng Imaz on Women’s Talk: Jangan Insecure, Perempuan Harus Punya Konsep Diri Positif dan Keberhargaan Diri

nuruljadid.net – Perempuan, sama seperti siapapun, seharusnya memiliki konsep diri yang positif dan keberhargaan diri yang kuat. Ini penting karena memiliki dampak besar pada kesejahteraan fisik, emosional, dan sosial mereka. Sebagaimana dipaparkan secara gamblang oleh neng Imaz pada event Women’s Talk yang dimoderatori langsung oleh cucuk Kiai Haji Hasan Abdul Wafi pengarang Sholawat Nahdliyah Neng Viki.

Dengan mengusung tema “problematika muslimah kekinian” dibahas secara menarik dan menggelitik para perempuan yang kerap merasa insecure dan tidak sedikit termakan oleh standar kecantikan di media sosial yang acapkali berseliweran dan meracuni pola pikir perempuan itu sendiri. Neng Imaz dengan santai namun santun menyampaikan urgensitas seorang perempuan memiliki konsep positif dan keberhargaan diri.

“inilah yang bahaya, makanya kenapa perempuan itu harus punya konsep diri positif pertama, harus punya rasa keberhargaan diri yang tinggi, dia tidak boleh insecure,” ungkap beliau di hadapan ribuan santri termasuk para neng dan nyai Nurul Jadid.

Paparan menyoal Perempuan itu juga mengupas tentang bagaimana dua konsep itu dibangun melalui pola pengasuhan yang baik dari kedua orang tua khususnya dari sosok seorang ayah.

“ini kita harus membangun dari rumah, dari bagaimana orang tua kita mendidik kita, terutama peran seorang ayah, maka penting sekali peran pengasuhan untuk membentuk konsep diri yang positif dan keberhargaan diri yang tinggi bagi seorang perempuan,”

“karena ketika seorang perempuan itu tau dirinya berharga dia tidak akan sembarangan mau diajak pergi oleh laki-laki. Mau nikah aja pilih-pilih dulu”

Konsep diri yang positif dan keberhargaan diri ini akan berimbas kepada banyak lini dalam kehidupan seorang Perempuan Muslimah yang tentunya akan mampu meningkatkan kualitas hidup (quality of life) diantaranya:

Kesejahteraan Emosional

Konsep diri positif membantu perempuan merasa lebih bahagia, percaya diri, dan memiliki hubungan yang lebih sehat dengan diri mereka sendiri. Ketika seseorang merasa percaya diri dan menerima diri sendiri apa adanya, mereka cenderung memiliki kecenderungan untuk mengatasi stres dan tekanan dengan lebih baik.

Kesehatan Mental
Konsep diri yang positif dapat membantu mencegah masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. Saat seseorang merasa berharga dan memiliki pandangan positif tentang diri mereka sendiri, mereka cenderung lebih optimis dan memiliki ketahanan mental yang lebih baik dalam menghadapi tantangan hidup.

Hubungan yang Sehat

Keberhargaan diri yang kuat membantu perempuan dalam memilih hubungan yang sehat dan bermakna. Mereka cenderung tidak akan mentolerir perilaku yang merendahkan diri atau merugikan dalam hubungan. Ini dapat membantu mencegah terjebak dalam hubungan yang tidak sehat atau beracun.

Pencapaian Pribadi dan Profesional

Konsep diri positif dapat memberikan motivasi bagi perempuan untuk mengejar tujuan pribadi dan profesional. Ketika seseorang merasa yakin dengan kemampuan dan potensinya, mereka lebih cenderung untuk mengambil risiko yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan.

Kemajuan Generasi Mendatang

Sikap dan pandangan perempuan tentang diri mereka sendiri akan memberikan pengaruh besar pada anak-anak perempuan yang akan datang. Konsep diri yang positif dan keberhargaan diri yang ditunjukkan oleh perempuan saat ini dapat membentuk pola pikir anak-anak perempuan di masa depan, memberikan contoh tentang pentingnya mencintai dan merawat diri sendiri.

Pemberdayaan

Konsep diri yang positif dapat memberikan perempuan rasa pemberdayaan untuk berbicara dan berpartisipasi dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk politik, bisnis, pendidikan, dan budaya. Ketika seseorang merasa memiliki nilai dan suara yang penting, mereka lebih mungkin untuk berkontribusi secara aktif dalam masyarakat.

Singkatnya, memiliki konsep diri positif dan keberhargaan diri bukan hanya menguntungkan perempuan secara pribadi, tetapi juga berdampak pada lingkungan sekitar mereka dan masyarakat secara keseluruhan. Ini adalah langkah penting menuju pemberdayaan dan kesetaraan gender di kalangan pesantren dan Muslimah yang lebih baik.

Tonton full video : https://www.youtube.com/watch?v=Ov2OPUs5mE4&t=203s

(Humas Infokom)

Neng Imaz on Women’s Talk: Dalam Diri Perempuan Banyak Sekali Keindahan, ‘Lisanul Hal’ adalah Kecantikan Sejati

nuruljadid.net – Neng Imaz sapaan akrab Nyai Hj. Imaz Fatimatuz Zahra merupakan putri dari pasangan almaghfurlah KH Abdul Khaliq Ridwan dan Nyai Hj Eeng Sukaenah Pengasuh Pondok Pesantren Putri Al Ihsan Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Beliau adalah santriwati pejuang dan pemberdaya perempuan masa kini. Neg Imaz hadir pada acara Women’s Talk di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, Jawa Timur (11/08/2023)

Kegiatan yang dikemas dalam forum dialog interaktif tersebut mengusung tema “Problematika Muslimah Kekinian” diselenggarakan oleh Biro Kepesantrenan Putri. Kegiatan ini diikuti oleh ribuan santri yang terdiri dari guru, karyawan dan pengurus pesantren putri yang bertempat di Aula 1 untuk sebagian santri yang lain bertempat di Aula 2.

Pengasuh Pondok Pesantren Putri Al-Ihsan Lirboyo Kediri, Ning Imaz Fatimatuz Zahra mengingatkan kepada perempuan agar selalu berorientasi untuk berkembang. Menurut Ning Imaz, sebagai seorang perempuan, dia harus bisa mengaktualisasi diri dengan cara berinvestasi meningkatkan kualitas diri. Tidak hanya kecantikan luar saja (outer beauty) namun kecantikan dalam (inner beauty).

“dalam diri perempuan itu banyak sekali keindahan-keindahan yang tidak hanya dari luarnya saja, tapi ada yang namanya inner beauty, jadi inner-outer beauty,” tutur Nyai muda tersebut

Istri dari Gus Rifqil tersebut mengingatkan agar perempuan mampu merepresentasikan dengan benar akan eksistensi mereka di depan publik. “Bukan tentang bagaimana kita itu merepresentasikan kecantikan diri kita secara fisik saja dalam artian penampilan kita, muka kita, wajah kita, pakaian kita, bukan hanya itu,”

Neng Imaz juga mendeskripsikan kecantikan sejati seorang perempuan, “tapi juga ada yang namanya lisanul hal, gerak-gerik kita, cara kita berbicara, cara kita mendengarkan, cara kita menghargai orang lain, cara kita makan, cara kita minum itu adalah sesuatu yang ketika kita bersedia untuk mengaturnya, kita bersedia untuk menjadi perempuan yang tidak hanya cantik di luar saja tapi berusaha menjadi perempuan yang cantik di dalam. Maka itulah sesungguhnya kecantikan sejati seorang perempuan akan terpancar keluar.”

“Jadi bukan hanya tentang cream apa yang kita pakai, pakaian apa yang kita kenakan. Tapi bagaimana kita berbicara, apakah pembicaraan kita menyakiti orang lain, apakah kita menghargai orang lain, apakah cara duduk kita ini baik, apakah cara makan kita ini baik. Itu semua akan menunjukkan kecantikan sejati yang disebut inner beauty” lanjutnya.

“Islam harapkan kita mampu mensyukuri apa yang ada pada diri kita, merawatnya sekedarnya, menerimanya dengan lapang dada terhadap apa yang ada dalam diri kita.”

“Ya memang kita harus menyadari bahwa setiap perempuan itu diciptakan cantik, perempuan itu memiliki definisi cantiknya sendiri. Dan setiap Perempuan harus menghargai setiap kecantikan di dalam dirinya” pungkas cucu dari Syekh Ihsan Muhammad Dahlan Al-Jampasy pengarang kitab Siraj ath-Thalibin.

 

Full video live : https://www.youtube.com/watch?v=Ov2OPUs5mE4&t=203s

 

(Humas Infokom)

KH Zaini Mun’im, pejuang dan pendiri Ponpes Nurul Jadid

Probolinggo (ANTARA) – Mandat ulama adalah pewaris nabi dalam menyebarkan firman-firman Ilahi yang tertulis maupun yang tak tertulis. Sebagai pewaris nabi, ulama tak cukup hanya berjuang melalui mimbar-mimbar khutbah, melainkan pula harus memiliki sikap berani melakukan perubahan dan pembaruan demi mewujudkan cita-cita ideal dari Nabi Muhammad Saw, yaitu menjadikan umat yang paripurna.

KH. Zaini Mun’im, selain dikenal sebagai figur alim, juga kisah perjuangannya dalam sejarah panjang kemerdekaan Indonesia. Ulama ini merupakan sosok yang berani memperjuangkan kepentingan masyarakat banyak, sehingga mampu mengubah kehidupan masyarakat menjadi lebih sejahtera. Kiai Zaini Mun’im adalah arketipe ulama yang tidak hanya menerjemahkan Islam dalam spektrum ubudiyah, melainkan menjadi realitas di kehidupan.

Kiai Zaini lahir tahun 1906 di Desa Galis, Kabupaten Pamekasan, Madura, dari pasangan KH Abd Mun’im dan Nyai Hamidah. Dari garis keturunan ayahnya, Zaini merupakan keturunan raja Sumenep yang silsilahnya sampai kepada Sunan Kudus. Sementara dari garis ibu, ia adalah keturunan dari raja-raha Pamekasan. Ia adalah seorang bangsawan yang bergelar Raden yang sangat disegani di Madura.

Jejak Kiai Zaini mendirikan pesantren menunjukkan bahwa spirit juang beliau dalam mendobrak kohesi sosial yang awalnya jauh menyimpang dari ajaran suci (sesat), kemudian mampu menggiring masyarakat menjadi kaum agamis yang dekat dengan nilai-nilai Ilahi.

Namanya perjuangan, tentu tidak mudah. Saat mendirikan Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, Kiai zaini harus berjuang menghadapi berbagai ancaman dari binatang buas dan orang yang tidak sudi atas kehadirannya. Namun tak ada rasa getir sedikit pun di hatinya. Perjungannya berhadapan dengan sistem sosial yang kala itu masih porak poranda. Desa Karanganyar, Kecamatan Paiton, yang kini menjadi markas Ponpes Nurul Jadid, zaman dulu tidak seperti saat ini.

Pada masa itu, sebelum bernama Karanganyar, desa ini dikenal dengan sebutan Tanjung. Nama yang diambil dari sebuah pohon besar yang berdiri di tengah-tengah desa. Masyarakat setempat menganggap pohon tersebut mempunyai kelebihan dan keistimewaan. Tak sedikit dari masyarakat setempat menjadikan pohon tanjung itu sebagai sesembahan, yang pada akhirnya tanjung diabadikan sebagai nama desa.

Pada mulanya, desa kecil yang terletak di pesisir di Kecamatan Paiton ini, sebagian besar tanahnya tidak dapat dimanfaatkan. Sebab, salah satunya banyak binatang buas yang mendiami desa ini. Di sisi lain, kehidupan penduduk desa juga sangat memperihatinkan. Mereka menganut animisme dan dinamisme yang ditandai dengan keberadaan beberapa pohon besar yang tidak boleh ditebang karena diyakini sebagai pelindung mereka.

Upaca ritual dalam bentuk pemberian sesajen merupakan hal lazim saat itu, utamanya di momen-momen tertentu, seperti hajatan dan ketika musim tanam tiba. Konon, sesajen tersebut dipersembahkan kepada roh yang diyakni berada di sekitar pohon besar dengan memiliki kekuatan yang di luar nalar manusia. Beberapa masyarakat melakukan upacara ritual dengan meletakkan ayam di setiap titik yang dianggap sakral. Selain itu, setiap tahun, mereka mengadakan selamatan laut dengan melarung kepala kerbau.

Dalam pergaulan masyarakatnya, marak sekali terjadi perjudian, perampokan, pencurian dan tempat pekerja seks komersial (PSK). Kehidupannya cenderung hedonis, dalam keyakinan mereka, kesenangan dan kebahagiaan hanya terdapat dalam perbuatan yang penuh dengan kemaksiatan dan kemungkaran. Kepedulian masyarakat terhadap alam sebagai sumber kehidupannya pun sangat memprihatinkan. Dengan demikian, waktu itu Karanganyar dicap sebagai desa mati.

Di tengah situasi dan kondisi sosial masyarakat yang demikian, KH. Zaini Mun’im, setelah mendapatkan restu dan perintah dari KH. Syamsul Arifin, ayah dari KH. As’ad Syamsul Arifin (Ponpes Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo) memutuskan untuk menetap dan bertempat tinggal bersama keluarga di desa itu.

Dengan berbekal satu batang lidi, beliau berjalan menelusuti tanah yang sudah menjadi miliknya. Binatang buas yang mendiami tanah tersebut lari menuju utara desa, yaitu di daerah Grinting. Kurang lebih satu tahun beliau membabat hutan, mendirikan rumah, membangun surau kecil, dan mengubah hutan menjadi tegalan.

Awalnya, kedatangan Kiai Zaini Mun’im ke Desa Karanganyar bukan bermaksud untuk mendirikan pondok pesantren, melainkan untuk mengisolir diri dari keserakahan dan kekejaman kolonial Belanda. Sejatinya, beliau ingin melanjutkan perjalanan ke pedalaman Yogyakarta bergabung dengan teman-teman seperjuangannya.

Cita-cita Kiai Zaini untuk menyiarkan agama Islam, kala itu melalui Departemen Agama (Depag) tidak tersampaikan, sebab sejak beliau menetap di Karanganyar, ada dua orang santri (Syafi’uddin dan Saifuddin) yang datang kepada beliau untuk belajar ilmu agama.

Kedatangan kedua santri tersebut oleh beliau dianggap sebagai amanat dari Allah yang tidak boleh diabaikan. Dan mulai saat itu beliau menetap bersama kedua santrinya.

Seiring waktu, suarau kecil milik Kiai Zaini terus berkembang. Santri beliau terus bertambah. Pendidikan dan bimbingan yang beliau berikan tidak sebatas di lingkungan pesantren saja, namun berhasil membawa perubahan budaya dan kondisi masyarakat Desa Karanganyar menjadi kawasan dengan tatanan sosial yang tertata lebih baik.

Kini Pondok Pesantren Nurul Jadid sudah memiliki belasan ribu santri dari berbagai segala penjuru negeri, bahkan dari mancanegara. Sang pendobrak kesesatan yang bernama Kiai Zaini Mun’im telah lama berpelukan dengan kekasih-Nya. Kiai Zaini wafat pada 26 Juli 1976, namun semangatnya sebagai mujaddid dan mujahid terus mengalir pada santri-santrinya.

Penulis: Ahmad Zainul Khofi
*) Artikel sebelumnya telah dimuat di AntaraNews

Mengenal Forum Komunikasi Santri, Spirit Kiai Zaini Mun’im Merekatkan Santri dan Masyarakat

“Orang yang hidup di Indonesia kemudian tidak melakukan perjuangan, dia telah berbuat maksiat. Orang yang memikirkan masalah ekonominya sendiri saja dan pendidikannya sendiri, maka orang itu telah berbuat maksiat. Kita harus memikirkan perjuangan rakyat banyak,” – KH. Zaini Mun’im

nuruljadid.net – Kebiasaan yang ada setiap malam libur kegiatan pesantren (malam Selasa dan Jum’at) di Pondok Pesantren Nurul Jadid, santri beramai-ramai berkerumun di pojok-pojok pesantren, mereka bersua dengan santri dari masing-masing daerah asal dalam wadah Forum Komunikasi Santri (FKS)—momen itu biasanya terjadi menjelang liburan panjang pesantren seperti libur maulid dan libur ramadan. Dalam forum itu, santri membahas giat-giat sosial-keagamaan yang menjadi program perekat antara dirinya dan masyarakat.

FKS menjadi salah satu organisasi yang dinilai memiliki andil sangat besar bagi Pondok Pesantren Nurul Jadid serta memiliki akses terhadap masyarakat. Saya rasa, menjadi hal yang menarik membahas FKS, baik dari asal-muasal, tujuan, hingga tantangan yang dihadapi.

Epistemologi FKS

Berdirinya organisasi bernama Forum Komunikasi Santri (FKS), berangkat dari visi-misi penggerak dan pendiri Pondok Pesantren Nurul Jadid KH. Zaini Mun’im, dengan semboyan yang lumrah dikenal dikalangan warga pesantren. Diskursus “saya tidak rela kalau santri saya tidak berjuang di masyarakat” menjadi ruh utama hadirnya FKS sebagai wadah santri untuk menjalankan tugas “berguna bagi masyarakat” melalui kegiatan berbasis sosial-keagamaan.

Kemudian, diskursus itu terinternalisasi pada rumusan Panca Kesadaran Santri Nurul Jadid, tepatnya pada sila ke-3 yang berbunyi “Kesadaran Bermasyarakat” dan sila ke-5 “Kesadaran Berorganisasi”, kedua sila yang menghidupkan makna eksistensi organisasi FKS.

Berangkat dari dua sila inilah motor penggerak organisasi FKS yang menerima cahaya penerang jalan menuju dua arah objektif fungsionalnya, yaitu sebagai fungsi pengkaderan, media mempererat silaturahmi antar santri (sila ke-5); dan fungsi sebagai corong pengabdian santri di lingkungan masyarakat (sila ke-3).

Secara struktural FKS berada di bawah koordinasi Biro Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (BPPM), khususnya di Seksi Organisasi Satuan dan Organisasi Daerah (Orsat-Orda) Pondok Pesantren Nurul Jadid. Satuan kerja inilah yang mengorganisir arah haluan organisasi FKS.

Benang Merah FKS

Ihwal berorganisasi, “permasalahan” sebuah niscaya menjadi makanan empuk sehari-hari dalam menempa proses pendewasaan diri dan mematangkan sebuah organisasi. Begitupula yang dihadapi oleh organisasi yang bernama FKS. Saya mencoba menarik benang merah dalam aporia kedua objektif-fungsional FKS tersebut, dalam penemuan praktisnya, sejumlah FKS melewatkan hingga melazimkan (disfungsi) yang seharusnya menjadi tonggak awal terbentuknya forum yang diidamkan ini, yaitu sinergitas organisasi: menyambung dan memperkuat keeratan tali persaudaraan antar santri. Menurut saya, hal ini tak luput dari bias yang berserakan oleh kepentingan yang bersifat seremonial yang ditengarahi lebih penting daripada membangun tubuh organisasi yang ideal.

Merespon hal itu, BPPM mengambil langkah taktis untuk mengembalikan cita-cita dan arah tujuan awal terbentuknya organisasi FKS. Langkah itu sebagai pemutus mata rantai agar FKS tidak disebut sebagai organisasi yang implisit-objektif. Disamping itu, BPPM berupaya memperluas makna kegiatan FKS yang bermula sebagai organisasi pragmatis menjadi organisasi yang dapat memberikan output berdampak universal bagi sendi-sendi kehidupan yang berkamajuan dan berkelanjutan.

Seiring perjalanan forum tersebut, haruslah menjadi wadah santri untuk membangun dan membumikan nilai “Kesadaran Bermasyarakat dan Berorganisasi”; dalam mewujudkan dawuh Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jadid. Seyogyanya FKS harus terus diasah dan diolah melalui program evaluasi dan peremajaan Sumber Daya Manusia agar FKS kembali ke habitatnya sebagai organisasi penyambung lidah pesantren dan masyarakat untuk mewujudkan mimpi idealnya, yaitu menjadikan indonesia cakrawala dunia.

 

Oleh: Ahmad Zainul Khofi

Abang Mi’ing dan Abah Qomar Edukasi Santri Lewat Komedi Menjadi Pemimpin Negeri

nuruljadid.net – Kamis, 03 Agustus 2023 anggota komisi X DPR RI periode 2009-2014 bersilaturrahmi ke Pondok Pesantren Nurul Jadid dalam program sapa santri di Aula 1 pesantren. Pasalnya, mereka telah mengambil langkah inovatif dalam upaya mendidik dan membentuk calon pemimpin masa depan Indonesia dengan cara unik melalui komedi.

Dua dari tiga belas jumlah rombongan eks komisi X DPR RI, abang Mi’ing nama panggung dari Tubagus Dedi Suwendi Gumelar dan abah Qomar memadukan pendidikan dan hiburan sebagai media edukasi santri. Pendekatan ini bertujuan untuk menginspirasi dan membekali santri dengan keterampilan kepemimpinan melalui cara yang unik dan menarik.

Inspirasi dari Komedi:

Metode ini terinspirasi oleh pengalaman sukses mereka sejak terjun di dunia seni, di mana pendekatan edukasi yang inklusif dan menghibur telah terbukti lebih efektif dalam menyampaikan pesan kepada audiens. Abang Mi’ing dan abah Qomar dari eks Komisi X DPR RI memutuskan menggunakan komedi dalam rangka mendukung perkembangan santri sebagai pemimpin masa depan yang berintegritas, berpikiran terbuka, dan memiliki keterampilan interpersonal yang baik.

Abang Mi’ing dan Abah Qomar Edukasi Santri Lewat Komedi Menjadi Pemimpin Negeri

Komedi sebagai Medium Pendidikan:

Dalam program sapa santri tersebut, para santri mengikuti dan menyimak dengan seksama penyampaian dan pesan moral yang dibawakan menggunakan elemen-elemen komedi layaknya stand-up comedy. Permainan kata-kata yang saling sahut-sahutan berhasil mengundang tawa para santri dan audiens yang hadir. Abang Mi’ing dan abah Qomar menjelaskan konsep kepemimpinan, etika, manajemen waktu, dan berbagai keterampilan sosial lainnya. Bahwa santri hari ini adalah pemimpin negeri di masa yang akan datang.

Penguatan Kreativitas dan Percaya Diri:

Pendekatan edukasi lewat komedi ini bertujuan untuk memperkuat kreativitas dan percaya diri para santri, serta mengajarkan mereka bagaimana berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif. Dengan melibatkan santri dalam kegiatan yang bersifat komikal dan menghibur, diharapkan bahwa mereka akan lebih terbuka terhadap pembelajaran dan lebih siap menghadapi tantangan dunia nyata.

Transformasi Karakter:

Program ini juga memiliki fokus kuat pada pembentukan karakter. Melalui situasi komikal dan cerita lucu, para santri secara tidak langsung diajarkan nilai-nilai kepemimpinan yang mencakup integritas, tanggung jawab, kerja sama, dan empati. Dengan demikian, mereka tidak hanya belajar keterampilan praktis, tetapi juga membangun fondasi moral yang kuat sebagai calon pemimpin bangsa.

Melalui pendekatan edukasi yang kreatif ini, abang Mi’ing dan abah Qomar memberikan contoh inspiratif tentang bagaimana pendidikan dan penyampaian pesan dapat disajikan dengan cara yang menyenangkan dan berdampak. Diharapkan, generasi santri khususnya santri Pondok Pesantren Nurul Jadid akan mampu mengemban tanggung jawab kepemimpinan dengan visi, integritas, dan semangat yang tinggi.

 

(Humas Infokom)

Antara News : Ponpes Nurul Jadid Kiblat Peradaban Indonesia Tahun 2045

nuruljadid.net – 22 tahun dari sekarang, kita akan menyaksikan momentum bersejarah, sebab Indonesia genap berusia 100 tahun atau satu abad. Berangkat dari hal ini yang menjadi salah satu alasan munculnya ide, wacana, dan gagasan Generasi Emas 2045.

Mewujudkan Indonesia Emas 2045 merupakan langkah permerintah dalam membangun Indonesia agar kelak menjadi megatrend dunia yang semakin syarat akan persaingan super ketat.

Dalam mewujudkan hal tersebut, Pemerintah membangun pilar Visi Indonesia 2045 sebagai bahan acuan untuk memanifestasikan cita-cita bangsa demi Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian, sebagai pedoman setiap langkah pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan. Pencapaian impian dan visi Indonesia 2045 dibangun dengan 4 pilar berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar berbangsa, bernegara dan konstitusi.

Keempat Pilar Visi Indonesia 2045 itu adalah pembangunan manusia serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pembangunan ekonomi berkelanjutan, pemerataan pembangunan serta pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola kepemerintahan.

Tujuan dari empat pilar Indonesia itu adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, serta keadilan sosial.

Mimpi besar itu akan berekses pada lembaga pendidikan pesantren. Sebab itu, Pesantren idealnya tak cukup hanya mempertahankan tradisi-tradisi kepesantrenan. Pesantren harus bergerak lebih maju dalam menyambut tantangan arus globalisasi.

Pesantren tidak boleh alergi dengan kemajuan teknologi yang makin hari kian berkembang. Arus perubahan teknologi yang begitu cepat ini, berharap agar pesantren mampu beradaptasi dan merangkulnya.

Lembaga pendidikan Islam seperti pesantren jika hanya berkutat pada budaya-budaya yang “dipandang” sebagai budaya paten dan menutup diri dengan budaya baru, tidak menutup kemungkinan akan mengalami hambatan-hambatan dalam mewujudkan pendidikan bermutu (quality education) untuk menciptakan sumber daya manusia yang baik.

Salah satu pesantren yang tidak menjadikan arus perkembangan teknologi sebagai momok bagi karakter pesantren adalah Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo. Pesantren ini memiliki nilai-nilai ideologis yang telah mengakar pada sistem pendidikan, pengaderan, dan aktivitas keseharian santri.

Idiom ini telah terpopulerkan melalui trilogi dan panca kesadaran santri Pondok Pesantren Nurul Jadid. Ruh ini pun yang menjadi spirit KH. Zaini Mun’im saat mendirikan pesantren. Kiai Zaini tahu bahwa akan ada perkembangan zaman yang kelak harus disambut oleh pesantren.

Penyambutan itu harus dilandasi dengan karakter pesantren yaitu, ilmu. Sebab peradaban ilmu telah mengakar di dunia pesantren. Ilmu adalah satu-satunya sarana untuk melanggengkan visi-misi pesantren dalam berbagai kondisi dan tempat yang berbeda-beda.

(Santri Nurul Jadid pengibar bendera merah putih saat upacara peringatan Hari Santri Nasional)

Internalisasi spirit nilai Kiai Zaini terjewantahkan melalui prinsip pesantren yang dikenal dengan trilogi dan panca kesadaran santri.

Lahirnya prinsip ini tak lepas dari bacaan Kiai Zaini berkait perkembangan dunia, termasuk Indonesia. Menurut pengasuh Ponpes Nurul Jadid KH. Moh. Zuhri Zaini, hakikat santri adalah Islam Nusantara. Santri adalah kiblat keislaman yang damai, ramah, sejuk, dan pemersatu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bahkan di antara sesama manusia.

Pesan itu menggambarkan betapa progresifnya pemikiran Kiai Zuhri dalam membaca dunia. Berbicara Islam tak hanya berkutat pada wacana keagamaan. Lebih dari itu, agama yang “dinahkodai” oleh Nabi Muhammad ini membincang seluruh aspek pengetahuan. Sebagai ajaran ilahi, Islam terus mentransformasikan nilai-nilai progresivitas menyambut kedatangan arus perubahan yang sangat cepat.

Kiai Zaini sadar, pesantren sebagai satu-satunya lembaga pendidikan tertua di negeri kita merupakan benteng yang tangguh untuk adaptif terhadap kondisi apapun.

Tetobosan-terobosan Pondok Pesantren Nurul Jadid dalam menyambut tahun 2045 telah dibunyikan melalui Program Induk Pesantren (PIP) 20 tahun jauh ke depan sebagai blueprint arah pengembangan pesantren.

Pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia tengah mendapatkan perhatian sangat serius dibuktikan dengan pelatihan dan pengembangan dengan berbagai kursus dan workshop. Pemasaran teknologi pun juga dikenalkan ke kalangan masyarakat pesantren, dengan disediakannya asrama jurusan teknologi yang terintegrasi dengan pendidikan formal.

Pondok Pesantren Nurul Jadid juga berkomitmen membangun ekonomi keummatan melalui alumninya yang terhimpun dalam wadah organisasi Pembantu Pengurus Pondok Pesantren Nurul Jadid (P4NJ). Pengembangan dan peningkatan ekonomi masyarakat merupakan salah satu gerakan yang terus diimpi-impikan, dan menjadi cita-cita luhur pesantren yang lokasinya terletak tidak jauh dari masyarakat nelayan ini.

Tentu spirit untuk mencetak generasi emas telah terbumikan melalui program-program yang ada di satuan kerja pesantren saat ini. Dengan itu, selayaknya Pondok Pesantren Nurul Jadid dinobatkan menjadi kiblat peradaban menyambut Indonesia Emas 2045.

 

Sumber : https://jatim.antaranews.com/berita/719733/ponpes-nurul-jadid-kiblat-peradaban-indonesia-tahun-2045

Lebih 1 Juta Views! eNJe Picture Rilis 2 Video Musik Ceritakan Perjuangan Santri

nuruljadid.net – eNJe Picture membuktikan eksistensinya terus produktif dengan kembali merilis sebuah karya. Kali ini, tim Multimedia Pondok Pesantren Nurul Jadid yang berdiri sejak 2018 itu merilis dua video musik berjudul N.J.O.Y dan Menembus Matahari. Dua lagu ini sendiri merupakan Official Sound Track (OST) pada kegiatan Orientasi Santri Baru (OSABAR) 2023 bulan lalu. Hadirnya video musik N.J.O.Y dan Menembus Matahari tak lepas dari kerjasama banyak pihak.

Lagu N.J.O.Y ini diadopsi dari Dreamers yang dibawakan oleh Jung Kook sebagai salah satu soundtrack FIFA World Cup Qatar 2022, sedangkan Menembus Matahari terinspirasi dari lagu Anggi Marito Tak Segampang Itu. Dari kedua lagu tersebut tim eNJe Picture menciptakan lirik sendiri menyesuaikan kehidupan santri.

Tim eNJe Picture sebagai tim videografi diketuai oleh Ach. Faqihatus Sholeh, vocal putra diisi oleh Dirga Thama, sedangkan putri diisi oleh tiga santriwati Cindy, Catrin, Lexya. Tak kalah penting, musik pengiringnya diaransemen oleh Dimas Al-Jawad, sedangkan Zukhruf Zidane berperan sebagai DOP dan Adlan Adriansyah sebagai video editor.

Bagian lirik dikarang dan ditulis oleh tim eNJe Picture sendiri yang diilhami dari pengalaman mondok sembari mengaji dan mengabdi di pesantren. Selain itu, ada panitia OSABAR dan santri Nurul Jadid yang didapuk sebagai pemeran dalam video musik N.J.O.Y dan Menembus Matahari.

(Tampilan tangkap layar video musik karya eNJe Picture di kanal YouTube resmi Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton)

Dari infomasi yang terhimpun, dikatakan bahwa music video N.J.O.Y dan Menembus Matahari punya makna yang begitu dalam. Dalam perjalanan hidup di pesantren, santri harus memiliki jiwa pengabdian yang tinggi dan kemauan belajar yang kuat serta terus berupaya untuk memperbaiki akhlak terutama kepada guru yang dewasa ini kian terkikis bahkan hilang karena kecerdasan dan merasa pintar yang keblablasan.

“Video musik N.J.O.Y dan Menembus Matahari adalah sebuah gambaran kecil dari jutaan bahkan miliaran gambar lainnya di dunia pesantren. Gambaran ketika santri tidak selalu bisa memilih untuk bertemu dengan orang tua, bertukar rasa, terikat, terpisah dengan apa dan siapa yang mereka cinta,” tulis tim eNJe Picture.

1. Dapat Dinikmati Lewat YouTube

Video musik N.J.O.Y dan Menembus Matahari merupakan karya video musik terbaru dari eNJe Picture. Karya ini dapat disimak dan dinikmati di kanal YouTube resmi Pondok Pesantren Nurul Jadid. Di YouTube telah ditonton lebih dari 12 ribu kali, kalah banyak dibandingkan penonton TikTok, hal ini disebabkan tidak sedikit oknum yang mengunduh dan membagikannya di pelbagai medsos dan grup yang mereka punya tanpa menyertakan link resmi video musik ini.

Semoga gambaran N.J.O.Y dan Menembus Matahari dari karya yang melibatkan banyak talenta di dalamnya ini dapat berkenan kepada pemirsa khususnya santri Indonesia yang menyimaknya.

2. Dapat Dinikmati Lewat TikTok

Tidak hanya di kanal YouTube, video musik N.J.O.Y dan Menembus Matahari ini juga diunggah di akun resmi TikTok Pondok Pesantren Nurul Jadid yang sudah berhasil tembus lebih dari 1,5 Juta penonton, 150 ribu lebih disukai dan seribu lebih kometar.

Harapannya karya santri yang sederhana ini dapat didukung oleh semua pihak agar santri terus termotivasi untuk berkarya dengan konten yang positif, Islami dan mengilhami kebaikan bagi para pendengarnya. Salah satu cara sedehana yang bisa dilakukan untuk mendukung karya seni santri adalah dengan SUBSCRIBE – LIKE – COMMENT – SHARE. Semoga menjadi kebaikan bagi semua.

Berikut Link Resmi Karya Video Musik eNJe Picture:

  1. N.J.O.Y Putra on YouTube
  2. N.J.O.Y Putri on YouTube
  3. Menembus Matahari on YouTube
  4. N.J.O.Y Putra on TikTok
  5. N.J.O.Y Putri on TikTok
  6. Menembus Matahari on TikTok

(Humas Infokom)

Puji Kepemimpinan Kiai Hamid, Ini Kata Pemerintah Narathiwat Thailand

nuruljadid.net – Spirit melayani adalah kredo hidupnya, dan hal itu sudah pasti adalah gaya kepemimpinan KH. Abdul Hamid Wahid, Kepala Pondok Pesantren Nurul Jadid sekaligus Rektor Universitas Nurul Jadid (UNUJA) Paiton Probolinggo. Ekspresi lugasnya terungkap pada saat menerima kunjungan tamu dari Pemerintah Provinsi Narathiwat Thailand, yang mengisyaratkan keyakinan kuat Kiai Hamid sebagai sosok mukmin pemimpin yang memanusiakan manusia.

25 Juli 2023, UNUJA bersama Pemerintah Provinsi Narathiwat Thailand menggelar Studium Generale dengan tajuk “Bridging the Gap: Managing the Cross-Cultural Education in Thailand and Indonesia.” Bertempat di Aula I Pondok Pesantren Nurul Jadid, dalam forum ini terdapat empat pembicara dalam sesi sambutan (pidato), yaitu Rekor UNUJA KH. Abdul Hamid Wahid, Sekda Kabupaten Probolinggo Ugas Irwanto, Gubernur Provinsi Narathiwat Thailand Sanan Phongaksorn dan Sekretaris Kantor Pendidikan Swasta Thailand Pibyaa Radanawrrachad.

Seperti diketahui, sebagian pembaca tentu sudah sering mendengar gelar “Datuk Guru” yang diberikan kepada Kiai Hamid. Daya kepemimpinannya belakangan ini kembali dipuji oleh Pemerintah Provinsi Narathiwat Thailand untuk menegaskan Kiai Hamid adalah sosok pemimpin yang baik.

Warna kepemimpinan beliau terekspresikan dalam langkah-langkah progresifnya untuk melahirkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan berkeadaban, hal itu dibuktikan dengan kesuksesannya menjadi pintu pertama penyambung kerja sama Pemerintah Thailand di Indonesia.

Bentuk kerja sama tersebut pada awalnya merujuk pada peningkatan kualitas bidang pendidikan yang secara umum tertuju di Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten Probolinggo secara khusus, begitupula di Thailand Selatan. Kerja sama yang semakin luas ini diimpikan sampai pada tingkat nasional, yang sering dikenal sebagai kerja sama bilateral. Pun bidang-bidang dalam kerja samanya diharapkan bisa semakin luas, yang mulanya hanya di bidang pendidikan, diharapkan merambah ke bidang ekonomi, budaya, hingga pariwisata.

Yang menarik digarisbawahi dari kepemimpinan yang melayani ala Kiai Hamid ialah saat menerima kunjungan tamu mancanegaranya itu. Pada momentum tersebut, Gubernur Sanan Pongaksorn mewakili Pemerintah Provinsi, dalam sesi pidatonya menyampaikan rasa bangga terhadap sambutan dan layanan istimewa yang diterima selama di Indonesia.

“Kami mengucapkan terima kasih dan kami merasa terhormat, dengan sambutan, pelayanan dari Kiai Hamid, sehingga kami bisa menjalankan aktivitas di Jawa Timur ini dengan baik dan tenang,” ungkapnya.

Dengan lues, Gubernur Sanan Pongaksorn menceritakan perjalanannya selama di Indonesia. Sejak pertama kali turun dari pesawat, bertemu dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Timur, sampai tiba di Pondok Pesantren Nurul Jadid, jelasnya, Kiai Hamid selalu mendampingi, mengarahkan dan memberikan pelayanan yang baik.

“Saya sangat yakin bahwa Kiai Hamid orang yang begitu baik,” imbuhnya dengan wajah tersenyum haru.

Dengan begitu, lanjut Gubernur, Pemerintah Provinsi Narathiwat Thailand tak kesusahan saat mengunjungi dan menyambung kerja sama dengan beberapa institusi yang berada di Jawa Timur.

Hal menarik lainnya, Kiai Hamid mengekspresikan sosok pemimpin yang toleran: tanpa memandang suku, ras, budaya dan agama, contohnya saat beliau terbuka menerima tamu non-muslim di pesantrennya dalam kegiatan Studium Generale bersama Pemerintah Thailand itu.

Gaya kepemimpinan yang Kiai Hamid miliki ini patut kita contoh, apa yang telah beliau lakukan sebagai seorang pemimpin sama seperti kriteria True Leaders and Leadership menurut Cak Nun, yaitu kepemimpinan yang memberikan energi berupa rasa percaya dan aman. Kepemimpinan yang mendistribusikan kearifan, pengetahuan, solusi, serta harmoni bagi orang di sekelilingnya.

Oleh: Ahmad Zainul Khofi

(Humas Infokom)

Kiai Najiburrahman Wahid: Santri Jangan Diam Saja Ketika Terjadi Penyimpangan “Amar Ma’ruf Nahi Munkar”  

nuruljadid.net – Kiai Najiburrahman Wahid dalam sambutannya sebagai Wakil Kepala I pesantren pada penutupan OSABAR 2023 selain menyinggung urgensitas niat dalam menuntut ilmu di Pondok Pesantren Nurul Jadid, juga menekankan kepada para santri untuk saling mengingatkan dalam hal kebaikan dan kesabaran.

“Kemudian terkahir, pesan saya kepada adik-adik santri baru. Marilah kita senantiasa sebagaimana dalam surah al-ashr, bahwa manusia itu merugi kecuali manusia yang mau beriman dan beramal sholeh serta mau saling mengingatkan kepada kebenaran dan mau saling mengingatkan untuk bersabar,”

“Mari kita saling mengingatkan terutama sesama santri baru, kalau ada yang dipandang menyimpang atau melanggar aturan pesantren jangan segan-segan untuk saling mengingatkan sesama teman.”

“Misalkan ada bullying, dari santri senior atau santri lama, kemudian santri baru dibully, diplonco, didholimi diperlakukan tidak manusiawi misalkan. Adik-adik diharap jangan diam saja, diharap untuk menegur dan memperbaiki amar ma’ruf nahi munkar”.

(Waka I Pesantren Kiai Najiburrahman Wahid saat memberikan sambutan pada penutupan OSABAR 2023)

Dalam ajaran Islam, jika kita melihat ada kemungkaran atau ada penyimpangan, maka kita wajib mengupayakan merubah dengan tangan kita dengan kekuatan kita. Ketika kita tidak mampu, maka paling tidak dengan kata-kata, jika masih tidak mampu, kita perlu mengingkari dengan hati, akan tetapi jangan hanya ingkar saja melainkan harus dilaporkan ke pengurus.

“perlu saya sampaikan karena pernah terjadi bullying atau perundungan santri baru oleh santri lama, dulu pernah ada, semoga sekarang tidak ada. Jadi jika adik-adik menjumpai hal-hal atau perilaku yang menyimpang sesama santri, maka jangan segan-segan untuk menegur kalau bisa, kalau tidak mampu laporkan ke pengurus. Sebab kadang-kadang kalau ada yang jadi korban perundungan ini dan diam saja, maka lama-lama dia tidak kerasan akhirnya boyong padahal dia masih santri baru.” Ulas kiai Najib sembari bercerita.

“Sebab pesantren Nurul Jadid ini, pesantren secara umum adalah tempat untuk memperbaiki diri, menggembleng diri menjadi lebih baik. Sebagaimana kata semboyan itu, mondok untuk mengaji dan membina akhlaqul karimah.” Beliau menambahkan.

Kiai Najiburrahman menyadari bahwa tidak semua santri pintar, sopan dan memiliki perilaku yang baik karena beliau menyadari bahwa fungsi pesantren selain ibarat pabrik untuk mencetak orang-orang baik, pondok itu juga berfungsi sebagai bengkel memperbaiki yang rusak.

“Maka santri baru, perlu kita itu disamping husnundzon berbaik sangka kepada semua orang termasuk kepada sesama santri, kita juga perlu bertindak waspada, jangan sampai kita menjadi korban dari teman-teman yang mungkin akhlaqnya belum baik.” Imbuh Kiai Najib sembari mengingatkan santri baru.

Mondok di pesantren hakikatnya adalah berlatih bermasyarakat, jika para santri pandai bergaul di pondok, maka niscaya di rumah akan pandai bergaul dan bermasyarakat. Karena, masyarakat itu sangat beragam macam.

“Teriring harapan dan doa semoga kita semua senantiasa mendapat bimbingan Allah dan pertolongan-Nya, sehingga kita dan keluarga kita dan juga semua umat Islam oleh Allah dijadikan sebagai orang-orang yang selamat dunia akhirat dan sukses di dunia dan akhirat.” Harap beliau menutup sambutan.

(Humas Infokom)

Kiai Najiburrahman Wahid: Niat Paling Mulia Seorang Pencari Ilmu adalah Mencari Ridho Allah SWT

nuruljadid.net – Kiai Haji Najiburrahman Wahid selaku Wakil Kepala Pesantren I menyampaikan dalam sambutannya saat closing ceremony (26/06/2023) bahwa Orientasi Santri Baru (OSABAR) Pondok Pesantren Nurul Jadid tahun 2023 ini spesial. Pasalnya, OSABAR kali ini berdekatan dengan peringatan Hari Raya Idul Adha 1444 H, dimana santri akan melakukan takbiran bersama.

“Insyaallah di Nurul Jadid takbirannya tidak putus-putus, dibuat ber-shift sambung menyambung mulai dari hari Arafah malam, sehingga semakin menambah barokah dengan hadirnya santri baru,” Kiai najib menuturkan.

Waka I Pesantren Kiai Najib juga mengucapkan rasa terimakasihnya kepada kepada segenap panitia dan seluruh pihak yang terlibat dalam suksesnya OSABAR ini. Menurut beliau, dari tahun ke tahun OSABAR semakin semarak.

“saya ucapkan kepada seluruh jajaran panitia dan pihak yang membantu suksesnya OSABAR Jaza Kumullah Ahasanal Jaza. Semoga mendapatkan balasan yang terbaik di dunia dan di akhirat,”

Harapannya, OSABAR dapat membawa berkah bagi semua, khususnya para santri baru semakin betah tinggal jauh dari orang tua demi mondok di Nurul Jadid.

“semoga adik-adik santri baru sekalian bisa mengambil hikmah dari sejak awal sampai rangkaian akhir OSABAR ini. Mengenal Nurul Jadid dhohiron wa bathinan.” Imbuhnya.

Kiai Najib juga menekankan dan mengajak kepada seluruh santri baru agar senantiasa menata niat hanya karena mengharap ridho Allah SWT.

“mari kita mulai saat ini menata niat kita bahwa niat yang paling mulia seorang pencari ilmu atau mondok adalah untuk mencari ridho Allah SWT. Mencari ridho allah dengan berbagai alasannya. Berbagai pertimbangannya,”

“Ketika kita mencari ilmu karena untuk menghilkangkan kebodohan, agar kita bisa menjalankan perintah Allah menjauhi larangan-Nya, agar kita mengetahui mana yang baik dan buruk, sehingga kita bisa mengamalakan ajaran Islam dengan baik. Maka dengan begitu, kita akan mendapat ridho Allah,” ajak beliau.

Niat merupakan hal mendasar namun elemen penting dalam ibadah termasuk mencari ilmu. Sehingga, Kiai Najib dalam sambutannya membahas pentingnya menata niat mondok sejak awal.

“Jika kita mencari ilmu dengan niat turut melestarikan ajaran Islam, maka itupun termasuk dalam lingkaran ridho Allah,”

“Jika kita mencari ilmu agar menjadi insan yang bermanfaat bagi sesama, maka itupun termasuk dalam lingkup ridho Allah,”

“Barangsiapa yang mencari ilmu karena mencari ridho Allah, maka dia pada hakikatnya adalah berjuang di jalan Allah,”

“Jika santri berjuang di jalan Allah, kata para ulama, andaikan ada santri dia niatnya tulus karena mencari ridho Allah, kemudian dia menemui ajal di pondok, maka dia wafatnya mati syahid dianggap sebagai pejuang di jalan Allah,” terang beliau.

“Semoga semua santri dan wali santri dipanjangkan umurnya.”

“Ketika kita semua mencari ilmu ikhlas karena Allah, ingin mencari ridho Allah, maka para makhluk akan mendoakan kita, para malaikat akan mendoakan kita, termasuk ikan-ikan di lautan juga akan mendoakan kita. Insyaallah akan senantiasa barokah,”

Betapa pentingnya menata hati dan niat dalam setiap ibadah dan Tindakan yang kita lakukan, khususnya saat mondok mencari ilmu Allah SWT di pondok pesantren.

 

 

(Humas Infokom)