Nurul Jadid Bedah Isu Islam Indonesia China Dihadiri Konjen China

Nurul Jadid Bedah Isu Islam Indonesia-China Dihadiri Konjen China

nuruljadid.net – Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo menggelar Seminar Nasional “Diplomasi Budaya: Hubungan Islam Indonesia-China” dan Bedah Buku “Ada Apa Dengan China” di Aula I Pondok Pesantren Nurul Jadid, Probolinggo, Jawa Timur, Selasa (11/02/2020). Kegiatan dalam rangka mendiskusikan bagaimana konsep Islam di Tiongkok berkembang dan hubungannya dengan Islam di Nusantara. Terutama Islam yang dikembangkan oleh para kiai Nahdlatul Ulama (NU).

Kegiatan yang dihadiri oleh Konjen China, Gu Jingqi yang melakukan silaturahim sekaligus memberikan pengantar tentang pandangannya terhadap Islam dan Pesantren. Gu Jingqi sangat mengapresiasi upaya pesantren Nurul Jadid yang open minded dan dinamis dalam beradaptasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan salah satunya belajar bahasa Mandarin serta Budaya Tiongkok. Gu Jingqi yang masih terbata-bata dalam melafalkan Bahasa Indonesia ini memilih menyampaikan sambutannya dengan bahasa Melayu di depan hampir 700 peserta dari beragam kalangan baik Muslim maupun Non-Muslim.

Tamu Undangan yang ikut hadir dalam kegiatan ini Bapak Aping (LKPBT Jawa Timur), Bapak Anwar (Komunitas Tionghoa Surabaya),  Bapak Indrawan (Ketua Perkumpulan Alumni “Meng Hua” Banyuwangi), Ibu Linda Indrawati (Ketua Perkumpulan Tionghoa “Xi Hua” Situbondo), Bapak Leo Tanoyo (Ketua Yayasan Sekolah Tiga Bahasa Sinar Harapan Lumajang, Bapak Santoso Wijaya (Ketua Yayasan Sekolah Harapan Bangsa Pasuruan) dan Bapak Pai Chun (Pimpinan Global Books EWA Surabaya). Selain itu hadir perwakilan Organisasi NU, Pimpinan Pesantren, Dosen UNUJA, Organisasi Kepemudaan, Kepala Sekolah/Madrasah di wilayah Paiton dan perwakilan BEM serta OSIS/OSIM di lingkungan Nurul Jadid.

Kedatangan Konjen China tersebut disambut hangat oleh Pimpinan Nurul Jadid, KH. Najiburrahman Wahid yang didampingi Sekretaris Pesantren, Faizin Syamweil. Melalui sambutannya Gus Najib menyampaikan bahwa China dan Indonesia sudah sejak lama memiliki hubungan baik utamanya dalam syiar Islam terbukti dengan beberapa bangunan Masjid Cheng Ho di beberapa tempat di Indonesia. Gus Najib juga mengungkapkan tentu ada hal yang mempengaruhi mengapa hadis Nabi menyinggung China sebagai tempat untuk mencari ilmu. Mungkin ungkap beliau, karena saat itu China sudah mengalami perkembangan teknologi yang maju dibandingkan negara-negara lain, termasuk negara Arab. “Karena penemuan orang Tiongkok yang terkenal dan diketahui seperti mesin pembuatan kertas, ketika di Arab masih pelepah kurma” tutur Gus Najib. Oleh karenanya Pondok Pesantren Nurul Jadid telah mengembangkan Bahasa Mandarin sudah sejak tahun 2007 dan meluluskan santri yang studi melalui beasiswa ke China serta meraih prestasi di tingkat Provinsi, Nasional bahkan hingga Internasional.

Momen ketika Seminar Nasional dan Bedah Buku berlangsung. Novi Basuki, LL.M, (kiri), Ardhitya Eduard Yeremia, Ph.D, (tengah). dan Dimas Eko Cahyono sebagai Moderator (Kanan)

Momen ketika Seminar Nasional dan Bedah Buku berlangsung. Novi Basuki, LL.M, (kiri), Ardhitya Eduard Yeremia, Ph.D, (tengah). dan Dimas Eko Cahyono sebagai Moderator (Kanan)

Seminar Nasional dan Bedah Buku ini dinarasumberi oleh Ardhitya Eduard Yeremia, Ph.D (Dosen Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Indonesia (UI) Jakarta) dan Novi Basuki, LL.M (Penulis Buku Ada Apa Dengan China dan Kandidat Doktor di Sun Yat-Sen University, China). Novi juga merupakan alumni SMA Nurul Jadid yang mengawali belajar bahasa Mandarin dari pesantren serta memiliki fondasi agama yang moderat dari Pesantren sehingga mengantarkan dia menjadi pribadi yang open minded dan toleran. Dalam forum tersebut Mas Yere panggilan akrab narasumber banyak belajar dan tercerahkan tentang pandangan dia atas Islam, Pesantren dan Kiai. Karena selama ini Mas Yere hanya kenal Pesantren dan Kiai melalui media massa dan media online, yang dia kenal konservatif dan fokus hanya pada agama. Pengalaman Mas Yere selama empat hari di Pesantren merubah cara pandang dia sebagai seorang akademisi, warga negara dan sebagai Individu yang beragama Katolik tentang Islam, Pesantren dan Kiai hasil dari pengalaman pribadinya langsung di Pesantren Nurul Jadid.

Pada seminar dan bedah buku yang dimoderatori oleh Dimas Eko Cahyono itu, dikupas secara gamblang dan substantif tentang isu-isu Politik, Budaya, Ekonomi, Diplomasi, Agama dan Fakta-fakta tentang China serta bagaimana Pesantren dan Santri sebagai kekuatan baru yang akan menjadi diplomat bangsa Indonesia untuk memperkenalkan Islam yang ramah, santun juga Rahmatan Lil ‘Alamin sehingga hubungan kedua belah negara bisa terjaga dengan baik. Banyak cerita dan pengalaman menarik dari kedua Narasumber tersebut yang merupakan alumni Perguruan Tinggi di China dengan latar belakang agama yang berbeda namun tetap satu semangat Nasionalisme dan Toleransi serta Persatuan dalam keberagaman.

Hal menarik yang dapat disaksikan ketika acara adalah penampilan Sholawat oleh Firqoh Hadrah Azzainiyah, Pembacaan Ayat Suci Al-Qur’an dengan Saritilawah Bilingual (Mandarin-Indonesia) dan Pembawa Acara Bilingual (Mandarin-Indonesia). Para tamu undangan sangat terkesan dengan kemampuan bahasa Mandarin Santri yang baik dalam pengucapannya. Rasa kagum ini dapat dilihat dari reaksi tamu undangan khususnya dari Komunitas Tiongkok ketika menyaksikan penampilan tersebut dan melalui pernyataan verbal kepada panitia. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Humas dan Protokoler bekerjasama dengan Pelaksana Teknis kegiatan Forum Komunikasi OSIS (FKO) Nurul Jadid dan Panji Pelopor.

Pewarta : Mujiburrahman Bakri

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *