KH. Najiburrahman Wahid: Tugas Santri Ada Dua, Memperdalam Ilmu Agama dan Memberi Peringatan

nuruljadid.net – “Konon ada kategori pengurus kader dan pengurus tetap. Pengurus tetap itu yang menetap disini (red : pp. nurul jadid) yang aslinya bukan dari sini kemudian menjadi muhajirin. Jadi nurul jadid ini dulu kan memang makam besar. Kiai Zaini saja pendatang kemudian di susul oleh pendatang yang lain bedanya mungkin hanya pendatang yang lama dan pendatang yang baru bahwa bedanya pendatang dengan pribumi. Terkait dengan pendatang tempat asal kita adalah akhirat di surga nenek moyang kita nabi adam dan kita akan kembali ke akhirat lagi kita hanya mampir sebentar,”.

Hal itu disampaikan oleh Wakil Kepala Pesantren I, KH. Najiburrahaman Wahid saat mengisi tausiah dalam acara sosialisasi elektronifikasi perizinan santri Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo yang bertempat di Aula I PP. Nurul Jadid pada Senin Malam, (13/01/2020).

Kiai Najib, (sapaan akrab KH. Najiburrahman Wahid) menjelaskan tentang 2 tugas santri, yakni : memperdalam ilmu agama dan memberi peringatan jika ada santri setelah selesai pendidikan tapi tidak pulang dan diperdayakan ke pesantren. “Tugas santri itu ada dua macam memperdalam ilmu agama dan untuk memberi peringatan jika ada santri disini setelah tidak pulang itu termasuk muhajirin brati kaumnya pindah yang dari awalnya di luar sana maka tempatnya akan kesini. Oleh karena itu alangkah baiknya kita canangkan bahwa para ustadz yang ada disini diperdayakan,” dawuh beliau.

Berkaitan dengan elektronifikasi perizinan santri beliau menegaskan, agar pengurus & wali asuh lebih hati-hati dalam mengizinkan anak asuhnya, karena santri yang berada di nurul jadid ini adalah titipan pengasuh. “Jadi wali asuh ini harus ada karena sebenarnya santri yang berada di nurul jadid ini adalah anak titipan yang sejak awal itu santri menitipkan ke pengasuh jadi yang punya amanah itu pengasuh karena kenapa dalam pemberian tanda tangan terakhir itu harus pengasuh,” tutur beliau.

Putra ke empat KH. Abdul Wahid Zaini itu, berpesan agar selalu mengingatkan anak asuh nya untuk selalu memperhatikan pendidikan sebagaimana layaknya orang tua menyayangi anaknya. “Pengurus itu setidaknya sama sayangnya kepada santri seperti halnya orang tua menyayangi anaknya. Sebagaimana orang tua menyayangi anaknya orang tua kan ingin anaknya Pinter, bisa baca Al-Qur’an, & Akhlaqnya Baik,” imbuh beliau.

Kemudian tausiah terakhir, beliau berpesan agar tidak menjadikan pondok itu sebagai sambilan tapi misi mulia, dan merupakan tugas utama bukan sambilan. “Kita ini menampung putra-putri umat islam, yang di bertaruhkan itu adalah masa depan umat islam,” pungkas beliau.

Penulis : Badrus

Editor : Ponirin

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *