Santri Tidak Betah Mondok? Wali Asuh Nurul Jadid Tangani dengan Psikoedukasi
nuruljadid.net – Eksistensi pesantren di Indonesia sudah bertahan hampir 5 abad lamanya. Sejak fase awal embrio lahirnya pesantren dimulai pada zaman Walisongo, sekitar abad 15-16. Sampai hari ini, pesantren masih menunjukkan eksistensinya sebagai bagian integral dari kekuatan bangsa. Tidak heran apabila pesantren menjadi lembaga pembentukan karakter yang banyak diminati oleh masyarakat.
Namun, untuk mencetak karakter santri yang memiliki kecakapan, kearifan, dan kompetensi ilmu, terutama dalam bidang keagamaan, seorang santri wajib berjuang dan gigih dalam menuntut ilmu di pesantren. Karena tak jarang orang yang baru mondok (santri baru) mengalami keadaan homesickness atau tidak betah di pesantren. Tidak terkecuali santri di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo.
Faktor Penyebab Santri Tidak Betah
Banyak sekali faktor penyebab kenapa santri tidak betah di pesantren, beberapa faktor internal utama santri tidak betah seperti:
- Mondok karena paksaan orang tua
- Tidak betah karena rindu rumah
- Sering dikunjungi orang tua atau keluarga
- Kesulitan dalam bersosialisasi
- Korban perundungan (bullying) di pesantren
Selain faktor internal dari santri itu sendiri, juga ada 5 faktor eksternal yaitu dari pondok pesantren yang ditempati. Dari berbagai macam pengamatan yang dilakukan secara empiris selama mengatasi santri yang memang tidak betah berada di pesantren adalah karena beberapa faktor berikut:
- Minimnya pengawasan dari guru, ustaz atau wali asuh di pesantren
- Penanganan santri yang tidak berimbang
- Kurang profesionalnya dalam mendesain kurikulum pesantren
- Program atau kegiatan yang monoton
- Peraturan yang ketat namun tidak disertai dengan apresiasi yang layak
Solusi Pesantren dan Kewaliasuhan
Wali Asuh memiliki peranan penting sebagai solusi dalam permasalahan ini. Wali Asuh sendiri merupakan front liner atau garda terdepan yang mendampingi, mendidik, dan merawat santri selama 24 jam. Menyikapi masalah tersebut, salah satu Wali Asuh di asrama santri baru Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton (Asrama I’dadiyah, red.) Ustaz Zaki Maulana menjelaskan solusi kreatif dengan metode psikoedukasi yang diberikan oleh Wali Asuh.
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa santri yang mengalami homesickness diberikan penanganan dan perhatian secara khusus dibandingkan santri biasa pada umumnya. Metode psikoedukasi yang dia berikan diantaranya; tahap awal berupa pendekatan—hal ini memerlukan kepekaan yang baik—mulai pendekatan behavioral, humanistik, psikoanalisa dan teknik lainnya. Kemudian, melakukan tindakan berupa perhatian ekstra, misalnya santri yang mengalami homesickness cenderung menyendiri dan merenung, menyadari kondisi tersebut, wali asuh kemudian menghampiri, memberikan motivasi dan mengajak untuk bergabung dengan teman lainnya.
“Dalam hal itu, kami memberikan motivasi biasanya melalui deeptalk terhadap santri. Di luar pendekatan dan tindakan tadi, kami juga memberikan kegiatan produktif yang cukup padat kepada santri, terutama ketika mereka baru tiba di pesantren, sehingga ini dapat membiaskan potensi-potensi yang bisa menyebabkan homesickness pada santri,” imbuhnya saat diwawancarai Tim Nurul Jadid Media pada Jumat (12/05) pagi.
Hal ini tentunya tak lepas dari peran pesantren dalam memberikan pembekalan teknik parenting terutama kepada wali asuh yang bersinggungan langsung dengan santri baru. Pesantren biasanya juga mengadakan kegiatan Orientasi Santri Baru (OSABAR) sepekan setelah agenda Penerimaan Santri Baru (PSB) satu atap usai. Kegiatan itu diisi dengan pengetahuan seputar lingkungan pesantren yang disajikan melalui kegiatan edukatif, rekreatif dan entertaining. Selain itu, santri baru juga disediakan asrama khusus, sehingga penanganan dan pendampingan secara khusus dapat diberikan.
Sinergitas antara wali asuh dan Pesantren menjadi tolak ukur utama dalam keberhasilannya memberikan penanganan kepada santri yang tidak betah atau homesickness di pesantren, tentunya ini tidak lepas dari dukungan, motivasi, dan doa orang tua kepada santri dari rumah.
Harapannya dengan psikoedukasi ini, wali santri atau keluarga yang memondokkan putra atau putrinya di pesantren, tidak lagi terlalu khawatir. Karena pesantren juga terus berusaha memaksimalkan ikhtiar dengan memberikan pelayanan yang baik agar santri bisa beradaptasi dan menuntut ilmu dengan nyaman di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo.
(Humas Infokom)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!